Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN
Winarsih
SMP Negeri 2 Bulu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi Himpunan melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Bulu semester II tahun pelajaran 2015/ 2016. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di kelas VIIA SMP Negeri 2 Bulu semester II tahun pelajaran 2015/ 2016 yang berjumah 20 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi.Tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator keberhasilan adalah nilai rata-rata tes siswa sekurang-kurangnya 70,0 dan banyak siswa dengan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 68,0 mencapai ≥ 80%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi Himpunan siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Bulu. Sebelum tindakan/prasiklus, hasil belajar siswa yang mencapai KKM 8 siswa atau 40%, pada siklus I, 12 siswa atau 60% dan pada siklus II, 18 siswa atau 90%. Nilai rata-rata kelas sebelum tindakan/prasiklus sebesar 58 setelah tindakan siklus I sebesar 67,9 dan setelah tindakan siklus II sebesar 74,0.
Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe make a match, hasil belajar matematika Himpunan.
Pendahuluan
Banyak siswa yang sulit dalam memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru matematika, membuat siswa acuh dan bahkan tidak mau memperhatikan pelajaran. Pembelajaran matematika tidaklah sulit untuk dapat dipelajari, dengan menggunakan model yang tepat akan membuat siswa mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, siswa juga tidak mudah bosan, dan dengan adanya media pembelajaran juga turut membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dengan teman sejawat di SMP Negeri 2 Bulu, masalah yang dihadapi siswa adalah masih rendahnya hasil belajar matematikayang dimiliki oleh siswa.Hal ini disebabkan oleh siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran berlangsung, siswa yang tidak mau berfikir dalam menyelesaikan soal, siswa yang kurang lancar dalam berbicara matematika, karena siswa kurang latihan mengerjakan soal.Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil nilai matematikayang kebanyakan masih di bawah standart ketuntasan belajar yaitu 68,00. Selain itu penulis juga mendapatkan informasi dari siswa di SMP Negeri 2 Bulu, bahwa metode yang digunaka oleh guru yaitu ceramah, diskusi, dan penugasan juga membuat siswa bosan pada saat mengikuti pembelajaran. Ini membuat siswa menjadi pasif, ada juga takut pada saat mengikuti pembelajaran, dan membuat hasil belajar siswa menurun. Tidak tercapainya nilai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 68,00. Di dalam kelasVII A terdapat 20 siswa, sedangkan siswa yang tuntas didalam 1 kelas hanya ada sekitar 8 siswa, dan sebagian besar siswa masih banyak yang sulit dalam memahami menjelasan materi dari guru, dapat dikatakan siswa yang masih belum tuntas memiliki persentase 60%, sedangkan siswa yang sudah tuntas ada 40%.
Menurut Darsono (dalam Isjoni, 2011: 23) aliran behavioristik, pembelajaran adalahusaha guru untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus, dan aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran adalah sebagai cara guru memberikankesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Dimana model ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar yang berupa prestasi akademik, toleransi, mencapai keragaman dan perkembangan keterampilan sosial. Dengan model ini diharapkan siswa akan lebih aktif dalam bertanya dan dalam penyampaian pendapat, siswa juga diharapkan akan lebih dapat bersosialisasi dengan teman mereka dan dapat mengumpulkan banyak informasi tentang materi pembelajaran yang belum mereka ketahui sebelumnya. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe make a matchini juga memiliki kelebihan karena pembelajaran disusun dalam bentuk kelompok, dimana terdapat kelompok pembawa kartu pertanyaan, kelompok pembawa kartu jawaban, dan kelompok penilai. Sehingga modelini dianggap sebagai model yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Namun perlu diadakan penelitian untuk dapat menyimpulkan bahwa modelmake a match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam pembelajaran matematika.
Menurut pendapat dari beberapa ahli tentang pembelajaran kooperatif tipe make a macth sebagai berikut: (1) Menurut Suprijono (2009: 94) mengatakan pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah pembelajaran yang menggunakan kartu-kartu; (2) MenurutUnodan Mohamad mangatakan pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah pembelajaran yang menggunakan media berupa kartu pertanyaan dan kartu jawaban; (3) Pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang merupakan metode pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang juga bertujuan untuk berinteraksi antar siswa, yang mengajarkan kepada siswa bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara sendiri, melainkan dikerjakan bersama-sama. Mengajarkan kepada siswa untuk dapat berinteraksi dan bergaul dengan siswa yang lain tanpa membedakan ras, suku, dan agama. Pembelajaran kooperatif tipe make a match ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok pembawa kartu pertanyaan,kelompok pembawa kartu jawaban, dan sebagai kelompok penilai.
Siswa diajarkan untuk belajar bersama dengan siswa yang lain, saling bertukar informasi yang mereka miliki, dan mengajarkan sportifitas dalam kegiatan kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe make a match ini adalah variasi dalam kegiatan kelompok yang sebelumnya pernah ada, dengan penggunaan metode ini diharapkan siswa dapat lebih aktif didalam menerima pembelajaran dan diharapkan siswa tidak bosan dan lebih mudah dalam menerima penjelasan yang diterangkan oleh guru yang membuat peningkatan prestasi belajar siswa terutama pada pembelajaran matematika.
Langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut: (1) Guru membagi siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2-4 siswa yang masing-masing dalam kelompok memiliki peran yaitu kelompok pembawa kartu pertanyaan, dan kelompok pembawa jawaban; (2) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu untuk bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.Setiap siswa mendapat satu kartu; (3) Setiap siswa memikirkan jawaban atau soal kartu yang dipegang; (4) Kemudian setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu yang mereka bawa; (5) Setiap siswa yang telah mendapatkan pasangan kartunya yang cocok sebelum waktu yang ditentukan habis akan diberikan tambahan poin oleh guru; (6) Setelah satu babak kemudian kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari kartu sebelumnya, demikian seterusnya.Kemudian diakhir kegiatan guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan dari materi yang telah dipelajari.
Alternatif yang dapat ditempuh dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui kreatifitas guru dalam memilih model pembelajaran.Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam mata pelajaran matematika. Karena tidak semua model cocok digunakan dalam penyampaian materi, kreativitas guru sangatlah diperlukan dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan. Dengan menggunakan model pembelajarana yang tepat dan bervariasi dalam penyampaian materi dapat membantu siswa untuk meningkatkan ide, gagasan dan kreativitas yang dimiliki siswa. Peran guru sebagai fasilitator sangatlah membantu siswa mengembangkan kreativitas yang mereka miliki, siswa juga akan dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran, ini membuat siswa menjadi lebih bersemangat dan bertanggung jawab dalam menemukan hasil jawaban yang diberikan kepada siswa. Pembentukan kelompok juga sangat berguna dalam meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran matematika, siswa juga akan belajar untuk bersosialisasi dengan teman yang lain, dengan demikian akan menjalin kekompakan dan kerja sama dalam menemukan solusi dari masalah yang diberikan kepada siswa. Pembentukan kelompok akan membuat siswa menjadi senang dalam mengikuti pembelajaran dan tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara sendiri, melainkan harus dikerjakan secara bersama-sama, hal ini akan meningkatkan kekompakan, keaktifan, serta kerja sama. Siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga akan melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir, dan keterampilan sosial seperti mengemukakan pendapat, menerima saran, bekerja sama dan rasa setia kawanan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar materi Himpunan pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Bulu semester II tahun pelajaran 2015/ 2016?â€.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Arikunto, 2010: 130). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2Bulu. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan selama kurang lebih enam bulan yaitu sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2016. Peneliti sebagai guru SMP Negeri 2 Bulu bertindak sebagai subjek yang melakukan tindakan kelas. Teman sejawat sesama guru mata pelajaran matematika sebagai observer. Kepala Sekolah bertindak sebagai subjek yang membantu dalam perencanaan dan pengumpulan data. Subjek yang menerima tindakan adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Bulu semester II tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 20 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: tes, observasi dan dokumentasi. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok (Arikunto, 2010: 193). Tes digunakan adalah jenis tes hasil(achievement test) berupa kuis individu. Tes ini digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah mempelajari materi. Hal ini dapat juga sebagai alat untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari pokok bahasan membaca kalimat/paragraf berhuruf Jawa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Kuis individu yang dimaksudkan ini adalah tes tertulis. Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menunutut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar salah dan menjodohkan, sedangkan tes yang jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat atau uraian (Suprijono, 2013:138). Observasi atau pengamatan dilakukan guna memperoleh data yang akurat, dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi setiap tindakan agar kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Observasi yang digunakan adalah observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan dan observasi non-sistematis yang dilakukan dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, daftar siswa, dan foto-foto selama proses kegiatan belajar mengajar. Dokumentasi ini dimaksudkan adalah sebagai bukti-bukti konkret dari penelitian tindakan kelas tersebut.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa tes, lembar observasi dan lembar dokumentasi. Tes berbentuk tes tertulis maupun lisan yang dilakukan dalam post test dan kuis individu. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar Himpunan siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Lembar Observasi, digunakan lembar observasi hasil belajar siswa dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Lembar observasi digunakan pada setiap pembelajaran sehingga kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian, untuk lembar hasil belajar siswa digunakan pada saat siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan kegiatan belajar mengajar dan sedangkan lembar observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Lembar dokumentasi ini bertujuan untuk mengetahui data siswa selama kegiatan penelitian berlangsung.Lembar dokumentasi ini berupa, foto-foto kegiatan pembelajaran, daftar hadir kegiatan pembelajaran, daftar hadir, daftar nilai, kartu pasangan soal/jawaban dan sebagainya.
Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar matematika materi Himpunan siswa, yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata tes siswa sekurang-kurangnya 70,0 dan banyak siswa dengan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 68,0 mencapai ≥ 80%.
Hasil dan Pembahasan
Deskripsi data hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIIA SMP Negeri 2 Bulu adalah sebagai berikut.Berdasarkan observasi awal di kelas VIIA mata pelajaran matematika materi Himpunan diperoleh data, dari 20 siswa yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 8 siswa (40%), dengan nilai rata-rata kelas sebesar 58. Penelitian ini dilakukan dengan indikator kinerja nilai rata-rata tes siswa sekurang-kurangnya 70,0 dan banyak siswa dengan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 68,0 mencapai ≥ 80%.
Kemudian peneliti merencanakan observasi survai berikutnya untuk mengetahui kebenarannya.Pada kegiatan survei awal yang dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Pebruari 2016. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa guruyang mendominasi kegiatan pembelajaran dan siswa cenderung tidak aktif.Salah satu solusi yang dikembangkan adalah penggunaan model pembelajaran yang baru yaitu dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match (mencari pasangan). Dengan penggunaan model pembelajaran tersebut diharapkan akan menciptakan suasana belajar yang berbeda, bervariasi dan menyenangkan sehingga dapat menarikperhatian siswa, meningkatkan keaktifan siswa yang muara akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa.
Tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 16 Pebruari 2016 di SMP Negeri 2Bulu kelas VII A. Setelah langkah apersepsi dilanjutkan dengan penyampaian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sebanyak 12 mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau 60%, rata-rata kelas naik menjadi 67,9. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus pertama belum berhasilmaksimaldan belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan. Peningkatan hasil, jika dibandingkan hasil prasiklus yang mencapai KKM sebanyak 8 siswa atau 40% setelah diberi tindakan penerapan siklus I, siswa yang mencapai KKM sebanyak 12 siswa atau 60%.
Tabel 1. Perkembangan Siswa yang Mencapai KKM Sebelum Tindakan/Prasiklus ke Siklus I
No |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
|
Siswa mencapai KKM |
8 |
12 |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika materi Himpunan siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, padapelaksanaan tindakan siklus I mengalami peningkatan. Siswa yang mencapai KKM Sebelum dilakukan tindakan atau prasiklus 8 siswa, setelah tindakan siklus I sebanyak 12 siswa sehingga meningkat 4 siswa.
Setelah dievaluasi bersama dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bagian pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya, dengan perencanaan perbaikan untuk mengatasi kekurangan dan kesalahan yang dilakukan pada siklus I. Tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Maret 2016. Berdasarkan pembelajaran secara keseluruhan pada tindakan kelas siklus II menunjukan adanya peningkatan yang signifikan.Hasil belajar siswasebanyak 18 siswa (90%) mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM).Sehingga rata-rata nilai kelas VII A naik menjadi 74.
Tabel 2. Perkembangan Siswa yang Mencapai KKM Siklus I ke Siklus II
No |
Hasil Siswa |
Siklus I |
Siklus II |
|
Siswa mencapai KKM |
12 |
18 |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Himpunan siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, padapelaksanaan tindakan siklus II mengalami peningkatan. Siswa yang mencapai KKM pada saat dilakukan tindakan siklus I sebanyak 12 siswa, setelah tidakan siklus II sebanyak 18 siswa sehingga meningkat 6 siswa.Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran sampai dengan pada siklus II berjalan dengan baik dan telah memenuhi indikator kinerja yang diharapkan.
Pada siklus I dan II dengan penerapan tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatiftipe make a match, sehingga siswa lebih antusias dengan perasaan senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Nilai rata-rata siswa sejak sebelum diadakan penelitian hingga setelah diadakan penenelitian sampai dengan siklus II, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.Perkembangan Siswa yang Mencapai KKM Sebelum Tindakan/Prasiklus,Siklus I dan Siklus II
No |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
|
Siswa mencapai KKM |
8 |
12 |
18 |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar materi Himpunan siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe make a match, di setiap pelaksanaan tindakan, baik siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, yaitu: siswa yang mencapai KKM Sebelum dilakukan tindakan atau prasiklus 8 siswa, setelah tidakan siklus I sebanyak 12 siswa dan setelah tindakan siklus II sebanya 18 siswa, sehingga peningkatan kumulatif dari sebelum tindakan/prasiklus sampai dengan siklus II sebesar 10 siswa.
Tabel 4. Perkembangan Persentase Siswa Mencapai KKMSebelum Tindakan/Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
|
Persentase Siswa Mencapai KKM |
40% |
60% |
90% |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Himpunan siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, di setiap pelaksanaan tindakan mengalami peningkatan, yaitu:persentase siswa yang mencapai KKM Sebelum dilakukan tindakan atau prasiklus 40%, setelah tidakan siklus I sebanyak 60% dan setelah tindakan siklus II sebanya 90%.
Tabel 5. Perkembangan Nilai Rata-rata KelasSebelum Tindakan/Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
|
Nilai rata-rata |
58 |
67,9 |
74 |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar materi Himpunan siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, di setiap pelaksanaan tindakan mengalami peningkatan, yaitu: nilai rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan atau prasiklus adalah 58, setelah tidakan siklus I adalah 67,9 dan setelah tindakan siklus II adalah 74 sehingga dari kondisi awal sebelum tindakan/prasiklus sampai dengan tidakan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 16. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar materi Himpunan siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Bulu semester II tahun pelajaran 2015/ 2016.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar materi Himpunan siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Bulu semester II tahun pelajaran2015/ 2016.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bulu ini sudah berjalan dengan cukup baik dan hasil yang baik pula. Namun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa saran. (1) Siswa diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan diri melalui peran aktifnya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Peran aktif tersebut meliputi peran aktif dalam bertanya, mengemukakan pendapat maupun mempresentasikan gagasannya.(2) Gurumatematika hendaknya dapat menumbuh kembangkan kreativitas dalam menjalankan profesinya sebagai fasilitator dan motivator dalam menyampaikan pembelajaran secara kreaktif dan inovatif pada siswa dalam penyampaian materi, sehingga siswa dapat menerima dan memahami materi yangdiajarkan dengan baik. (3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan akan membawa dampak positif terhadap perkembangan sekolah yang nampak pada peningkatan prestasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi dan kualitas sekolah.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
Ayu Febriana. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang(Application Of Cooperative Learning Model Type Make A Match To Enhance Quality Of Learning Social). Jurnal Kreatif: Jurnal Kependidikan DasarVol 1, No 2 (2011).
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Mikran Mikran, Marungkil Pasaribu, I Wayan Darmadi.2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini pada Konsep Gerak. Jurnal Untad Vol 2, Bo 2 (2014).
Mustika Purnamasari, J. S. Sukardjo, Agung Nugroho C. S. 2013. Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Make A Match (MM) pada Materi Koloid terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan KimiaVol 2, No 1 (2013).
Nurlia Astika, Ngurah Ayu Nyoman M.2012.Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match terhadap Hasil Belajar Siswa.Jurnal Penelitian PembelajaranFisikaVol 3, No 2 (September2012).
Poerwodarminto.2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rudi Salam, Zunaira Zunaira, Risma Niswaty. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Membuat Dokumen Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (Mencari Pasangan).Jurnal Office Vol 2, No 2 (Juli-Sept 2012).
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.