UPAYA MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN

DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI METODE QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 01 KARANGLO SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Ismiyati

Guru Kelas I SD Negeri 01 Karanglo

 

ABSTRAK

Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah untuk: (1) Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016. (2) Meningkatkan proses pembelajaran pada indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016; dan (3) Meningkatkan prestasi belajar siswa dan proses pembelajaran pada indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, serta motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, teman sejawat, dan partisipasi siswa. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan berupa: (a) observasi dan (b) dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) analisis dan refleksi.Hasil penelitian: 1. Prestasi belajar siswa: (a) Siswa Tuntas: Pra Siklus = 12 siswa (37,5%), Siklus I = 23 siswa (72%) dan Siklus I = 32 siswa (100%). (b) Siswa Belum Tuntas: Pra Siklus 20 siswa (63%), menurun menjadi 9 siswa (28%) pada siklus I dan menjadi 0 siswa atau 0% pada Siklus II. (c) Nilai Tertinggi: Pra Siklus = 90, Siklus I = 100 dan Siklus II = 100. (d) Nilai Terendah: Pra Siklus = 35, Siklus I = 60, Siklus II = 75. Rata-rata Nilai: Pra Siklus = 66,48, Siklus I = 79,38 dan Siklus II = 87,56 2. Proses Pembelajaran (a). Keaktifan: Pra Siklus = 2,63 (cukup), Siklus I = 3,61 (baik) dan Siklus II = 3,75 (baik). (b) Kerjasama: Pra Siklus = 2,41 (cukup), Siklus I = 2,94 (baik) dan Siklus II = 3,91 (baik). (c) Inisiatif: Pra Siklus = 2,22 (cukup), Siklus I = 2,88 (cukup), dan Siklus II = 3,44 (baik) (d) Kreatifitas: Pra Siklus = 2,56 (cukup) Siklus II = 2,97 dan Siklus II = 3,25 (baik). (e) Minat: Pra Siklus = 2,53 (cukup), Siklus I = 2,94 (cukup), dan Siklus II = 3,28 (baik). (f) Motivasi: Pra Siklus = 2,38 (cukup) Siklus I = 3,16 (baik) dan Siklus II = 3,66 (baik). 3. Pengamatan teman sejawat pada Siklus I diperoleh skor 44 dengan kriteria baikdan pada Siklus II diperoleh skor 52 dengan kriteria baik sekali. Dengan telah dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan menerapakan model pembelajaran quantum teaching diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kemajuan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika ataupun pembelajaran mata pelajaran lainnya di tingkat Sekolah Dasar khususnya SD Negeri 01 Karanglo terutama dalam hal penerapan model-model pembelajaran yang bervariasi. Untuk selanjutnya dari penerapan model pembelajaran quantum teaching ini bisa memberikan acuan bagi pengembangan potensi guru dan siswa serta untuk pengambilan kebijakan pada proses pembelajaran di masa mendatang dalam rangka upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan proses pembelajaran

Kata kunci: Metodel Quantum Teaching, Proses Pembelajaran dan Prestasi Belajar

PENDAHULUAN

Dalam pembelajaran Matematika, siswa sering dihadapkan pada materi-materi yang bersifat abstrak dan verbal, sehingga secara riil tidak dapat dipahami oleh siswa secara utuh dan guru tidak cukup terfokus hanya pada satu metode atau teknik tertentu saja karena setiap materi dan setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, untuk itu dibutuhkan teknik yang berbeda pula. Kenyataan selama ini menunjukkan bahwa guru hanya menggunakan metode atau teknik tertentu, sehingga siswa cepat merasa bosan, kurang kreatif, menampakkan sikap kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap menerima pelajaran.

 Pada kegiatan kondisi awal pada proses belajar mengajar dengan indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, dan motivasi diperoleh hasil keaktifan rata-rata 2,63 (cukup), kerjasama rata-rata 2,41 (cukup), inisiatif rata-rata 2,22 (cukup), kreatifitas rata-rata 2,56 (cukup), minat rata-rata 2,53 (cukup), dan motivasi rata-rata 2,83 (cukup). Sedangkan untuk prestasi belajar dari 32 siswa, jumlah siswa yang tuntas 12 anak atau 63%, belum tuntas 20 anak atau 37%, nilai tertinggi 90, nilai terendah 35, dan rata-rata nilai 66,48. Hasil-hasil tersebut diperoleh karena peneliti belum menerapkan metode belajar yang inovatif dan metode pembelajaran yang efektif. Disamping itu peneliti juga belum memanfaatkan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan siswa.

Melihat kondisi awal yang tidak menggembirakan maka peneliti sebagai guru pengampu mata pelajaran Matematika mempunyai pemikiran untuk melakukan perbaikan pembelajaran agar proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat meningkat. Adapun langkah yang diambil adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan quantum teaching. Pembelajaran quantum teaching merupakan pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan. Quantum teaching atau yang juga dikenal dengan istilah pembelajaran kuantum merupakan suatu metode pembelajaran yang telah diterapkan di banyak negara dan banyak mendapatkan pujian dari para pakar.

Dari uraian di atas dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1.   Apakah melalui penerapan pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Matematika pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016?”

2.   Apakah melalui penerapan pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran pada indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, dan motivasi belajar mata pelajaran Matematika Penjumlahan dan Pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016?”

3.   Apakah melalui penerapan pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan prestasi dan proses pembelajaran pada indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, dan motivasi belajar mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016?”

Penelitian Tindakan Kelas dengan model pembelajaran Quantum Teaching ini bertujuan:

1.    Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan metode pembelajaran quantum teaching.

2.    Untuk meningkatkan proses pembelajaran pada indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, serta motivasi belajar siswa mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan metode pembelajaran quantum teaching.

3.    Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan proses pembelajaran pada indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, serta motivasi belajar siswa mata pelajaran Matematika pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan metode pembelajaran quantum teaching.

LANDASAN TEORI

Hakekat Belajar dan Pembelajaran

Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2013: 4) bahwa perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan-perubahan yang terjadi disadari oleh individu yang belajar, kesinambungan dan akan berdampak pada fungsi kehidupan lainnya. Selain itu perubahan bersifat positif, terjadi karena peran aktif dari pembelajar, tidak bersifat sementara, bertujuan, dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku pada sikap, keterampilan, pengetahuan,dan sebagainya.

Sejalan dengan perubahan paradigma dalam belajar, belajar tidak efektif jika anak duduk dengan manis di kelas sementara guru menjejali anak dengan berbagai hal, namun belajar saat ini memiliki kecenderungan dengan istilah belajar aktif (sering di kenal sebagai “cara belajar siswa aktif”) merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk dapat mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi bila siswa berperang secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajarinya.

Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey learning by doing. Dewey tidak menyukai rote learning “belajar dengan menghafal“. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatannya secara aktif dalam suatu proses belajar. Menurut Dewey, guru berperan menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Dengan peran serta siswa dan guru dalam belajar aktif.

Menurut Purwanto (2013: 45) bahwa belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Proses pengajaran merupakan sebuah aktifitas sadar untuk membuat siswa belajar.Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran (goal directed). Sejalan dengan hal tersebut, Asep Jihad dan Abdul Haris (2013: 20) berpendapat bahwa, “Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa”. Menurut Gagne dalam Purwanto (2013: 45), bahwa proses belajar terutama belajar yang terjadi di sekolah, itu melalui tahap-tahap atau fase-fase; motivasi, kosentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi, dan umpan balik.

Menurut Hamruni (2009:10) Pembelajaran merupakan suatu sistim instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain, tujuan, bahan, peserta didik, guru, metoda, sirtusai, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganinasasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.

Prestasi Belajar Matematika

Prestasi Belajar atau hasil belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Mengambil pengertian tersebut, hasil belajar dalam PTK ini penulis mengartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran Matematika.

Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil menuntaskan konsep konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Begitu juga hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang tetap sebagai hasil proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hakekat Hasil Proses Pembelajaran

Hakekat hasil proses pembelajaran adalah hasil yang dicapai seseorang siswa setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi pembelajaran yang diajarkan sudah diterima siswa. Hasil proses belajar mata pelajaran Matematika didapat baik dari hasil tes harian pada setiap akhir siklus dan penilaian diri pada saat siswa mengikuti proses belajar Matematika. Adapun penilaian proses belajar ini diuraikan sebagai berikut: keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, serta motivasi belajar.

a.    Keaktifan

Sardiman (2014: 98), aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

b.    Kerjasama

Kerjasama adalah suatu usaha antara orang perorangan atau kelompok manusia diantara kedua belah pihak untuk tujuan bersama sehingga mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik.

c.     Hakekat Inisiatif

Inisiatif adalah membuat terobosan atau langkah pertama dalam mengupayakan suatu hal. Membuat terobosan atau langkah pertama dalam mengupayakan suatu hal. Membuat terobosan atau langkah pertama dalam mengupayakan suatu hal diistilahkan sebagai mengambil inisiatif

d.    Hakekat Kreatifitas

Kreatifitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif (Munandar, 2008: 12).

e.    Hakekat Minat

Menurut Tidjan (2008: 71), “Minat adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang”. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut.

f.     Hakekat Motivasi

Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Bila siswa tidak berbuat seperti seharusnya, maka harus ditelusuri sebab-sebabnya oleh guru. Dengan motivasi dimaksud usaha-usaha untuk menempatkan kondisi-kondisi sesuai dengan yang diinginkan seorang guru yaitu hasil yang baik. Hasil baik akan tercapai dengan motivasi yang tepat. Anak yang gagal tidak begitu saja dipersalahkan, mungkin guru belum berhasil memberikan motivasi yang membangkitkan kegiatan pada siswa. Memberi motivasi pada suatu kelompok tidak sama dengan kelompok yang lain.

Pembelajaran Quantum Teaching

Pembelajaran Matematika dengan penerapan quantum teaching merupakan metode pembelajaran yang segar, praktis dan mudah diterapkan. Dengan quantum teaching menguraikan cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pangajaran melalui pengembangan hubungan dan penggubahan belajar. Dengan quantum teaching ada pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen pembelajaran. Interaksi tersebut mencapai pembelajaran Matematika yang efektif yang dapat mempengaruhi siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain (De Poter, 2004:5).

Pendekatan yang dilakukan dalam quantum Teaching adalah prinsip-prinsip dan teknik-teknik quantum teaching di ruang kelas. Dalam teknik quantum teaching, proses pembelajaran diibaratkan sebagai sebuah konser musik, dimana ruang didesain dengan indah dan menyenangkan, guru seolah-olah sedang memimpin konser saat berada di ruang kelas. Guru memahami sekali bahwa setiap siswa mempunyai karakter masing-masing, karakter yang dimiliki siswa ini dapat dimanfaatkan untuk membawa siswa sukses dalam belajar.

Langkah-langkah Pembelajaran Quantum Teaching

Salah satu indikator keberhasilan guru dalam pembelajaran adalah adanya perubahan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang lebih baik setelah siswa mengalami proses pembelajaran. Untuk mencapai indikator tersebut guru perlu menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif serta pembelajaran yang didalamnya melibatkan keaktifan siswa.

Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching dikenal dengan TANDUR. Dengan kerangka ini diharapkan siswa menjadi tertarik dan berminat pada pelajaran, karena siswa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran yang nyata bagi siswa.

Melalui metode pembelajaran Quantum Teaching dengan kerangka TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan), siswa dilatih untuk kreatif dan aktif sehingga afektif dan psikomotorik siswa dapat berkembang. Disamping itu fungsi perayaan didalam quantum teaching memungkinkan anggapan Matematika sebagai pelajaran yang menegangkan dapat berubah menjadi pelajaran yang menyenangkan. Jika siswa berada dalam lingkungan pembelajaran yang kondusif serta suasana pembelajaran menyenangkan diharapkan siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran quantum teaching ini adalah:

a. Tumbuhkan

Kegiatan ini bertujuan agar siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami.

            Strategi yang bisa dilakukan antara lain dengan memberikan pertanyaan tuntunan seperti: hal apa yang siswa pahami?, apa yang siswa setujui?, apakah manfaatnya bagiku?.

b. Alami

Kegiatan ini untuk memberikan pengalaman pada siswa dan memanfaatkan keingintahuan siswa. Strategi yang dapat digunakan antara lain dengan cara memberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk praktikum, dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah siswa miliki.

c. Namai

Fungsi dari penamaan untuk memberikan identitas, mengurutkan dan mendefinisikan apa yang telah guru ajarkan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan saatnya guru untuk mengajarkan konsep, keterampilan berfikir, dan strategi belajar. Strategi yang dapat digunakan untuk penamaan antara lain: susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis dan poster di dinding.

d. Demonstrasikan

Kegiatan ini untuk memberikan siswa peluang menterjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka dalam pembelajaran. Demonstrasi memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat kaitan, berlatih dan menunjukkan apa yang siswa ketahui. Strategi yang dapat digunakan yaitu menampilkan hasil percobaan, penjabaran dalam grafik, permainan dan sebagainya.

e. Ulangi

Pengulangan berfungsi untuk memperkuat koneksi syaraf dengan materi yang telah diajarkan. Strategi yang dapat digunakan antara lain memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan siswa kepada siswa lain dan pengulangan bersama.

f. Rayakan

Perayaan memberikan rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan. Strategi yang dapat dilakukan misalnya: tepuk tangan, pengakuan kekuatan pujian (perkataan bagus), poster umum, catatan pribadi, kejutan, persekongkolan, pernyataan afirmasi atau pernyataan yang mendukung.

Menurut Sugiyanto (2009:45-46) langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut:

1.       Kelas Siswa dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

2.       Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

3.       Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar.

4.       Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.

5.       Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams para siswa dievaluasi secara individual mengenai mengenai bahan yang telah dipelajari.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1.       Diduga melalui penerapan pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016?”

2.       Diduga melalui penerapan pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran pada indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, dan motivasi belajar mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016?”

3.       Diduga melalui penerapan pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan prestasi dan proses pembelajaran pada indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, dan motivasi belajar mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016?”

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Karanglo Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Penelitian ini penulis laksanakan di kelas I SD Negeri 01 Karanglo dilakukan selama 3 bulan yaitu mulai bulan September 2015 sampai bulan November 2015.

Subyek Penelitian

Subjek Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dilakukan pada kelas I sejumlah 32 siswa di SD Negeri 01 Karanglo Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016. Sedangkan untuk peneliti adalah penulis sendiri sebagai guru kelas di kelas I SD Negeri 01 Karanglo yang dibantu oleh teman sejawat yaitu Ibu Mudinem, S.Pd. yang juga guru kelas di sekolah yang sama.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan tes dan nontes. Teknik tes dilaksanakan dengan menggunakan soal yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Teknik nontes dilakukan dengan observasi atau pengamatan.

Validasi Data

Validasi data meliputi validitas hasil dan validitas proses. Validasi data proses pembelajaran dan hasil pembelajaran pada kondisi awal dilakukan oleh peneliti dan siswa sedangkan validasi data pada siklus I dan Siklus II dilaksanakan melalui triangulasi data. Data berasal dari hasil pengamatan tentang proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti terhadap siswa dan data hasil observasi dari kolaborator terhadap peneliti maupun terhadap siswa selama proses pembelajaran.

Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif untuk data kwantitatif yaitu dengan membandingkan hasil prestasi belajar siswa dari hasil kondisi awal (Pra Siklus) dengan hasil belajar siswa setelah tindakan Siklus I dan hasil prestasi belajar setelah tindakan Siklus II. Dari hasil pembandingan tersebut dilakukan refleksi dengan menarik kesimpulan untuk memperoleh data ada tidaknya peningkatan prestasi hasil belajar siswa, untuk selanjutnya menentukan tindak lanjut.

Indikator Kinerja

Target peningkatan yang hendak dicapai sebagaimana ditunjukkan oleh indikator berikut ini, yaitu:

1.    Prestasi belajar meningkat bila dilihat dari:

a.   Tingkat ketuntasan > 85%

b.   Ketidaktuntasan siswa < 15%

c.   Nilai tertinggi mencapai 100

d.   Nilai terendah 70

d.   Nilai rata-rata > 80.

2.    Proses pembelajaran (kegiatan KBM) pada siswa mencapai kriteria Baik (3,00 – 3,99)

3.    Keterampilan mengajar guru pada kriteria Baik Sekali (46 – 60).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada kondisi awal dalam proses pembelajaran belum menerapkan metode pembelajaran quantum teaching, pada proses siklus I dalam pembelajaran Matematika peneliti dalam hal ini guru telah menerapkan metode pembelajaran quantum teaching dan dilanjutkan pada tindakan siklus II dengan menindaklanjuti kekurangan-kekurangan pada perbaikan pembelajaran quantum teaching yang masih ditemukan pada siklus I dengan mengoptimalkan penerapan metode quantum teaching.

Hasil Belajar Matematika

Adapun peningkatan hasil prestasi belajar dari kondisi awal (Pra Siklus) Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut:

Rekapitulasi Nilai ulangan harian pra tindakan, siklus I dan Siklus II

No

Uraian

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Siswa Tuntas

12

23

32

2

Belum Tuntas

15

9

0

3

Nilai Tertinggi

90

100

100

4

Nilai Terendah

35

60

75

5

Nilai Rerata

66,48

79,38

87,56

 

Pada kondisi awal (Pra Siklus) Hasil Prestasi Belajar masih rendah dengan hasil sebagai berikut: jumlah siswa tuntas 17 anak atau 53%, siswa yang belum tuntas sebanyak 15 anak atau 47%, nilai tertinggi 83, nilai terendah 42, rata-rata nilai 66,48. Adanya kegagalan pembelajaran pada kondisi awal perlu diadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas. Adapun pembelajaran inovatif yang perlu dilakukan adalah dengan pembelajaran Quantum Teaching.

Setelah penerapan metode pembelajaran quantum teaching pada Siklus I maka hasil prestasi belajar meningkat dengan hasil sebagai berikut: jumlah siswa tuntas yang adalah 24 anak atau 75%, siswa yang belum tuntas turun menjadi 9 anak atau 28%, nilai tertinggi 90, nilai terendah 60, rata-rata nilai 79,38. Pada Siklus I ini telah terjadi peningkatan tetapi peningkatan yagn terjadi belum memeuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka Siklus I dianggap gagal, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan Siklus II dengan memaksimalkan metode quantum teaching.

Setelah penerapan siklus II ini diperoleh nilai ulangan harian menjadi: jumlah siswa tuntas 32 anak atau 100%, belum tuntas turun menjadi 0 atau 0%, nilai tertinggi 100, nilai terendah 78, rata-rata nilai 87,56.

Proses Belajar Matematika

            Proses belajar Matematika pada pra tindakan dan siklus I serta siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Rekapitulasi Proses Belajar Siswa Kondisi awal, siklus I dan siklus II

Uraian

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Rerata

Rerata

Rerata

Keaktifan

2,63

3,31

3,75

Kerjasama

2,41

2,94

3,91

Inisiatif

2,22

2,88

3,44

Kreatifitas

2,56

2,97

3,25

Minat

2,53

2,94

3,28

Motivasi

2,38

3,16

3,66

Jumlah

14,73

18,2

21,29

Rata-rata

2,46

3,03

3,55

 

Pada kondisi awal proses pembelajaran: teaching pada proses pembelajaran diketahui bahwa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I: diperoleh hasil sebagai berikut: keaktifan rata-rata 3,31 (baik), kerjasama rata-rata 2,94 (cukup), inisiatif rata-rata 2,88 (cukup), kreatifitas rata-rata 2,97 (cukup), minat rata-rata 2,94 (cukup), dan motivasi rata-rata 3,16 (baik). Setelah penerapan proses pembelajaran dengan metode quantum teaching lanjutan pada siklus II meningkat dengan hasil: keaktifan rata-rata 3,75 (baik), kerjasama rata-rata 3,91 (baik), inisiatif rata-rata 3,44 (baik), kreatifitas rata-rata 3,25 (baik), minat rata-rata 3,28 (baik), dan motivasi rata-rata 3,66 (baik). Hasil prestasi belajar mengalami peningkatan signifikan pada siklus I: siswa tuntas sebanyak 23 atau 72%, belum tuntas sebanyak 9 anak atau 28%, nilai tertinggi 100, nilai terendah 60, rata-rata nilai 79,38. Setelah penerapan metode pembelajaran quantum teaching lanjutan pada siklus II maka hasil prestasi belajar meningkat menjadi: jumlah siswa tuntas sebanyak 32 anak atau 100%, belum tuntas turun menjadi 0 anak atau 0%, nilai tertinggi 100, nilai terendah 75, dan rata-rata nilai 87,56.           

Aktivitas Guru

Aktivitas guru pada pra tindakan, siklus I dan siklus II sebagai berikut:

Rekapitulasi Aktivitas guru

No

Siklus I

Siklus I I

Refleksi

1

44%

52%

Terjadi peningkatan

 

Berdasarkan pengamatan teman sejawat mengenai keterampilan guru dalam mengajar dengan metode quantum teaching diketahui bahwa dari 15 item pengamatan pada Siklus I diperoleh skor 44 dengan kriteria baik, hal ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan tetapi pada Siklus II diperoleh skor 52 dengan kriteria baik sekali yang sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sehingga pada Siklus II ini Penelitian Tindakan Kelas dilihat dari keterampilan guru dalam pembelajaran telah berhasil.

PENUTUP

Kesimpulan

Pada kondisi awal dalam proses pembelajaran belum menerapkan metode pembelajaran quantum teaching, pada proses siklus I dalam pembelajaran Matematika peneliti dalam hal ini guru telah menerapkan metode pembelajaran quantum teaching dan dilanjutkan pada tindakan siklus II dengan menindaklanjuti kekurangan-kekurangan pada perbaikan pembelajaran quantum teaching yang masih ditemukan pada siklus I dengan mengoptimalkan penerapan metode quantum teaching.

Berdasarkan hasil penelitian maka dengan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan proses hasil belajar dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada siklus II telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Hasil belajar juga telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 85% siswa telah mendapat nilai ≥ 75, siswa yang mendapatkan nilai ≥ 75 mencapai 100% maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1.   Penerapan pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.

2.   Penerapan pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran pada indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, dan motivasi belajar mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.

3.   Penerapan pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan prestasi dan proses pembelajaran pada indikator keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, minat, dan motivasi belajar mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri 01 Karanglo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.

Implikasi

Dengan telah dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan menerapakan model pembelajaran quantum teaching diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kemajuan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika ataupun pembelajaran mata pelajaran lainnya di tingkat Sekolah Dasar khususnya SD Negeri 01 Karanglo terutama dalam hal penerapan model-model pembelajaran yang bervariasi. Untuk selanjutnya dari penerapan model pembelajaran quantum teaching ini bisa memberikan acuan bagi pengembangan potensi guru dan siswa serta untuk pengambilan kebijakan pada proses pembelajaran di masa mendatang dalam rangka upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan proses pembelajaran siswa.

 

 

 

 

Saran

1.     Saran untuk Kepala Sekolah

a.     Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para guru untuk mengembangkan profesi keguruan dengan mengadakan penelitian, penyediaan sarana dan prasarana pendukungnya.

b.     Untuk selalu memberikan motivasi kepada guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa dan peningkatan profesionalalisme guru.

2.     Saran untuk Guru

Guru hendaknya selalu mengembang-kan sikap kreatif dan inovatif dalam pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran terkini/ modern dan meninggalkan pembelajaran dengan pola lama (konvensional) dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran untuk anak didik.

3.     Saran untuk Siswa

Siswa hendaknya selalu memiliki keaktifan, kerjasama, inisiatif, kreativitas, minat, dan motivasi belajar yang tinggi sehingga akan mendapatkan hasil prestasi belajar yang tinggi.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Asep Jihad dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

De Porter, Bobbi. 2004. Quantum Leaning. Bandung: Kaifa

Deni Koswara. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Algesindo.

Depdiknas. 2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Hamruni. 2009. Belajar dan pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta

Hermawan, H. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: Upi Press.

Lavyanto Trimo. 2006. Manajemen Pembelajaran. Bandung: PT. Tribumi Mekar.

Martin Handoko, 2010. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta: Kanisius.

Muhibbin Syah. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa

Munandar, Utami. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurkencana. 2013. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar Cetakan VII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohani. 2010. Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: Rajawali

Roy Hollands. 2008. Pendekatan dalam Pembelajaran Matematika. Jakarta: Gramedia.

Ruseffendi.E.T. 2008. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka.