POLITIK JARINGAN DALAM PEMILUKADA

DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

 

Renals Y. Talaba

Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Halmahera

 

ABSTRAK

Disain sistem pemilu, sistem kepartaian dan sistem pemiluakada oleh pemerintah yang belum dikaitkan dengan efektifitas pemerintahan nasional dan daerah, mengakibatkan kesejahteraan warga daerah sulit diwujudkan. Khususnya dalam disain sistem pemilukada, belum dimasukannya pola kalender waktu pemilihan, maka akan mustahil untuk merubah perilaku elit dan massa pemilih. Dengan demikian, pilihan warga masyarakat terhadap kandidat kepala daerah dalam kontestasi pemilukada, tidak berdasarkan atas penilaian dan evaluasi kinerja, melainkan atas dasar pilihan individu, bukan berdasarkan pilihan kolektif. Ini mengisyaratkan, bahwa untuk memenangkan pemilukada, maka kandidat kepala daerah harus memiliki jaringan politik yang kuat melalui penggunaan sumber daya berupa modal politik, modal sosial dan modal ekonomi untuk mendapat kepercayaan dari pemilih. Hanya dengan memiliki jaringan politik dan sumber daya yang memadai, maka kandidat kepala daerah mampu memenangkan kontestasi pemilukada. Penelitian ini menggunakan metodologi peneitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui bekerjanya politik jaringan kandidat membangun kepercayaan dengan masyarakat pemilih dan sumber daya yang digunakan, untuk mengetahui cara-cara yang digunakan Ruddy Erawan sebagai ketua DPC PDIP Kabupaten Halmahera Timur, menggerakan mesin politik dalam pemenangan pemilukada dan untuk mengetahui mesin politik menjadi bagian politik jaringan serta dampaknya terhadap pemenangan pemilukada di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2010. Hasil peneltian ini secara teorotis diharapkan untuk menambah khasana pengetahuan terkait dengan politik jaringan pemenangan dan secara paktis diharapkan dapat digunakan sebagai dasar kajian bagi calon kepala darah dalam pemenangan kontestasi pemilukada.

Kata Kunci: Politik Jaringan, Pemilukada, Halmahera Timur.

 

PENDAHULUAN

Disain pemilukada oleh pemerintah dan DPR saat ini belum dikaitkan dengan efektifitas pemerintahan daerah, disamping karena sistem pemilu proporsiona dan sistem kepartaian pluralisme ekstrim yang digunakan saat ini, pemerintah juga belum memasukan unsur kalender waktu pemilihan. Implikasinya adalah tidak adanya sinergi kebijakan antara pusat dan daerah, serta tidak adanya perubahan perilaku elit dan pemilih. Dengan begitu, pilihan masyarakat terhadap kandidat akan bersifat sosiologis yakni berdasarkan suku, agama, sedaerah asal, teman dan keluarga. Ini menandakan bahwa kandidat yang memiliki jaringan luas dan memiliki sumber daya (politik, sosial, ekonomi) akan mempengaruhi perilaku memilih masyarakat sehingga mampu memenangkan kompetisi pemilukada.

Studi ini membahas tentang politik jaringan dalam pemenangan Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) secara langsung, dengan fokus penelitian pada politik jaringan kandidat membangun kepercayaan dengan masyarakat pemilih dan sumber daya politik yang digunakan, cara-cara yang digunakan Ruddy Erawan dalam kedudukan sebagai ketua parpol untuk menggerakan kader partai dalam pemenangan pemilukada, serta mesin politik yang terlibat dalam proses kontestasi pemilukada dan perannya yang berdampak pada pemenangan kandidat.

Dalam kaitannya dengan pemilukada di Kabupaten Halmahera Timur 2010, terdapat enam pasangan calon, dengan latar belakang dan jumlah partai pengusung yang berbeda.

Tabel.1. Pasangan calon dan partai pengusung.

No

Pasangan Kandidat

Partai Pengusung/Calon Perseorangan

1.   Muhidin A. Kadir dan Hastuti Kakiet Calon Perseorangan (independen)

2.    Welhelmus Tahalele dan M.D Yakuba

 Partai Demokrat, Partai Golongan Karya (GOLKAR), Partai Patriot, Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI), Partai Kedaulatan, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Pelopor, Partai Republikan, Partai Persatuan Daerah (PPD)

3.   H. Rudy Erawan dan Muhdin H. Mabud

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

4.   I Nyoman Muninjaya dan Hasim Gurapin

Bintang Reformasi (PBR), Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), Partai Matahari Bangsa (PMB), Partai Indonesia Sejahtera (PIS), Partai Nasional Bintang Kemerdekaan (PNBK), Partai Pemuda Indonesia (PPI), Partai Barisan Nasional (BARNAS), Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI) dan Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB)

5.            Idris Ode Idi dan Andi Solihin Calon Perseorangan (independen)

6.    Musa Djamaludin dan Bernard Pawate

Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) dan Partai Peduli Rakyat Indonesia (PPRI)

Sumber: KPUD Kabupaten Halmahera Timur, 2010.

Fakta kongkrit menunjukan pemilukada di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2010, dimenangkan oleh kandidat yang tidak didukung oleh koalisi partai besar, dari enam pasangan calon, yang secara resmi ditetapkan oleh KPU Daerah sebagai pemenang pemilukada.

Namun bukan berarti proses mengkonversi jaringan sosial menjadi jaringan politik adalah proses sederhana yang bisa dikendalikan sepenuhnya oleh kandidat, tetapi memerlukan penekatan dan mesin politik untuk tujuan kemenangan.

Di dalam pemilukada, sumber daya berupa modal politik, modal sosial memiliki makna yang sangat penting bahkan tidak kalah penting dibandingkan dengan modal lainnya. Selain modal politik dan modal sosial, dalam kontestasi pemilukada secara langsung jelas membutuhkan biaya (modal kapital/ekonomi).

Persoalan yang muncul kemudian adalah bagaimana kemenangan pasangan calon bupati/wakil bupati dalam pemilukada di Kabupaten Halmahera Timur 2010, ditentukan oleh politik jaringan menurut cara-cara penggunaan sumber-sumber daya politik.

Dari latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana politik jaringan kandidat membangun kepecayaan dengan masyarakat pemilih dan sumber daya politik apa saja yang digunakan? cara-cara apa saja yang digunakan Ruddy Erawan sebagai Ketua DPC PDIP Kabupaten Halmahera Timur untuk menggerakan mesin partai dalam pemenangan pemilukada? Apakah mesin politik menjadi bagian dari politik jaringan yang membawa dampak terhadap pemenangan pemilukada di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2010?

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan: Untuk memperoleh gambaran tentang politik jaringan kandidat membangun kepercayaan dengan masyarakat pemilih dan sumber daya yang digunakan, Untuk mengetahui cara-cara yang digunakan Ruddy Erawan sebagai Ketua DPC PDIP Kabupaten Halmahera Timur menggerakan mesin partai dalam pemenangan pemilukada dan Untuk mengetahui mesin politikmenjadi bagian dari politik jaringanyang membawa dampak terhadap pemenangan pemilukada.

TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Struktural

Politik jaringan dalam studi ini menggunakan perspektif struktural, sebagaimana strukturalisme, yakni sebuah pendekatan yang berfokus pada perangkat kelembagaan utama atau yang menekankan pentingnya keberadaan struktur dan struktur itu pun dapat menentukan perilaku seseorang.

Sehubungan dengan politik jaringan, dalam bukunya “Political Network, The Structural Perspective”, David Konoke mengemukakan, hubungan kekuasaan bersifat asimetri secara aktual atau potensial dimana satu aktor sosial diberikan kontrol yang lebih besar atas perilaku orang lain. Namun, definisi yang bersifat umum seperti ini mengungkapkan sedikit sekali tentang bentuk-bentuk hubungan kekuasaan dalam kehidupan sosial. Banyak tipologi tentang klasifikasi hubungan kekuasaan, namun beberapa kriteria sangat diperlukan untuk menggambarkan keragaman hubungan politik.

Pendekatan struktural menilai keunggulan kekuasaan dengan mempertimbangkan tidak hanya langsung terhadap posisi/kedudukan tetapi juga relasi di dalam jaringan yang lengkap, yaitu pola objektif yang menghubungkan anggota masyarakat (individu dan kolektif). Dua konsep menonjol (dominasi jaringan dan pengaruh) dapat dibedakan sesuai jenis hubungan pertukaran membuat posisi aktor dapat dikenal oleh anggota suatu sistem. Yang paling sentral dalam posisi jaringan adalah melibatkan banyak hubungan timbal balik dengan aktor lain. Aktor jaringan memperoleh kekuasaan karena dekat dengan para pelaku sistem, serta mampu memberi kesan dengan penyampaian informasi yang baik (David Knock, 1994:10).

Politik Jaringan

            Sasaran perhatian utama teori jaringan, yakni pola objektif ikatan yang menghubungkan anggota masyarakat (individu dan kolektif).Satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor mungkin saja individu (Welman dan Wortley, 1990), tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan (Baker, 1990; Clawson, Neustadlt dan Bearden, 1986; Mizruchi dan Koening, 1986) dan masyarakat. Hubungan dapat terjadi di tingkat struktur sosial skala luas maupun di tingkat yang lebih mikroskopik. Granoveter melukiskan hubungan di tingkat mikro (individu) seperti tindakan yang “melekat” dalam hubungan pribadi konkrit dan dalam struktur (jaringan) hubungan itu. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau kolektif) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah bahwa sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, komponen tertentu bergantung pada komponen lain (George Ritser, 2004:383-385).

            Dengan demikian, politik jaringan adalah sebuah pendekatan penggunaan sarana berupa alat atau jaringan personal kandidat untuk menggerakan sumber-sumber daya politik yang dimilikinya (aset, kemampuan; modal politik, modal sosial, modal ekonomi), melalui pemupukan hubungan pertemanan atau persahabatan dengan masyarakat pemilih.

Mesin Politik

Mesin politik adalah sebuah organisasi politik yang memiliki disiplin, tempat seseorang pemimipindan bertindak sebagai patron atau kelompok kecil otoriter memerintahkan dukungan dari sekelompok pendukung dan bisnis (biasanya pekerja kampanye), yang menerima imbalan atas usaha mereka. Meskipun elemen-elemen ini umum bagi sejumlah partai dan organisasi politik lainnya, mereka adalah dasar dari mesin politik yang bergantung pada hirarkhi dan imbalan demi kekuasaan politik, dan biasanya didorong oleh strukutur politik yang kuat. Mesin kadang memiliki patron politik (bos) yang sering bergantung pada perlindungan, pengawasan “dibalik layar”, dengan hubungan jangka panjang di dalam struktur demokrasi perwakilan. Mesin biasanya diatur dengan dasar permanen, tidak hanya dalam satu pemilihan saja. Sebutan ini mungkin memiliki kesan peyoratif karena ada mesin politik yang memiliki motivasi memperkaya diri, korupsi (http://id.wikipedia).

Pertukaran Sumber Daya

Konsep pertukaran sumber daya dari Blau terbatas pada tindakan yang tergantung pada reaksi pemberian hadiah dari orang lain – tindakan segera berhenti bila reaksi yang diharapkan tidak kunjung datang. Orang sangat tertarik karena berbagai alasan yang membujuk untuk membangun kelompok sosial. Segera setelah ikatan awal dibentuk, hadiah yang saling mereka berikan akan membantu mempertahankan dan meningkatkan ikatan. Hadiah yang dipertukarkan dapat berupa sesuatu yang bersifat intrinsik seperti cinta, kasih sayang, dan rasa hormat, atau sesuatu yang bernilai ekstrinsik seperti uang dan tenaga kerja fisik (George Ritzer, hal.389).

Modal Politik

            Hick dan Misra (1993) mengatakan modal politik adalah berbagai fokus pemberian kekuasaan/sumber daya untuk merealisasikan hal-hal yang dapat mewujudkan kepentingan meraih kekuasaan. Intinya, modal politik adalah kekuasaan yang dimiliki seseorang, yang kemudian doperasikan dan berkontribusi terhadap keberhasilan dalam proses politik seperti pemilihan umum.

            Modal politik berarti adanya dukngan politik, baik dari rakyat maupun dari kekuatan-kekuatan politik yang dipandang sebaga representase dari rakyat. Modal ini menjadi sentral bagi semua orang yang bermaksud mengikuti kontestasi di dalam pemilukada, baik dalam tahap pencalonan maupun dalam tahap pemilihan (Kacung Marijan, hal.2010:184).

Modal Sosial

            Francis Fukuyama (1996), menjelaskan modal sosial adalah kemampuan para individu dalam beraktivitas secara tepat untuk mencapai tujuan bersama di dalam komunitas atau organisasi. Kata modal manusia banyak digunakan di kalangan ekonomi saman sekarang; modal tidak selalu identik hanya dengan tanah, peralatan, mesin, akan tetapi manusia di dalamnya, maka modal sosial ataupun kemampuan-kemampuan beraktivitas dalam bagian yang salin terkait dengan orang lain adalah ketrampilan terpenting manusia…maka, tidak akan berhasil pemberdayaan masyarakat jika tidak ada kepercayaan, tidak ada penghargaan dan kejujuran.

Dalam konteks keeratan dan keberagaman, Michael Wollocock (Fukuyama, 2001) membuat klasifikasi modal sosial yang berguna antara lain:

(a) Bonding (modal sosial yang mengikat) yang berarti iktan perasaan diantara orang orang dalam situasi yang sama, seperti keluarga, teman akrab, dan rukun tetangga, (b) Bridging (modal sosial yang menjembatani), mencakup ikatan yang lebih longgar dari beberapa orang, seperti teman jauh dan rekan kerja, (c) Linking (hubungan daerah asal), menjangkau orang-orang yang berada pada situasi yang berbeda, seperti mereka yang berada sepenuhnya ada di luar komunitas (hubungan sedarah asal), sehingga mendorong anggotanya memanfaatkan banyak sumber daya daripada yang tersedia dalam komunitas.

Modal Ekonomi

            Dengan menggunakan tipe ekonomi (kekayaan), model kekuasaan yang melekat pada konteks aktor adalah kekuasaan ekonomi, yakni bagaimana penggunaan sumber daya yang ada secara efektif, misalnya bagaimana sumber-sumber daya dapat bertransformasi menjadi kekuasaan aktual.

            Kekuasaan yang bersumber dari sumber daya ekonomi merupakan model-model kekuasaan dimana para aktor politik mempunyai sumber daya material tertentu (alat-alat teknologi, kekayaan, pendapatan, hak milik, dan hak kontrol atas barang dan jasa) yang dapat digunakan untuk menaiki tangga jabatan politik sehingga memperoleh pengaruh ataupun kepatuhan (Gatara, 2009:273).

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2010 dengan pertimbangan bahwa calon incumbent (petahana) memiliki peluang akan memenangkan pemilukada dengan asumsi kinerja yang sudah dilihat dan dirasakan warga daerah, namun pemilukada kemudian, ternyata dapat dimenangkan oleh mantan wakil incumbent. Dengan melakukan peneitian ini, maka akan memberikan gambaran politik jaringan pemenangan pemilukada di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2010.

Metode Penelitian

 Penelitian dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif di mana data yang akan dikumpulkan berupa kata-kata baik lisan maupun tulisan serta dokumen-dokumen lainnya yang menunjukkan pemaknaan sumber informasi terhadap persoalan yang diteliti di lokasipenelitian yang telah ditentukan. Metode ini memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mengembangkan komponen keterangan yang analitis, konseptual dan kategoris dari data itu sendiri, sesuai persoalan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Peneltian ini menggunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu wawancara mendalam dengan informan untuk mendapatkan data primer menurut panduan berupa pedoman wawancara dan penelaahan terhadap dokumen tertulis untuk mendapatkan data sekunder, data dari KPUD dan partai-partai pengusung (Bagong Suyatno: Sutina, 2006).

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan dikelolah secara deskriptif naratif dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis kualitatif sebagaimana disampaikan oleh Miles dan Huberman (W. Newton Suter, 2012:346). adalah: reduksi data (mencari esensi dari data yang diperoleh), riplay data (diorganisasikan data untuk ditemukan pemaknaannya), menarik kesimpulan-kesimpulan (menjelaskan temuan-temuan).

HASIL PEMELITIAN DAN PEMBAHASAN

Politik Jaringan Kandidat Membangun Kepercayaan dengan masyarakat pemilih dan sumber daya yang digunakan.

            Politik jaringan dalam pemilukada di Kabuapaten Halmahera Timur tahun 2010, merupakan studi yang bersifat kompleks karena menampilkan berbagai dinamika sosial dan politik, dimana terdapat enam pasangan calon yang bertarung, yang memperebutkan suara pemilih dengan latar belakang atribut sosial politik yang beragam (berbeda pekerjaan, sub suku bangsa, keyakinan, budaya, bahasa, tingkat pendidikan, sebagainya).

Dengan demikian, dapat kemukakan bahwa politik jaringan kandidat Rudy Erawan dalam membangun kepercayaan terhadap masyarakat pemilih dalam pemilukada Halmahera Timur 2010, dilakukan dengan menanamkan modal ekonomi (economical capital) dalam aktvitas politik melalui sumbangan non-politik sebagai investasi jangka panjang dalam hubungan-hubungan sosial dan membangun kerja sama, setelah kandidat memahami persoalan-persoalan dan kebutuhan masyarakat setempat. Melalui investasi modal ekonomi, Rudi Erawan mendapat kepercayaan dari masyarakat pemilih. Kerja sama dibangun atas dasar kepercayaan yang ditopang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan kuat. Sedangkan sarana atau alat yang digunakan oleh kandidat ialah partai politik dan jaringan pertemanan, sebagai perantara, sumber informasi, dalam menanamkan investasi modal ekonomi kepada masyarakat pemilih.

Cara-cara yang digunakan Ruddy Erawan sebagai Ketua PAC PDIP menggerakan mesin partai dalam pemenangan pemilukada.

Posisi/jabatan Ruddy Erawan sebagai Ketua DPC PDIP dan wakil bupati Kabupaten Halmahera Timur, sangat menguntungkan dan membantu dalam menggerakan bawahannya. Selama tidak menjalankan tugasnya sebagai wakil kepala daerah 2005-2010, Ruddy Erawan banyak memanfaatkan waktunya untuk mengunjungi dan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan Pimpinan Anak Cabang (kecamatan).

Dengan demikian, dapat dikemukakan, bahwa cara-cara yang digunakan Ruddy Erawan dalam kedudukannya sebagai Ketua parpol dalam pemenangan pemilukada, yakni mengadakan kunjungan-kunjungan ke pimpinan anak cabang (PAC) di kecamatan secara rutin, mengadakan pertemuan-pertemuan dengan para pimpinan anak cabang, membahas strategi-strategi pemenangan pemilukada 2010. Pertemuan secara rutin menjadi pendorong semangat para kader partai politik baik di kecamatan maupun di desa untuk memenangkan kontestasi pemilukada, yang telah direncanakan dan dipersiapkan secara matang, dalam jangka waktu yang cukup lama.

Mesin politik menjadi bagian politik jaringan yang membawa dampak terhadap pemenangan pemilukada.

Dalam proses pemenangan kandidat Rudy Erawan sebagai calon bupati, mesin politik kandidat membangun modal sosial melalui organisasi kepartaian. Melalui mesin partai partai politik, dapat mengadakan sosialisasi yang bersifat dialogis. Alasan menggunakan mesin politik partai karena lawan yang dihadapi Rudy Erawan adalah calon incumbent, yang didukung oleh koalisi partai besar di parlemen dan partai non parlemen, serta mendapat dukungan oleh birokrat. Dengan demikian, mesin politik partai wajib bekerja keras dan mengntrol basis massa, untuk memenangkan pasangan calon.

Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa kemenangan pasangan calon bupati dan wakil bupati Ruddy Erawan dan Muhdin H. Mabud dalam pemilukada tahun 2010, ditentukan oleh mesin politik dalam jaringan kandidat, baik yang berasal dari parpol, maupun yang berasal dari jaringan pertemanan di luar parpol. Mesin politik ini, menjalankan kerja-kerja politik, seperti mengadakan sosalisasi dari desa ke desa, mempromosikan visi-misi kandidat, merekrut tim sukses yang memilik pengaruh, menjembatani komunitas jauh, seperti teman jauh, orang-orang sedaerah asal dan seagama, serta mengntrol masyarakat dengan jalan memenuhi kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Ketika ada keluhan-keluhan dari warga masyaraat, maka dengan cepat mesin politik ini melaporkan kepada Ruddy Erawan atau menangani denga modal sendiri, kalau kebutuhannya bisa dijangkau.

 

 

Penutup

Kesimpulan

Setelah melalui pembahasan pada bab sebelumnya, maka ada beberapa pokok yang dapat disimpulkan dalam penulisan jurnal ini:

Tentang bekerjanya politik jaringan kandidat dalam membangun kepercayaan terhadap masyarakat pemilih dalam pemenangan pemilukada di Kabupaten Halmahera Timur 2010; Dilakukan dengan menanamkan modal ekonomi (economical capital) dalam aktvitas politik. Inverstasi modal ekonomi inilah yang menimbulkan kepercayaan dari masyarakat pemilih dan ditopang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan kuat.

Tentang cara-cara yang digunakan Ruddy Erawan dalam kedudukannya sebagai Ketua PAC PDIP untuk menggerakan mesin partai dalam kontestasi pemilukada; Dengan mengadakan kunjungan-kunjungan ke pimpinan anak cabang (PAC) di kecamatan secara rutin dan membahas strategi-strategi yang berkaitan dengan pemenangan pemilukada tahun 2010. Selain sebagai ketua DPC, cara-cara yang digunakan Ruddy Erawan dalam menggerakan mesin partai, juga terkait dengan poisisinya sebagai wakil bupati, sehingga semakin leluasa dalam melakukan aktivitas politik.

Tentang mesin politik pemenangan pemilukada; Selain mengadakan kampanye dialogis, juga membangun jaringan politik melalui jaringan pertemanan selanjutnya menjadi perantara jaringan sosial dan politik menurut hubungan sedaerah asal dan seagama. Mesin politik yang terlibat dalam pemenangan pemilukada adalah jaringan kandidat secara struktural seperti partai politik, dan individu-individu yang direkrut oleh partai politik.

Saran

Hakekat politik jaringan yang berkaitan dengan pemenangan pemilukada adalah bagaimana menggunakan jaringan politik dalam menggerakan sumber daya potensial yang dimiliki oleh kandidat (modal politik, modal sosial, dan modal ekonomi) yang hendak mengikuti kontestasi di dalam pemilukada, menjadi sumber daya aktual melalui pemupukan dan persahabatan, dengan memanfaatkan mesin politik seperti kelompok kepentingan, partai politik, dan pemerintah sebagai jembatan/penghubung untuk membangun kepercayaan (modal sosial) antara kandidat dengan masyarakat pemilih.

Kandidat yang hendak mengikuti kontestasi pemilukada, tidak hanya memperhatikan situasi pemilukada itu sendiri, tetapi juga memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pemilih, karena distribusi sumber daya politik bersifat tidak merata kepada setiap orang. Oleh sebab itu, dalam trategi pemenangan pemilukada, kandidat perlu memahami realitas, atau kondisi sosial dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pemilih, selanjutnya mengaktualkan sumber daya potensial untuk membangun kepercayaan (modal sosial) melalui mesin politik.

DAFTAR PUSTAKA

Adrain, Charles F. (1992) Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Budiajo, Miriam. (1998). Dasar-Dasar Ilmu Politik. gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Field, John. (2010) Modal Sosial. Keasi Wacana. Yogyakarta.

Gatara Sahid A.A. (2008). Ilmu Politik, Memahami dan Menerapkan. CV Pustaka Setia. Bandung.

Herimanto dan Winarno. (2010) Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Jacobs, Cheryl. (2007). Community Capitals: Politcal Capital. South Dakota State University. USA.

Liddle, Wlliam R. (1992). Pemilu-Pemilu Orde Baru Pasang Surut Kekuasaan Politik. Jakarta: LP3ES.

Knock, David. (1990). Political Network: The Structural Perspective. Cambridge University. USA.

Lin, Nan. (2010). A Theory Social Structural and Action. Cambridge University Press. Melbourne. Australia.

__________. (2008). A Network Theory Social Capital dalam Hand Book of Social Capital. Dario Castiglione et.al. (editors) Oxford University Press 1st Publisher. New York. USA.

Mair, Peter. (2006). Cleavages dalam Hand Book of Party Politics. London: Sages Publication.

Marijan, Kacung. (2010). Sistem Politik Indonesia. Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde-Baru. Kencana Prnada Media Grup. Jakarta. 2010.

Marsh, David and Stoker, Gerry. Teori dan Metode Ilmu Dalam Ilmu Politik. Nusa Media. Ujungbreug. Bandung.

Mas’oed, Mohtar, dan Mac Andrew, Colin. (2001). Perbandingan Sisitem Politik. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.

Nurhasim, Moch, dkk.(2003). Konflik Elit Politik Lokal Dalam Pemilihan Kepala Daerah. Pusat penelitian Politik (P2P) LIPPI. Jakarta.

Ritzer, George. (2004). Teori Sosiologi Modern. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sugiono. (2008). Metode Peneltian Kualitatif. Kualitatif Dan R & D. Penerbit Alfa Beta. Bandung.

Surbakti, Ramlan. (2010). Memahami Ilmu Politik. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

__________. dkk, (2008). Perekayasaan Sistem Pemilu, Untuk Pembangunan Tata Politik Demokrasi. Kemitraan. Jakarta.

Suter, Newton w. (2012). Introduction To Educational Research: A Critical Thinking Research (Thousand Oaks CA: SAGE Publications, Inc.)

Makalah/Jurnal/Tesis/Laporan:

Fukuyama, Francis. (1966) (Trust: The Social Vertues and the Creatin of Prosperity). Jurnal Ilmiah Dunia Arab. Khulashat. Cairo, Mesir (ed). IV. Februari.

.Social Capital and Civil Society. IMF Working Paper. WP/0074

__________ . (2001) “Sosial Capital. Civil Society and Development” dalam Third World Quertley. Vol. 22. No.1. tlm.7-20.

Halmahera Timur Dalam Angka, 2010.

Hergiansari, Putri. (2013). Tesis: Instrumen Mobilisasi Politik Pencalonan Syahri-Mulyo Dalam Pemilukada Kabupaten Tulungagung 2013. Surabaya: Universitas Airlangga.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Halmahera Timur. (2010).

Laporan Gubernur Maluku Utara. (2001).

Piere, Samuel. (2010). The Political Mobilization of Women in Spain’s Second Republic: The CEDA 1931-1936 Dalam Journal of Contemporary History. Volume 45 (1).

Sekretariat KPUD Kabupaten Halmahera Timur. 2010.

Suhendra, Adi. Tesis. (2010). Media Sosial Dalam Ruang Politik: (Studi Fenomenologi Penggunaan Jejaring Sosial Online Sebagai Strategi Pemenangan Gubernur Jokowi-Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2012). Surabaya: Universitas Airlangga.

Ulfah, Fitriana. Tesis. (2009). Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Dalam Mobilisasi Pemilih Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 (Studi Penelitian di Kabupaten Pati). Semarang: Universitas Diponegoro.

Website/Artikel:

http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_Politik.download.14 Agustus 2014; pukul 21 wit.