PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT

TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION ( STAD ) UNTUK PENINGKATAN

HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN 02 JATIREJO

KECAMATAN JUMAPOLO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Barina Ritaningsih, S.Pd. SD.

Guru SDN 02 Jatirejo Kecamatan Jumapolo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk peningkatan proses dan hasil belajar IPA tentang alat peredaran darah manusia pada siswa kelas V SDN 02 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Tahun pelajaran 2015/2016, (2) meningkatkan proses aktivitas belajar IPA tentang alat peredaran darah manusia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN 02 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Tahun pelajaran 2015/2016, (3) meningkatkan hasil belajar IPA tentang alat peredaran darah manusia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN 02 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru kelas V dan seluruh siswa kelas V SDN 02 Jatirejo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 14 siswa. Sumber data berasal dari siswa, guru kelas V, dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah teknik tes, teknik wawancara, dan teknik observasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah deskriptif komparatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD oleh guru pada siklus I terlaksana 70%, siklus II terlaksana 90%, (2) proses aktivitas siswa pada pembelajaran IPA pada siklus I terlaksana 55%, siklus II 91,67%, (3) ketuntasan hasil belajar IPA siklus I 57,1%, siklus II 85,7%. Simpulan penelitian ini adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan proses belajar dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pembelajaran IPA

PENDAHULUAN

Pelajaran IPA adalah pelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung terhadap siswa sehingga siswa akan memperoleh berbagai kemampuan, seperti kemampuan pemahaman konsep, berpikir kritis, bersikap ilmiah, kemampuan mengidentifikasi, dan kemampuan memecahkan masalah. Tujuan pembelajaran IPA secara umum di kelas V SD meliputi: (1) siswa dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; (2) memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitarnya, (3) mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar, (4) bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri. Materi pembelajaran IPA kelas V tentang alat peredaran darah manusia mempunyai tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat memahami alat peredaran darah pada manusia.

Proses pembelajaran dan hasil belajar IPA di kelas V SDN 02 Jatirejo masih rendah, terlihat dari hasil belajar IPA yang belum mencapai kondisi nilai yang diharapkan. Berdasarkan pengamatan hasil nilai rata-rata ulangan harian dan wawancara dengan guru kelas V tentang mata pelajaran IPA, masih banyak siswa yang memperoleh hasil belajar di bawah KKM dengan nilai KKM yaitu 67. Dari 14 siswa hanya 4 siswa yang mencapai nilai KKM dan 10 siswa lainnya belum mencapai nilai KKM. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa proses dan hasil belajar yang kurang maksimal. Faktor yang menyebabkan rendahnya proses dan hasil belajar IPA siswa di kelas V yaitu siswa kurang aktif pada saat pembelajaran berlangsung, rendahnya minat siswa dalam mata pelajaran IPA, kurangnya pemahaman konsep terhadap materi yang disampaikan, siswa cenderung pasif saat proses pembelajaran. Dari beberapa faktor dari siswa, juga terdapat faktor dari guru yang menyebabkan rendahnya proses dan hasil belajar IPA yaitu guru cenderung menggunakan metode konvensional pada saat mengajar pembelajaran IPA sehingga pada saat pembelajaran berlangsung terkesan membosankan dan membuat siswa menjadi pasif.

Kondisi-kondisi di atas tidak boleh terus berlarut, karena materi IPA kelas V tentang struktur tanah dan bumi menjadi modal penting bagi siswa untuk mengetahui dan mengidentifikasi secara jelas tentang alat peredaran darah pada manusia, sehingga masalah tersebut penting untuk dipecahkan.

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini diadakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD agar dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang alat peredaran darah manusia. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Peningkatan Hasil Belajar IPA Tentang Alat Peredaran Darah Manusia Pada Siswa Kelas V SDN 02 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Tahun Pelajaran 2015/2016 “.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang alat peredaran darah manusia pada siswa kelas V SDN 02 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Tahun pelajaran 2015/2016”?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam peningkatan hasil belajar IPA tentang alat peredaran darah manusia pada siswa kelas V SDN 02 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Tahun pelajaran 2015/2016.

KAJIAN TEORI

Pengertian Proses Belajar

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, menurut Slameto dalam Hamdani (2011:20). Menurut Gagne (Suprijono, 2014:2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah.

Menurut Witherington (Hamdani, 2011:21), belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Menurut Thursan Hakim (Hamdani, 2011:21) belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan lain-lain.

Dari beberapa pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh manusia dengan serangkaian kegiatan atau aktivitas, seperti peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Pengertian Hasil Belajar

Menurut Gagne (Purwanto, 2011:42), hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang diberikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menetukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.

Menurut Bloom (Suprijono, 2014:6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valving (nilai), organization (organisasi), characterization (karakteristik). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.

Menurut Suprijono (2014:7), hasil belajar adalah perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah terbentuknya konsep yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi perubahan secara keseluruhan dan tidak terpisah.

Pengertian Pembelajaran IPA

Dahulu, saat ini, dan saat yang akan datang IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam memegang peranan sangat penting dan alam serta manusia. Hal ini disebabkan kehidupan manusia sangat tergantung pada alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam. Menurut Rustaman (2012:1.1), IPA atau sains merupakan suatu proses yang menghasilkan pengetahuan. Proses tersebut bergantung pada proses observasi yang cermat terhadap fenomena dan pada teori-teori temuan untuk memaknai hasil observasi tersebut.

Menurut H.W Fowler (Ahmadi dan Supatmo, 2004:1), IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Nokes (Ahmadi dan Supatmo, 2004:1), menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoretis yang diperoleh dengan metode khusus.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan yang diperoleh dengan proses observasi terhadap fenomena dan menggunakan metode khusus.

Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih konprehensif, menurut Meyer, W.J. (Trianto, 2009:21). Darsono (Hamdani, 2011:23), mengatakan bahwa menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari.

Joyce (Trianto, 2009:22), mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Menurut Suprijono (2014:45) model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional kelas.

Dari uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang sitematis sebagai perancang bagi para pengajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah bentuk dari model pembelajaran kooperatif dengan metode STAD. Slavin (2005:143), mengemukakan bahwa STAD adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan terdiri atas lima komponen utama yang meliputi presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

Sharan (2012:5), mengemukakan bahwa STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti dan sangat mudah diadaptasi. Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru.

Simpulan yang dapat diambil dari pendapat ahli di atas STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang melibatkan kompetisi kelompok dan dapat memacu siswa untuk membantu satu sama lain.

1) Langkah-langkah Metode STAD

Menurut Sharan (2012:9), langkah-langkah penerapan metode STAD sebagai berikut:

a) Langkah I; Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pada awalnya diperkenalkan dalam presentasi kelas. Presentasi dalam STAD berbeda dengan pengajaran biasa, karena mereka harus benar-benar fokus pada satuan STAD. Dalam presentasi, siswa harus memperhatikan dengan seksama, karena dengan begitu akan membantu mereka menjalani kuis dengan baik, dan nilai kuis akan dijadikan penentuan nilai kelompok.

b) Langkah II; Membentuk Kelompok

Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili kemampuan, jenis kelamin, dan ras siswa di kelas. Setelah guru menyajikan materi, kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar tugas dan materi-materi lainnya. Pada setiap nilai, yang ditekankan adalah apa yang dilakukan anggota kelompok untuk kelompok mereka, dan apa yang dilakukan anggota kelompok untuk membantu anggotanya.

c) Langkah III; Memberi kuis

Setelah satu sampai dua kali presentasi guru, para siswa menjalani kuis perseorangan. Siswa tidak diijinkan saling membantu selama kuis berlangsung, karena untuk memastikan bahwa setiap siswa secara perseorangan bertanggung jawab atas pengetahuan yang mereka peroleh.

d) Langkah IV; Skor Kemajuan Perseorangan

Gagasan dibelakang skor kemajuan perseorangan adalah menanamkan tujuan prestasi yang bisa diperoleh kepada siswa, jika dia bekerja lebih keras dan berbuat lebih baik dibandingkan sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimal untuk kelompok mereka dalam system penilaian ini.

e) Langkah V; Penghargaan Kelompok

Kelompok bisa memperoleh penghargaan atau sertifikat lain jika nilai rata-rata mereka melampaui criteria tertentu. Sertifikat untuk kelompok yang mencapai standar prestasi tinggi, pengakuan laporan berkala, pemasangan pada papan boletin, pengakuan khusus, hadiah kecil-kecilan atau pengahargaan untuk menegaskan bahwa bekerja baik secara berkelompok adalah penting.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Jatirejo, Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karangnyar tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016, selama kurang lebih 4 bulan yaitu dari bulan Agustus sampai bulan November 2015.

Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SDN 03 Jatirejo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 14 siswa.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa:

a. Teknik Tes

Tes adalah deretan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Alat pengumpulan data yang digunakan pada teknik tes ini yaitu berupa soal-soal tes yang berkaitan dengan Kompetensi Dasar tentang mengidentifikasi organ peredaran darah manusia.

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara dengan siswa kelas V SDN 02 Jatirejo pada pertemuan ke II setiap siklus.

c. Teknik Observasi

Melalui teknik observasi dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, peneliti mengamati siswa dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Data yang diambil dengan teknik observasi adalah (1) Variabel penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang berupa proses pembelajaran yang diteliti oleh peneliti apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diharapkan, (2) Variabel peningkatan proses aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (3) Variabel hasil belajar IPA tentang materi tanah dan struktur bumi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul segera diolah untuk diadakan analisis. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul peneliti menggunakan analisis deskriptif komparatif. Yitu data yang diperoleh setiap siklus dideskripsikan dengan membandingkannya sehingga akan diketahui peningkatan kinerja yang diharapkan.

Prosedur Penelitian

Tahapan kegiatan dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini menggunakan model Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2008:16) yang meliputi 4 tahap yaitu; 1. Perencanaan; 2. Pelaksanaan; 3. Pengamatan; 4. Refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Perencanaan

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS II

Pengamatan

?


Gambar 3.2

Gambar Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas

(Sumber Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2008:16)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Observasi Awal

Berdasarkan observasi kondisi awal pada proses pembelajaran IPA di kelas V SDN 02 Jatirejo tergolong masih rendah. Siswa masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, siswa masih kurang minat pada mata pelajaran IPA, guru menggunakan metode konvensional pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru masih mendominasi kelas sehingga siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru, karena penyampaian yang kurang menarik. Saat diberi tugas masih banyak siswa yang tidak mau berusaha menyelesaikan tugasnya, dan pada saat pembelajaran sebagian besar siswa belum bersemangat mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil belajar IPA kelas V SDN 02 Jatirejo masih tergolong rendah. Dilihat dari data nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPA kelas V dari 14 siswa hanya 4 siswa yang tuntas atau 28% siswa yang nilainya diatas KKM dan 10 siswa atau 72% siswa belum tuntas. Berikut data nilai ulangan harian siswa pra tindakan:

Tabel 4.1

Hasil Ulangan Harian Siswa Kelas V SDN 02 Jatirejo sebelum Tindakan

No

Nama Siswa

KKM

Nilai

Tuntas

Tidak Tuntas

1

A

67

70

Ѵ

2

B

67

50

Ѵ

3

C

67

60

Ѵ

4

D

67

80

Ѵ

5

E

67

80

Ѵ

6

F

67

60

Ѵ

7

G

67

50

Ѵ

8

H

67

60

Ѵ

9

I

67

40

Ѵ

10

J

67

80

Ѵ

11

K

67

60

Ѵ

12

L

67

50

Ѵ

13

M

67

60

Ѵ

14

N

67

50

Ѵ

Jumlah

850

4

10

Rata-rata

60,7

Presentase Ketuntasan

28%

72%

Nilai Tertinggi

80

Nilai Terendah

40

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dari 14 siswa, sebanyak 4 (28%) siswa sudah dapat mencapai nilai KKM (67) tuntas dan 10 (72%) siswa belum tuntas atau belum mencapai nilai KKM. Berikut grafik yang dapat disajikan dari data nilai ulangan harian siswa sebelum tindakan:

Gambar 4.1

Grafik Nilai Awal Siswa Kelas V SDN 02 Jatirejo sebelum Tindakan

Siklus I

Pertemuan pertama pada siklus I direncanakan pada hari senin 5 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pertemuan kedua pada siklus I direncanakan pada hari selasa 6 Oktober. Materi yang akan disampaikan oleh guru adalah mata pelajaran IPA tentang alat peredaran darah manusia. Materi tersebut sesuai dengan silabus IPA kelas V SD dengan Standar Kompetensi mengidentifikasi fungsi organ tubuh hewan dan tumbuhan. Kompetensi Dasar mengidentifikasi organ peredaran darah manusia.

Tabel 4.2

Hasil analisis proses aktivitas siswa kelas V SDN 02 Jatirejo siklus I

No

Aspek

Skor

Persentase

1

Aktivitas belajar (6 bagian)

12

20%

2

Kreativitas (2 bagian)

4

6,67%

3

Rasa senang (4 bagian)

11

18,33%

4

Interaksi (3 bagian)

6

10%

Jumlah

33

55%

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan proses aktivitas siswa baru mencapai 55%, yang artinya belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 80%.

Alat tes evaluasi menggunakan lembar tes dengan bentuk tes pilihan ganda biasa. Hasil tes menunjukkan bahwa dari 14 siswa ada 8 siswa yang sudah tuntas KKM dengan persentase 57%, siswa yang belum tuntas ada 6 siswa dengan persentase 43%. Berikut data hasil belajar siswa siklus I:

Tabel 4.3

Analisis nilai evaluasi siklus I siswa kelas V SDN 02 Jatirejo

Nilai

Frekuensi

Persentase

20

0

0%

30

0

0

40

0

0

50

2

14,2%

60

4

28,5%

70

2

14,2%

80

3

21,4%

90

2

14,2%

100

1

7,1%

Jumlah

14

100

Rata-rata nilai

71,4

Jumlah siswa yang tuntas

8

57,1%

Jumlah siswa yang belum tuntas

6

42,8%

Siklus II

Pada observasi aktivitas siswa meliputi 4 aspek yang dinilai yaitu aktivitas belajar, kreativitas, rasa senang, dan interaksi. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA ini diamati dan dinilai dengan skor 4,3,2, dan 1. Skor 4 untuk kriteria sangat baik, skor 3 kriteria baik, skor 2 untuk kriteria cukup, dan skor 1 untuk kriteria kurang. Hasil pengamatan proses aktivitas siswa siklus II sudah mencapai 91,67%, yang artinya aktivitas siswa pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan. Pada tindakan siklus II aktivitas belajar, kreativitas, rasa senang, dan interaksi sudah pada criteria sangat baik. Berikut hasil pengamatan aktivitas siswa:

Tabel 4.4

Hasil analisis proses aktivitas siswa kelas V SDN 02 Jatirejo siklus II

No

Aspek

Skor

Persentase

1

Aktivitas belajar (6 bagian)

22

36,67%

2

Kreativitas (2 bagian)

7

11,67%

3

Rasa senang (4 bagian)

15

25%

4

Interaksi (3 bagian)

11

18,33%

Jumlah

55

91,67%

Tabel 4.5

Analisis nilai evaluasi siklus II siswa kelas V SDN 02 Jatirejo

Nilai

Frekuensi

Persentase

20

0

0

30

0

0

40

0

0

50

0

0

60

2

14,2%

70

4

28,5%

80

4

28,5%

90

2

14,2%

100

2

14,2%

Jumlah

14

100

Rata-rata nilai

78,5

Jumlah siswa yang tuntas

12

85,7%

Jumlah siswa yang belum tuntas

2

14,2%

Pembahasan

Proses Aktivitas Siswa pada Pembelajaran IPA dengan STAD

Observasi proses aktivitas siswa pada siklus I terlaksana 55%, hal ini berarti proses aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai indikator penelitian dengan persentase 80%. Proses aktivitas siswa pada siklus I dinilai dari 4 aspek yaitu aktivitas belajar, kreativitas, rasa senang, dan interaksi. Aktivitas siswa diilai dan diamati dengan skor 4,3,2, dan 1. Skor 4 dengan kriteria sangat baik, skor 3 dengan kriteria baik, skor 2 dengan kriteria cukup, dan skor 1 dengan kriteria kurang. Aspek yang pertama yaitu aktivitas belajar, pada aspek ini siswa kurang bekerja sama pada kelompoknya, masih ada anggota kelompok yang tidak ikut dalam mengerjakan lembar diskusi, serta siswa kurang aktif dalam memberikan tanggapan pada presentasi kelompok lain. Aspek yang kedua yaitu kreativitas, pada aspek ini siswa kurang mampu dalam menyampaikan ide-idenya. Aspek yang ketiga yaitu rasa senang, pada aspek ini siswa sudah cukup menunjukan rasa senang dan tidak mengantuk pada saat pembelajaran. Aspek yang keempat yaitu interaksi, pada tahap ini siswa masih kurang aktif dalam melakukan tanya jawab dengan guru.

Observasi proses aktivitas siswa pada siklus II terlaksana 91,67%, hal ini berarti pada siklus II proses aktivitas siswa sudah mencapai indikator kinerja penelitian. Proses aktivitas siswa pada siklus II dinilai dari 4 aspek yaitu aktivitas belajar, kreativitas, rasa senang, dan interaksi. Aspek yang pertama yaitu aktivitas belajar, pada aspek ini siswa mampu dalam mengajukan pertanyaan kepada guru dan siswa sudah mampu bekerja sama dengan baik dengan teman sekelompoknya. Aspek yang kedua yaitu kreativitas, pada aspek ini siswa sudah cukup kreatif dalam mengemukakan ide-idenya. Aspek yang ketiga yaitu rasa senang, pada aspek ini siswa sudah menampakkan keceriaan pada saat pembelajaran berlangsung, serta tidak ada siswa yang mengantuk pada saat proses pembelajaran. Aspek yang keempat yaitu interaksi, pada aspek ini siswa sudah memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan guru dan temannya. Peningkatan aktivitas siswa pada penelitian ini disajikan pada tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Perbandingan antarsiklus proses aktivitas siswa kelas V SDN 02 Jatirejo

No

Aspek yang diamati

Siklus I

Siklus II

1

Aktivitas belajar (6 bagian)

12

22

2

Kreativitas (2 bagian)

4

7

3

Rasa senang (4 bagian)

11

15

4

Interaksi (3 bagian)

6

11

Jumlah

33

55

Rata-rata

2,2

3,67

persentase

55%

91,67%

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.3

Grafik Perbandingan antarsiklus Aktivitas Siswa Kelas V SDN 03 Jatirejo

Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang materi alat peredaran darah manusia pada siswa kelas V SDN 02 Jatirejo disajikan pada tabel 4.24 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Perbandingan antarsiklus hasil belajar siswa kelas V SDN 02 Jatirejo

No

Siklus

Persentase siswa tuntas ≤ KKM

Persentase siswa belum tuntas ≤ KKM

1

Prasiklus

28%

72%

2

Siklus I

57,1%

42,8%

3

Siklus II

85,7%

14,2%

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dinyatakan bahwa hasil belajar pada prasiklus hanya terdapat 28% siswa yang tuntas dan 72% siswa belum tuntas. Hasil belajar siswa pada siklus I siswa yang tuntas 57,1% dan siswa yang belum tuntas 42,8%. Siklus II siswa yang tuntas sebanyak 85,7% dan siswa yang belum tuntas 14,2%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut:

Gambar 4.4

Grafik Perbandingan antarsiklus Evaluasi Belajar Siswa Kelas V SDN 02 Jatirejo

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang alat peredaran darah manusia pada siswa kelas V SDN 02 Jatirejo, Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang sesuai dalam peningkatan proses dan hasil belajar IPA tentang tanah dan struktur bumi pada siswa kelas V SDN 03. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD oleh guru pada siklus I terlaksana 70%, siklus II meningkat menjadi 90%. Proses aktivitas belajar IPA pada siklus I 55%, dan pada siklus II meningkat menjadi 91,67%. Hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan penelitian yaitu 28% siswa tuntas KKM. Hasil belajar siswa setelah dilaksanakan penelitian pada siklus I 57,1% siswa yang tuntas KKM, dan mengalami peningkatan pada siklus II 85,7%.

Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi tentang peningkatan proses dan hasil bealajar IPA tentang alat peredaran darah manusia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN 02 Jatirejo, kecamatan Jumapolo, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Untuk Guru

Bagi guru yang mengajar pembelajaran IPA tentang alat peredaran darah manusia pada siswa kelas V sekolah dasar, sebaiknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN 02 Jatirejo. Bagi guru mata pelajaran lain, hendaknya termotivasi untuk menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif, menarik, dan menyenangkan.

2. Untuk Peneliti lain

Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA, sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Supatmo. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. 2010. Jakarta: Rineka Cipta.

, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Azizah. 2012. Keefektifan pendekatan kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada pembelajaran Sains kelas VI SD Negeri Babarsari Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pendidikan. (Online). Vol.4.No.1. (http://journal.uin-suka.ac.id/media/artikel/BDY120401-26-30-1-PB.pdf diakses pada hari Rabu 3 Maret 2015 pukul 11:55 WIB). h. 93-110.

Falah, Teti. 2012. Peningkatan aktivitas peserta didik dengan model tipe STAD pembelajaran matematika SDN 09 Pontianak Utara. Jurnal Imnu Pendidikan. (Online). (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/1228/pdf. Diakses pada hari Kamis tanggal 4 Februari 2015 pukul 6:49). h. 1-20.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogtakarta: Pustaka Pelajar.

Putrama, R.S. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV/A SD Negeri 08 Kepahiang.Jurnal Ilmu Pendidikan. (Online). Tahun III.No.1.( http://teqip.com/wp-content/uploads/2013/11/81-86.pdf. Diakses pada hari Rabu 18 Februari 2015 pukul 17:05 WIB). h. 81-86.

Rustaman, Nuryani, dkk. 2012. Materi dan Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana.

Sapriati, Amalia. 2008. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sharan, Shlomo. 2012. The Handbook Of Cooperative Learning. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Soewandi, Hariwijaya, dan Estu Sinduningrum. 2011. Ilmu Kealaman Dasar. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supinah. 2009. Bagaiamana Mengukur Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran?. (Online). (http://p4tkmatematika.org/file/ARTIKEL/Artikel%20Pendidikan/AKTIFITAS%20SISWA_supinah.pdf. Diakses pada hari Jum’at tanggal 6 Maret 2015 pukul 5:53 WIB)

Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutarno. 2010. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKN Kompetensi Dasar Peranan Politik Luar Negeri Indonesia Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pada Siswa Kelas VI SD Negeri III Giriyoso Kec. Jatipurno Kab. Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010. Jurnal Pendidikan Provision. Vol.3.No.2, h.10-20.

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syuri, Ita, dan Nurhasanah. 2011. IPA AKTIF 5. Jakarta: Esis.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tim Bina IPA. IPA. 2010. Jawa Tengah: Yudhistira.

Widiastiti, Ayu, Darsana, dan Suadnyana. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Berbantuan Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD Gugus 1 Mengwi. Badung.e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. (Online). Vol.2.No.1.( http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/2049/baca-artikl. Diakses pada hari Rabu 11 Februari 2015 pukul 12:42 WIB). h. 1-10.