PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOMPETENSI MENULIS TEKS DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS
PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA KARTU GAMBAR
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOMPETENSI
MENULIS TEKS DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS
Nurul Khikmah
UPTD SMPN 2 Talang Kabupaten Tegal
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran menulis teks deskriptif dan kompetensi menulis teks deskripstif pada mata pelajaran bahasa Inggris melalui penerapan teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan Pembelajaran Teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar, aktivitas siswa dalam belajar meningkat dari rata-rata sebesar 61,71% dan dilanjutkan pada Siklus II mencapai persentase rata-rata sebesar 87,42%. Disamping itu, peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran juga berpengaruh terhadap ketuntasan belajar klasikal pada kondisi awal hanya sebesar 20% sedangkan pada siklus I mencapai 45,71% serta pada Siklus II meningkat mencapai 88,57%.
Kata-kata Kunci: Keaktifan Belajar, Kompetensi menulis, Teks Deskriptif, Two Stay Two Stray.
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil kesepakatan bersama guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Talang ditetapkan bahwa KKM mata pelajaran Bahasa Inggris sebesar 71, dengan ketuntasan klasikal 75%. Hal ini berarti bahwa seorang siswa dikatakan telah berhasil atau tuntas belajarnya jika telah mencapai nilai 71, dan kelas dinyatakan telah berhasil atau tuntas belajarnya apabila sekurang-kurangnya 75% siswa telah berhasil atau tuntas belajarnya. Namun kenyataan yang ditemukan pada pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VIIE SMP Negeri 2 Talang menunjukkan bahwa lebih dari 75% siswa belum mencapai KKM, sebagaimana analisis hasil tes Ulangan Harian diketahui bahwa siswa yang mencapai KKM hanya 20% atau 7 anak dari 35 siswa, dengan rata-rata nilai 58,67.
Berdasarkan hasil pengamatan bersama dengan guru Bahasa Inggris ditemukan beberapa faktor penyebab rendahnya kompetensi siswa kelas VII E tersebut. Faktor yang pertama adalah metode mengajar guru yang kurang melibatkan siswa. Guru masih mendominasi pembelajaran sehingga interaksi hanya berlangsung satu arah. Kondisi ini menyebabkan siswa cenderung pasif dan kurang inisiatif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan. Faktor kedua adalah pemanfaatan media pembelajaran yang belum optimal.
Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kompetensi yang rendah tersebut guru menerapkan pembelajaran dengan teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar. Berdasarkan pilihan tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: (1) Apakah penerapan teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran menulis Teks Deskriptif pada mata pelajaran bahasa Inggris bagi siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Talang? (2) Apakah penerapan teknik Two Stay Two Stray dan media Kartu Gambar dapat meningkatkan kompetensi menulis teks Deskriptif pada mata pelajaran bahasa Inggris bagi siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Talang? (3) Bagaimana proses pembela-jaran dengan menerapkan teknik Two Stay Two Stray dengan media Kartu Gambar berlangsung untuk meningkatkan aktivitas dan kompetensi menulis teks Deskriptif pada mata pelajaran bahasa Inggris bagi siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Talang?
Dalam Penelitian Tindakan kelas ini bertujuan: (1) Meningkatkan aktivitas pembelajaran menulis teks deskriptif pada mata pelajaran bahasa Inggris melalui penerapan teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar bagi siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Talang. (2) Meningkatkan kompetensi menulis teks deskriptif pada mata pelajaran bahasa Inggris melalui penerapan teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar bagi siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Talang. (3) Mengetahui gambaran proses pembela-jaran dengan menerapkan teknik Two Stay Two Stray dengan media Kartu Gambar berlangsung untuk meningkatkan keaktifan dan kompetensi menulis teks deskripsi pada mata pelajaran bahasa Inggris bagi siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Talang.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
Hakikat Belajar
Menurut Hilgard dalam Pasaribu (1983:59) belajar adalah suatu suatu proses perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang di maksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku. Perubahan itu di peroleh melalui latihan (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya, tetapi karena pertumbuhan kematangan atau karena keadaan sementara.
Bloom dalam Asri Budiningsih, (2005:74) menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai individu sebagai tujuan belajar setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom.Secara ringkas, ketiga kawasan dalam Taksonomi Bloom tersebut adalah sebagai berikut:
a. Domain kognitif, terdiri dari enam tingkatan, yaitu: (1) pengetahuan (mengingat, menghafal), (2) pema–haman (menginterpresikan), (3) aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah), (4) analisis (menjabarkan suatu konsep), (5) sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh), dan (6) evaluasi (memban–dingkan).
b. Domain psikomotor, terdiri dari lima tingkatan, yaitu: (1) peniruan (menirukan gerak), (2) penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), (3) ketepatan (melakukan gerak dengan benar), (4) perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), dan (5) naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c. Domain afektif, terdiri dari lima tingkatan, yaitu: (1) pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), (2) merespon (aktif partisipa–si), (3) penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu), (4) pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai yang dipercayainya), dan (5) pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya)
Menurut W.S. Winkel (1987:36) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap Perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah di peroleh.
Berdasarkan beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan perilaku yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Aktivitas Belajar
Menurut Sudrajat (2011), menga-takan bahwa merujuk dari pemikiran L de Fink dalam sebuah tulisannya yang berjudul Active Learning, pembelajaran aktif terdiri atas dua komponen utama, yaitu unsur utama, yaitu unsur pengalaman (experience) meliputi kegiatan melakukan (doing) dan kegiatan pengamatan (observing), dan dialog meliputi dialog dengan sendiri (self) dan dialog dengan orang lain (withself).
Menurut Budimansyah (2008:70) aktif dimaksudkan dalam proses pembela-jaran adalah guru harus menciptakan sedemikian rupa, sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemu-kakan gagasan dan mencari informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah. Belajar memang suatu proses aktif dari pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.
Berdasarkan pendapat kedua penulis di atas, menurut peneliti, yang namanya aktif adalah siswa tidak diam tapi melakukan sesuatu dan dalam proses, misalnya ikut mengeluarkan pendapat, bertanya, menjawab pertanyaan, sehingga suasana pembelajaran menjadi hidup, dan menyenangkan.
Hakekat Pembelajaran Bahasa Inggris
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomuniksai diartikan sebagai upaya untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, dan perasaan, dengan demikian tujuan utama mata pelajaran Bahasa Inggris adalah untuk mengembang-kan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tersebut baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
Tingkat literasi untuk jenjang SMP adalah tingkat fungsional. Pada tingkat ini diharapkan siswa dapat menggunakan bahasa Inggris untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti berkenalan, mengajak, meminta maaf, berterima kasih untuk komunikasi lisan. Untuk komunikasi tertulis misalnya membaca manual, membaca buku cerita sederhana, membaca majalah anak remaja, menulis buku harian, menulis surat pribadi,dll.
Kemampuan berkomunikasi me-rupakan tujuan pembelajaran bahasa Inggris. Menurut model yang dikembang-kan Celce-Murcia, Dornyei, dan Thurrell (1995), kompetensi atau kemampuan berkomunikasi ini pada hakekatnya adalah kemampuan berwacana. Wacana secara sederhana diartikan sebagai teks, baik tulis maupun lisan, dalam konteks bermakna yang dipengaruhi situasi dan budaya.
Hakekat pembelajaran Menulis
Salah satu tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berkomunikasi ini mencakup mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Hal ini menunjukkan bahwa siswa harus belajar bagaimana mengungkapkan perasaan, pikiran dan pengalamannya secara lisan maupun tulisan.
Sejalan dengan tujuan pembelajar-an diatas, pengajaran menulis dilakukan melalui menulis terbimbing dan menulis bebas. Dalam menulis terbimbing, siswa diminta untuk menyusun kata-kata acak menjadi sebuah kalimat atau menyusun kalimat-kalimat menjadi sebuah paragraf yang padu dan melengkapi dialog atau paragraf sesuai dengan ekspresi atau kata yang sesuai. Sedangkan dalam kegiatan menulis bebas, siswa menulis sebuah paragraf pendek atau membuat surat sederhana. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa menulis draf awalnya adalah pengenalan model teks tersebut, siswa memperoleh pe-mahaman untuk karangan, kerincian dan kejelasan pengungkapannya, dan ciri tekstualnya.
Teknik Two Stay Two Stray
Teknik Two Stay Two Stray merupakan salah satu teknik dalam cooperative learning. Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan dan bisa digunakan bersama dengan Teknik Kepala Bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Anita Lie (2007:61) mengemuka–kan bahwa struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan teknik Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut: (1) siswa bekerja sama dalam kelompok berempat; (2) setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kepada kelompok lain. (3) dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagi hasil kerja dan informasi kepada setiap tamu yang berkunjung. (4) tamu mohon diri dan kembali kekelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. (5) kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Media Pembelajaran
Aristo Rahardi (2003:9) mengemu–kakan bahwa makna umum media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, et al (2005:7) menge–mukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media merupakan alat penyalur pesan dari pemberi pesan (guru, penulis buku, produser dan sebagainya) ke penerima pesan (siswa/pelajar).
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya media merupakan alat bantu pengajaran dalam kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
METODE PENELITIAN
Setting Lokasi dan Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIIE UPTD SMP Negeri 2 Talang Kabupaten Tegal semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014 berjumlah 35 siswa terdiri siswa putra sebanyak 17 orang dan siswa putri sebanyak 18 orang. Penelitian dilakukan oleh guru bahasa Inggris sekaligus sebagai peneliti dan dibantu teman sejawat yaitu seorang guru bahasa Inggris kelas lain. Pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan sejak awal bulan Oktober 2013 sampai bulan Desember 2013.
Teknik Pengumpulan Data
Tes
Tes digunakan untuk mengumpul-kan data tentang kompetensi menulis teks deskripsi yang dilakukan akhir kegiatan pembelajaran pada setiap siklus penelitian. Instrumen tes menggunakan tes menulis teks deskriptif. Nilai akhir sebagai kompetensi dihitung dengan menjumlah seluruh skor masing-masing kriteria penilaian.
Observasi
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran pada setiap siklus penelitian. Pengamatan dilakukan pada saat dilaksanakan proses pembela-jaran berlangsung. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Fokus pengamatan adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik Two Stay Two Stray dengan media Kartu Gambar.
Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pelaksanaan kegiatan penelitian meliputi: daftar nilai tes kompetensi, contoh hasil pekerjaan siswa dan foto-foto kegiatan penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat dua jenis data yang dikumpulkan peneliti untuk selanjutnya dianalisis. Analisis kedua data tersebut antara lain:
Data Kompetensi Menulis Teks Des-kriptif
Hasil belajar yang diukur dengan instrumen tes hasilnya kemudian dianalisis untuk diketahui jumlah nilai masing-masing siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal.
Hasil karya siswa digunakan untuk mengumpulkan data tentang nilai kompetensi menulis yang dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran pada setiap siklus penelitian.
Cara yang paling valid untuk mengukur kompetensi menulis adalah dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk menulis. Oleh karena itu, instrumen dalam peneltian ini menggunakan pemberian tugas menulis yang terdiri atas 4 aspek penilaian, yaitu aspek isi, langkah retorika, tata bahasa dan kerapian. Nilai kompetensi menulis dihitung berdasarkan setiap aspek dengan rubrik penlaian untuk setiap aspek sebagai berikut: (1) 9-100: Baik sekali; (2) 81-90: Baik; (3) 71-80: Cukup Baik; 41-70: Kurang.
Nilai tiap aspek kemudian dijumlahkan dan dibagi empat dan dijadikan sebagai nilai akhir kompetensi menulis untuk dianalisis nilai rata-rata dan ketuntasan klasikalnya (Depdiknas, 2005:26).
Data Aktivitas Belajar
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran teknik Two Stay Two Stray menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kemudian dianalisis untuk diketahui jumlah skor perolehan semua indikator observasi dan dipersentasekan. Hasil persentase selanjutnya ditetapkan kriterianya. Terdapat empat kriteria aktivitas siswa dalam pembelajaran pada penelitian ini sebagaimana ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: (1) 0%-25%: Tidak aktif; (2) 26%-50%: Kurang Aktif; (3) 51%-75%: Cukup Aktif; 76%-100%: Sangat Aktif.
Kedua analisis data di atas selanjutnya dibuat perbandingan hasil antar siklus pada penelitian ini, perbandingan serta dideskripsikan secara kwalitatif.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini menggunakan empat tahapan penelitian sebagaimana daur ulang atau spiral penelitian yang disampaikan Hopkins (1993) dalam Suharsimi Arikunto, Suhar-djono dan Supardi (2008:104). Keempat tahapan penelitian tersebut meliputi peren-canaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection).
Deskripsi kegiatan penelitian yang dilakukan keempat tahapan penelitian di atas pada setiap siklusnya secara garis besar dapat dirinci sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan pada setiap siklus penelitian ini meliputi:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pem-belajaran atau skenario pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilaksanakan.
b. Menyusun instrumen pemberian tugas menulis teks deskripsi yang akan digunakan untuk mengukur kompetensi menulis siswa pada setiap siklus penelitian
c. Menyusun lembar observasi yang dipakai untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran Teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilaksanakan peneliti berfokus pada upaya pemecahan masalah yaitu meningkatkan kompetensi siswa melalui pembelajaran yang telah dirancang menggunakan pembelajaran teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar. Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus dimana masing-masing siklus dilakukan dengan dua kali pertemuan tatap muka di kelas. Secara garis besar, kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pelaksanaan tindakan meliputi:
a. Membagikan rangkuman materi dan menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas.
b. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok secara heterogen.
c. Memberi tugas kepada kelompok untuk berdiskusi dan dua orang dari anggota kelompok diminta untuk berkunjung ke kelompok lain dan anggota lainnya sebagai penerima tamu dari kelompok lainnya.
d. Setelah saling mengunjungi antar kelompok maka dua orang yang berkunjung kembali ke kelompoknya. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya bersama kelompok lain dan guru.
e. Membuat simpulan dan penguatan bersama siswa.
f. Melakukan penilaian kompetensi
3. Pengamatan (Observation)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap observasi dalam penelitian ini adalah melakukan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran pada setiap siklus penelitian. Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan proses pembelajaran. Fokus observasi adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan teknik Two Stay Two Stray. Setiap aktivitas yang dilakukan siswa secara menonjol dicatat sesuai dengan indikator pengamatan pada lembar observasi. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu teman sejawat. Hasil pengamatan selanjutnya dijadikan sebagai bahan kajian untuk tahap refleksi.
4. Refleksi (Reflection)
Tahap refleksi merupakan tahap akhir yang dilakukan peneliti pada setiap siklus penelitian tindakan kelas. Kegiatan refleksi bertujuan untuk memperoleh gambaran dan evaluasi yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan pada tindakan yang telah dilakukan peneliti. Kelebihan pada satu siklus akan tetap dipertahankan, sedangkan kekurangan yang dijumpai pada satu siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya dengan cara merencanakan ulang tindakan-tindakan pada siklus berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS–AN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil akhir observasi pembelajaran pada kondisi awal diperoleh data bahwa rata-rata aktivitas siswa pada pembelajaran kondisi awal adalah sebesar 47,99%, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut masih rendah. Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut berdampak terjadinya kecenderungan kompetensi yang juga rendah yng dapat diterangkan sebagai berikut: ketuntasan belajar menulis untuk aspek isi baru mencapai 7 siswa (20%), aspek langkah retorika baru mencapai 10 siswa (28.57%), aspek tata bahasa baru mencapai 11 siswa (31.43%) dan aspek kerapian baru mencapai 10 siswa (28.57%).
Adapun analisis nilai akhir kompetensi menulis secara keseluruhan dapat dilihat pada data berikut ini: nilai rata-rata 58,87, nilai tertinggi 82,5 dan nilai terendah 41, sedangkan yang tuntas belajar 7 orang (20%), yang belum tuntas 28 orang (80%).
Deskripsi Siklus I
Observasi Tindakan
Observasi tindakan pembelajaran pada siklus I secara garis besar dapat disampaikan hasil observasi sebagai berikut: Aktivitas siswa dalam pembelajaran Siklus I diperoleh hasil observasi sebagaimana tabel berikut ini: senang mengikuti pmbelajaran bahasa Inggris 21 orang (21%), tanya jawab 16 0rang (45,71%), tertantang dengan tugas yang diberikan 20 orang (51,14%), kerja individual 20 orang (57,14%). Jadi rata-rata 61,71% (cukup aktif).
Nilai Tes Kompetensi
Nilai tes kompetensi pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut: ketuntasan belajar menulis untuk aspek isi baru mencapai 15 siswa (42.85%), langkah retorika baru mencapai 19 siswa (54.28%), aspek tata bahasa baru mencapai 16 siswa (45.71%) dan aspek kerapian sudah mencapai 17 siswa (48.57%).
Deskripsi Siklus II
Observasi Tindakan
Observasi tindakan pembelajaran pada siklus II secara garis besar dapat disampaikan hasil observasi sebagai berikut:
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Siklus II diperoleh hasil observasi sebagai berikut: senang mengikuti pembelajaran bahasa Inggris 30 orang ( 85,71%), tanya jawab 28 orang (80%), Tertantang dengan tugas yang diberikan 31 orang (88,7%), kerja individual 30 orang (85,71%, 34 orang diskusi kelompok bermanfaat (97,14) rata-rata 87,42 (sangat aktif).
Nilai Tes Kompetensi
Nilai tes kompetensi pada siklus II diperoleh hasil sebagai: diketahui bahwa ketuntasan belajar menulis untuk aspek isi sudah mencapai 30 siswa (85.71%), aspek langkah retorika baru mencapai 32siswa (91.42%), aspek tata bahasa baru mencapai 30 siswa (85.71%) dan aspek kerapian sudah mencapai 31 siswa (88.57%).
Hasil Nilai Akhir Tes Kompetensi Menulis
Adapun analisis nilai akhir kompetensi menulis secara keseluruhan dapat dilihat hasil berikut ini: nilai rata-rata 80,8, nilai tertinggi 90, nilai terendah 60, tuntas belajar 31 (88,57%), belum tuntas belajar 4 (11,43%).
Pembahasan Antar Siklus
Deskripsi data hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan baik pada kondisi awal maupun kedua siklus sebagaimana diuraikan pada deskripsi di atas dapat disampaikan perbandingan hasil penelitian antar siklus sebagai berikut:
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang diobservasi menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran Tekink Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar mengalami peningkatan pada setiap siklus penelitian tindakan ini. Peningkatan aktivitas siswa terbesar diperoleh pada indikator membuat diskusi kelompok bermanfaat, dimana pada kondisi awal hanya sebanyak 28 siswa atau 80%, pada siklus I mengalami peningkatan sebanyak 31 siswa atau 88,57% dan siklus II sebanyak 34 siswa atau 97,14%. Pada indikator tanya jawab juga mengalami peningkatan, dimana pada kondisi awal hanya sebanyak 13 siswa atau 37,14%, pada siklus I mengalami peningkatan sebanyak 16 siswa atau 45,71% dan siklus II sebanyak 31 siswa atau 88,57%. Menurut laporan hasil diatas diperoleh data bahwa jumlah siswa yang melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan kelima indikator observasi pada kondisi awal sebanyak 84 siswa, pada siklus I sebanyak 108 siswa dan pada siklus II sebanyak 153 siswa. Jika peningkatan jumlah siswa yang melakukan aktivitas pembelajaran ini dibuat persentase rata-rata diperoleh data bahwa persentase rata-rata pada kondisi awal sebesar 47,42%, pada siklus I sebesar 61,71% sehingga keduanya jika dibandingkan mengalami peningkatan sebesar 14,29%. Pada siklus II aktivitas siswa mencapai persentase rata-rata sebesar 87,42% atau meningkat sebesar 25,71% jika dibandingkan dengan siklus I .
Nilai Hasil Tes KompetensiMenulis
Nilai hasil tes kompetensi menulis siswa yang diukur melalui tes unjuk kerja menulis yang dilakukan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklus penelitian tindakan ini. Peningkatan terdapat pada enam indikator nilai tes kompetensi menulis secara rinci dapat dilihat hasil sebagai berikut: secara klasikal siswa yang tuntas belajar pada kondisi awal adalah 7 siswa atau 20%, pada siklus I adalah 16 siswa atau 45,71% dan siklus II adalah 31 siswa atau 88,57%, sehingga dapat disampaikan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dibandingkan antara kondisi awal dengan siklus I berarti siswa yang tuntas belajar meningkat sebesar 25,71% dan siklus I jika dibandingkan dengan siklus II maka terdapat peningkatan sebesar 42,86%.
Sebaliknya secara klasikal siswa yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dimana pada kondisi awal siswa yang belum tuntas belajar adalah 28 siswa atau 80%, pada siklus I adalah 19 siswa atau 54,29% dan pada siklus II adalah 4 siswa atau 11,43%.
KESIMPULAN
Pembelajaran Teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar yang digunakan peneliti pada pembelajaran bahasa Inggris diketahui bahwa pada kondisi awal aktivitas siswa dalam pembelajaran hanya mencapai persentase rata-rata sebesar 47,42%. Setelah dilakukan tindakan di mana pembelajaran dengan menerapkan teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar maka aktivitas siswa dalam belajar meningkat sebagaimana hasil penelitian pada Siklus I mencapai persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar 61,71% dan dilanjutkan pada Siklus II mencapai persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar 87,42%.
Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut karena adanya pengaruh penggunaan teknik Two Stay Two Stray dengan Media Kartu Gambar yang berkarakteristik sebagai pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Selain itu kompetensi yang diperoleh siswa juga meningkat dengan ditandai adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam mengungkapkan pendapat, menghargai pendapat orang lain,berani bertanya, menanggapi , belajar berkompetisi secara positif, serta mampu menumbuhkan rasa solidaritas antar siswa.
Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran juga berimplikasi terhadap semangat siswa untuk menguasai materi pelajaran, sehingga kompetensi yang diperoleh juga meningkat. Hal tersebut dapat diketahui sebagaimana nilai tes kompetensi yang telah diukur peneliti yaitu nilai kompetnesi dengan indikator ketuntasan belajar klasikal pada kondisi awal hanya sebesar 20% sedangkan pada siklus I mencapai 45,71% serta pada Siklus II meningkat mencapai 88,57%
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie (2007:61) Cooperative Learning, Mempraktekkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia.
Budimansyah; Dasim.dkk.2009.PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan, edisi IV. Bandung: PT Genesindo.
Celce.Murcia,M.Z. Dornyel,S, Thurrel 1995. Communicative Competence: A Pedagogically Motivated Model with Conten Specification. In Issues In Applied Linguistic, 6/2 PP. 5-35.
Depdiknas . 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Kurikiulum Berbasis Kompetensi. Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris. Buku 1 Jakarta: Depdiknas
Hopkins (1993) A Teacher’s Guide to Classroom Research 2nd Edition. Buckingham: Open University Press.
Pasaribu,IL dan Simandjutak.B.1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Rahadi, Arsito. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Depdiknas.
Sadiman, Arief S. Et al (2007) Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Silberman. Mel. 2009. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Indah Madani.
Smalley,R.M. dan MK. Ruetten. (2001). Refining Composition Skill Rhetoric and Grammar for ESL Students. 2nd Edition. New York: Macmillan Publishing Company.
Suharsimi, Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi, Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudrajat, Akhmad. 2009. Permendiknas No 23 Tahun 2006. http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/4 (diunduh hari sabtu, 5 Maret 2011)
Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.