PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI PEMBELAJARAN ATMOSFER DI KELAS X 4

SMAN 1 WERU SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Sri Maryanto

SMA Negeri 1 Weru, Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Weru dengan menggunakan pendekatan Cooperative Learning teknik Snowball Throwing. Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan dua siklus terdiri empat tahap yaitu; perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah para siswa kelas X 4 SMA Negeri 1 Weru berjumlah 36 siswa yang terdiri atas 8 siswa laki-laki, 28 siswa perempuan pada tahun pelajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, wawancara, dokumentasi, dan jurnal. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu menganlisis data kuantitatif berupa hasil tes, dan data kualitatif berupa hasil pengamatan, wawancara, jurnal dan dokumentasi.Validasi data melalui empat tahap; face validity, triangulation, critical reflection, dan catalityc validaty. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan model Snowball Throwing, yaitu: (a) Siswa lebih aktif, kreatif, inovatif dan merasa lebih senang, (b) Siswa lebih berani mengemukakan pendapat/pikirannya kepada sesama siswa maupun kepada guru. Pembelajaran atmosfer dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X 4 SMA Negeri 1 Weru tahun ajaran 2016/2017. Indikator keberhasilan kinerja adalah peningkatan hasil belajar siswa nilai rata-rata kelas pada pretes sebesar 61,4; pada Siklus I sebesar 73,5; dan pada Siklus II sebesar 78,10. Selain itu juga dapat dilihat adanya peningkatan ketuntasan klasikal yaitu pada pretes siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa (66,66%); pada Siklus I sebanyak 32 siswa (88,88%); dan 35 siswa (97,22%) pada Siklus II.

Kata kunci: Model Pembelajaran Snowball Throwing, Hasil Belajar, Atmosfer.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Selama ini pembelajaran di sekolah lebih banyak menekankan pada pencapaian kemampuan intelektual yang ditunjukkan dengan perolehan hasil belajar siswa, sedangkan aspek afektif dan karakter hanyalah sebagai sisipan apabila guru yang bersangkutan menyadari arti pentingnya karakter dan nilai sikap tersebut walaupun dalam kurikulum sudah ada pendidikan karakter yang harus diaplikasikan sesuai dengan materi pembelajaran.

Siswa kelas X.4 SMAN 1 Weru berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 8 laki-laki, 28 perempuan. Menurut hasil tes IQ (Intelegensy Quetient) menunjukkan sebanyak 18 siswa (50%) memiliki tingkat kecerdasan sedang dan 18 siswa (50%) memiliki tingkat kecerdasan kurang. Pencapaian nilai ulangan harian lebih 75% siswa memperoleh nilai belajar di bawah Kriteria Kebutuhan Minimal (KKM) yaitu 72.

Menurut pengamatan, sebagian besar siswa belum memiliki kecakapan hidup. Belum dimilikinya kecakapan hidup pada siswa tampak pada saat diskusi. Pada saat ini siswa kurang aktif berperan dalam hal curah pendapat dan debat. Kemauan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan masih rendah. Pada saat bekerja kelompok banyak yang bermain-main dan jatah waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas selalu tidak tepat. Jika ada temannya yang bertanya atau menjawab pertanyaan tidak memperhatikan. Siswa mudah lupa terhadap materi yang telah diajarakan, terlebih jika ditanyakan pada pertemuan pada minggu berikutnya.

Berdasarkan asumsi dan realita di atas maka model pembelajaran yang dipilih untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran Snowball Throwing. Hal ini diyakini bahwa model pembelajaran koopertif SNOWBALL throwing merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran atmosfer di kelas X.4 SMAN 1 Weru tahun 2016/2017.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran atmosfer di kelas X.4 SMAN 1 Weru tahun ajaran 2016/2017? (2) Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran snowball throwing, dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran atmosfer di kelas X. 4 SMAN 1 Weru tahun 2016/2017 ?

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakekat Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Rumini: 59).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik individu. Faktor internal individu dibedakan menjadi dua yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Faktor psikis individu antara lain ; kognitif, afektif, psikomotor, campuran dan kepribadian. Faktor fisik individu antara lain ; indera, anggota badan, tubuh, kelenjar, syaraf dan organ-organ dalam tubuh. Faktor eksternal individu antara lain ; lingkungan alam, faktor sosial-ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana serta media pembelajaran.

Cooperative Learning

Cooperative Learning atau belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan siswa untuk berprestasi dan meningkatkan hasil belajar.

Menurut Slavin (1980), Cooperative Learning mempunyai tiga karakteristik (1) Siswa bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang anggota) (2) Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok. (3) Siswa diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok

Menurut hasil penelitian, ternyata bahwa Cooperative Learning itu pada umumnya mempunyai efek yang positif terhadap prestasi belajar, meningkatkan perilaku kooperatif dan altruistik pada diri siswa.

Keberhasilan Cooperative Learning bergantung pada kemampuan siswa berinteraksi di dalam kelompok. Menurut Johnson (1984) ada 4 (empat) ketrampilan antarpribadi yang menunjang keberhasilan yaitu (1) Keterampilan membentuk: agar pengeluaran kelas tetap baik dan agar para anggota kelompok mengembangkan sikap positif terhadap kerja di dalam kelompok. (2)        Keterampilan berfungsi: agar siswa-siswa berinteraksi secara efektif di dalam kelompok. (3) Keterampilan merumuskan: agar para siswa dapat mengembangkan kualitas berpikir dan membuat keputusan bersama. (4) Keterampilan fermentasi: agar para siswa dapat belajar cara menangani perbedaan pendapat.

Model-model pembelajaran yang terdapat dalam cooperative learning menurut Lie (2008) antara lain ; Examples Non – Examples, Picture And Picture, Numbered Heads Together, Cooperative Script, Kepala Nomor Struktur, Student Teams Achievement Divisions, Jigsaw (Model Tim Ahli), Problem Based Introduction, Mind Mapping, Make A Match, Think Pair And Share, Debate, Role Playing, Group Investigation, Talking Stick, Bertukar Pasangan, Snowball Throwing, Student Facilitator And Explaining, dan   Coorse Review Horay.

Model Pembelajaran “Snowball Throwing” (Lempar Bola Salju)

Salah satu model pembelajaran yang terdapat dalam Cooperative Learning adalah Snowball Throwing atau Lempar Bola Salju. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing adalah:

1.     Guru menyampaikan indikator yang akan disajikan

2.     Guru membentuk kelompok (4-5 anggota), kemudian memanggil masing-masing ketua kelompok untuk diberikan penjelasan tentang materi pembelajaran

3.     Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi pembelajaran kepada teman-temannya dalam kelompoknya

4.     Masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi pembelajaran yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompoknya

5.     Kemudian kertas kerja tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa ke siswa lain selama ± 5 detik

6.     Setelah siswa mendapat satu bola / pertanyaan, diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian

7.     Guru memberikan kesimpulan dan penguatan materi.

8.     Penilaian berupa tes lesan atau pertanyaan singkat untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi.

9.     Penutup berupa pemberian tugas-tugas

 

 

Hakikat Geografi

Secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi. Oleh karena itu, geografi sering disebut ilmu bumi. Geografi adalah ilmu yang mengkaji fenomena-fenomena alam, baik fenomena fisik maupun sosial. Fenomena fisik geografi meliputi objek-objek yang ada di bumi, baik objek alamiah maupun buatan manusia. Adapun objek sosial yang dipelajari dalam geografi meliputi semua aktivitas sosial manusia beserta hasilnya. Baik fenomena fisik maupun fenomena sosial tersebut saling mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik. Akan tetapi yang dipelajari dalam geografi bukan hanya mengenai permukaan bumi saja, melainkan juga berbagai hal yang ada di permukaan bumi, di luar bumi, bahkan benda-benda di ruang angkasa pun turut menjadi objek kajian geografi. Dengan kata lain, geografi adalah studi tentang gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dalam hubungan interaksi dan keruangan, tanpa mengabaikan setiap gejala yang merupakan bagian dari keseluruhan itu.

Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan yang pernah dilakukan antara lain; (1) Hasil penelitian (Kuwato, 2004) menyatakan bahwa; (a) Dengan penerapan model pembelajaran partisipatif berbasis media visual aids dalam pembelajaran geografi regional dapat meningkatkan pemahaman pemebelajaran konsep peta siswa, (b) Dengan penerapan model pembelajaran pasrtisipatif berbasis media visual aids dalam pembelajaran geografi regional, ternyata mendapat reaksi yang positif dari para siswa.

Hasil penelitian (Widyaningsih, 2008) menyatakan bahwa; pembelajaran geografi dengan menerapkan teknik two stay two stray dan media kartu gambar dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar juga diikuti peningkatan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek afektif ditunjukkan oleh semakin berkembangnya keterampilan kooperatif siswa, dan pada aspek psikomotor ditunjukkan oleh kemampuan siswa menyusun bahan presentasi.

Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran berlangsung satu arah. Keadaan ini menyebabkan siswa cenderung pasif, kurang kreatif, kurang inisiatif dan kurang pro aktif sehingga mereka lebih banyak menunggu presentasi materi dari guru daripada mencari, menemukan dan merekonstruksi pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.pada tugas-tugas rutin dan hafalan-hafalan semata.

Siswa kurang dirangsang untuk mengajukan pertanyaan, menggunakan daya imajinasinya, mengemukakan pendapat / pikiran, dan menemukan jawaban atas permasalahan yang dihadapi. Keadaan ini menyebabkan siswa cenderung pasif, kurang kreatif, kurang inisiatif dan kurang pro aktif sehingga mereka lebih banyak menunggu presentasi materi dari guru daripada mencari, menemukan dan merekonstruksi pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Guru masih dominan menggunakan model pembelajaran konvensional dan kurang ada usaha untuk mencoba pembelajaran yang lebih kreatif, inovatif dan menyenangkan. pembelajaran yang berlangsung satu arah.

Pembelajaran cooperatif learning dengan teknik snowball throwing adalah teknik proses belajar mengajar yang mengedepankan kerjasama antarsiswa dengan suasana proaktif, kompetisi, kreatif, inovatif dan menyenangkan siswa untuk mengekspresikan kemampuannya dalam kegiatan belajar.

Kegiatan pembelajaran ini akan memberikan kesan kepada siswa lebih bermakna, tahan lama dalam ingatan yang diikuti pemahaman yang baik, sehingga anak akan lebih menguasai materi pembelajaran dengan cara merekontruksi pengetahuan sendiri.  Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran snowball throwing para siswa lebih proaktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Selanjutnya para siswa akan menperoleh hasil belajar mata pelajaran geografi yang lebih baik dan memuaskan.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagi berikut (1) Dengan menggunakan model snowball throwing dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran atmosfer di kelas X 4 siswa SMA Negeri 1 Weru tahun ajaran 2016/2017. (2) Dengan menggunakan model snowball throwing, dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran atmosfer di kelas X 4 siswa SMA Negeri 1 Weru tahun ajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1 Weru yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten dengan Kecamatan Semin dan Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada semester genap tahun pelajaran 2016 / 2017 pada kegiatan belajar mengajar pada saat pagi hari.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas adalah para siswa kelas X 4 SMA Negeri 1 Weru yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 8 siswa putra dan 28 siswa putri.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini ada dua yaitu meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajaran cuaca dan iklim sebagai variabel terikat dan penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing sebagai variabel bebas.

Teknik Pengumpulan Data

Tes, digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran atmosfer yang dilaksanakan sesaat setelah guru menyampaikan informasi sebagai pre tes. Pada setiap siklus tindakan selesai, guru memberikan post tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Nontes, teknik nontes yang digunakan pada penelitian ini ada 3, yaitu: observasi, wawancara dan jurnal. (1) Observasi, digunakan untuk mengetahui tentang respon dan sikap siswa terhadap proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing pada pembelajaran cuaca dan iklim. (2) Wawancara, digunakan untuk mengetahui tanggapan dan sikap siswa dalam penggunaan model pembelajara Snowball Throwing pada pembelajaran cuaca dan iklim, faktor penyebab siswa kurang dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan motivasi yang menjadikan siswa bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. (3) Jurnal, digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul dan tercatat pada saat penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing baik yang bersifat maju maupun mundur untuk mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya.

Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan adalah teknik deskriptif analitik dengan uraian sebagai berikut: (1) Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran cuaca dan iklim.

(2) Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara dan jurnal diklasifkasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis. Data kuatitatif dan kualitatif ini kemudian dikorelasikan sebagai dasar untuk mendeskrispsikan keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing yang di tandai meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajaran atmosfer secara klasikal dan perubahan tingkah laku yang menyertainya.

Indikator Kinerja

Keberhasilan tindakan pada penelitian tindakan ini adalah peningkatan hasil belajar siswa yang diukur berdasarkan ketuntasan belajar secara klasikal. Indikator ketuntasan belajar siswa mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMA Negeri 1 Weru untuk mata pelajaran geografi adalah sebagai berikut (1) Siswa telah belajar tuntas jika mencapai nilai 72. (2) Kelas telah belajar tuntas jika terdapat 75% siswa yang telah belajar tuntas.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pada tahap ini guru melakukan pretes untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran kooperatif dengan teknik snowball throwing. Bahwa siswa yang telah tuntas belajarnya atau telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 11,11% dan siswa yang belum tuntas adalah 88,89%, berarti di kelas X 4 ketuntasan klasikal mencapai 11,11%. Hal ini belum sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal ideal yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA Negeri 1 Weru yang menyatakan bahwa suatu kelas dinyatakan telah tuntas belajarnya apabila minimal 75% dari jumlah siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Deskripsi Siklus I

Bahwa bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan teknik snowball throwing menjawab pertanyaan dari temannya sebesar 77,77%, dan 63,88% siswa menunjukkan kegiatan kerjasama yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Fakta ini akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dan baru 58,33% siswa bertanya kepada guru, hal ini dikarenakan siswa masih takut, ragu-ragu dan malu, lebih-lebih hanya 19,44% siswa yang berani menyanggah terhadap pendapat yang disampaikan guru maupun siswa yang lain. Hal ini dikarenakan teknik pembelajaran konvensional yang mereka ikuti selama ini. Mereka terbiasa mendengarkan dan menerima instruksi dari gurunya.

Bahwa siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM sebesar 41,67% sedangkan siswa yang telah tuntas atau telah mencapai KKM adalah 58,33%. Nilai rata-rata kelas belajar siswa pada Siklus I ini sebesar 71,33 maka pada Siklus I ini keberhasilan penelitian belum berhasil karena nilai rata-rata kelas yang ditetapkan adalah 75. Namun jika dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan penelitian maka terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 12,89.

Pada pra penelitian ketuntasan klasikal mencapai 58,44% dan pada penelitian tindakan Siklus I telah mencapai 71,33%, berarti terjadi peningkatan sebesar 12,89%. Peningkatan ketuntasan kelas ini terjadi karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui teknik ”Snowball Throwing’ sehingga siswa memahami materi pembelajaran atmosfer lebih baik. Kemampuan siswa ini akan dapat meningkatkan daya serap terhadap materi pembelajaran sehingga siswa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal tes dengan baik dan benar.

Bahwa 86,11% para siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dengan teknik Snowball Throwing. Disamping itu 66,66% siswa menyatakan tertantang dengan tugas-tugas yang diberikan, dan 91,66% teknik Snowball Throwing sesuai dengan karakteristik siswa SMA yang didengar suaranya, dihargai pendapatnya, diakui keberadaan dan kemampuannya serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Hanya 30,55% siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pembelajaran, hal ini berarti 69,5% siswa merasa mudah memahami materi pembelajaran, kemudian 72,22% siswa menyatakan waktu pembelajaran dengan teknik Snowball Throwing efektif. Fakta ini menunjukkan bahwa siswa sangat pro aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Deskripsi Siklus II

Bahwa partisipasi siswa meningkat dengan baik, yaitu bertanya sebesar 63,88%, menjawab sebesar 83,33%, menyanggah 25% dan kerjasama 77,77%. Peningkatan partisipasi siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Siswa mulai terbiasa menggunakan teknik Snowball Throwing dalam proses pembelajaran, (2) Interaksi timbal balik guru dengan siswa lebih intensif sehingga guru mudah memotivasi siswa. Siswa lebih berani mengemukakan pendapat/bertanya kepada guru, lebih-lebih siswa berani menyanggah.

Bahwa siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM sebesar 8,33%, sedangkan siswa yang telah tuntas belajarnya mencapai 91,66%. Nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa pada Siklus II sebesar 76,83. Berdasarkan hasil tes tersebut maka pada Siklus II ini keberhasilan penelitian telah terlampaui.

Peningkatan ketercapaian ketuntasan klasikal ini disebabkan oleh peningkatan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan oleh interaksi yang harmonis antara guru dan siswa serta meningkatnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

Bahwa 91,66% siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dengan teknik Snowball Throwing. Sebesar 75% siswa merasa tertantang dengan tugas yang diberikan dan 91,66% siswa menyatakan bahwa tenik Snowball Throwing bermanfaat.

Siswa yang sulit memahami materi sebesar 13,88% atau 5 orang dari 36 siswa, berarti hal ini sebesar 86,11% atau 31 siswa merasa mudah memahami materi. Disamping itu 80,55% siswa menyatakan bahwa siswa dengan teknik Snowball Throwing waktu pembelajaran lebih efektif.

Perasaan senang merupakan motivasi bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga mampu membangun kemampuan individu dan menumbuhkan kreatifitas siswa.

Deskripsi Antarsiklus

Bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat secara signifikan. Kegiatan bertanya pada Siklus I sebesar 58,33% menjadi 63,88% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan sebesar 5,55%. Kegiatan menjawab siswa pada Siklus I: 77,77% menjadi 83,33% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 5,56%. Keberanian menyanggah sebesar 19,44% pada Siklus I menjadi 25% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 5,56%. Kerjasama siswa pada Siklus I sebesar 63,88% menjadi 77,77% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 13,89%.

Peningkatan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran disebabkan oleh beberapa faktor antara laian: (1) Siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif learning dengan teknik Snowball Throwing, (2) Guru lebih intensif dalam mendampingi dan memotivasi siswa, (3) Siswa lebih berani mengemukakan pendapat sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan bermakna.

Bahwa pada Siklus I ketuntasan klasikal sebesar 58,33% dan pada Siklus II sebesar 91,66% berarti terjadi peningkatan 33,33%.

Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada nilai rata-rata kelas pada Siklus I sebesar 71,33 dan pada Siklus II sebesar 76,83, berarti terjadi peningkatan 5,50. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) Kualitas proses pembelajaran melalui teknik Snowball Throwing yang ditunjukkan peran aktif siswa yang meningkat dengan baik sehingga siswa dapat berpikir secara kreatif, inovatif dan mampu mengkonstruksi pengetahuan, (2) Para siswa merasa senang mengikuti proses pembelajaran dengan teknik Snowball Throwing. Perasaan senang itu merupakan modal utama untuk memperoleh pengetahuan yang bermakna bagi kehidupannya, sehingga materi pembelajaran akan lebih lama diingat oleh siswa.

Bahwa pada semua indikator mengalami peningkatan, kecuali pada indikator sulit memahami materi. Pada indikator ini justru mengalami penurunan sebesar 13,67%, berarti terjadi peningkatan jumlah siswa yang merasa lebih mudah memahami materi dengan menggunakan teknik Snowball Throwing.

Bahwa sikap siswa dalam proses pembelajaran meningkat secara signifikan. Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran geografi pada Siklus I sebesar 86,11% menjadi 91,66% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan sebesar 5,55%. Siswa merasa tertantang dengan tugas yang diberikan guru pada Siklus I: 66,66% menjadi 75% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 8,34%. Pembelajaran dengan teknik snowball throwing bermanfaat sebesar 91,66% pada Siklus I menjadi 91,66% pada Siklus II,. Kegiatan pembelajaran dengan teknik snowball throwing efektif pada Siklus I sebesar 72,22% menjadi 80,55% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 8,33%.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Terdapat peningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model snowball throwing, yaitu: menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meningkat secara signifikan. Kegiatan bertanya pada Siklus I sebesar 58,33% menjadi 63,88% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan sebesar 5,55%. Kegiatan menjawab siswa pada Siklus I: 77,77% menjadi 83,33% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 5,56%. Keberanian menyanggah sebesar 19,44% pada Siklus I menjadi 25% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 5,56%. Kerjasama siswa pada Siklus I sebesar 63,88% menjadi 77,77% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 13,89%. Peningkatan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran disebabkan oleh beberapa faktor antara laian: (1) Siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif learning dengan teknik snowball throwing, (2) Guru lebih intensif dalam mendampingi dan memotivasi siswa, (3) Siswa lebih berani mengemukakan pendapat sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan bermakna. Siswa lebih aktif, kreatif, inovatif dan merasa lebih senang, Siswa lebih berani mengemukakan pendapat/pikirannya kepada sesama siswa maupun kepada guru.

(2) Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X 4 SMAN 1 Weru semester genap tahun ajaran 2016/2017. Indikator peningkatan hasil belajar siswa dengan memperhatikan perolehan nilai rata-rata kelas pada pre tes sebesar 61,4 ; pada Siklus I sebesar 73,5; dan pada Siklus II sebesar 78,10. Selain itu juga dapat dilihat adanya peningkatan ketuntasan klasikal yaitu pada pre tes siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa, pada Siklus I sebanyak 32 siswa dan 35 pada Siklus II.

Saran

Setelah memperhatikan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti menyarankan untuk menggunakan model snowball throwing dalam proses pembelajaran mata pelajaran geografi karena (1) Siswa lebih aktif, kreatif, inovatif dan merasa lebih senang, siswa lebih berani dan bertanggungjawab dalam mengemukakan pendapat / pikirannya kepada sesama siswa maupun kepada guru sehingga materi pembelajaran mudah dipahami dan lebih bermakna dalam diri siswa, serta mampu mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari. (2) Nilai mata pelajaran geografi meningkat dengan baik dengan memperhatikan perolehan nilai rata-rata kelas pada pada siklus I sebesar 73,5 dan pada siklus II sebesar 78,10. Selain itu juga dapat dilihat adanya peningkatan ketuntasan klasikal yaitu pada pre tes siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa, pada Siklus I sebanyak 32 siswa dan 35 pada Siklus II

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Suharjono. Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Daljoeni, N. 1997. Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Bandung: Alumni

Dasim Budimansyah. 2003. Model Pembelajaran Portofolio. Bandung: Ganesindo

Depdikbud. 1993. Kurikulum Sekolah Menengah Umum GBPP Mata Pelajaran Geografi. Jakarta

Djaali. Mulyono, Pudji. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.

Endarto, Danang dkk, 2007. Geografi Untuk SMA/MA Kelas X. Sukoharjo: Graha Multi Grafika

Hestiyanto, Yusman. 2007. Geografi 1 SMA Kelas X. Jakarta: Yudistira

Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia

Mulyo, Bambang Nianto. 2007. Kompetensi Dasar Geografi 1 Untuk Kelas X SMA dan MA. Surakarta: Tiga Serangkai

Rumini, Sri dkk. 1992. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP IKIP Yogyakarta

Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni

Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Utoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka Cakrawala Dunia Untuk Kelas X SMA/MA. Bandung: PT Setia Purna Inves

Wardoyo, Sumantri. 1994. Pendidikan Geografi, Tujuan, Fungsi, Tantangan, dan Peluangnya dalam Menyongsong Pembangunan Jangka Panjang Kedua di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Yogyakarta