MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PADA MATERI PENGUKURAN MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

SISWA KELAS 1 TAHUN PELAJARAN 2016 – 2017

 

Annisa Indrianingrum

Wahyu Purwiyastuti

Program Studi S1 Pendidikan Guru Seekolah Dasar FKIP

Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi pada materi Pengukuran Panjang dan Berat Benda. Penelitian ini bersifat penelitian tidakan kelas. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi yang berjumlah 29 siswa. Dengan indikator penelitian pada siklus 1 dengan presentase ketuntasan belajar siswa sebesar 65%. Sedangkan pada siklus 2 dengan indikator penelitian persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 75%. Adapun hasil penelitian pada siklus 1 adalah persentase hasil belajar siswa sebesar 69%. Sedangkan pada siklus 2 hasil belajar siswa dengan persentase ketuntasan siswa mencapai 89,7%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi.

Kata Kunci : Kooperatif, Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyatakan, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU Sisdiknas: 2003). Maka dari itu untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional seorang pelajar harus manempuh jenjang pendidikan.

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, peran seorang guru menjadi sangat penting untuk mencerdaskan penerus-penerus bangsa. Oleh karena itu, dalam memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia tidak hanya perbaikan sistem semata yang menjadi perhatian. Tetapi perbaikan mutu pengajaran di sekolah perlu adanya evaluasi baik dalam hal penggunaan metode, model, maupun media pengajaran. Hal tersebut merupakan pendukung-pendukung utama dalam menciptakan hasil belajar yang diinginkan.

Proses belajar mengajar banyak melibatkan berbagai aktivitas yang tidak hanya peran guru saja, tetapi siswa pun dapat sangat mempengaruhinya. Oleh karena itu, dalam proses pengajaranya seorang guru dituntut untuk memiliki kreativitas yang tinggi. Menciptakan proses pembelajaran yang kreatif inovatif perlu dikembangkan untuk mencapai kompetensi peserta didik. Menciptakan proses pembelajaran berkualitas dan hasil belajar yang optimal, diperlukan usaha dari semua pihak terkait terutama guru untuk memotivasi siswa dalam belajar dan saling membantu satu sama lain serta usaha guru menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan. Hal ini dapat dicapai melalui penerapan model pembelajaran inovatif, yaitu kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dengan pembelajaran kooperatif tersebut, akan tercipta kemandirian belajar, kerja tim yang baik, serta mampu meningkatkan semangat belajar sehingga hasil belajar siswa meningkat. Selain itu proses belajar mengajar yang interaktif akan tercipta, karena model ini menuntut siswa untuk berpartisipasi secara aktif di dalam proses pembelajaran. Model ini bersifat student centered yang dimana siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator saja. Aktivitas siswa akan sangat dominan di dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti di kelas 1 SDN Cakung Timur 05 Pagi, peneliti menemukan bahwa pengajaran dalam mata pelajaran matematika yang dilakukan oleh guru kelas masih sangat minim dalam penggunaan model maupun media pengajaran. Bahkan penggunaanya sangat jarang dilakukan oleh guru. Selama ini proses belajar mengajar masih cenderung bersifat text book. Penggunaan metode ceramah masih sangat dominan dalam pengajaran di kelas. Kurangnya aktivitas yang menyenangkan dan interaktif sangat diperlukan untuk memotivasi siswa dalam belajar. terutama dalam pembelajaran matematika yang seharusnya kaya akan model, metode maupun media pengajaran. Sehingga proses pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan akan tercipta dan akan lebih bermakna bagi siswa.

Untuk mengatasi masalah dan meningkatkan hasil belajar siswa penulis mengambil salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada Tema 8 (Peristiwa Alam) satu model pembelajaran yang dinilai cocok adalah model pembelajaran Kooperatif. Model kooperatif dalam pendekatan saintifik menekankan kepada proses belajar peserta didik. Guru dalam proses pembelajaran tidak lagi memiliki peran yang dominan di kelas, tetapi peran guru hanya ssebagai fasilitator. Siswa akan menggali pengetahuanya sendiri melalui proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok.

KAJIAN PUSTAKA

Prestasi Belajar Matematika

            Sappaile dalam jurnalnya (2007) menyatakan bahwa kaitanya dengan pembelajaran matematika, maka prestasi belajar matematika merupakan hasil belajar yang yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam selang waktu tertentu. Bilamana peserta didik telah menguasai materi pelajaran matematika maka akan terjadi perubahan tingkah laku.

Berdasarkan uraian pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika merupakan suatu keberhasilan peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran matematika dalam kurun waktu tertentu. Keberhasilan pembelajaran matematika oleh peserta didik yang meliputi aspek kognitif dan psikomotor. Artinnya bahwa keberhasilan pembelajaran matematika oleh peserta didik tidak hanya aspek pengetahuan saja tetapi diharapkan peserta didik mampu memiliki keterampilan matematika sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika.

Metode Kooperatif

            Slavin (Isjoni, 2009; 15) mengemukakan “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher.” Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam penerapan model kooperatif ini siswa tidak bekerja secara individual, tetapi secara bergotong royong dalam kelompok memecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, harus adanya “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara sesama anggota kelompok (Slavin, 1983; Stahl, 1994).

Michaels (1977) mengatakan bahwa “Cooperative learning is more effective in increasing motive and performance students.” berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dianggap efektif dalam meningkatkan motivasi dan performa peserta didik.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif (Stahl, 1994; Slavin, 1983) adalah sebagai berikut: (1) Merancang progam pembelajaran yang meliputi target pembelajaran, menetapkan sikap dan keterampilan sosial yang akan dicapai peserta didik. (2) Merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk memberikan penilaian saat pembelajaran. Penilaian yang dilakukan berupa pengamatan langsung kepada peserta didik saat pembelajaran berlangsung. (3) Membimbing dan mengarahkan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung baik secara individual maupun kelompok. Misalnya memberikan saran maupun kritikan yang membangun saat peserta didik dalam kelompoknya. (4) Peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Guru berperan sebagai moderator yang akan mengarahkan dan meluruskan jika ada pemahaman materi yang keliru.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N Cakung Timur 05 Pagi. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 1 (satu) yang berjumlah 29 siswa

Variabel X (Bebas)

Variabel X atau variabel bebas adalah suatu variabel yang mempengaruhi penelitian ini penulis mengambil variabel X nya adalah model pembelajaran Cooperative Learning atau Kooperatif.

Model Kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada kemandirian siswa dalam menggali pengetahuanya untuk menyelesaikan masalah yang dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil siswa.

 

 

Variabel Y (Terikat)

Variabel Y atau variabel terikat adalah suatu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas dalam penelitian, pada penelitian ini penulis mengambil hasil belajar siswa tema 8 (Peristiwa Alam), sub tema 1 (Peristiwa Siang dan Malam) dan sub tema 2 (Kemarau) pada mata pelajaran Matematika dalam materi Pengukuran Panjang dan Berat Bendadi kelas 1 di SD N Cakung Timur 05 Pagi

Prosedur Penelitian

Rencana penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Ebbut (1985) dalam Hopkins (1993) menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Menurut Kemmis dan MC Taggart (1998),penelitian tindakan terdiri dari empat “momentum” utama, yaitu Planning (Perencanaan), Action (Tindakan), Observation (Pengamatan) dan Rerflection (Refleksi)

Penelitian ini telah mengikuti prosedur PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang akan dilaksanakan dalam 2 siklus langkah-langkah dalam siklus dibagi menjadi 3 siklus planing (perencanaan), acting and observation (tindakan dan observasi), dan reflecting (refleksi).

Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengunpulan data menggunakan teknik non tes dan teknik tes. Teknik non tes digunakan untuk mengetahui respon siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Teknik non tes ini menggunakan lembar observasi dan dokumentasi. Sedangkan untuk teknik tes adalah kegiatan yang dimaksutkan untuk mengetahui hasil belajar siswa secara kognitif, kegiatan tes ini berbentuk pilihan berganda yang berjumlah 20 soal.

Indikator Kinerja

Pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika dan prestasi belajar matematika kelas 1 SDN Cakung Timur 05 Pagi. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah hasil belajar Matematika siswa mengalami peningkatan ditandai dengan jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar lebih dari 75%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Kondisi Awal

            Dalam pembelajaran Matematika hasil belajar siswa masih rendah. Hal tersebut berdasarkan data yang didapatkan peneliti selama prasiklus dengan wawancara wali kelas, observasi, dan data nilai ulangan tema 7 (analisis nilai ketuntasan KD Matematika). Berdasarkan hasil analisis nilai ketuntasan KD Matematika dari 29 siswa hanya 15 siswa yang dapat mencapai KKM dan 14 siswa tidak mencapai KKM dengan nilai KKM yaitu 66.

            Berdasarkan hasil observasi pula didapatkan hasil bahwa pembelajaran yang dilaksanakan di kelas peran guru masih sangat dominan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih terkonsep pada teacher centered bukan student centered. Kegiatan belajar mengajar di kelas masih cenderung berpusat pada guru saja. Selain itu penggunaan media dengan benda-benda konkret masih kurang bahkan terbilang jarang.

            Penggunaan model pembelajaran yang dapat memberikan siswa untuk ikut lebih berpartisipasi aktif di kelas sangat diperlukan. Pembelajaran yang dapat memberikan makna dan pengalaman bagi peserta didik.

Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan siklus 1 diadakan dalam 3 pertemuan, pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari Senin, 3 April 2017, sedangkan pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 5 April 2017, serta pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari senin 27 Maret 2017. Pada pertemuan pertama kegiatan siswa adalah pengenalan dan penyampaian materi tentang perbedaan alat ukur baku dan tidak baku, penggunaan alat ukur tidak baku dalam sehari hari, dan membandingkan bpanjang dua benda berbeda. Sedangkan pada pertemuan kedua yang dilakukan pada hari Jumat, 7 April 2017. Kegiatan siswa adalah pendalaman materi tentang materi Pengukuran Panjang Benda yaitu mengurutkan panjang benda mulai dari yang paling pendek hingga ke paling panjang. Dari data yang diperoleh dari lembar observasi setelah dilaksanakannya pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik namun masih perlu ditingkatkan. Setelah dilakukannya pertemuan 1 dan 2, maka pada pertemuan ketiga guru mengevaluasi hasil belajar siswa pada siklus 1 dengan melakukan tes formatif tertulis untuk mengukur keberhasilan siklus yang telah dilakukan. Hasilnya pada frekuensi hasil belajar Matematika setelah dilakukan tindakan menggunakan metode Kooperatif pada materi Pengukuran Panjang Benda kelas 1 diukur dengan nilai KKM 66 sebanyak 20 siswa telah mencapai KKM, sedangkan sebanyak 9 siswa dinyatakan tidak tuntas. Sehingga diperoleh persentase keberhasilan penerapan metode kooperatif pada hasil belajar Matematika sebesar 69% Tuntas dan 31% Tidak Tuntas.

Dari data tersebut maka peneliti dan guru kelas melakukan perbaikan-paerbaikan pada siklus 2 berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pembelajaran siklus 1.

Pelaksanaan Siklus 2

            Pelaksanaan siklus 2 diadakan dalam 3 pertemuan, pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari Senin, 10 April 2017, sedangkan pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 12 April 2017, serta pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 14 April 2017. Pada pertemuan pertama kegiatan siswa adalah pengenalan dan penyampaian materi tentang Pengukuran Berat Benda dan penggunaan alat ukur berat benda tidak baku, serta membandingkan berat benda. Sedangkan pada pertemuan kedua yang dilakukan pada hari Jumat, 7 April 2017. Kegiatan siswa adalah pendalaman materi tentang materi Pengukuran Berat Benda dengan mengurutkan berat benda dari yang paling ringan ke paling berat.. Dari data yang diperoleh dari lembar observasi setelah dilaksanakannya pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan sudah lebih baik daripada siklus 1. Segala yang menjadi evaluasi kekurangan pada siklus 1 telah diperbaiki oleh guru. Setelah dilakukannya pertemuan 1 dan 2, maka pada pertemuan ketiga guru mengevaluasi hasil belajar siswa pada siklus 1 dengan melakukan tes formatif tertulis untuk mengukur keberhasilan siklus yang telah dilakukan. Hasilnya pada frekuensi hasil belajar Matematika pada materi Pengukuran Berat Benda kelas 1 diukur dengan nilai KKM 66 sebanyak 26 siswa telah mencapai KKM, sedangkan sebanyak 3 siswa dinyatakan tidak tuntas. Sehingga diperoleh persentase keberhasilan penerapan metode kooperatif pada hasil belajar Matematika sebesar 89,7% Tuntas dan 10,3% Tidak Tuntas.

Dari data tersebut maka peneliti dan guru kelas melakukan perbaikan-paerbaikan pada siklus 2 berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pembelajaran siklus 1.

Hasil Analisis Data

Penelitian tindakan kelas ini telah terlaksana selama 2 minggu yang terdiri dari 2 siklus dengan total 6 kali pertemuan. Hasil perolehan peningkatan hasil belajar dinyatakan dalam persentase ketuntasan belajar:

Hasil Belajar Matematika Berdasarkan

Ketuntasan Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2

Hasil Belajar Matematika

KKM

Persentase (%)

Pra Siklus

Siklus 1

Siklus 2

Tuntas

≥66

51,7

69

89,7

Tidak Tuntas

<66

48,3

31

10,3

Jumlah

100

 

Sebelum ada tindakan pada hasil belajar Matematika menggunakan metode kooperatif pada siswa kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi, peneliti mendapatkan data nilai ketuntasan hasil belajar Matematika pada Tema 7. Diperoleh sebanyak 14 siswa mendapatkan nilai tidak tuntas dengan nilai KKM 66. Jika dipresentasikan ke dalam persen (%) siswa yang tuntas hanya sebesar 51,7%. Sedangkan untuk hasil penghitungan nilai ketuntasan siswa yang tidak tuntas hanya sebesar 48, 3% Peningkatan hasil belajar terlihat setelah diberikan tindakan dengan metode kooperatif pada siklus 1 dengan hasil skor ketuntasan sebesar 69% yang tuntas dengan frekuensi 20 siswa dan 31% untuk persentase tidak tuntas dengan frekuensi 9 siswa. Siklus perbaikan yang mana adalah siklus 2 telah dilaksanakan untuk memperbaiki hal-hal yang menjadi evaluasi pada siklus 1. Diperoleh data hasil tes tertulis siklus 2 sebesar 89,7% dengan frekuensi 26 siswa yang tuntas. Sedangkan data tes tertulis untuk skor tidak tuntas sebesar 10,3% dengan frekuensi 3 siswa. terlihat pada siklus 2 terjadi peningkatan dari siklus 1.

Pembahasan

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah 75% dari seluruh siswa yang berjumlah 29 siswa dengan KKM yang sudah ditentukan sebesar 88. Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif.

Pada siklus 1, indikator kinerja yang ditetapkan adalah 65% pada siklus 1 ini indikator kinerja sudah dilalui karena keberhasilan ketuntasan siswa sebesar 69% atau dari 29 siswa terdapat 20 siswa yang dinyatakan sudah tuntas dengan melampaui KKM yang sebesar 66. Pada siklus 1 ini mengalami peningkatan sebesar 17,3% daripada prasiklus yang sebesar 51,7%. Namun hasil ini masih perlu ditingkatkan pada siklus 2 karena pada siklus 2 target yang ditetapkan adalah 75%.

Sedangkan pada siklus 2 indikator kinerja yang ditetapkan adalah 75% berawal dari kelemahan pada siklus 1 peneliti dan guru kelas memperbaiki kelemahan tersebut agar pada siklus 2 mencapai ekspestasi yang sebesar 75% tersebut. Pada siklus 2 ini setelah dilakukan proses evaluasi pada pertemuan ketiga dari 29 siswa terdapat 26 siswa atau 89,7% siswa mendapat nilai diatas 66 atau dikatakan tuntas, sehingga dapat dikatakan penelitian ini dianggap berhasil.

PENUTUP

Simpulan

            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar Matematika dapat diupayakan melalui metode Kooperatif siswa kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi semester II tahun pelajaran 2016-2017 dengan KKM ≥ 66 terbukti. Hal ini nampak pada hasil belajar Matematika siklus 1 sebesar 69% (20 dari 29) siswa tuntas dan 31% (9 dari 29 siswa) tidak tuntas. Sedangkan pada siklus 2 sebesar 89,7% (26 dari 29 siswa) tuntas dan 10,3% (3 dari 29 siswa) tidak tuntas. Perbandingan hasil belajar Matematika berdasarkan (1) ketuntasan belajar antara siklus 1: siklus 2 adalah 20: 26, (2) skor minimum antara siklus 1 dan siklus 2 adalah 57: 62, (3) skor maksimum siklus 1 dan siklus 2 adalah 93: 95, dan (4) skor rata-rata antara siklus 1: siklus 2 adalah 77: 84. Penelitian ini dinyatakan berhasil ditunjukkan oleh jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 dari 29 (89,7%) siswa melebihi target yang ditetapkan dalam indikator kinerja yaitu ≥ 75% dari seluruh siswa.

Peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran di kelas sangat penting untuk mencari tahu dan mengembangkan pemikiran, wawasan serta pengetahuan yang dimiliki siswa. Anak-anak khususnya siswa SD berada pada tingkatan umur yang membutuhkan proses pembelajaran menyenangkan, menarik dan tidakmonoton. Penggunaan media konkret juga menjadi komponen penting, sehingga guru sebagai fasilitator harus siap dengan segala media yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu peran teman belajar merupakan komponen utama dalam pembelajaran kooperatif dalam mengembangkan pengetahuan pada proses aktivitas kelompok. Selaijn itu pada aspek afektif seswa lebih mandiri dalam mencari konsep pengetahuanya dan dituntut lebih berani dan percaya diri dalam kelompoknya.

 DAFTAR PUSTAKA

As’sari, A. R. (2014). Mewujudkan Pendekatan Saintifik dalam Kelas Matematika. Seminar Nasional Pendidikan Matematika (pp. 8-21). Jember: http://www.researchgate.net/publication/273635784.

Chatib, M. (2011). Gurunya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa.

Diana Rahmawati, M. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Pelatihan Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru Akuntansi Sekabupaten Sleman (p. 1). Sleman: www.academia.edu.

Etin Solihatin, Raharjo. (2008). Cooperative Learning “Analisis Model Pembelajaran IPS”. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sani, R. A. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sappaile, B. I. (2007). Hubungan Kemampuan Penalaran dalam Matematika dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 13, No. 069. 985-1003.

Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

U.S, S. (2012). Peran Berpikir Kreatif dalam Proses Pembelajaran Matematika. Jurnal Formatif. 2(3), 248-262.