OPTIMALISASI PENGUASAAN MATERI

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NEGARA MAJU DI DUNIA

MELALUI MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS IX A

Priyana

SMP Negeri Cawas Kabupaten Klaten

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang optimalisasi penguasaan materi Memahami Perkembangan Negara Maju di Dunia melalui pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung saat pembelajaran, dokumentasi dan tes dengan beberapa butiran soal. Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Untuk deskriptif kuantitatif dilakukan dengan nilai rata-rata beserta prosentase, nilai maksimal, nilai minimal, dan ketuntasan beserta prosentase untuk setiap siklus. Sedangkan untuk analisis deskriptif kualitatif dilakukan menggunakan rentang nilai dan KKM dengan tes tertulis. Hasil penelitian pada prasiklus rata-rata sebesar 71,8 dan siklus I rata-rata sebesar 75.6 serta siklus II rata-rata sebesar 84,4. Terjadi kenaikan rata-rata nilai dari prasiklus ke siklus I sebesar 3,8 (5,3%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 8,8 (11,6%), dari pasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 12,6 (17,5%). Nilai tertinggi tahap prasiklus sebesar 82, siklus I sebesar 86 serta siklus II sebesar 92. Terjadi kenaikan nilai tertinggi dari tahap prasiklus ke siklus I sebesar 4 (4,9%), dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 6 (7%), dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 10 (12,2%). Nilai terendah tahap prasiklus sebesar 64 dan siklus I sebesar 68 serta siklus II sebesar 76. Terjadi kenaikan dari tahap prasiklus ke siklus I sebesar 4 (6,3%), dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 6 (8,8%), dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 12 (18,8%). Persentase ketuntasan belajar dari prasiklus sebesar 21%, siklus I 45% dan siklus II sebesar 100%. Terjadi peningkatan dari prasiklus ke siklus I sebesar 24%, dari siklus I ke siklus II meningkat 55%, dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 79%.

Kata kunci: Optimalisasi, Kontekstual, Ilmu Pengetahuan Sosial.


PENDAHULUAN

Komponen utama dalam proses pembelajaran yang baik adalah terjadinya hubungan seimbang antara guru dengan siswa. Dua komponen tersebut sebagai subyek pembelajaran harus dapat berjalan secara aktif. Sehingga tujuan dari pembelajaran yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar dapat tercapai. Meskipun kunci pokok pada pembelajaran adalah guru, namun bukan berarti proses pembelajaran yang berlangsung hanya guru yang aktif sedangkan siswa pasif. Apabila pembelajaran yang dilakukan cenderung hanya guru yang aktif, hal tersebut lebih tepatnya disebut mengajar. Begitu pula bila pembelajaran cenderung hanya siswa yang terlihat aktif tanpa melibatkan keaktifan guru dengan pengelolaan yang baik, maka hal tersebut lebih tepatnya disebut belajar. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada kondisi awal, diketahui terdapat permasalahan yang terjadi pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Cawas. Beberapa permasalahan yang dapat teridentifikasi antara lain sebagai berikut; 1) persiapan pembelajaran masuk klasifikasi penilaian cukup atau sebesar 56% atau belum optimal, peneliti menetapkan batas minimal 75%. 2) proses pembelajaran mulai dari menyampaikan tujuan hingga suasana kelas mencapai klasifikasi penilaian cukup atau sebesar 60%, atau belum optimal, peneliti menetapkan batas minimal 75%. 3) motivasi siswa dilihat dari ketuntasan belajar terdapat 15 siswa (45%) melampaui kriteria ketuntansan minimal sebesar 75, 18 siswa belum mencapai ketuntasan, dan nilai rata-rata 73,2 dalam klasifikasi penilaian tidak tercapai atau belum tuntas karena peneliti menetapkan kriteria opminimal sebesar 75. 4) prestasi belajar diperoleh dari nilai rata-rata sebesar 71,8 dalam klasifikasi penilaian belum tercapai atau belum tuntas atau belum mencapai batas ketuntasan minimaal sebesar 75. Sebanyak 7 siswa (21%) tuntas belajar, dan sisanya sebanyak 23 siswa (69%) belum tercapai atau tidak tuntas. Nilai tertinggi 82 dan nilai terendah 64.

Perlu dicarikan solusi penyelesaian atas permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut. Mengacu dari pandangan “Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami“ sendiri apa yang dialaminya, bukan “mengetahuinya”. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dari kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang”. Maka dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang mampu mengakomodasi antara permasalah dengan pandangan tersebut. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu menjadi solusi permasalahan yang terjadi adalah dengan menerapkan model pembelajaran melalui pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL).

TINJAUAN PUSTAKA

Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Agus Suprijono, 2009: 163).

Winkel (1983: 270) mendefinisikan bahwa “Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta memberi arah pada kegiatan belajar”.

Prestasi Belajar

Beberapa ahli yaitu Masrun dan Martaniah (1977), Haditono (1985), Suryabrata (1993), mempunyai kesamaan dalam mengartikan prestasi belajar, yaitu hasil kecakapan atau kemampuan individu untuk menguasai sejumlah materi tertentu, program pelajaran yang diajarkan atau dipelajari, melalui usaha yang dilakukannya dalam proses belajar.

Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan prestasi dalam bidang akademik, karena menyangkut penguasaan materi atau mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Sukadji (dalam Koentjoro, 1986) mengatakan bahwa prestasi akademik adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya yang ditunjukkan dengan rapor. Nilai-nilai rapor ini diperoleh dari beberapa kali pengukuran melalui ulangan atau ujian pada waktu-waktu tertentu baik secara lisan atau tertulis kemudian dibuat rata-ratanya. Sudjana (1989) mengatakan bahwa pengolahan hasil penilaian melalui nilai rata-rata. Melalui rapor prestasi belajar siswa selama periode tertentu dapat diketahui perkembanganya. Mereka yang memiliki prestasi belajar yang tinggi nilai rapornya selalu di atas rata-rata, serta menunjukkan adanya peningkatan prestasi.

Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning/CTL)

Pembelajaran konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Seperti halnya pndekatan pembelajaran yang lain, konstektual dikebangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan atau konteks ke permasalahan atau konteks lainnya.

Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual

Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut: (1) Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; (2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; (3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; (4) Ciptakan masyarakat belajar; (5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran; (6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan; (8) Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual yaitu: (1) Kerjasama; (2) Saling menunjang; (3) Menyenangkan, tidak membosankan; (4) Belajar dengan bergairah; (5) Pembelajaran terintegrasi; (6) Menggunakan berbagai sumber; (7) Siswa aktif; (8) Sharing dengan teman; (9) Siswa kritis guru kreatif; (10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain. (11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

Ilmu Pengetahuan Sosial

“Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan dikaji secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.”(Sumantri, 2001:93)

“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu sosial yang dimaksud seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial masyarakat yang diwujudkan dalam satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabangcabang ilmu sosial tersebut”.(Trianto, 2010:171)

Berdasarkan penjelasan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu mata pelajaran yang merupakan suatu perpaduan dari sejumlah disiplin ilmu sosial seperti geografi, sosiologi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan dan masih banyak lagi.

Tujuan IPS

“ Tujuan pendidikan IPS disekolah adalah menumbuhkan nilai-nilai kewarganegaraan, moral, idiologi negara, dan agama.” (Soemantri, 2001: 43). Tujuan Pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. (Gross, dalam Etin Solihatin, 2009: 14-15)

Berdasarkan definisi tentang tujuan pendidikan IPS di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan IPS di SMP bertujuan untuk membentuk warga negara yang memiliki ketrampilan yang berguna bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun negara, serta menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa serta memiliki rasa cinta tanah air dan kepedulian sosial yang tinggi. Ilmu Pengetahuan Sosial juga bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik dalam kehidupan berbangsa.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian berlangsung selama tiga bulan yang dimulai tanggal 06 Maret sampai dengan 28 Mei 2016 pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Sedangkan tempat penelitian mengambil tempat di SMP Negeri 1 Cawas Klaten.

Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Cawas Klaten semester genap tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 33 anak khusus pada proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi Memahami Perkembangan Negara Maju di Dunia. Sedangkan untuk obyek penelitian ini adalah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Sumber Data

Sumber data dikumpulkan dari hasil pengamatan secara langsung, dan dokumentasi saat proses pembelajaran berlangsung serta angket dan tes tertulis yang dilakukan di akhir pembelajaran dari kondisi awal atau prasiklus sampai dengan siklus akhir.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data berupa observasi dengan alat berupa lembar pengamatan, dokumentasi melalui foto atau vidio, tes tertulis dengan butiran soal yang dilakukan pada kondisi awal dan akhir dalam setiap siklus tindakan.

Validasi Data

Validasi dilakukan pada teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan. Untuk jenis data kuantitatif, maka yang divalidasi adalah instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan serta perlu dibentuk kisi-kisi untuk terpenuhinya validitas secara teoritik. Sedangkan untuk data kualitatif disamping dilakukan validasi pada teknik dan alat pengumpulan data serta melalui kolaborasi.

Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan jenis data yang digunakan. Untuk data kuantitatif, maka dilakukan analisis data deskriptif kuantitatif. Sedangkan untuk jenis data kualitatif dilakukan analisis data deskriptif kualitatif. Kedua analisis tersebut dilakukan dengan cara membandingkan hasil temuan yang diperoleh dari kondisi awal atau pra siklus dengan siklus I, siklus I dengan siklus II serta membandingkan kondisi awal dengan kondisi akhir.

Prosedur Penelitian

Secara garis besar tahapan pelaksanaan penelitian dalam sebuah siklus tindakan dapat dijelaskan berikut ini;

a. Perencanaan Tindakan

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran materi Memahami Perkembangan Negara Maju di Dunia.

2) Menyiapkan bahan ajar yang dipergunakan dalam penerapan kontekstual sesuai dengan indikator.

3) Menyiapkan kelas untuk pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar observasi dan angket motivasi belajar untuk mengetahui kondisi dan unjuk kerja siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Guru memberikan penjelasan tentang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan mengoptimalkan kontekstual tentang materi Memahami Perkembangan Negara Maju di Dunia.

2) Guru menyampaikan materi kompetensi dasar dan indikatornya tentang materi Memahami Perkembangan Negara Maju di Dunia.

3) Guru membuat kelompok belajar yang heterogen, setiap kelompok ada 5 (lima) siswa.

4) Guru menyiapkan materi ajar di meja siswa untuk mengamati dan mengoptimalkan kontekstual.

5) Optimalisasi pelaksanaan kontekstual.

6) Guru mengamati dan mencatat kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

7) Alokasi waktu 40 – 80 menit dalam pelaksanaan kontekstual.

c. Pengamatan

1) Guru mengamati kelompok dan keberhasilan siswa dan bekerjasama dengan kolaborator.

2) Guru mengamati kompetensi siswa saat pembelajaran.

3) Guru mengamati kelompok belajar yang heterogen.

4) mengamati motivasi siswa sebelum, selama, dan sesudah mengikuti pembelajaran dalam kelompoknya masing-masing.

d. Refleksi

Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus.

HASIL PENELITIAN

1. Siklus I

a. Observasi Persiapan Pembelajaran

Persiapan kelas untuk pembelajaran mulai dari kelas yang bersih dan sehat hingga suasana kelas yang nyaman untuk pembelajaran mencapai sebesar 72% belum optimal, karena peneliti menetapkan batas minimal 75%, masih ada yang perlu ditingkatkan yaitu meja dan kursi siswa belum lengkap, sarana prasarana belum optimal dimanfaatkan dalam pembelajaran, media belum dimanfaatkan dalam pembelajaran, penerangan belum memadai dan mendukung pembelajaran.

b. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran mulai dari menyampaikan materi hingga suasana kelas mencapai klasifikasi penilaian tinggi sebesar 71,4%, masuk kategori belum optimal atau belum tuntas atau tidak tercapai, karena peneliti menetapkan batas kriteria ketuntasan minimal 75%.

c. Motivasi Belajar

Klasifikasi penilaian tuntas atau terlampaui sebanyak 21 siswa (64%), sisanya sebanyak 12 siswa (36%) belum atau tidak mencapai/melampaui kriteria ketuntasan minimal sebesar 75%. Motivasi siswa dalam pembelajaran IPS materi Memahami Perkembangan Negara Maju di Dunia, diperoleh nilai rata-rata 75,6; nilai tertinggi sebesar 86; sedangkan untuk nilai terendah sebesar 70 dalam klasifikasi belum optimal, karena peneliti menetapkan minimal sebesar 75%.

d. Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa diperoleh nilai rata-rata 75,6; nilai tertinggi sebesar 86; nilai terendah sebesar 68, dan ketuntasan kelas sebesar 45%, karena peneliti menetapkan kriteria ketintasan minimal 75, dan ketuntasan kelas sebesar 100%, maka masih perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Observasi Persiapan Pembelajaran

Persiapan kelas untuk pembelajaran mulai dari kelas yang bersih dan sehat hingga suasana kelas yang nyaman untuk pembelajaran mencapai atau melampaui klasifikasi kriteeria ketuntasan minimal sebesar 90% atau sudah masuk kategori sudah optimal.

b. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran dari menyampaikan materi hingga suasana kelas mencapai klasifikasi penilaian sangat tinggi atau sebesar 85,7%, sudah optimal. Suasana kelas kondusif yaitu guru dan siswa memiliki antusias atau motivasi yang tinggi, pengelolaan waktu pembelajaran efektif, kegiatan pembelajaran sesuai rencana, dan tujuan tercapai.

c. Motivasi Belajar

Motivasi siswa dalam pembelajaran diperoleh nilai rata-rata 86,4 nilai tertinggi sebesar 96, nilai terendah sebesar 78. Sehingga dapat dikatakan dalam klasifikasi penilaian sudah optimal, karena peneliti menetapkan sebesar 75. Secara terperinci motivasi siswa pada siklus II dalam pembelajaran IPS dengan materi Memahami Perkembangan Negara Maju di Dunia masuk klasifikasi penilaian tercapai atau terlampaui seluruhnya atau 33 siswa (100%).

d. Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa diperoleh nilai rata-rata 84,4; nilai tertinggi 92, nilai terendah 76, dan ketuntasan kelas sebesar 100%,atau seluruh siswa dengan jumlah 33 anak (100%) tuntas atau terlampaui.

PEMBAHASAN

1. Observasi Persiapan Pembelajaran

Hasil persiapan pembelajaran dari kondisi awal atau prasiklus sampai kondisi akhir ditampilkan dalam bentuk prosentase dan prosentase kenaikan tiap siklus. Dari data hasil observasi, menunjukkan ada kemajuan dari prasiklus ke siklus I sebesar 16%, siklus I ke siklus II naik sebesar 18% serta dari prasiklus ke siklus II juga mengalami kenaikan sebesar 34%.

2. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil pembelajaran kondisi awal atau prasiklus sampai kondisi akhir ditampilkan dalam bentuk prosentase dan prosentase kenaikan tiap siklus berikut. Dari data hasil observasi, menunjukkan ada kemajuan pembelajaran dari prasiklus ke siklus I sebesar 11,4%, dari siklus I ke siklus II naik 14,3% serta dari prasiklus ke siklus II meningkat sebesar 25,7%.

3. Motivasi Belajar

Hasil motivasi belajar siswa berdasarkan lembar angket dari kondisi awal atau prasiklus sampai kondisi akhir ditampilkan dalam bentuk prosentase kenaikan tiap siklus berikut. Berdasar data hasil observasi, kenaikan motivasi belajar siswa dari prasiklus ke siklus II untuk nilai rata-rata sebesar 13,2 (18%), nilai tertinggi meningkat sebesar 16 (20%) dan nilai terendah naik 16 (25,8%). Sedangkan prosentase optimalisasi motivasi belajar siswa juga meningkat dari prasiklus sampai dengan siklus II sebesar 55%.

4. Prestasi Belajar

Hasil prestasi belajar berdasarkan tes siswa dari prasiklus sampai kondisi akhir ditampilkan dalam bentuk prosentase kenaikan tiap siklus berikut. Data hasil observasi menunjukkan kenaikan prestasi belajar siswa dari prasiklus ke siklus II untuk nilai rata-rata sebesar 12,6 (17,5%), nilai tertinggi meningkat sebesar 10 (12,2%) dan nilai terendah naik 12 (18,8%). Sedangkan prosentase optimalisasi motivasi belajar siswa juga meningkat dari prasiklus sampai dengan siklus II sebesar 79%.

SIMPULAN

1. Terjadi kenaikan rata-rata nilai dari kondisi awal atau prasiklus ke siklus I sebesar 3,8 (5,3%), siklus I ke siklus II naik sebesar 8,8 (11,6%), dan prasiklus ke siklus II naik sebesar 12,6 (17,5%).

2. Nilai tertinggi meningkat dari prasiklus ke siklus I sebesar 4 (4,9%), siklus I ke siklus II naik sebesar 6 (7%), dan dari prasiklus ke siklus II naik sebesar 10 (12,2%).

3. Nilai terendah naik dari prasiklus ke siklus I sebesar 4 (6,3%), siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 6 (8,8%), dan dari prasiklus ke siklus II naik sebesar 12 (18,8%).

4. Persentase ketuntasan belajar mengalami keaikan dari tahap prasiklus ke siklus I naik sebesar 24%, siklus I ke siklus II naik 55%, dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 79%.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif.http://www.puskur.or.id/data/ 2004/B. Pelayanan Profesional/04.KBM yang efektif.pdf. diakses tanggal 8 Oktober 2010

Dahar, R.W (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darsono, Max, 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS SMP Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas

Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hassoubah, Zaleha Izhab. 2005. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis: Disertai Ilustrasi dan Latihan. Terjemahan Bambang Suryadi. Developing Creative & Critical Thinking Skills: A Handbook for Students. 2002. Bandung: Nuansa.

Hidayah, Isti, dkk. 2003. Keefektifan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendayagunaan Media (Alat Bantu Ajar) di SD, SLTP, SMU, dan LPTK. (Hasil Penelitian).

Marsigit. 2008. IPS Jilid 9 SMP Kelas 9. Jakarta: Yudhistira.

Moleong, Lexy J. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakter, dan Implementasinya. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Nasution S., 2002. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: P.T. C.V. Bina Aksara.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Slamet, PH, Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar. http://www.depdiknas. go.id/jurnal/37/Pendidikan-Kecakapan-hidup.htm.

Rahau, Endah Budi. 2002. Penilaian Kinerja dan Penilaian Proses pada Pokok Bahasan Kesebangunan. Makalah ini disajikan pada pelatihan TOT Pembelajaran Kontekstual (CTL) untuk instruktur/guru dan dosen di Surabaya.

Sa’dijah, 2006. Aspek Pemahaman Konsep. http://nizland.wordpress.com.

Sardiman, 1980. Psikologi Belajar. Yogjakarta: Andi Offdset.

Suchaini, 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah. http:// suchaini.wordpress.com PBL.htm

Sujati. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Suwandi, Sarwiji. 2009. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru: Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: UNS.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.