METODE SELF RECORDING

UNTUK MENURUNKAN HIPERAKTIVITAS

PADA ANAK

Kristien Wedhar Hapsari

Staf Pengajar PAUD FKIP UKSW Salatiga

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode self recording dalam menurunkan hiperaktivitas anak. Self recording merupakan tahap awal dari metode kontrol diri yang merupakan bentuk dari terapi kognitif perilaku. Peran dari terapi kognitif perilaku dengan menggunakan metode self recording adalah mengajarkan anak cara bagaimana mengembangkan strategi kognitif untuk memecahkan masalah baik masalah akademik, kognitif maupun yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen single subjek design, dengan jumlah subyek dua orang anak dengan gangguan hiperaktif berusia 9 tahun yang diberi treatment dengan metode self recording. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah rating scale hiperaktivitas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh penerapan metode self recording signifikan pada subyek yang mempunyai kemampuan intelektual rata-rata, telah mengikuti terapi dan mendapatkan dukungan dan perhatian yang besar dari keluarga.

Kata kunci: Hiperaktif, Metode self recording

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Hiperaktivitas merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh anak ADHD yang didefinisikan sebagai gangguan konsentrasi dan pemusatan perhatian yang mengakibatkan anak tersebut tidak bisa menyerap pelajaran dengan sempurna, tapi hanya sepotong-sepotong. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis yang menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperakti-vitas-impulsivitas yang tidak sejalan dengan perkembangan usia anak. Data-data penelitian yang ada menguatkan pendapat perlunya memilih metode yang tepat dalam arti efektivitasnya tinggi, namun sedapat mungkin tidak memiliki efek samping negatif. Selama ini, penanganan anak untuk anak hiperaktif dilakukan secara medis, namun ternyata metode ini memiliki beberapa efek samping. Sedangkan belum banyak keterangan tentang metode non-medis yang mungkin juga dapat membantu (Henker, 1989).

Pada anak dengan gangguan hiperaktivitas sering dijumpai bahwa mereka mempunyai permasalahan dalam hubungan sosialnya karena mereka belum mampu memahami bagaimana mengubah perasaan keputusasaan menuju perasaan penuh pengendalian dan keyakinan sehingga anak membutuhkan kemampuan kontrol diri. Melalui ketrampilan kontrol diri ini anak akan lebih mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dengan pemecahan masalah sederhana, menunda pemuasan sesaat dan anak akan mampu mengontrol perilakunya sendiri (Ronen, 1993, h.128). Peran dari terapi kognitif perilaku dengan menggunakan metode kontrol diri adalah mengajarkan anak cara bagaimana mengembangkan strategi kognitif untuk memecahkan masalah baik secara akademik, kognitif maupun masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Metode kontrol diri yang akan diterapkan pada anak hiperaktif adalah dengan metode self recording atau pencatatan diri agar anak sadar dengan perilakunya dan terjadi internalisasi dalam proses kognitif anak sehingga anak dapat melakukan kontrol terhadap perilaku hiperaktivitas-nya.

Permasalahan

Penanganan secara medis yang selama ini digunakan ternyata memiliki beberapa efek samping, misalnya berkurangnya nafsu makan, berpengaruh pada pertumbuhan sehingga berat tubuh dan tinggi badan berkurang. Dari permasalahan tersebut maka menimbulkan pemikiran untuk mencari metode alternatif yang lebih sederhana dan aman untuk membantu anak dengan gangguan hiperaktivitas. Salah satunya dengan mengembangkan teknik kognitif behavioral karena teknik dengan intervensi kognitif mencoba untuk menghasilkan perubahan pada anak melalui pengaruh cara berpikir anak sehingga terjadi proses internalisasi dalam kognisi anak. Metode self recording diterapkan pada anak hiperaktif dengan tujuan untuk memberikan pengaruh terhadap cara berpikir anak agar berperilaku positif, mengurangi perilaku hiperaktif dan tidak hanya sebatas pelatihan perilaku saja namun melibatkan kemampuan kognitif anak dalam mengontrol perilaku hiperaktif.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode self recording dalam menurunkan perilaku hiperaktif pada anak.

TINJAUAN PUSTAKA

Hiperaktivitas pada anak

1. Perilaku Hiperaktif

Menurut Sani Budianti Hermawan (dalam Zaviera, 2007, h.14) hiperaktif bila ditinjau secara psikologis merupakan gangguan tingkah laku yang tidak normal, yang disebabkan oleh disfungsi neurologist dengan gejala utama ketidakmampuan dalam memusatkan perhatian dan hiperaktif yang merupakan turunan dari gangguan ADHD (Attention Deficit and Hiperactivity Disorder). Barkley (1983) mendefinisikan hiperaktivitas sebagai berikut:

Hyperactivity is a developmental disorder of attention, impulsive control and rule-governed behavior (compliance, self-control and problem solving) that arises early in development, is significantly chronic and pervasive in nature, and is not attributable to mental retardation, deafness, blindness, gross neurologic impairment or severe emotional disturbance (i.e. psychosis or autism).

Hiperaktivitas merupakan salah satu aspek dari Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas atau dikenal dengan istilah ADHD (Attention Deficit and Hiperactivity Disorder).

2. Ciri-Ciri Anak Hiperaktif

Adapun ciri-ciri anak hiperaktif adalah sebagai berikut (Zaviera, 2007): Tidak focus, Tanpa tujuan, Menentang, Tidak sabar, Destruktif, Intelektualitas rendah, Tak kenal lelah

3. Faktor Penyebab perilaku hiperaktif

Ada beberapa faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, yaitu: genetik (keturunan), riwayat proses perkembangan janin yang tidak baik selama dalam kandungan, proses kelahiran yang bermasalah atau tidak normal, akibat penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan pada ibu sewaktu hamil, struktur otak tidak normal, pengaruh kuat keracunan dan kontaminasi lingkungan, alergi makanan, kondisi-kondisi kesehatan yang lain (seperti pembengkakan kelenjar tiroid, epilepsy dan autis), efek samping dari pengobatan, keluarga tidak harmonis dan psikososial yang buruk (Parker, 1992 ; Bell & Peiper, 2000).

4. Tipe Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas

American Psychiatric Association (APA) mengidenti-fikasi tiga jenis gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas yang berbeda dan kategori tersebut dibuat berdasarkan tipe gangguan pada anak, yaitu sebagai berikut:

1. Tipe kombinasi (Attention Deficit/Hiperactivity Disorder).

2. Tipe Inattentive (Gangguan Pemusatan Perhatian).

3. Tipe Hiperaktif-impulsif.

5. Kriteria Diagnostik Gangguan pemusatan perha-tian dan hiperaktivitas

Kriteria Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau disebut ADHD berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV.

Penanganan Anak Hiperaktif

Menurut Hansen dan Cohen (1984) dan Haniman (1999), dalam memberikan penanganan pada anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas disarankan tidak mengandalkan satu terapi saja, namun sebaiknya melibatkan beberapa terapi secara komprehensif agar mendapatkan hasil penanganan yang optimal. Adapun beberapa tindakan penanganan yang dapat dilakukan untuk menangani anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas antara lain dengan Terapi modifikasi perilaku, Terapi diet, Terapi obat, Pelatihan ketrampilan sosial

Terapi Kognitif Perilaku

Terapi kognitif berkembang dari terapi perilaku yang mendasarkan diri pada teori belajar seperti teori conditioning classic, conditioning operant dan modeling. Terapi perilaku menekankan pada data empiris, assessment perilaku dan evaluasi hasil terapi melalui perilaku yang bisa diobservasi (Ronen, 1993).

Salah satu tokoh psikologi kognitif Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi 4 tahap:

a. Tahap Sensori Motor (lahir sampai usia 2 tahun)

b. Tahap Pre-operasional (2 tahun sampai 7 tahun)

c. Tahap Konkret Operasional (7 tahun sampai 12 tahun)

d. Tahap Formal Operasional (12 tahun sampai seterusnya)

Metode Self Recording

1. Pengertian

Self Recording atau pencatatan diri sering juga disamakan dengan istilah observasi diri (self observation) atau monitoring diri (self monitoring) yang dalam pelaksanaannya anak diajarkan secara sederhana melakukan pencatatan diri melalui pertanyaan-pertanyaan yang berkait-an dengan perilaku hiperaktif anak. Pertanyaan disusun berdasarkan pengalaman sehari-hari anak, bersifat konkret dan dengan bahasa sehari-hari anak sehingga mudah dipahami oleh anak. Tujuan dari pencatatan diri ini adalah membuat anak sadar akan perilakunya sendiri, membuat anak memahami proses terjadinya suatu perilaku tertentu.

2. Tahap-tahap Metode Self recording

Metode self recording merupakan salah satu metode yang digunakan dalam terapi kognitif perilaku. Teknik ini terdiri dari pencatatan diri (self recording), evaluasi diri (self evaluation) dan pengukuhan diri (self reinforcement) (Ronen, 1993 dalam Safaria T, 2004,h. 89). Sedangkan Soekadji (1998, h.103-104) menyatakan bahwa self recording untuk meningkatkan kontrol diri umumnya melalui beberapa tahap yaitu:

1. Target Behavior

Dalam tahap ini subyek menentukan sasaran perilaku secara terperinci atas sub-sasaran yang dikendalikan bagi suatu periode tertentu.

2. Mengatur Lingkungan

Lingkungan perlu diatur sehingga menghilangkan atau mengurangi godaan memilih perilaku-perilaku yang mendapat pengukuhan dengan segera.

3. Pencatatan Diri (Self Recording)

Pencatatan diri ini anak diajarkan secara sederhana melakukan pencatatan diri melalui sebuah tabel atau buku diari atau buku saku. Tujuan dari pencatatan diri ini adalah membuat anak sadar akan perilakunya sendiri, membuat anak memahami proses terjadinya suatu perilaku tertentu.

4. Evaluasi Diri (Self Evaluation)

Caranya adalah dengan menggunakan skala angka seperti skala 1 sampai 10 atau dengan menggambarkannya dalam bentuk suatu tangga yang bisa dipahami oleh anak.

5. Pengukuhan Diri (Self Reinforcement)

Pengukuhan diri bertujuan untuk mengajarkan anak untuk mandiri dalam melakukan suatu kegiatan. Pengukuhan diri akan membuat perilaku anak muncul secara konsisten dan bertujuan pula untuk meningkatkan kepercayaan diri anak dan mengembangkan gambaran diri yang positif.

HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah metode self recording dapat menurunkan perilaku hiperaktif pada anak yang ditunjukkan oleh penurunan skor pada pretest dan posttest. Setelah pemberian treatment atau perlakuan, skor pretest lebih rendah daripada skor posttest.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang sifatnya eksperimen. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen single subjek design, yaitu penelitian eksperimen yang jumlah subyek penelitiannya kecil atau satu.

Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel tergantung: Perilaku hiperaktif

Variabel Bebas: Metode Self Recording

Definisi Operasional

1. Perilaku hiperaktif

Perilaku hiperaktif didefinisikan sebagai gangguan perhatian dengan perilaku tidak bisa diam, selalu bergerak, terlihat gelisah dan tidak tenang, sering menggeliat-geliat ke-tika duduk, sering melompat-lompat tanpa tujuan, berjalan-jalan ataupun berlarian, sering meninggalkan tempat duduk, mengayun-ayunkan kaki, memainkan pensil/pena, menggu-lung kertas dan terus menerus berbicara.

2. Self Recording

Self Recording atau pencatatan diri dilakukan secara sederhana dengan melalui pertanyaan-pertanyaan yang ber-kaitan dengan perilaku hiperaktif anak. Pertanyaan disusun berdasarkan pengalaman sehari-hari anak, bersifat konkret dan dengan bahasa sehari-hari anak sehingga mudah dipahami oleh anak.

Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak dengan gangguan hiperaktif yang masuk dalam kriteria diagnostik dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM IV) yang sudah didiagnosa oleh ahli (psikolog). Subyek penelitian ini berjumlah dua orang dengan karakteristik subyek yang berusia 9 – 12 tahun.

Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

2. Wawancara

3. Rating Scale Hiperaktivitas (Hiperactivity Rating Scale)

Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipakai untuk menganalisis hasil penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Penelitian

Setelah mendapat persetujuan dari orangtua subyek. eksperimenter melakukan persiapan penelitian yang meliputi observasi ke sekolah, wawancara dengan guru kelas, wawancara dengan ibu subyek dan persetujuan kesediaan dari guru untuk ikut membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Setelah kegiatan awal dilakukan maka peneliti melakukan pengisian Rating Scale Hiperaktivitas bersama dengan satu guru kelas dan satu guru bantu. Pengisian rating scale ini bertujuan untuk mendapatkan baseline masing-masing subyek.

Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Uji Validitas

Peneliti melakukan uji validitas rating scale hiperak-tivitas dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat tersebut valid digunakan dalam penelitian. Rating scale hiperaktivitas yang terdiri dari 15 item tersebut diuji validitasnya dengan validitas konstrak dan validitas isi, dengan cara menyusun item-item disesuaikan dengan konstrak teoritis kriteria diagnostik hiperaktivitas kemudian didiskusikan dengan Dosen Pembimbing.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang telah dilakukan dengan uji reliabilitas antar rater menghasilkan skor reliabilitas = 0.948. Hal ini berarti alat ukur berupa rating scale hiperaktivitas yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.

Pelaksanaan Penelitian

Proses treatment dilaksanakan secara individual oleh masing-masing subyek. Tiap subyek melaksanakan terapi sebanyak 20 kali pertemuan, dengan waktu 30 menit setiap sesinya. Treatment dilaksanakan pada waktu istirahat kedua dan bertempat di ruang kelas subyek, treatment dilakukan oleh subyek dengan didamping guru kelas dan peneliti. Keseluruhan jalannya penelitian dari pretest hingga post test adalah berlangsung selama enam minggu, dengan rincian satu minggu pretest, empat minggu treatment, dan satu minggu post test. Selama empat minggu, kedua subyek melaksanakan treatment sebanyak 20 kali.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil kuantitatif dan kualitatif diketahui bahwa hipotesis yang diajukan diterima yaitu ada perubahan skor berupa penurunan skor pretest dan posttest meskipun hanya terjadi pada satu subyek, sedangkan pada subyek yang lain tidak menunjukkan kestabilan dalam penurunan skor.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa pemberian treatment bagi subyek akan berhasil jika ada dukungan yang kuat dari lingkungan terhadap perubahan perilaku subyek, yaitu perhatian dan pendampingan dari orang tua dalam mengarahkan perilaku subyek, selain itu juga dilakukan terapi terpadu artinya tidak hanya dilakukan satu macam terapi saja bagi subyek namun terapi yang lain juga diperlukan. Terapi dengan metode gabungan sangat efektif dalam menangani gejala hiperaktif, anak hiperaktif yang mengikuti terapi gabungan secara signifikan menunjukkan pola perilaku yang lebih baik setidaknya dalam beberapa tolok ukur yaitu kepatuhan, sikap sportif, sikap dengan teman sebaya, sikap hiperaktif (Pelham dalam Zaviera, 2007).

Penelitian yang telah dilakukan pada subjek Rd dan KL masing-masing diperoleh hasil:

1. Subjek KL

Hasil pengukuran pretest selama lima hari dengan menggunakan rating scale hiperaktivitas pada subjek KL dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 Data pretest Perilaku Hiperaktif Subjek KL

Hari ke –

Total Skor

I

96

II

98

III

105

IV

86

V

66

Post Test merupakan pengukuran akhir setelah proses treatment yang diberikan selama 20 kali pertemuan. Hasil pengukuran post test dengan menggunakan skala hiperaktivitas pada subjek KL dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2 Data Post test Perilaku Hiperaktif Subyek KL

Hari ke –

Total Skor

I

75

II

74

III

91

IV

92

V

76

Dari hasil pengukuran baseline dan post test dapat dilihat grafik perubahan frekuensi gejala-gejala hiperaktivitas pada diri subyek, seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 1 Grafik perubahan skor pretest-postest

subyek KL

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa kurang ada pengaruh antara sebelum pemberian treatment dan sesudah pemberian treatment yang ditunjukkan oleh skor total posttest yang tidak stabil mengalami penurunan, sehingga dapat diketahui bahwa perilaku hiperaktif subyek tidak mengalami penurunan yang signifikan ketika di dalam kelas. Berdasarkan perhitungan dengan Wilcoxon Signed Ranks Test, pada subyek KL diperoleh angka 0,225 sehingga p > 0,05 yang artinya tidak ada pengaruh pemberian treatment terhadap perilaku hiperaktif subyek ketika didalam kelas.

2. Subjek Rd

Hasil pengukuran pretest selama lima hari dengan menggunakan rating scale hiperaktivitas pada subjek Rd dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3 Data pretest Perilaku Hiperaktif Subjek Rd

Hari ke –

Total Skor

I

110

II

106

III

105

IV

94

V

91

Post Test merupakan pengukuran akhir setelah proses treatment yang diberikan selama 20 kali pertemuan. Hasil pengukuran post test dengan menggunakan skala hiperaktivitas pada subjek Rd dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4 Data Post test Perilaku Hiperaktif Subjek Rd

Hari ke –

Total

I

89

II

81

III

96

IV

88

V

84

Dari hasil pengukuran pretest dan post test dapat dilihat grafik perubahan frekuensi gejala-gejala hiperaktivitas pada diri subjek, seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 2 Grafik perubahan skor pretest-postest

subyek Rd

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa ada perbedaan skor dari sebelum pemberian treatment dan sesudah pemberian treatment yang ditunjukkan oleh penu-runan skor total dari skala hiperaktivitas, sehingga dapat diketahui bahwa setelah pemberian treatment terjadi penurunan perilaku hiperaktif subyek ketika didalam kelas. Berdasarkan perhitungan dengan Wilcoxon Signed Ranks Test, pada subyek Rd diperoleh angka 0,043 sehingga p < 0,05 yang artinya ada pengaruh pemberian treatment terhadap penurunan perilaku hiperaktif subyek ketika didalam kelas.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan pemberian treatment self recording terhadap perilaku hiperaktif ketika didalam kelas, diperoleh kesimpulan bahwa metode self recording dapat menurunkan perilaku hiperaktif pada subyek meskipun treatment ini lebih berhasil diterapkan pada subyek yang mempunyai kemampuan intelektual rata-rata, subyek yang pernah mengikuti terapi karena perilakunya lebih terkontrol, mudah diarahkan dan cukup kooperatif, selain itu adanya perhatian dan dukungan dari ibu terhadap perubahan perilaku subyek sangat dibutuhkan sebagai kontrol lingkungan dari orang terdekat. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode self recording ini lebih berfungsi sebagai treatment pelengkap selain terapi yang lain, seperti diet makanan, terapi okupasi dan terapi perilaku untuk mendapatkan hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Andajani, S.A. 1991. Efektivitas Teknik Kontrol Diri pada Pengendalian Kemarahan. Jurnal Psikologi. No. 1. 54-59.

Barkley, R. A. 1983. Hyperactivity. In R. J. Morris & T. R. Kratochwill (Eds), The practice of child therapy. New York: Pergamon Press.

Bell, R., & Peiper, H. 2000. The ADD and ADHD diet. East Canaan, CT: Safe Goods.

Calhoun, J.F., Acocella, J.R., 1990. Psychology of Adjustment and Human Relationship. New York. McGraw Hill, Inc.

Copeland, A. P. 1982. Individual Difference Factors in Children’s Self-Management: Toward Individualized Treatment. New York: Pergamon

Dafidaff, L.L. 1988. Psikologi Suatu Pengantar, Edisi kedua jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Flanagen, R. 2005. ADHD Kids. Jakarta. Penerbit: Prestasi Pustaka.

Hardiono, D.P. 2005. Mengenal dan Membimbing Anak Hiperaktif. http://www.angelfire.com/mt/matrixs/psikologi.htm#Anak%20 hiperaktif., 21/06/2006.

Hall, C.S, & Linzey, G. 1993. Teori- teori sifat dan Behavioristik, Psikologi Kepribadian 3. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Haniman, F. 1999. Penatalaksanaan medis dan non-medis ADHD. Makalah disampaikan pada symposium Attention Defisit Hiperactivity Disorder. Departemen Psikiatri RSUD Dr. Soetomo & PT Novartis Biochemie, Surabaya.

Kendall, P.C. & Braswell, L. 1985. Cognitive Behavioral Therapy for Impulsive Children. New York: Guilford.

Kazdin, A. E. 1987. Child Psychoteraphy: Development and Identifying Effective Treatments. New York: Pergamon.

Lazarus, R.S., 1976. Patterns of Adjustment. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha, Ltd.

Martin, G, Pear, J. 1992. Behavior Modification What it is and How to do it. New Jersey: Prentice-Hall International Edition.

Miranda, A & Presentacion M.J., 2000. Efficacy of Cognitive-Behavioral Therapy in the treatment of children with ADHD, with and without aggressiveness. Psychology in the Schools Journal. Vol. 37, issues 2, Pages 169-182.

Nazir, Muhammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nanik & Ekowarni, E., 2003. Terapi Modifikasi Perilaku, Diet dan Obat untuk Penanganan Perilaku Hiperaktivitas pada Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol.18, No. 2. 137-156.

Parker, H. C. 1992. The ADD hyperactivity handbook for school: Effective strategies for identifying and teaching student with attention defiscit disorders in elementary and secondary schools. Florida: Impact Publications.

Ronen, T. 1993. Adapting Treatment Techniques to Children’s Need. British Journal of Social Work, 23. 281-296.

Safaria T. 2004. Terapi Kognitif Perilaku untuk Anak. Jakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Soehartono, I, 2000. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Soekadji, S. 1998. Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Liberty.

Zaviera, F. 2007. Anak Hiperaktif. Yogyakarta. Penerbit: Kata Hati.