METODE MENCER SEBUAH TRIK MENULIS CERPEN

 

Sriyanto

SMA Negeri 1 Sukoharjo

ABSTRAK

Tujuan penulisan Best practice ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan penerapan metode Mencer, serta mengetahui dampak dan hasil penerapan metode Mencer sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis cerpen. Karya tulis Best practice ini merupakan pengalaman penulis dalam mengajarkan keterampilan menulis cerpen. Sebagaimana yang pernah penulis hadapi ketika melaksanakan pembelajaran menulis cerpen di kelas X Program Bahasa SMA Negeri 1 Sukoharjo. Para peserta didik secara umum kurang antusias dalam melaksanakan pembelajaran menulis cerpen. Mereka rata-rata hanya mengikuti pembelajaran dengan pasif. Ketika guru menyuruh mereka untuk segera menulis cerpen, mereka tidak segera melakukannya. Banyak di antara mereka hanya termenung sambil memainkan bolpoinnya. Para peserta didik secara umum mengatakan bingung, dan tidak tahu dari mana harus memulai menulis cerita. Setelah dua jam pelajaran (2 kali 45 menit) selesai, para peserta didik belum menunjukkan hasil yang memadai. Rata –rata nilai yang diperolehnya adalah 45, masih jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan, yaitu 75. Hal inilah yang mendorong penulis menerapkan metode Mencer sebagai trik pembelajaran menulis cerpen. Metode Mencer yang dimaksud adalah metode menulis cerita pendek dengan cara melanjutkan cerita yang belum selesai. Dengan memberikan penggalan cerita pendek yang sengaja belum atau tidak diselesaikan ini, diharapkan dapat membantu peserta didik mengembangkan kompetensinya menulis cerpen. Penggalan cerita tersebut, diharapkan dapat memberikan stimulus yang dapat melahirkan kreativitas bercerita peserta didik. Penerapan metode Mencer sebagi trik pembelajaran menulis cerpen mampu memberikan stimulus, meningkatkan minat, dan kreativitas peserta didik menulis cerpen.

Kata Kunci: Kreativitas, Metode Mencer, Stimulus.

 

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran apresiasi sastra memiliki andil yang besar terhadap perkembangan keterampilan bahasa secara umum. Pembelajaran apresiasi sastra memiliki beberapa manfaat, yaitu: (1) untuk meningkatkan keempat aspek keterampilan berbahasa; (2) menambah pengetahuan dan wawasan; (3) mengembangkan kepribadian; (4) membentuk watak yang baik; (5) memperoleh kenyamanan, keamanan, dan kepuasan; dan (6) memperoleh hiburan.

Namun, pada kenyataannya di lapangan para guru belum memahami peran penting pembelajaran apresiasi sastra ini. Pada umumnya para guru masih menerapkan pola lama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu masih mengutamakan pembelajaran materi kebahasaan. Materi kesastraan sering kali dianaktirikan. Keadaan yang demikian menyebabkan pembelajaran sastra kurang mendapat tempat di hati peserta didik. Bahkan, menjadi semakin jauh dari peserta didik, dan pada gilirannya pembelajaran sastra kurang diminati oleh peserta didik.

Pembelajaran sastra di SMA Negeri 1 Sukoharjo tidak jauh berbeda dengan pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas. Kondisi tersebut seakan sudah biasa dan bahkan membudaya sejak peserta didik masih duduk di bangku SD dan SMP. Peserta didik akan merasa enggan dan kurang tertarik melakukan pembelajaran sastra. Mereka melakukan pembelajaran sastra dengan pasif, jauh dari aktif dan kreatif.

Sebagaimana yang pernah penulis alami ketika melaksanakan pembelajaran menulis cerpen di kelas X Program Bahasa SMA Negeri 1 Sukoharjo. Para peserta didik secara umum kurang antusias dalam melaksanakan pembelajaran menulis cerpen. Mereka rata-rata hanya mengikuti pembelajaran dengan pasif. Ketika guru menyuruh mereka untuk segera menulis cerpen, mereka tidak segera melakukannya. Banyak di antara mereka hanya termenung sambil memainkan bolpoinnya. Dari 35 orang peserta didik hanya ada 4 orang yang segera memulai menulis cerpen setelah menit ke lima. Lima orang peserta didik memulai menulis setelah menit ke sepuluh, dan sisanya baru memulai menulis setelah menit ke tiga puluh. Setelah dua jam pelajaran ( 2 kali 45 menit) selesai para peserta didik belum menunjukkan hasil yang memadai. Rata –rata nilai yang diperolehnya adalah 45, masih jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan, yaitu 75.

Para peserta didik secara umum mengatakan bahwa ia bingung dan tidak tahu dari mana harus memulai menulis cerita. Hal inilah yang mendorong penulis menerapkan trik menulis cerpen dengan metode Mencer. Metode Mencer yang dimaksud adalah metode menulis cerita pendek dengan cara melanjutkan cerita yang belum selesai. Dengan memberikan penggalan cerita pendek yang sengaja belum atau tidak diselesaikan ini diharapkan dapat membantu peserta didik mengembangkan kompetensinya menulis cerpen.

Permasalahan

Permasalahan yang dapat dikembangkan dalam Best Practice ini adalah (1) Bagaimanakah pelaksanaan penerapan metode Mencer untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis cerpen?, dan (2) Apakah penerapan metode Mencer dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis cerpen?

Tujuan

Tujuan penulisan Best practices ini adalah (1) Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan metode Mencer untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis cerpen, dan (2) Mengetahui dampak dan hasil penerapan metode Mencer untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis cerpen.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan Best practice ini adalah sebagai berikut: (1) Secara teoretis dari Best practice ini diperoleh manfaat bagi penulis dan guru bahasa Indonesia pada umumnya dalam memilih metode pembelajaran menulis cerpen yang efektif, dan (2) Secara praktis dari Best practice ini diperoleh manfaat bagi guru dalam rangka meningkatkan kompetensi peserta didik dalam menulis cerpen. Best practice ini diharapkan mampu memberi motivasi kepada para peserta didik dalam pembelajaran menulis cerpen. Dengan kata lain, Best practice ini diharapkan bermanfaat dalam mengatasi permasalahan rendahnya kompetensi dan motivasi belajar menulis cerpen peserta didik di kelas X program Bahasa SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Kajian Teori

Hakikat Pembelajaran

Machfudz dan Wahyudi (1997: 7) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses sistematis yang tiap komponennya penting sekali bagi keberhasilan belajar siswa. Pembelajaran hanya berlangsung manakala usaha tertentu dibuat untuk mengubah sedemikian rupa, sehingga hasil belajar dapat tercapai.

Menurut Nurkamto (2004: 104) belajar diartikan mengubah pengetahuan dan pemahaman secara terus menerus yang dilakukan oleh siswa melalui proses pemberian makna terhadap pengalamannya. Kebermaknaan pengalaman tersebut memiliki dua sisi, yaitu sisi intelektual dan emosional. Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa (peserta didik) dengan lingkungannya dalam rangka mengubah pengetahuan dan pemahaman melalui proses pemberian makna terhadap pengalamannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih baik.

Hakikat Menulis

Nurudin (2007: 4) menjelaskan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka memberikan gagasan dan melontarkannya dengan bahasa tulis sehingga mudah dipahami orang lain. Kamadi (2016: 11-17) menyatakan bahwa menulis adalah usaha menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

Tulisan adalah simbol-simbol yang makna dan aturan pemakaiannya telah disepakati, dan mengandung makna tertentu. Jadi, ketika menulis, gagasan yang ada di benak penulis ditransfer ke dalam simbol-simbol. Menulis merupakan kegiatan merangkai pesan, informasi, serta maksud yang terdapat dalam pikiran, gagasan dan pendapat penulis yang disampaikan dengan baik (Winarni, 2010: 67).

Di sisi lain, keterampilan menulis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerangkan pikiran dan gagasannya melalui bahasa tulis secara jelas, runtut, mudah dibaca dan dipahami oleh orang lain (Atmaja, 2003; 14). Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang biasanya paling akhir dikuasai oleh seseorang disbanding keterampilan berbahasa lainnya (Musaba, 2011: 24).

Hakikat Cerpen

Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Dapat pula dikatakan bahwa cerpen merupakan sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja. Meski bentuknya pendek, cerpen merupakan satu karangan yang utuh sebagaimana novel. Cerpen dibangun atas dua unsur, yaitu intrinsik yang meliputi (1) Tema, (2) alur atau plot, (3) Seting atau latar, (4) Penokohan, (5) Sudut pandang, (7) Amanat; dan unsur ekstrinsik, yang meliputi (1) Latar belakang pengarang, dan (2) Latar kondisi masyarakat. Sebagai sebuah karya sastra cerpen menganut prinsip dulce et utile. Artinya, selain mengusung aspek keindahan, karya sastra juga memiliki manfaat. Kebermanfaatan ini diimplemantasikan dalam nilai-nilai edukatif yang dapat dijadikan bahan pembelajaran pada kehidupan nyata.

Cerpen merupakan salah satu genre seni sastra. Dia bukan novel atau bagian dari novel. Dia berdiri sendiri. Biarpun sama-sama prosa fiksi, cerpen memiliki karakteristik berbeda dengan novel. Untuk dapat membedakannya dengan genre karya sastra lainnya, kita harus memahami karakteristik cerpen. Karakteristik cerpen tersebut antara lain: (1) Jalan ceritanya lebih pendek dari novel, (2) Jumlah kata tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata, (3) Kisah berasal dari kehidupan sehari-hari, (4) Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja, (5) Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu konflik hingga pada tahap penyelesainnya, (6) Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah dikenal pembaca, (7) Meninggalkan kesan yang mendalam sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita, (8) Hanya menyuguhkan satu kejadian saja, (9) Memiliki alur cerita tunggal dan lurus, dan (10) Penokohan sangatlah sederhana, tidak mendalam serta singkat. 

Pembahasan Masalah

Metode yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah atas rendahnya keterampilan peserta didik dalam menulis cerpen adalah metode Mencer. Kata “mencer” merupakan akronim dari “melanjutkan cerita”. Penamaan metode dengan penggunaan akronim ini penulis maksudkan untuk memudahkan proses mengingat. Menulis cerpen dengan metode Mencer penulis yakini dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dalam menulis cerpen. Telah beberapa kali penulis telah mengaplikasikan metode Mencer dalam pembelajaran menulis cerpen.

Pada umumnya peserta didik tertarik dan merasa senang melakukan pembelajaran menulis cerpen dengan metode mencer ini. Ramadhan, dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Sukoharjo 2013 (Sebuah Studi Kasus), mengatakan bahwa metode Mencer merupakan metode yang unik, menarik dan mengesankan. Ramadhan menegaskan bahwa penerapan metode Mencer pada pembelajaran menulis cerpen sangat efektif karena peserta didik dapat berimajinasi secara bebas tanpa harus bersusah-susah dan bingung mencarai inspirasi. Metode Mencer dapat menjadi stimulus yang memacu imajinasi peserta didik tanpa membatasi kreativitas.

Metode Mencer dilaksanakan dengan melibatkan peserta didik praktik secara langsung menulis cerpen. Sebelum praktik menulis cerpen, pada pertemuan sebelumnya siswa dilibatkan dalam kegiatan mengenal, memahami karakteristik cerpen, kriteria-kriteria cerpen yang berkualitas, menganalisis, dan menilai sebuah cerpen. Pada tahap berikutnya, guru menyiapkan sebuah cerita yang belum atau tidak diselesaikan. Cerita ini hanya menyajikan awal sebuah kisah. Pada langkah berikutnya, peserta didik diminta melanjutkan cerita yang tidak atau belum selesai tersebut menjadi sebuah cerita pendek yang utuh sesuai imajinasi dan kreativitas masing-masing.

Alasan Pemilihan Metode Pemecahan Masalah

Beberapa hal yang menjadi alasan pemilihan metode Mencer sebagai trik atau solusi pemecahan masalah rendahnya prestasi menulis cerita pendek di kelas X Bahasa SMA Negeri 1 Sukoharjo adalah: (1) Metode Mencer atau melanjutkan cerita mampu memberikan rangsang (stimulus) yang kuat kepada peserta didik untuk menulis cerpen. Peserta didik yang semula kurang atau tidak senang menulis cerpen menjadi senang menulis cerpen; (2) Metode Mencer (melanjutkan cerita) sangat efektif memacu daya kreativitas peserta didik, sehingga memungkinkan munculnya kreasi dan variasi cerita meski berasal dari awal kisah yang sama. Metode Mencer dapat mejamin orisionalitas cerita, sehingga guru tidak perlu khawatir peserta didiknya menjiplak karya orang lain.

Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Metode Mencer

Pembelajaran menulis cerpen dengan metode Mencer dirancang dilaksanakan dalam waktu 4 (empat) jam pelajaran atau selama 2 (dua) kali pertemuan.

Prosedur Pelaksanaan Metode Mencer

Sebagaimana kegiatan pembelajaran pada umumnya, tiap-tiap pertemuan kegiatan pembelajaran menulis cerpen dengan metode Mencer pada terdiri dari beberapa bagian kegiatan, seperti kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

Pertemuan Pertama ( 2 jam pelajaran)

Setelah melewati kegiatan pendahuluan dengan memberikan stimulus , dan motivasi tentang keuntungan, dan pentingnya membaca cerpen, guru melibatkan peserta didik alam kegiatan inti pembelajaran.

Tahap Kegiatan Inti meliputi:

Orientasi siswa pada masalah

Pada tahap orientasi ini guru mengawali pembelajaran dengan menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran menulis cerpen, selanjutnya peserta didik menyimak tujuan pembelajaran; menyimak penjelasan guru tentang hakikat dan ciri-ciri karakteristik cerpen; menyimak penjelasan guru tentang unsur-unsur pembentuk keutuhan cerpen; dan menyimak penjelasan guru tentang cara menilai kualitas sebuah cerpen.

Mengorganisasi siswa dalam belajar

Sesuai petunjuk dan pengarahan dari guru, peserta didik membentuk kelompok belajar/kelompok diskusi satu meja.

Membimbing siswa melakukan analisis secara mandiri atau kelompok

Pada tahap ini peserta didik membaca cerpen yang disiapkan guru sebagai media pembelajaran. Selanjutnya, dengan difasilitasi dan dibimbing guru peserta didik menelaah dan menganalisis cerpen dari segi struktur, unsur ekstrinsik, intrinsik serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya; mendiskusikan hasil temuan (analisisnya) dengan teman sekelompok diskusi satu meja; menilai kualitas cerpen dengan cara berdiskusi dengan teman semejanya, dengan fokus penilaian unsur kualitas isi, organisasi isi, diksi, dan ejaan yang digunakan.

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada tahap ini guru membimbing peserta didik untuk menulis hasil analisisnya, khususnya mengenai struktur, unsur ekstrinsik, intrinsik serta nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen yang dibacanya; menulis hasil diskusi tentang penilaiannya terhadap cerpen (model) yang dibacanya; dan mempresentasikan atau menyajikan laporan hasil temuan atau hasil analisis dan diskusinya di depan kelas.

 

Penutup

Pada tahap akhir pembelajaran, guru membimbing peserta didik membuat simpulan tentang struktur, unsur ekstrinsik, intrinsik, nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen yang dibacanya, serta hasil penilaian kualitas cerpen yang dibacanya. Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memberitahukan rencana kegiatan pembelajaran berikutnya, yaitu menulis cerpen dengan metode Mencer.

Pertemuan kedua (2 jam pelajaran)

Setelah melewati kegiatan pendahuluan dengan memberikan ulasan dan tanggapan hasil belajar pada pertemuan pertama secara sekilas, guru melibatkan peserta didik dalam kegiatan inti pembelajaran tentang teknik menulis cerpen dengan metode Mencer. Guru secara singkat memberikan contoh cara melanjutkan penggalan cerita menjadi cerpen yang utuh dan bermakna dengan mengutamakan nilai kesastraan, dan amanat cerita.

Kegiatan Inti

Pada awal kegiatan inti pembelajara guru membagikan penggalan cerita baru. selanjutnya peserta didik membaca penggalan kisah awal cerpen yang sengaja belum atau tidak diselesaikan ; menganalisis secara sekilas isi penggalan teks cerpen (tokoh utama, latar, jenis alur dan sudut pandang); dan merenung, berimajinasi, memikirkan kemungkinan kelanjutan cerita menurut dirinya.

Pada tahap kegiatan inti meliputi langkah:

Perancangan Langkah-langkah Penyelesaian tugas.

Pada tahap lanjutan kegiatan inti guru mengarahkan peserta didik untuk menulis rancangan kelanjutan kisah dalam bentuk peta konsep. Meskipun bukan merupakan keharusan, pembuatan peta konsep cerita ini penting dilakukan. Selanjutnya, peserta didik menuliskan kelanjutan cerita pendek sesuai ide, gagasan dan kreativitasnya masing-masing; mendiskusikan kembali hasil tulisannya kepada teman satu mejanya untuk mendapatkan tanggapan, saran dan masukan perbaikan; menyempurnakan tulisan cerpennya berdasarkan saran dan masukan dari teman satu mejanya.

Penutup

Pada akhir pembelajaran pertemuan kedua guru memberi penegasan perlunya melakukan penyuntingan secara cermat terhadap hasil karya (kelanjutan cerpen) sebelum mengumpulkannya. Guru memberikan kertas lembar kerja kepada peserta didik, selanjutnya peserta didik menulis kelanjutan cerita cerpen yang telah disunting pada lembar kerja yang disediakan guru.

Catatan:

Pada praktik pelaksanaaannya, pembelajaran menulis cerpen melalui metode Mencer dapat dikombinasikan dengan tugas Proyek. Jika peserta didik belum dapat menyelesaikan kelanjutan cerita pendek di kelas, ia dapat menyelesiakannya di rumah sesuai dengan peta konsep yang telah disusunnya.

 

 

Penutup

Guru memeriksa hasil karya peserta didik, selanjutnya memilih satu atau dua karya yang dianggap paling baik seraya memberikan apresiasi dan tanggapan terhadap karya peserta didik tersebut. Guru meminta peserta didik dengan karya terbaik untuk membacakan karyanya di depan kelas.

Hasil yang Dicapai dari Penerapan Metode Mencer

Hasil yang dicapai dari penerapan metode Mencer pada pembelajaran menulis cerpen adalah meningkatnya prestasi belajar para peserta didik. Dari 35 orang peserta didik, 2 orang mendapatkan nilai dengan kategori kurang atau di bawah KKM (kurang dari 75); 8 orang peserta didik memperoleh nilai dengan kategori Cukup; 20 orang peserta didik memperoleh nilai dengan kategori Baik; dan 5 orang peserta didik memperoleh nilai Sangat baik. Ketuntasan belajar peserta didik mencapai 94, 29% dengan rata-rata nilai 83, 13.

Gambaran hasil pembelajaran menulis cerpen dengan mencer tersebut secara lebih jelas terlihat pada table berikut:

Tabel 3.1: Hasil Pembelajaran menulis cerpen

No Kategori Nilai Interval X F % f(x)
1 Sangat Baik 91 – 100 95.50 5 14,29 %  477, 50
2 Baik 83– 90 86,50  20 54,29 % 1730, 00
3 Cukup 75 – 82 78.50 8 25,71 %  628, 00
4 Kurang £ 74 37,00 2 5,71 %  74, 00
å Jumlah 35 100,00 % 2901, 50

 

Rata – rata nilai yang diperoleh yaitu:

Rata-rata N =  =  = 83,13

Dampak dari Penerapan Metode Mencer

Berdasarkan hasil pengamatan dan data angket peserta didik dapat disimpulkan dampak penerapan metode Mencer pada pembelajatan menulis cerpen, antara lain: (1) Penerapan metode Mencer dapat menumbuhkan keaktifan belajar peserta didik. Peserta didik yang semula ogah-ogahan dan malas menulis menjadi aktif dan bersemangat menulis cerpen; (2) Para peserta didik menunjukkan perasaan senang, dan tertariknya terhadap metode Mencer, dengan antusias menyelesaikan cerita; (3) prestasi belajar menulis cerpen menjadi meningkat; peserta didik merasa puas terhadap pembelajaran menulis cerpen dengan menerapkan metode Mencer; (4) Peserta didik merasa tertantang dan mendapat pengalaman baru yang selama ini belum pernah mereka dapat.

Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Metode Mencer

Kendala-kendala yang muncul pada saat menerapkan metode Mencer dalam pembelajaran menulis cerpen, antara lain: (1) tidak setiap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia menyukai pembelajaran menulis satra; (2) tidak setiap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki kemampuan menulis cerpen, sehingga merasa kesulitan membuat penggalan cerita pendek sebagai media pembelajaran.

Faktor-Faktor Pendukung

Faktor-faktor pendukung keberhasilan penerapan metode Mencer pada pembelajaran menulis cerpen di SMA Negeri 1 Sukoharjo, antara lain; (1) Peserta didik SMA Negeri 1 Sukoharjo memiliki kemampuan akademis relatif tinggi; (2) Sarana prasarana pembelajaran, seperti LCD Proyektor, Sound Sitem tersedia lengkap dan memadai; (3) Sebagai sekolah rujukan Kurikulum 2013, tenaga pendidik (guru) SMA Negeri 1 Sukoharjo relatif lebih berpengalaman dan kompeten; (4) Iklim dan suasana belajar di SMA Negeri Sukoharjo tertib, kondusif, kooperatif, sehingga peserta didik merasa nyaman dan senang, namun sekaligus tertantang lebih giat belajar.

Alternatif Pengembangan Pelaksanaan Program

Beberapa alternatif pengembangan pelaksanaan program pembelajara menulis cerpen dengan menerapkan metode Mencer di SMA Negeri 1 Sukoharjo adalah: (1) Perlunya menanamkan mind side pada guru bahasa Indonesia bahwa materi kebahasaan dan sastra pada pelajaran Bahasa Indonesia merupakan satu kesatuan utuh yang tak dapat dipisah-pisahkan. Keduanya memiliki peran yang sama penting dalam rangka membentuk pribadi peserta didik; (2) Perlunya membekali setiap guru Bahasa Indonesia dengan kompetensi professional bidang satra khususnya, lewat kegiatan – kegiatan IHT, diklat, atau MGMP, sehingga mereka memiliki keyakinan dan kemantapan melaksanakan pembelajaran sastra di kelas; (3) Perlunya kegiatan lomba menulis cerpen dan sejenisnya di sekolah sebagai wahana pengembangan bakat dan keterampilan menulis peserta didik; Perlunya gerakan “mencintai sastra”, khususnya di kelas-kelas program bahasa; (4) Perlunya menambah koleksi buku sastra khususnya, di perpustakaan sekolah sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran dan budaya literasi sekolah.

SIMPULAN

Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu: (1) Metode Mencer dilaksanakan dengan melibatkan peserta didik praktik secara langsung menulis cerpen; Sebelum praktik menulis cerpen, pada pertemuan awal, peserta didik dilibatkan dalam kegiatan mengenal, memahami karakteristik cerpen, kriteria-kriteria cerpen yang berkualitas, menganalisis, dan menilai sebuah cerpen. Pada tahap berikutnya, guru menyiapkan sebuah cerita yang belum atau tidak diselesaikan. Cerita ini hanya menyajikan awal sebuah kisah. Pada langkah berikutnya, peserta didik diminta melanjutkan cerita yang tidak atau belum selesai tersebut menjadi sebuah cerita pendek yang utuh sesuai imajinasi dan kreativitas masing-masing; (2) Penerapan metode Mencer pada pembelajaran terbukti dapat meningkatkan hasil belajara aspek keterampilan peserta didik dalam menulis cerpen. Hal initerbukti dari ketuntasan hasil belajar peserta didik mencapai 94,29% dengan rata-rata nilai 83,13; Dampak yang diperoleh dari penerapan metode Mencer adalah para peserta didik menjadi senang dan antusias mengikuti pembelajaran.

 

 

REKOMENDASI

Bagi Peserta didik: Peserta didik diharapkan mengedepankan optimisme dan semangat belajar. Dengan semangat belajar, mencoba, dan berlatih, kemampuan akan terasah dan berkualitas.

Bagi Guru: Para guru diharapkan tanpa jemu selalu berusaha mengembangkan metode pembelajaran inovatif guna meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran peserta didik.

Bagi Sekolah: Pihak sekolah perlu membekali para guru dengan kompetensi pedagogik yang memadai, terutama dalam engembangan metode pembelajaran inovatif lewat kegiatan IHT, diklat atau MGMP sekolah. Selain itu, sekolah perlu melengkapi dan menambah koleksi buku referensi sastra di perpustakaan, sehingga dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan budaya literasi sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Bachmund, Edmund. 2005. Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Jaya.

Hamdayama, Jumanta. 2015. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamadi. 2016. ”Upaya Peingkatan Keterampilan Menulis Teks Recount dengan Menggunakan Teknik Kalimat Mengalir pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Matesih Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 ”. Jurnal Saintech Politeknik Indonusa Surakarta, ISSN: 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016. 11-17.

Machfudz, Imain., dan Wahyudi Siswanto. 1997. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdikbud.

Nurkamto, Joko. 2004. ”Peningkatan Profesionalisme Guru melalui Reflective Teaching”. Retorika: UNS.

Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Ramadhan, Arif. 2013. Pembelajaran Menulis Cerpen pada Kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013 (Sebuah Studi Kasus). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses BelajarMengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ArRuzz Media.

Thahar, Harris Effendi. 2008. Kiat Menulis Crita Pendek. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Agkasa.

Tim Penyusun. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Srategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.