PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VIII B

SMP NEGERI 1 BATUWARNO SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sulis Triyono

SMP Negeri 1 Batuwarno, Wonogiri

 

ABSTRAK

Penelitian diawali permasalahan di kelas VIII B. Kelas tersebut adalah kelas yang mempunyai kemampuan rata – rata hasil lompatan paling rendah bila dibandingkan dengan kelas paralel lain pada hasil ulangan KD Lompat Jauh Gaya Jongkok. Data menunjukkan bahwa di kelas tersebut terdapat 9 anak (42,86%) yang hasil lompatan berkriteria baik. Dalam penelitian ini dilakukan melalui pembelajaran yang lebih inovatif dengan menerapkan Model Pembelajaran Pendekatan Bermain. Rumusan masalahnya adalah “Apakah dengan menerapkan Metode Pendekatan Bermain kemampuan hasil Lompatan siswa dapat meningkat ? “ Penelitian ini bertujuan: (1) meningkatkan minat belajar siswa, 2) meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, 3) meningkatkan prestasi kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan menerapkan pendekatan bermain. Prosedur penelitian terdiri tiga siklus , tiap siklus terdiri dari empat tahap: tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B sebanyak 21 siswa terdiri dari laki-laki 10 orang dan 11 orang perempuan.          Hasil penelitian menunjukkan kenaikan yang signifikan, dari 1) minat belajar siswa pada siklus I 66.67% pada siklus II meningkat menjadi 71.43% dan siklus III meningkat menjadi 85.71%, dan 2) aktivitas siswa dalam pembelajaran dari siklus I 49.21% siklus II meningkat menjadi 68.25% dan siklus III meningkat menjadi 85.71%, sedangkan hasil lompatan yang memperoleh nilai kriteria minimal baik dari siklus I 52.38% siklus II meningkat menjadi 61.9% dan siklus III meningkat menjadi 76.19%, dari kondisi pembelajaran kelas dari siklus I 56% siklus II 80% dan siklus III 89% menyenangkan. Minat belajar siswa, aktifitas siswa dalam pembelajaran dan hasil lompatan siswa yang mendapat nilai kriteria minimal baik dari siklus I sampai siklus III menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada hasil observasi dan wawancara kepada guru menunjukkan kinerja guru semakin baik dalam pengelolaan pengajaran maupun pengelolaan kelas. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Pendekatan bermain dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, kemampuan, dan perilaku siswa dalam pembelajaran Lompat Jauh gaya jongkok pada siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Batuwarno tahun 2017.

Kata Kunci: pendekatan bermain, kompetensi belajar, dan Lompat Jauh Gaya Jongkok

 

 PENDAHULUAN

Latar Belakang penelitian bahwa tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah raga. Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Untuk itu perlu adanya pendekatan yang bervariasi dan bermodifikasi dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap siswa kelas VIII B karena setelah proses pembelajaran berlansung guru mengambil penilaian terutama di Kelas VIII B dan pada kenyataannya dari enam rombel Kelas VIII B mempunyai rata-rata kemampuan lompatan yang paling rendah yaitu hanya terdapat 9 siswa (42,86%) yang mempunyai criteria baik, padahal dipandang dari segi kemampuan tingkat penguasaan konsep yang lain siswa kelas VIII B belum pernah mengalami nilai rata-rata paling rendah, peneliti sebagai guru yang mengampu kelas tersebut menganalasisis kira-kira penyebab ketertinggalan kemampuan lompatan disebabkan oleh apa. Setelah diadakan sharing dengan teman sejawat disimpulkan pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok yang telah berjalan dimungkinkan karena: 1) rendahnya minat belajar dan aktifitas siswa dalam konsep Lompat Jauh Gaya Jongkok. 2) Kurangnya variasi dalam proses pembelajaran, sehingga suasana kelas tidak kondusif 3) Rendahnya hasil lompatan yang dicapai oleh siswa kelas VIIIB, adapun pembatasan masalahnya sebagai berikut: 1) Penelitian ini hanya menitik beratkan pada model pembelajaran pendekatan bermain untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh siswa. 2) Penelitian ini dibatasi pada siswa Kelas VIII B pada KD Lompat Jauh Gaya Jongkok Semester gasal tahun Pelajaran 2017/2018.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah dengan cara menerapkan model pembelajaran pendekatan bermain dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Batuwarno Tahun Pelajaran 2017/2018?

Adapun cara penyelesaian permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan pembelajaran pendekatan bermain yang dapat merangsang para siswa lebih tertarik, termotivasi sehingga pembelajaran dapat mangaktifkan para siswa, guru hanya memfasilitasi dan memotivasi agar hubungan para siswa lebih akrab, senang , kondusif yang berdampak pada tujuan pembelajaran.

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah: 1)Meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam kemampuan lompat jauh gaya jongkok dengan model pembelajaran pendekatan bermain. 2)Meningkatkan kemampuan hasil lompat jauh. 3)Meningkatkan suasana pembelajaran dalam kelas yang kondusif dan menyenangkan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu: (1) Untuk meningkatkan kualitas mengajar guru dan mencoba menerapkan model pembelajaran sebagai inovasi baru dalam proses pembelajaran, (2) Untuk menambah wawasan bagi guru dan Pembina olah raga khususnya di SMP Negeri 1 Batuwarno. (3) Dengan banyaknya model pembelajaran mereka mendapatkan banyak variasi dalam pembelajaran. Selain itu siswa dapat belajar sambil bermain

Lompat jauh adalah suatu gerakan melompat mengangkat kaki ke atas dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

Adapun menurut Syarifuddin (1992:90), yang dimaksud dengan lompat jauh adalah Suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas dan ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Pencapaian hasil lompat jauh terutama ditentukan oleh faktor teknik dan kondisi fisik dalam hal ini Gunter Bernhand (1993: 45) berpendapat bahwa: unsur dasar bagi suatu prestasi pada lompat jauh dan penggunaannya: a) faktor-faktor kondisi: terutama kecepatan, tenaga loncat dan tujuan yang diarahkan kepada ketrampilan, b) faktor-faktor teknik: ancang-ancang, persiapan loncat, dan perpindahan, fase melayang dan pendaratan. Secara garis besar pencapaian prestasi lompat jauh ditentukan oleh penguasaan teknik dan kemampuan fisik.

Gaya lompat jauh merupakan gerakan atau sikap tubuh yang dilakukan pada saat pelompat melayang di udara. Dalam hal ini, Soegito, Wijanarko & Ismaryati (1993: 147) mengemukakan bahwa sikap pada saat melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi ke atas. Dalam hal ini Riyadi (1985: 95) menyatakan dalam lompat jauh terdapat tiga macam gaya, yaitu gaya jongkok, gaya tegak (Schnepper) dan gaya berjalan di udara. Perlu diketahui yang menyebabkan perbedaan dari ketiga gaya terletak pada saat melayang di udara saja.Adapun menurut Soegito dkk. (1993: 147) bahwa pada nomor lompat jauh diketahui adanya 3 gaya, yaitu: 1) Gaya jongkok di udara (Sit down in the air), 2) Gaya berjalan di udara (Walking in the air), 3) Gaya bergantung di udara (hanging in the air). Gaya hanging in the air sering disebut juga gaya “Schnepper”.

            Dari beberapa teori yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga macam gaya dalam lompat jauh yaitu: 1) Gaya berjalan di udara, 2) Gaya jongkok, 3) Gaya menggantung (tegak). Pada prinsipnya yang membedakan dari ketiga gaya tersebut pada saat melayang di udara. Dari ketiga gaya di atas, yang paling mudah untuk dipelajari adalah gaya jongkok. Oleh karena itu, Tamsir Riyadi (1985:106) menganjurkan agar gaya jongkok sebaiknya diajarkan bagi pemula. Hal ini terlihat dari pernyataannya: “Bagi pemula (murid) yang baru pertama kali belajar atau diajarkan lompat jauh, hendaknya memakai gaya jongkok terlebih dahulu.

            Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok merupakan rangkaian gerakan lompat jauh dari awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratannya harus dilakukan secara ritmis dan harmonis agar dapat mencapai jarak lompatan yang optimal. Secara lebih jelas mengenai teknik awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratan dalam lompat jauh diuraikan sebagai berikut:

Awalan (ancang-ancang), menurut Soenarjo Basoeki, dkk (1970:61) bahwa, “Guna awalan adalah untuk mendapatkan kecepatan berlari setinggi – tingginya sebelum mencapai balok tumpuan”.

Awalan dalam lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan untuk mendapatkan dorongan ke depan pada waktu melompat awal yang dilakukan dalam lompat jauh harus benar – benar tepat sehingga pada saat melakukan ini dapat berada dalam kecepatan maksimal dan tanpa hambatan untuk menolakkan kaki ke atas. Dalam hal ini Jass Jarver (1986: 34) mengemukakan bahwa, “Maksudnya berlari sebelum melompat itu adalah untuk meningkatkan percepatan horizontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take off.

 Jess Jarver (1986: 35) mengemukakan mengenai teknik awal lompat jauh sebagai berikut: 1) jarak lari harus cukup jauh untuk memungkinkan meningkatkan percepatan sampai akhir maksimum saat take off, 2) pada saat lari ini harus diusahakan sedemikian rupa, sehingga tidak menghambat kendali terhadap posisi tubuh. Dengan demikian dapat dilakukan take off yang efektif sekali, 3) gerakan lari harus dilakukan secara konsisten dan seragam, sehingga take off dapat dilakukan secara tepat, 4) untuk seorang pemula jarak lari cukup 20 atau 25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sejauh 30 – 45 meter, tergantung pada kemampuan yang bersangkutan dalam menambah kecepatannya.

Tumpuan atau tolakan adalah waktu perpindahan yang cepat dari lari awalan dengan saat melayang. Tumpuan atau tolakan dalam lompat jauh dilakukan dengan mengejakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas yang besar. Untuk mendapatkan tolakan ang lebih besar, diperlukan kekuatan otot tungkai yang disertai dengan kecepatan menumpu.

Pelaksanaan tolakan lompat jauh harus dilakukan dengan benar. Mengenai pelaksanaan teknik tumpuan lompat jauh yang benar. Menurut Jarver (1986:36-37) adalah sebagai berikut: a) perubahan dari kecepatan horizontal menjadi gerakan bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off, b) pusat dari gaya si pelompat, harus langsung jatuh di atas papan begitu aki yang akan take off,menyentuhnya. Dan sekali lagi pada saat kaki terlepas dari board tadi, c) kaki yang akan take off diletakkan tepat diatas board dengan lutut sedikit ditekuk untuk mendapatkan kekuatan, d) gerakan ke depan dan k atas dilakukan dengan sekuat tenaga, dibantu oleh lutut dari kaki yang memimpin, dan tangan yang berlawanan dengan kaki yang digunakan untuk take off. Tujuannya adalah untuk memperkuat daya lompat, e) paling baik kalau sudut take off berkisar dibawah 30 derajad, tergantung pada kemampuan si pelompat mengkombinasikan kecepatan horizontal dan gerakan membuat sudut tadi, f) lompatan yang lebih tinggi dapat diperoleh bila pelompat menurunkan panggulnya sejak dua langkah sebelum take off dan pada saat take off.

Melayang di Udara (Action in the air), sikap melayang pada lompat jauh adalah gerakan setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan telah terangkat ke atas. Seorang pelompat jauh pada saat melakukan gerakan melayang di udara harus selalu memperhatikan faktor-faktor yang dapat menunjang keberhasilan lompatannya, yang antara lain yaitu setelah melakukan tolakan berusaha mengangkat badan naik ke atas depan dan selalu menjaga keseimbangan tubuh untuk menambah jarak jangkauan tolakan.

Pada tahap melayang, pelompat harus berusaha untuk dapat mempertahankan diri supaya tidak cepat jatuh ke tanah. Sehingga pada saat melayang di udara sangat diperlukan keseimbangan tubuh yang baik. Jonath etal (1987:200) menyatakan “Pada fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan pendaratan”. Pada saat melayang posisi.

Sikap melayang di udara pada lompat jauh gaya jongkok yaitu seperti duduk atau berjongkok di udara. Mengenai teknik pelaksanaan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip Syarifudin (1992: 93) adalah sebagai berikut:

Pada waktu lepas dari tanah (papan tolak), keadaan sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk kedua tangan kedepan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit dahulu, kedua tangan ke depan.

Pendaratan (Landing), mendarat adalah merupakan teknik gerakan yang terakhir dari lompat jauh yang dilakukan oleh seorang pelompat. Di dalam lompat jauh pengukuran dilakukan pada bekas jatuhnya salah satu bagian tubuh di atas pasir yang berdekatan dengan balok tumpuan atau tolakan. Oleh karena itu pada waktu mendarat di pasir agar diusahakan jangan jatuh pada bagian pantat terlebih dahulu, akan tetapi pada tumit kaki setelah itu segera tubuh dibawa ke depan mendarat di pasir agar diusahakan tangan jatuh pada bagian pantat terlebih dahulu. Akan tetapi pada tumit kaki setelah itu segera tubuh dibawa ke depan.

Pada lompat jauh, mendarat dengan sikap badan hampir duduk merupakan pendaratan yang lebih efisien daripada dengan kaki lencang. Pada waktu mulai menyentuh tanah pelompat memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan teknik pendaratan menurut Soenarjo, dkk (1993:148) adalah sebagai berikut: (1)Pada saat badan akan jatuh di tanah lakukan gerakan pendaratan sebagai berikut: a) Luruskan kedua kaki ke depan, b) rapatkan kedua kaki, c) bungkukkan badan ke depan, d) ayunkan kedua tangan ke depan, e) berat badan dibawa ke depan. (2)Pada saat jatuh di tanah atau mendarat, a) Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar, b) segera lipat kedua lutut, c) bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah belakang.

Model Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum.

Pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Dengan mempertimbangkan karakter dan perkembangan siswa guru harus dapat merencanakan dengan matang proses pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan pendekatan, teknik, metode ataupun model pembelajaran.

Dari uraian di atas hipotesis tindakan penelitian ini adalah “Melalui pembelajaran dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Batuwarno tahun 2013/2014.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengambil setting di SMP Negeri 1 Batuwarno, dengan subjek penelitian Siswa kelas VIII B dengan jumlah siswa sebayak 21, terdiri dari 10 laki-laki dan 11 perempuan.

Sumber data dalam penelitian ini meliputi: 1)Minat dalam belajar, yang meliputi: kemauan siswa, semangat belajar siswa melalui berbagai pengalaman, dan keinginan siswa untuk berlatih. 2) Aktivitas Bermain yang meliputi: guru memberikan permainan yaitu berlari jingkat melompati ban bekas dan mini gawang untuk bermain secara berkelompok dan bergantian. Setelah dalam satu kelompok bermain sambil bernyanyi kemudian gantian kelompok yang lain untuk melakukan permainan dan seterusnya sampai semua siswa sudah mendapatkan giliran bermain. 3) Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan bermain untuk meningkatkan prestasi kemampuan lompat Jauh Gaya Jongkok di kelas VIII B SMP Negeri 1 Batuwarno Kab. Wonogiri Tahun 2017.

Rencana Tindakan, untuk mengetahui efektivitas tindakan, terlebih dahulu dilakukan pengambilan data awal, melalui observasi dan tes awal sebagai pra siklus.

 Tindakan kelas dilakukan sebanyak 3 siklus. Tahapan yang dilalui setiap siklus penelitian adalah (a)Perencanaan (planning) yang meliputi penyusunan RPP, skenario pembelajaran, penyusunan lembar observasi dan penyusunan alat evaluasi, (b)Pelaksanaan (acting) yaitu melaksanakan scenario pembelajaran, (c)Observasi (observing) yaitu melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan penelitian, dan (d)Refleksi (reflecting) yaitu melakukan diskusi dan evaluasi secara kolaboratif terhadap hasil penelitian sebagai dasar menyusun perencanaan siklus selanjutnya dan pengambilan kesimpulan.

 Cara pengumpulan data dilakukan dengan teknik pendokumentasian, observasi dan pengamatan unjuk kerja (performance) untuk mengetahui data kualitatif berupa kemajuan tiap siklusnya, serta penugasan (Project) untuk mengumpulkan data kuantitatif berupa data nilai siswa.

Alat pengumpul data: a)Kuisioner untuk mengungkap minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran, b)Lembar observasi untuk mengukur aktivitas siswa dan guru pada saat melaksanakan tindakan kelas, b)Pedoman wawancara untuk siswa, guru kolaborator saat berlangsung tindakan kelas, c)Learning logs siswa untuk mengungkap pendapat, perasaan dan perbaikan perencanaan pembelajaran berikutnya, d)Alat evaluasi berupa unjuk kerja untuk mengukur tingkat penguasaan dan pemahaman materi lompat jauh gaya jongkok.

Validasi dan Analisis Data, diperlukan agar diperoleh data yang valid. Validasi yang digunakan sesuai dengan data yang dikumpulkan. Untuk kepentingan keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu pengujian validitas data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

Cara melakukan analisis data dengan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dimunculkan dalam bentuk deskripsi angka dan nilai tugas maupun nilai praktik siswa. Sedangkan data kualitatif akan dimunculkan dalam bentuk catatan harian observer / kolaborator.

Model penelitian yang dikembangkan adalah model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin yaitu penelitian tindakan kelas sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Bentuk spiral ini setiap langkah mempunyai tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Siklus I

(1)Perencanaan (Planning), Persiapan penelitian meliputi:a. menyusun jadwal penelitian, b. menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), c. Membuat atau menyediakan media pembelajaran, permainan, alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran, d. menyiapkan format pengamatan proses pembelajaran di kelas, e. menyusun alat evaluasi tindakan berupa: pedoman wawancara, lembar observasi KBM, angket siswa, learning logs siswa, dan soal-soal evaluasi di kelas.

(2)Pelaksanaan Tindakan (Acting), dalam kegiatan siklus yang pertama penulis melaksanakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan yaitu kegiatan olahraga modifikasi lari dan jingkat melewati rintangan.

Pemanasan

Dalam kegiatan pemanasan kita buat dalam bentuk-bentuk permainan yang menyenangkan. Misalnya: berlari kecil berkelompok sambil memegang bahu dan bernyanyi bersama, berlari sambil berpegangan tangan dengan bervariasi dari arah kanan ke arah kiri bergantian, berlari kecil sambil meloncat dilakukan berpasangan berdua atau bertiga, bahkan dapat dilakukan dengan kelompok yang lebih banyak asalkan jumlahnya ganjil, satu orang berada diantara kelompok sebagai pusat pegangan dan masih banyak lagi bentuk kegiatan pemanasan sambil bermain.

Kegiatan inti

Dalam kegiatan ini dilaksanakan kegiatan out door games. Bentuk kegiatan out door games yang pertama dilaksanakan bentuk kegiatan yang berorientasi pada melatih kekuatan, kelincahan, kelenturan tubuh disamping juga melatih unsur kognitif dan afektif siswa. Dalam siklus I penulis melaksanakan kegiatan perlombaan lari dan lompat yang dimodifikasi dalam bentuk kelompok.

Permainan ini berasal dari permainan anak-anak yang penulis variasikan mempergunakan media ban bekas sebagai sarana untuk berjingkat. Supaya ada bentuk variasi lain maka kita kembangkan jenis permainan ini dengan media lain. Prasarana: berupa lapangan seluas lapangan basket. Sarana: ban bekas, bola tenis bekas, dengan jumlah 10 sampai 20 buah,ban sebagai rintangan yang harus dilompati dengan berjingkat dan bola diambil dan kembali ke tem dengan beradu cepat dengan kelompok yang lain. Langkah pertama media ban ditata memanjang satu dengan yang lain jaraknya satu meter, kemudian di media ban paling ujung ditaruh bola sebanyak dua kelompok. Siswa dibagi menjadi dua kelompok yang sama. Selanjutnya dua kelompok dilombakan dengan cara beradu kecepatan diawali dari lari 30 meter kemudian jingkat melewati ban sebanyak lima kali, kemudian mengambil bola tenes berbalik jingkat kembali dan langsung lari lagi menuju ke garis start, dan disambung teman yang lain melakukan hal yang sama sampai satu regu habis. Pemenangnya adalah regu yang paling cepat menyelesaikan rangkaian satu kelompok.

Kegiatan Akhir

Setelah siswa bermain dilanjutkan siswa diminta melakukan lompat jauh gaya jongkok. Hasil lompatan siswa dicatat oleh pengamat untuk kemudian dianalisis.

(3)Observasi (observasing) pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kalaboratif dengan menggunakan format pengamatan proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi hasil pemantauan juga dilakukan secara kalaboratif dengan mengolah data yang dapat direkam dan memaknainya serta menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan ataupun hasil sampingan dari pelaksanaan tindakan.

Pemantauan ini dilakukan oleh guru, kolaborator, serta siswa. Keterlibatan guru, kolaborator (teman sejawat) dan siswa ini dilakukan secara bersama-sama untuk mendapatkan data-data yang akurat baik secara kualitatif maupun kuantitatif sekaligus sebagai sarana untuk mengukur tingkat keberhasilan/ kegagalan dalam penelitian tindakan kelas.

Hasil observasi dapat dilihat dari hasil analisis data tes, lembar obsevasi dan pantauan pada saat pembelajaran berlangsung, wawancara dengan siswa dan guru sejawat baik di dalam kelas maupun di luar kelas untuk selanjutnya diadakan analisis dan refleksi guna perencanaan pada siklus berikutnya.

(4)Refleksi (Reflecting) merupakan tindakan berfikir atau perenungan kembali terhadap apa yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, pendapat baik dari guru peneliti, kolaborator dan siswa untuk mendapatkaan masukan-masukan tentang kelemahan, kekurangan dan keberhasilan yang telah dilakukan selama pembelajaran.

Dari hasil observasi dan evaluasi hasil pemantauan yang diperoleh dilakukan analisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi diri sebagai landasan untuk menentukan tindakan dan perencanaan program pada siklus berikutnya, sehingga kekurangan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada setiap siklus dapat diminimalkan untuk disempurnakan dan diperbaiki sampai pada titik kepuasan peneliti.

Dalam kegiatan akhir siklus I hasil evaluasi belum mencapai sesuai yang ditargetkan, untuk itu peneliti mengadakan tindakan untuk Siklus yang kedua.

Siklus II

(1)Perencanaan (Planning), persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian tindakan ini adalah: 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran pendekatan bermain, 2) membuat atau menyediakan media pembelajaran, permainan, alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran.

1)    Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan kompetensi siswa.

2)    Menyusun lembar observasi, format pengamatan dan instrumen lainnya yang diperlukan dalam pembelajaran.

3)    Menyiapkan atau mengumpulkan dokumen-dokumen pendukung baik pra tindakan maupun paska tindakan dalam rangka mempertajam akurasi hasil penelitian.

(2)Tindakan (Acting), dalam siklus pertama terlihat hasil lompatan siswa baru terjadi kenaikan yang persentasinya masih kecil, untuk itu pada siklus kedua jenis permainan dibuat yang lebih berfariatif dan memancing siswa untuk lebih senang bermain dalam arti lebih beraktifitas yang dapat menambah motivasi keinginan siswa agar dapat mencapai hasil lompatan yang optimal.

Pemanasan

Dalam kegiatan pemanasan kita buat dalam bentuk-bentuk permainan yang lebih menyenangkan. Misalnya: berlari kecil berkelompok sambil memegang bahu sambil bernyanyi bersama, berlari sambil berpegangan tangan dengan bervariasi dari arah kanan ke arah kiri bergantian, berlari kecil sambil meloncat dilakukan berpasangan berdua atau bertiga, bahkan dapat dilakukan dengan kelompok yang lebih banyak asalkan jumlahnya ganjil, satu orang berada diantara kelompok sebagai pusat pegangan dan masih banyak lagi bentuk kegiatan pemanasan sambil bermain.

Kegiatan inti

Dalam siklus kedua dicobakan bentuk permainnannya sama hanya saja kelompoknya dibuat lebih banyak menjadi 4 kelompok. Siswa yang berdiri paling depan dalam kelompok melakukan lari kidang sejauh 30 meter dilanjutkan jingkat melewati ban yang jaraknya satu meter di ban paling akhir mengambil bola, berbalik jingkat kembali dan dilanjutkan lari kidang sampai garis finish, kemudian dilanjutkan peserta lain dalam satu kelompok melakukan hal yang sama sampai peserta terakhir, pemenangnya adalah regu yang paling cepat menyelesaikan rangkaian dalam satu kelompok.

Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir setelah penenangan diadakan evaluasi sekaligus pemberian motivasi pada mereka yang masih belum maksimal dalam beraktivitas. Dari evaluasi pada siklus dua nampak adanya peningkatan, namun belum dapat mencapai target yang peneliti harapkan, untuk itu peneliti mengadakan tindakan untuk siklus yang ke tiga.

(3)Pengamatan (Observing), pengamatan dilakukan dengan secara kolaboratif dengan menggunakan format pengamatan, Peneliti selaku pelaku tindakan bersama guru kolaborator melakukan pemantauan serta melakukan analisis tentang kelebihan dan kekurangan pada tindakan siklus II, Hasil pengamatan ditulis peneliti sebagai bahan pembuatan refleksi.

(4)Refleksi (Refllecting), pada tindakan II guru memantau siswa dalam melakukan permainan dan lompat jauh. Hasil analisis data pada siklus II digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Siklus III

(1)Perencanaan (Planning), 1) meneruskan langkah pada tindakan siklus kedua, 2) guru menyusun rencana pembelajaran3) guru menyusun alat – alat yang akan digunakan, 4) Menyusun lembar observasi dan lembar pengamatan, 5)mengumpulkan dokumen pend ukung

(2)Tindakan (Acting), pada siklus III kita cobakan jenis kegiatan permainan perlombaan yang sama hanya saja bukan kelompok tapi perorangan, kita ambil salah satu siswa dari masing-masing kelompok untuk melakukan kegiatan yang sama dengan siklus ke dua. Anggota kelompok masing-masing memberikan support pada jagoannya dengan cara bernyanyi dan memuji-muji. Dilanjutkan perlombaan anggota yang lain yang dianggap kemampuannya di bawah yang pertama. Selanjutnya anggota yang dianggap nomor tiga melakukan hal yang sama begitu seterusnya sampai seluruh anggota kelompok melakukan perlombaan. Peneliti memberikan sanjungan dan hadiah sekedarnya bagi pemenang.

(3)Pengamatan (Observing), Pengamatan dilakukan dengan secara kolaboratif dengan menggunakan lembar pengamatan, 2) Penelitian bersama guru yang lain melakukan pengamatan dengan berkeliling memantaunya serta melakukan analisis tentang kelebihan dan kekurangan pada siklus ke- II, 3) Hasil pengamatan ditulis peneliti sebagai bahan pembuatan refleksi.

(4)Refleksi (Reflleting), Data yang diperoleh pada siklus III dianalisis dan dijadikan acuan dalam membuat kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini.

Dalam kegiatan akhir setelah penenangan diadakan evaluasi sekaligus pemberian motivasi pada mereka yang masih belum maksimal dalam beraktivitas. Dari evaluasi pada siklus ketiga nampak adanya peningkatan yang signifikan, dari hasil evaluasi pada siklus ke tiga hanya ada dua siswa yang belum dapat mencapai hasil lompatan yang optimal. Untuk itu peneliti merasa hasil tindakan ini sudah dapat berhasil meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Sehingga penelitian ini dapat diakhiri sampai pada siklus ke tiga.

Indikator Kinerja, penelitian ini dikatakan berhasil apabila secara klasikal siswa yang memperolah nilai baik atau lebih dalam melakukan lompat jauh gaya jongkok sebesar 75% atau lebih dari jumlah siswa baik putra maupun putri.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi awal siswa sebelum diberikan tindakan pendekatan bermain adalah sebagai berikut: hasil lompat jauh gaya jongkok siswa Kelas VIII B kurang baik karena baru ada 9 siswa (42,86%) yang mendapat nilai B atau lebih, 5 siswa (23,81%) yang mendapat nilai pada batas tuntas sedang, dan 7 siswa (33,33%) yang mendapat nilai di bawah cukup. Motivasi siswa pun rendah , mereka tidak perduli akan mendapatkan nilai berapa dan ada beberapa siswa sering tidak mengikuti kegiatan olah raga, sehingga peneliti ingin mengatasi masalah mereka dengan memperbaiki pola belajar , mulai menyukai pelajaran olah raga dan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada prestasi sebelumnya.

 Berdasarkan observasi dan tes awal sebagai pra siklus minat belajar olah raga siswa baru 49,21% dan aktifitas siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok baru 38,10%. Dari tes awal sebagai pra siklus diperoleh rata – rata jumlah siswa yang hasil lompatannya mencapai nilai minimal baik sebesar 42,86% atau 9 siswa.

Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari kuisioner, lembar observasi/pengamatan, wawancara, learning logs siswa dan hasil evaluasi menunjukkan hasil sebagai berikut:

Siklus I

Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran masih mengalami banyak hambatan, diantaranya: (1) penjelasan guru kurang jelas sehingga siswa banyak yang bingung dalam mempraktikkan gaya lompatan , (2) kegiatan demonstrasi belum lancar karena hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sehingga keterlibatan dan partisipasi siswa tidak maksimal, (3) masih banyak siswa yang belum mencoba melakukan latihan lompat jauh gaya jongkok, (4) pada tahap presentasi , presenter masih banyak yang belum siap sehingga tampak kaku walaupun ada beberapa siswa yang sudah mampu melakukan gerakan dengan benar.

Hambatan-hambatan yang terekam dalam pembelajaran siklus ini diantaranya dipengaruhi (1) Aspek KBM: Siswa belum terbiasa melakukan lompat jauh gaya jongkok , sehingga masih kebingungan (2) Aspek Guru: pembelajaran tidak berjalan secara alami karena kehadiran kolaborator mempengaruhi kinerja guru sehingga menjadi canggung dan suasana kelas masih tampak kaku / belum kondusif (3) Aspek siswa: kehadiran kolaborator menjadikan siswa kurang bebas bicara dan merespon pembelajaran karena siswa merasa diawasi oleh orang lain sehingga takut salah.

Refleksi dari observasi pada siklus I, bahwa pembelajaran belum berlangsung dengan baik, hanya didominasi oleh beberapa siswa yang agak pandai dan masih malu-malu dalam bermain.

Siklus II

Berdasarkan refleksi siklus sebelumnya, diadakan perbaiakan pembelajaran pada aspek KBM, guru dan siswa. Guru memberikan instruksi dan penjelasan secara rinci mengenai langkah-langkah kegiatan belajar dengan menggunakan media permainan. Siswa dilatih cara melakukan permainan dan memperhatikan instruksi-instruksi pada saat guru memberikan penjelasan tentang langkah-langkah melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok. Selanjutnya guru memberikan pengertian kepada siswa tentang keberadaan guru kolaborator sehingga siswa menerima keberadaannya serta memotivasi siswa, memberikan bimbingan secukupnya bagi siawa yang membutuhkan bantuan.

Pada siklus II diusahakan siswa mencatat penjelasan guru tentang langkah-langkah gerakan lompat jauh gaya jongkok yang benar.. Demikian pula semua siswa diharapkan mendemonstrasikan gerakan secara urut absen tanpa kecuali masing- masing siswa melakukan minimal 2dua kali lompatan. Sehingga siswa dapat merasakan tingkat penguasaan gerakan yang dipraktikkan sudah benar atau belum dengan direspon oleh teman dan gurunya. Dibandingkan siklus I , pada siklus II terdapat peningkatan hasil lompatan siswa.. Siswa semakin merasa terhibur dengan diawali adanya permainan dan semua siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan dengan diberikan respon dari teman dan guru. Hal ini tampak pada jalannya presentasi / demonstrasi Lompat Jauh gaya jongkok yang semakin dirasakan nyaman oleh siswa, siswa saling melontarkan responnya,dan bagi siswa yang sudah dapat melakukan gerakan dengan benar diberikan pujian dari guru. Permasalahan yang dijumpai diantaranya: (1) keterbatasan media permainan yang kurang memadai(2) persiapan siswa belum maksimal, (3) sebagian siswa masih kurang percaya diri, (4) hasil lompatan masih banyak yang belum mencapai optimal.

Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam siklus I diperbaiki pada siklus II untuk mengurangi keterbatasan / kekurangan dan menguatkan keunggulan yang telah dicapai pada siklus sebelumnya. Siswa diberi motivasi agar semakin percaya diri dalam mempresentasikan lompatannya. Sehingga pada siklus berikutnya bisa menampakkan hasil seperti yang diharapkan.

Siklus III

Berdasarkan refleksi siklus sebelumnya, diadakan perbaiakan pembelajaran pada aspek KBM, guru dan siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk bermain dengan media yang telah difasilitaskan secara bergantian sambil bernyanyi dan bertepuk tangan, suasana pembelajaran sangat menyenangkan, siswa tampak nyaman dan antusias dalam bermain. Siswa dapat melakukan kegiatan jasmani dengan bermain membuat perasaan siswa semakin gembira dan tampak akrab dengan teman-temannya, sehingga rasa percaya dirinya semakin meningkat yang berdampak pada kepercayaan dirinya ketika melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok dapat menghasilkan gerakan yang benar dan hasil lompatan yang optimal. Pada Siklus III guru memberikan motivasi pada siswa dengan mengadakan perlombaan yaitu bagi siswa yang hasil lompatannya paling jauh akan diberikan hadiah.

Pembahasan hasil Penelitian

Tingkat Peningkatan Minat , Aktivitas, Hasil Belajar Siswa

No

Butir Pengamatan

Pra Siklus

Siklus I (%)

Siklus II (%)

Siklus III (%)

1

2

3

 

Siswa yang minat belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok

Siswa yang aktif dalam pembelajaran

Siswa yang hasil lompatan mencapai kriteria minimal baik

49.21

38.10

42.86

 

66.67

49.21

52,38

71.43

68.25

61.90

85.71

85.71

76.19

 

Konsep Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan Metode Bermain terjadi kenaikan yang signifikan minat belajar siswa, aktivitas dalam pembelajaran dan hasil lompatan siswa dari siklus I, II, III. Hal ini dipengaruhi oleh: (1) suasana belajar yang menyenangkan, (2) siswa dilatih sehingga dapat lebih percaya diri, (3) pembelajaran lebih terlihat akrab antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap kompetensi memahami lompat jauh gaya jongkok sangat baik. Baiknya proses pembelajaran dapat dilihat dari kenyataan bahwa telah terjadi interaksi aktif multiarah meskipun belum maksimal.

Kondisi Pembelajaran Kelas

Pemantauan terhadap kondisi pembelajaran di kelas dilakukan melalui wawancara terhadap siswa dan guru kolaborator saat berlangsung tindakan kelas. Pembelajaran di kelas tampak lebih kondusif, penciptaan hubungan kerjasama lebih dan komunikasi siswa dengan guru lebih terbuka dan bervariasi.

Kondisi Pembelajaran Kelas

No

Indikator

Siklus I

(%)

Siklus II

(%)

Siklus III

(%)

1

Partisipasi aktif siswa

65

77

86

2

Respon positif dari siswa kepada guru

50

70

90

3

Semangat Belajar

64

77

90

4

Komunikasi siswa dengan siswa

64

75

90

5

Komunikasi siswa dengan guru

35

78

85

6

Percaya diri

78

93

95

7

Hubungan antara siswa dengan guru

34

88

90

 

Rata – rata

56

80

89

 

Learning logs siswa untuk mengungkap pendapat, perasaan dan perbaikan perencanaan pembelajaran berikutnya. Pembelajaran di kelas tampak lebih kondusif, penciptaan hubungan kerjasama lebih dan komunikasi siswa dengan guru lebih terbuka dan bervariasi.

Tabel Hasil Learning Log Siswa Tentang Perasaan dan Pendapat

No

Indikator

Siklus I

(%)

Siklus II

(%)

Siklus III

(%)

1

Siswa yang setuju bermain

65

77

86

2

Siswa senang dengan bermain

50

70

90

3

Siswa yang aktif dalam permainan

64

77

90

4

Siswa yang melakukan demonstrasi lompat jauh gaya jongkok

64

75

90

 

Rata – rata

56

80

89

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1.     Faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan lompat jauh gaya jongkok seseorang, salah satunya yaitu melalui aktivitas jasmani. Dengan demikian pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

2.     Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan adanya model dan variasi pelajaran. Untuk itu pengajar sebaiknya dapat membuat modifikasi pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran dengan pendekatan bermain.

3.     Dengan menerapkan model pembelajaran melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Batuwarno tahun 2017/2018.

 Saran

Setelah diadakan model pembelajaran dengan pendekatan bermain aktivitas jasmani siswa lebih termotivasi karena mereka dapat belajar sambil bermain. Untuk itu penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1.     Guru pendidikan jasmani hendaknya banyak melaksanakan dengan pendekatan, teknik, metode ataupun model pembelajaran sebagai bentuk modifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani

2.     Model pembelajaran dengan pendekatan bermain dapat diterapkan dalam pendidikan jasmani untuk semua jenjang

3.     Guna menunjang aktivitas dalam pendidikan jasmani sarana dan prasaran hendaknya disediakan sekalipun dalam memodifikasi pembelajaran dapat menggunakan peralatan yang sederhana, yang penting semua siswa harus beraktivitas jasmani selama pelajaran berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP/MTs, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 2003, Undang-Undang R.I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas 

Depdikbud. 1982. Pedoman Mengajar Olahraga. Jakarta: Proyek Pembinaan organisasi dan Aktivitas Olahraga Masal.

J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta: Universitas Terbuka

M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga Semarang: Dahara Prize.

Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka