OPTIMALISASI PENERAPAN METODE INKUIRI
OPTIMALISASI PENERAPAN METODE INKUIRI
DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM
PADA SISWA KELAS III SDN 03 JATIREJO JUMAPOLO KABUPATEN
KARANGANYAR SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016
MINTO RAHAYU, S.Pd.
Guru SD Negeri 03 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi hasil belajar IPA melalui metode Inkuiri pada siswa kelas III SDN 03 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar semester I tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Teknik pengumpulan data dalam penelitian observasi, tes, dan dokumentasi. Teknis analisis data dilakukan dengan deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada materi mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup dan kebutuhannya yang diajarkan dengan melalui penggunaan metode inkuiri pada siswa kelas III SDN 03 Jatirejo Jumapolo Kabupaten Karanganyar semester I tahun pelajaran 2015/2016. Hasil belajar sebelum tindakan adalah 64, siklus I 70, siklus II 74 dan siklus III rata-rata 83 dan semua siswa telah mencapai batas ketuntasan minimal 75.
Kata kunci : Metode Inkuiri , Prestasi hasil belajar, Ilmu Pengetahuan Alam
PENDAHULUAN
Guru memiliki tugas utama sebagai penentu keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan, karena akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas Mutu pendidikan di Sekolah Dasar diharapkan membuahkan hasil belajar berupa perubahan pengetahuan dan ketrampilan yang sejalan dengan tujuan dalam pencapaian indikator pada kompetensi dasar dan standar kompetensi. Sebagaimana dijelaskan dalam kurikulum bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar bertujuan : (1) mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan bangsa; (2) memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi; dan (3) memberi bekal kemampuan dasar untuk hidup dimasyarakat dan mengemabngkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya ( Depdiknas, 2004; 1). Menurut Kuswandi (1996), untuk mewujudkan pembelajaran yang optimal guru dituntut memiliki minimal 10 kompetensi dasar, yaitu: pengelolaan bahan pelajaran , pengelolaan program pembelajaran, pengelolaan kelas, pengelolaan media belajar, menguasai landasan pendidikan, mengelola interaksi dalam pembelajaran, menilai prestasi belajar siswa, mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami prisnsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pengajaran. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut pengembangan kemampuan siswa Sekolah Dasar dalam bidang ilmu pengetahuan, di antaranya adalah ilmu pengetahuan alam yang sangat dibutuhkan untuk melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi, mengembangkan bakat dan minat serta adaptasi dengan lingkungan. Melatih keterampilan siswa untuk berfikir secara kreatif dan inovatif melalui ilmu pengetahuan alam merupakan pelatihan awal bagi siswa untuk berfikir kritis, dalam mengembangkan daya cipta dan minat siswa sejak dini kepada alam sekitarnya.
Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa bimbingan pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut Sunaryo Kartodinoto (1996) Pendidikan juga diartikan suatu proses membawa manusia dari apa adanya kepada bagaimana seharusnya. Hal ini dituntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, metode pengajaran, strategi belajar mengajar, materi pembelajaran, alat peraga dan sarana maupun dalam pengelolaan proses belajar mengajar. Selain tersebut di atas, Undang-Undang Nomor 22 tahun 2005 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, inilah tiap tingkat satuan pendidikan berhak menyusun Kurikulum sendiri sesuai eksistensi satuan pendidikan yang bersangkutan. Dari sinilah pendidikan harus dilaksanakan dengan kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi dan peserta didik, orang tua, guru, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Dalam proses pembelajaran harus ada pembimbingan, latihan-latihan, percobaan, dan pemahaman para pendidik terhadap kondisi awal peserta didik, sehingga dapat digunakan untuk memberi motivasi belajar. Peran guru sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Profesi guru memiliki peran yang sangat penting dalam mengsukseskan proses belajar mengajar yang dilaksanakan, maka dari itu dalam melaksanakan tugasnya guru harus menentukan dan membuat perencanaan pengajaran secara seksama untuk meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa dan memperbaiki strategi mengajar.
Dari hasil pengamatan peneliti masih banyak temuan siswa yang kurang memahami materi pembelajaran, sementara guru belum optimal menggunakan sarana dan prasarana serta memilih metode yang tepat khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahun Alam. Hal ini sangat dirasakan pada siswa Kelas III SD Negeri 03 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Maka penulis cenderung untuk mengadakan Penelitian yang berjudul “ Optimalisasi penerapan Metode Inkuiri dalam upaya meningkatkan Prestasi Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam materi Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup dan kebutuhannya pada siswa Kelas III SD Negeri 03 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar semester I tahun pelajaran 2015/2016.
Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah Melalui Optimalisasi penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam materi Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup dan kebutuhannya pada siswa Kelas III SD Negeri 03 Jatirejo semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar?.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam materi mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup dan kebutuhannya melalui optimalisasi metode inkuiri pada siswa kelas III SD N 03 Jatirejo Jumapolo Kabupaten Karanganyar semester I tahun pelajaran 2015/2016.
KAJIAN TEORI
Pengertian Metode Inkuiri
Menurut Budiardjo (1996: 15) ada beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru dalam memilih metode yang tepat, yaitu: (a) Tujuan pengajaran; (b) waktu dan fasilitas; (c) pengetahuan awal siswa; (d) jumlah siswa; (e) jenis mata pelajaran/pokok bahasan; (f) pengalaman; dan (g) kepribadian guru. Mencermati beberapa karakteristik tentang pemilihan metode mengajar dan berbagai kombinasi metode mengajar dalam upaya meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA maka dalam penelitian ini menerapkan metode Inkuiri (penemuan).
Metode inkuiri adalah berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subjek di samping sebagai objek pengajaran (belajar). Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Ahmad Rohani, 2004: 39). Metode inkuiri sesuai dengan karakteristikk materi IPA dimana pemahaman materi lebih terkonsentrasi pada proses internalisasi diri. Metode inkuiri pada dasarnya menerapkan metode historis, yakni muncul dari permasalahan yang ada, kemudian membuat dugaan sementara yang harus dibutkikan dengan mengumpulkan sumber, mengkritisi, melakukan penafsiran dan menarik kesimpulan. Metode inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang dilakukan guru yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan jawaban sendiri (Soewarso, 2000: 57). Metode pendekekatan inkuiri adalah metode pembelajaran yang dalam penyampaian bahan pelajarannya tidak dalam bentuknya yang final (tidak langsung). Artinya dalam penyampaian materi, siswa sendirilah yang diberi peluang untuk mencari dan memecahkan sendiri jawabannya dengan mempergunakan teknik pemecahan masalah. Guru bertindak sebagai pengarah dan fasilitator, yang wajib memberikan informasi yang relevan.
Tahapan-tahapan Metode Inkuiri
Metode inkuiri dapat berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil dalam kelas melalui diskusi. Dalam kegiatan ini peserta didik dituntut untuk ikut serta aktif terlibat dalam situasi belajar. Siswa menyadari masalah, mengajukan pertanyaan dan selanjutnya menghimpun informasi sebelum mengambil keputusan (Utami Munandar, 2005: 85). Proses inkuiri bisa dimulai dengan mengajukan permasalahan-permasalahan yang kemudian harus dijawab dengan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan, baik berasal dari narasumber, buku, majalah, dan sebagianya. Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan siswa, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring siswa untuk menyandari dan melakukan kegiatan. Dengan metode inkuiri siswa terlibat secara aktif dalam proses mencari, menyelidiki maupun memperoleh pengetahuan, sehingga mengembangkan sikap kritis dan kreatif. Dalam metode inkuiri, proses pengajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang peseta didik untuk merasa terlibat dalam aktivitas pengajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Menurut (Ahmad Rohani, 2004: 39-40), terdapat 5 tahap yang harus ditempuh dalam pembelajaran dengan menerapkan metode inkuri:
a. Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik.
b. Penetapan jawaban sementara/pengajuan hipotesis.
c. Peserta didik mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan menguji hipotesis.
d. Menarik kesimpulan dari jawaban/generalisasi.
e. Aplikasi kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru.
Syarat syarat metode inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Guru harus terampil memilih masalah yang relevan dan sesuai daya nalar peserta didik.
b. Guru harus terampil memberi motivasi belajar dan menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan/menarik minat peserta didik.
c. Tersedia fasilitas dan sumber belajar yang memadai.
d. Terjamin kebebasan siswa dalam berpendapat, dan berkarya.
e. Kesediaan/kesiapan peserta didik untuk partisipasi aktif dalam belajar.
f. Guru tak banyak intervensi dalam kegiatan belajar peserta didik.
Dalam pendekatan inkuiri digunakan komunikasi multi arah; komunikasi sebagai ”transaksi”. Apabila dilukiskan dalam suatu bahan, pendekatan inkuiri sebagai berikut:
Strategi Pembelajaran IPA
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam konteks pengajaran menurut Ahmad Rohani (2004: 32) “strategi dapat diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran.” Dengan kata lain, konsep strategi dalam konteks ini dimaksudkan untuk menunjuk pada karakteristik abstrak serangkaian tindakan guru-peserta didik dalam events pengajaran. Komponen dari sistem pengajaran meliputi: tujuan, materi, strategi belajar mengajar dan evaluasi. Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dari sistem pengajaran, meskipun tujuan telah dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah tepat, tetapi jika strategi belajar mengajar yang dipergunakan kurang memadai, mungkin tujuan yang diharapkan tidak tercapai atau mungkin tercapai tetapi dengan susah payah (Purwoto, 1998: 3).
Lebih lanjut dikemukakan bahwa strategi belajar mengajar adalah kegiatan guru dalam proses belajar mengajar yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada siswa agar dapat mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan (Purwoto, 1998: 1). “Strategi belajar mengajar itu lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran” (Purwoto, 1998: 5). Dalam hal ini yang dimaksud dengan metode adalah cara mengajar (yang bersifat umum) yang dapat digunakan untuk semua jenis mata pelajaran. “Jadi strategi mengajar itu ialah pola atau seperangkat kebijaksanaan terpilih. Setelah strategi mengajar dipilih kita harus memilih metode atau teknik mengajar yang tepat untuk menyampaikan materi itu” (Ruseffendi, 2000: 96). Strategi belajar mengajar yang dipilih harus:
a. Mendukung tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
b. Sesuai dengan sifat dan hakikat materi pelajaran yang diberikan, serta sesuai pula dengan media yang tersedia.
c. Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan anak.
Karena itu untuk menentukan strategi yang baik perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain: tujuan pengajaran, materi pelajaran, siswa, guru, dan fasilitas.
Hakekat Pendekatan Ilmu Pengetahuan Alam
Pendekatan/strategi instruksional (pembelajaran) dapat dipandang sebagai suatu pola umum kinerja seorang/beberapa orang guru dalam membelajarkan para siswanya, yang tersusun oleh komponen-komponen struktur kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran tersebut diintegrasikan, diinteraksikan dan dikoordinasikan ke arah
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar sangat penting untuk diketahui, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, karena di samping sebagai salah satu indikator keberhasilan belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu, juga sebagai sarana memotivasi siswa bagi siswa yang mengenyam pendiidkan di lembaga tersebut.
Prestasi merupakan perwujudan diri dari bakat dan kemampuan (Utami Munandar, 1992) Sedangkan menurut Winkel (1999). Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan yang telah di apai. Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dapat mencerminkan hasil yang sudah di capai oleh setiap anak dalam periode tertentu (Sutratinah Tirtonegoro, 2001). Menurut Mulyono Abdurrohman (1999) memberikan pengertian bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang merupakan perwujudan dari bakat, kemampuan dan cita-cita yang diperoleh dari usaha yang telah dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungan atau hasil yang dapat dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran atau setelah siswa mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan mata pelajaran tertentu. Prestasi belajar siswa dapat diketahui atau dapt diukur dengan menggunakan evaluasi/tes.
Belajar sebagai proses diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor tersebut menurut Sumadi Susryabrata (2003 : 233) adalah 1) Faktor-faktor dari luar diri belajar, yang digolongkan menjadi 2 golongan yaitu: (a) Faktor-faktor non sosial, dan (b) faktor-faktor sosial. 2) Faktor-faktor dari dalam diri pelajar yang digolongkan menjadi dua golongan yaitu: (a) Faktor-faktor fisiologis, dan (b) Faktor-faktor psikologis. Sedangkan menurut Muhabbin Syah (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat digolongkan: 1) Faktor internal, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa, 2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, 3) Faktor pendekatan beajar jenis upaya siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut : 1) faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), yang terdiri dari faktor fisiologis dan faktor fisiologis dan faktor psikologis. 2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa), yang terdiri dari faktor-faktor non sosial, faktor-faktor sosial, dan pendekatan belajar. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) meliputi dua aspek, yaitu: aspek fisiologis dan aspek psikologis. Aspak fisiologis diantaranya kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya. Sedangkan aspek psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
Hakekat Tentang Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam secara harfiah sama dengan science yang berasal dari kata scientia artinya pengetahuan. Science dalam bahasa Jerman adalah Wissenschaft yang artinya Pengetahuan. Yang terorganisasi secara sistematis. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan kumpulan tentang gejala alam yang tersusun secara sistematis dan diperoleh dari atau dengan metode alamiah (Herawati Susilo, 1992:4)
Fungsi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD
a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaataannya bagi kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan proses yaitu berkembangnya siswa dalam ketrampilan: (1) mengamati; (2) menggolong-golongkan; (3) menerapkan konsep; (4) meramalkan; (5) menafsirkan; (6) menggunakan alat; (7) berkomunikasi; (8) mengajukan pertanyaan; (9) merencanakan penelitian atau percobaan.
c. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai-nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemauan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Fungsi pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam harus tercermin pada kegiatan belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Alam di kelas. Oleh karena itu setiap kegiatan belajar hendaknya selalu mengacu pada fungsi pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di atas.
Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam
a. Tujuan siswa agar mempelajari peristiwa Ilmu Pengetahuan Alam terutama yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
b. Mengadakan pengamatan terhadap berbagai benda atau peristiwa alam.
c. Belajar meramal dan menafsirkan sesuatu kejadian berdasarkan kaidah-kaidah.
d. Berlatih menerapkan konsep Ilmu Pengetahuan Alam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Melakukan berbagai macam kegiatan atau percobaan Ilmu Pengetahuan Alam.
Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Alam
a. Nilai Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Negeri 03 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar ini dapat memanfaatkan dalam konsep, prinsip, hukum.
b. Kehidupan alam sekitar kita ini beridiologi politik sosial budaya pertahanan dan keamanan dalam lingkungan hidup di Negara Republik Indonesia yang tercinta ini juga bernilai Pancasila, UUD 1945, GBHN, dengan berwarga Negara yang berbudi pekerti luhur.
Rambu-rambu pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam
a. Bahan yang diajarkan dari yang dekat sudah diketahui siswa kepada yang belum diketahui dan dipelajarinya dalam pembelajaran IPA.
b. Penyajian bahan pengajaran beserta contoh pelaksanaan praktek IPA dan perilaku yang dimulai dari sifat yang sederhana menuju yang kompleks atau majemuk.
c. Contoh sikap yang diberikan bersikap positif disiplin, menghormati guru contoh sikap yang negatif dijelaskan sesuai perkembangan psikologis siswa disertai akibat, misalnya sering terlambat, membolos, menganggu teman belajar, tidak pernah mengerjakan tugas dari guru dan sebagainya.
d. Membentuk kebiasaan siswa untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sesuai dengan tugas dan kewajiban siswa.
e. Setiap kegiatan belajar mengajar IPA merupakan suatu kegiatan belajar dalam mata pelajaran untuk memperoleh suatu peningkatan prestasi siswa sesuai yang dicita-citakan oleh siswa selama belajar.
f. Guru perlu selalu mengajar menggunakan alat peraga terutama didalam mengajar dapat mencapai tujuan yang optimal.
g. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam IPA berdasarkan nilai-nilai dalam mata pelajaran alam sekitar kita meliputi makhluk hidup, hubungan antar makhluk, tumbuhan makanan dan kesehatan pencernaan makanan sumber daya alam dan lain sebagainya.
h. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ini diberikan 5 jam setiap minggu untuk tiap-tiap kelas dari kelas 4, 5 dan 6 supaya dapat terpenuhi target dari kurikulum maupun target dari daya serap siswa
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Lokasi tempat penelitian tindakan kelas ini adalah Sekolah Dasar Negeri 03 Jatirejo Jumapolo Kabupaten Karanganyar semester I tahun pelajaran 2015/2016. Subyek Penelitian adalah Kelas III semester I tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 10 siswa. Waktu penelitian mulai bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015.
Prosedur Penelitian
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini mencakup empat tahap yang meliputi kegiatan sebagai berikut ; perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui 3 siklus yang rincian kegiatannya setiap siklus akan dijabarkan pada bab IV. Berikut ini adalah bagan prosedur penelitian tindakan kelas sebagai berikut.
Tindakan yang akan dilakukkan dalam penelitian ini mencakup empat tahap yang meliputi: a) perencanaan tindakan, b) pelaksanaan tindakan, c) pengamatan tindakan, d) refleksi tindakan.
Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan teknik: a) dokumen, b) teknik tes, dan c) observasi.
Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan setiap selesai satu siklus dengan siklus sebelumnya. Pada analisis data penelitian ini akan diadakan perbandingan dari kondisi sebelum siklus dibandingkan siklus I kemudian dibandingkan lagi dengan siklus II atau III dan seterusnya dikatakan dapat berhasil apabila setiap siklus selalu mengalami peningkatan prestasi. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada nilai sebelum tindakan dan sesudah tindakan setelah dibandingkan selalu mengalami peningkatan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Sebelum Tindakan (Prasiklus)
Sebelum melakukan penelitian, didahului melihat kondisi awal tentang keadaan nilai belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas III di SDN 03 Jatirejo. Nilai Ilmu Pengetahuan Alam materi “Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup dan kebutuhannya” pada siswa sebelum tindakan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Tabel 4.1 Frekwensi Nilai IPA Sebelum Tindakan
No. |
Nilai |
Frekuensi |
Frekuensi Relatif (%) |
1. |
80 |
2 |
2/10 x 100% = 20% |
2. |
70 |
2 |
2/10x 100% = 20% |
3. |
60 |
4 |
4/10x 100% = 40% |
4. |
50 |
2 |
2/10x 100% = 20% |
|
Rata-rata = 64 |
10 |
100% |
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa Kelas III SD Negeri 03 Jatirejo Jumapolo Kabupaten Karangayar diperlukan tindakan pembelajaran.
Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilaksanakan satu kali pertemuan, yakni Rabu , 26-8- 2015 di ruang Kelas III . Pertemuan dilaksanakan selama 70 menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah “Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup dan kebutuhannya” yang terdapat di lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil proses belajar mengajar dengan melalui metode inkuiri secara optimal diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas serta hasil siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2. Frekwensi Nilai IPA pada Siklus I
No. |
Nilai |
Frekuensi |
Frekuensi Relatif (%) |
1 |
90 |
1 |
1/10 x 100% = 10% |
2 |
80 |
2 |
2/10 x 100% = 20% |
3 |
70 |
4 |
4/10x 100% = 40% |
4 |
60 |
3 |
3/10x 100% = 30% |
|
Rata-rata = 70 |
10 |
100% |
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (mendapat nilai ≥ 70) sebanyak 7 siswa. Jadi presentase siswa yang mendapat ketuntasan belajar adalah 70 %. Nilai rata-rata siswa adalah 70
Pelaksanaan Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan Rabu,2-9- 2015 selama 70 menit di ruang kelas empat. Dalam kegiatan ini guru mengaplikasikan penerapan pembelajaran dengan metode inkuiri untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi “Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup dan kebutuhannya yang terdapat dilingkungan sekitar”, serta berusaha mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran dalam siklus I.
Secara keseluruhan, proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan tertib. Namun masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu siswa belum dapat meningkatkan prestasi secara optimal. Selain itu masih ada beberapa siswa yang belum dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Hal ini dapat dilihat dari tugas siswa dan dari beberapa siswa yang sudah maju untuk menceritakan tugasnya. Nilai hasil IPA tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Frekwensi Nilai IPA pada Siklus II
No. |
Nilai |
Frekuensi |
Frekuensi Relatif (%) |
1 |
90 |
2 |
2/10 x 100% = 20% |
2 |
80 |
2 |
2/10x 100% = 20% |
3 |
70 |
4 |
4/10 x 100% = 40% |
4 |
60 |
2 |
2/10x 100% = 20% |
|
Rata-rata = 74 |
10 |
100% |
Hasil nilai pada Tindakan II ini dibandingkan dengan nilai tes Ilmu Pengetahuan Alam pada siklus I, nilai rata-rata kelas meningkat. Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (mendapat nilai ≥ 70) sebanyak 8 siswa. Jadi prosentase siswa yang mendapat ketuntasan belajar adalah 80%. Nilai rata-rata siswa adalah 74.
Pelaksanaan Siklus III
Siklus III dilaksanakan 9-9- 2015 diruang Kelas III selama 70 menit. Secara umum kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran dengan metode inkuiri secara optimal pada siklus III sudah dapat diatasi dengan baik. Siswa terlihat sudah tidak malu untuk maju membacakan hasil kerjanya, bahkan siswa yang mau maju untuk membacakan hasil kerjanya secara sukarela semakin meningkat. Sebagian besar dari siswa yang maju membacakan hasil kerjanya, mereka sudah cukup mampu meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPA. Namun untuk lebih meningkatkan prestasi siswa perlu diupayakan secara terus menerus meskipun hasinya sudah mencapai indikator yang telah ditentukan. Adapun hasil nilai IPA pada siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Frekwensi Nilai IPA pada Siklus III
No. |
Nilai |
Frekuensi |
Frekuensi Relatif (%) |
1. |
100 |
2 |
2/10 x 100% = 20% |
2. |
90 |
2 |
2/10x 100% = 20% |
3. |
80 |
3 |
3/10x 100% = 30% |
4. |
70 |
3 |
3/10x 100% = 30% |
|
Rata-rata = 83 |
10 |
100% |
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (mendapat nilai ≥ 70) sebanyak 10siswa. Jadi presentase siswa yang mendapat ketuntasan belajar adalah 100%. Nilai rata-rata siswa adalah 83. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus III dikatakan berhasil dan mencapai hasil yang maksimal. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas ketuntasan belajar minimal dan sudah mencapai indikator yang sudah sitentukan, sehingga siklus sudah berhenti dan tidak dilanjutkan lagi. Berdasarkan hasil analisi pelaksanaan tindakan pada siklus I, II, III dengan perolehan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar IPA materi “Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup dan kebutuhannya yang terdapat di lingkungan sekitar” melalui optimalisasi penggunaan metode inkuiri dari siklus satu ke siklus berikutnya:
Tabel 4.5 Frekwensi Nilai IPA sebelum dan sesudah Tindakan
No |
Nilai |
Sebelum tindakan |
Siklus I |
Siklus II |
Siklus III |
1 |
100 |
|
|
– |
2 |
2 |
90 |
– |
1 |
2 |
2 |
3 |
80 |
2 |
2 |
2 |
3 |
4 |
70 |
2 |
4 |
4 |
3 |
5 |
60 |
4 |
3 |
2 |
– |
6 |
50 |
2 |
– |
– |
– |
|
Jumlah |
10 |
10 |
10 |
10 |
|
rata-rata nilai |
64 |
70 |
74 |
83 |
`
Dengan demikian bahwa nilai dari kondisi awal dengan Nilai sesudah tindakan setiap siklus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai rata-rata pada kondisi awal sebelum tindakan 64, siklus I 70, siklus II 74, dan siklus III 83.
Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Berdasarkan tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan metode inkuiri sehingga meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran serta prestasi dan kreativitas. Selain itu peneliti ini juga dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif, menarik dan menyenangkan. Keberhasilan pembelajaran dengan penerapan metode inkuiri dalam upaya peningkatan hasil belajar dapat dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
1. Anak terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri secara optimal.
2. Siswa antusias dan semangat saat merespon guru. Siswa merasa mendapatkan metode pengajaran yang menarik, menyenangkan dan efektif.
3. Siswa tidak malu untuk maju ke depan kelas membacakan hasil pekerjaannya.
4. Siswa mau maju ke depan kelas membacakan hasil kerjanya dengan suka rela tanpa ada paksaan dari guru.
5. Pada setiap proses pembelajaran terjadi umpan balik, guru selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan baik tes maupun nontes kepada siswa mengenai materi tersebut.
6. Guru mampu memberikan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
7. Minat siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri mengalami peningkatan. Siswa terlihat antusias dan semangat. Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri secara optimal merupakan pembelajaran yang bersifat variatif, menyenangkan, menarik bagi anak serta menantang. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa yang prestasinya kurang, termotivasi dan mau belajar dengan rajin sehingga prestasinya meningkat.
PENUTUP
Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh setelah diadakan analisis data penelitian. Untuk itu maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :bahwa nilai hasil belajar IPA siswa sebelum tindakan rata-ratanya adalah 64 dibandingkan dengan nilai setelah tindakan rata-ratanya pada siklus I 70, Siklus II 74, dan siklus III 83. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui optimalisasi metode inkuiri secara optimal dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa Kelas III SDN 03 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar semester I tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai sebelum tindakan dibanding dengan setelah tindakan dari siklus ke siklus berikutnya selalu mengalami peningkatan. Hasil tersebut adalah sebagai berikut :Nilai rata-rata sebelum tindakan adalah 64, nilai rata-rata siklus I adalah 70, nilai rata-rata siklus II adalah 74, dan nilai rata-rata siklus III adalah 83 dan semua siswa sudah mencapai batas ketuntasan minimal 75.
Saran
Dari hasi penelitian tersebut,maka peneliti mengajukan saran kepada siswa, guru dan sekolah. Adapun saran tersebut sebagai berikut:
1. Siswa hendaknya lebih inovatif, kreatif dan bersemangat dalam pembelajaran sehingga materi yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran dapat dicerna dan diterima secara optimal sehingga prestasi meningkat.
2. Guru yang belum menerapkan metode inkuiri secara optimal dalam pembelajaran dapat mencoba menerapkan metode inkuiri ini dalam pembelajaran agar prestasi siswa meningkat.
3. Kepala Sekolah harus lebih mengusahakan fasilitas, khususnya sarana dan prasarana yang dapat mendukung kelancaan kegiatan belajar mengajar.
4. Penelitian ini dapat digunakan di sekolah lain. Namun, dalam penerapannya harus diikuti penyesusiaian dengan konteks kelas. Hal ini disebabkan sekolah yang ada di Indonesia pada dasarnya mempunyai pola pengajaran yang hampir sama, namun memiliki karakteristik khusus yang berbeda-beda. Maka perlu adanya pengembangan pola-pola pengajaran yang baru yang lebih baik, efektif, inovatif dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, 2007. Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Arikunto Suharsimi, 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
, 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
BSNP, 2006. Kurikulum Sekolah Dasar, Jakarta : Balai Pustaka.
Cain dan Evans, 1993. http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/ keterampilan_proses_dasar_pada_pembelajaran_ipa/, diakses 12 februari 2009.
Daryanti, Tri. 2002. Telaah Pembelajaran IPA (Sains) di SD dan di PGSD: Implikasi Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional MIPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, 26 Oktober 2002. Semarang: UNNES.
Ernawati, 2005. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran IPA. UMS
Hamalik, 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Iskandar, Sri M. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Maulana.
Kemmis dan Taggart, 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Sinar Baru.
Nasution Noehi, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudirman, 2007. Cerdas Aktif Pembelajaran IPA. Jakarta : Ganecea
Sulistyorini, Sri. 2002. Science Education Quality Imprifement Project (Proyek Peningkatan Mutu Pelajaran IPA: Sosialisasi Struktur Jam Pelajaran IPA melalui Belajar Penemuan). Disajikan dalam Seminar Program PGSD pada FIP UNNES, 6 Januari 2002. Semarang: UNNES.
Sumantri, 2003. Metode Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.
Sutopo, 1996 ; Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara.
Uzer Usman, 2003. Media dan Alat Peraga , Jakarta : Bumi Aksara.