Pemakaian Bahasa Gaul Mahasiswa
PEMAKAIAN BAHASA GAUL
MAHASISWA UNIVERSITAS HALMAHERA
Like Suoth
Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Halmahera
ABSTRAK
Penggunaan kosakata bahasa gaul di kalangan mahasiswa Universitas Halmahera dengan seiring waktu terus berkembang dan berganti mengikuti tren masa kini. Kosakata bahasa gaul juga yang berkembang akhir-akhir ini sering tidak beraturan yaitu tidak ada rumusnya atau dengan menyingkat kata atau singkatan/akronim. Terdapat pula yang menggunakan bahasa asing. Bahasa ini bersifat temporal dan rahasia, maka timbul kesan bahwa bahasa ini adalah bahasa rahasianya orang-orang tertentu dan para penjahat, padahal sebenarnya tidak demikian. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata yang digunakan dalam bahasa gaul sering kali berubah bentuk. Wujud pemakaian bahasa gaul dalam komunikasi berupa: (a) kata yang tidak beraturan dan tidak bisa dirumuskan, (b) cenderung menyingkat kata atau singkatan/akronim, dan (c) menggunakan partikel.
Kata Kunci: bahasa gaul, Mahasiswa Universitas Halmahera
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan sesama manusia lainnya. Bahasa yang digunakan berupa simbol-simbol yang menyatakan gagasan, ide, dan perasaan seseorang kepada orang lain. Manusia tidak dapat hidup tanpa menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Mulai dari bangun tidur, makan, mandi, sampai tidur lagi, atau melakukan berbagai aktivitas manusia lainnya; semua tidak luput dari adanya penggunaan bahasa. Melalui bahasa pula manusia dapat saling berhubungan dan berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan saling berbagi informasi melalui pengetahui yang ia miliki.
Bahasa Indonesia memiliki macam-macam ragam atau variasinya dalam bahasa, hal ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Hartman dan Stork (1972) membedakan ragam berdasarkan kriteria: (1) latar belakang geografi dan sosial penutur, (2) medium yang digunakan, dan (3) pokok pembicaraan. Ragam bahasa menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti: usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, status ekonomi, dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita dapat melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lanjut usia. Ragam bahasa berdasarkan penutur dan penggunaannya berkenaan dengan status, golongan, dan kelas penuturnya, biasanya disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga yang menambah dengan istilah prokem.
Pemakaian bahasa Indonesia di zaman sekarang ini sudah banyak variasinya dalam berucap. Penyampaian kata-katanya pun sudah tidak baku lagi, hal ini disebabkan oleh budaya dan teknologi yang berkembang pesat di Indonesia dengan pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia (termasuk cara gaya bicaranya). Agar ragamnya tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa, timbul mekanisme untuk memilih ragam tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.
Pengaruh arus budaya dan teknologi tentu saja mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Pengaruh arus budaya ini termasuk di dalamnya pendidikan, kebudayaan (termasuk di dalamnya bahasa), yang sering mengutamakan penggunaan bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Seperti halnya bahasa gaul yang disebut juga sebagai bahasa prokem merupakan bentuk ragam bahasa dari bahasa nonformal yang disukai oleh pemakai bahasa.
Bahasa gaul berkembang hampir bersamaan dengan perkembangan zaman, dari masa ke masa mengalami perubahan. Kosakata bahasa gaul yang berkembang akhir-akhir ini sering tidak beraturan yaitu tidak ada rumusnya atau dengan menyingkat kata, seperti: kata DKI (di bawah ketiak istri), Suzuki (suka-suka laki-laki), Bisnis (bisik-bisik manis). Kepo (keluarga pongo), Pelakor (perebut laki orang). Terdapat pula yang menggunakan bahasa asing. Lumintaintang (1998:59) mengatakan bahwa â€Data bahasa Indonesia lisan fungsional juga memperlihatkan adanya pemakaian tuturan yang dipengaruhi oleh unsur bahasa asingâ€; seperti: penggunaan kata OTW (On The Way) „di jalan‟ atau „dalam perjalanan‟, hang out „jalan-jalan‟, shopping, „berbelanja‟, OMG (Oh My God) „Ya Tuhan‟, Jumbo (besar). Para pemakai bahasa biasa menggunakan kata bahasa asing dalam percakapan kesehariannya agar terkesan keren atau lebih bergengsi.
Meskipun bukan bahasa formal, pemakaian bahasa gaul dari generasi ke generasi tidak pernah berhenti. Jika dulu disebut bahasa prokem, sekarang istilahnya berubah menjadi bahasa gaul, bahkan ada juga yang menyebut dengan istilah bahasa zaman now. Awalnya bahasa gaul ini diciptakan sebagai bahasa kode atau bahasa rahasia untuk kalangan tertentu saja. Seiring perkembangan zaman, pemakaian bahasa gaul ini semakin luas dan melebihi penggunaan bahasa formalnya sendiri. Pada masa sekarang, bahasa gaul banyak digunakan oleh kaum muda, meskipun ada orang tua yang juga menggunakannya. Bahasa ini bersifat temporal dan rahasia, maka timbul kesan bahwa bahasa ini adalah bahasa rahasianya para koruptor dan penjahat, padahal sebenarnya tidak demikian. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata yang digunakan dalam bahasa gaul sering kali berubah.
Para remaja menggunakan bahasa gaul ini dalam ragam lisan dan ragam tulis, atau juga dalam ragam berbahasa dengan menggunakan media tertentu, misalnya: berkomunikasi dalam jejaring sosial. Penggunaan kosakata bahasa gaul di jejaring sosial terus berkembang dan berganti mengikuti tren dan alur perkembangan zaman. Apalagi pada saat ini sedang musim-musimnya penggunaan ponsel berbagai merek yang menyuguhkan aplikasi beraneka ragam untuk membuat tulisan yang bermacam-macam bentuknya. Selain itu, penyedia layanan jaringan seluler pun menawarkan aplikasi untuk menulis bahasa gaul.
Pada awalnya, dalam berkomunikasi bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi antarteman, dan menjadi ajang promosi, bukan sebagai media mencari sensasi. Banyak remaja yang membuat bahasa gaul untuk digunakan tanpa mempedulikan efek yang ditimbulkannya. Ini disebabkan karena mereka ingin menjadi trend setter, mereka akan sangat bangga bila kata-kata mereka dapat simpati dari teman mayanya, atau ditiru oleh orang lain untuk mereka jadikan status.
Bahasa gaul seringkali dianggap remeh; bagi kritikus bahasa, bahasa gaul ini dianggap „merusak‟ bahasa Indonesia. Namun sebagian ada yang berpendapat bahwa penggunaan bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari tidak menjadi masalah karena penggunaan bahasa formal dalam obrolan santai justru terasa aneh.
Teori Bahasa Gaul dan Bentunya
Bahasa memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Betapa sulitnya orang berkomunikasi tanpa bahasa. Dengan adanya bahasa, komunikasi berjalan dengan mudah, lancar, praktis dan ekonomis. Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila setiap penutur menguasai perbedaaan ragam bahasa†(Prayitno. 2004:137). Di atas telah disebutkan bahwa ragam bahasa berdasarkan penutur dan penggunaannya berkenaan dengan status, golongan, dan kelas penuturnya, biasanya disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga yang menambah dengan istilah prokem.
Selanjutnya, Argot adalah bahasa dengan perbendaharaan kata yang bersifat rahasia dari suatu kelompok orang, misalnya bahasa para pencopet. Argot juga kadang merujuk pada kosa kata spesifik informal dari suatu bidang ilmu, hobi, pekerjaan, olah raga, dan lain-lain. Penggunaannya pertama kali ditemukan adalah pada tahun 1628 yang kemungkinan diturunkan dari nama kelompok pencuri les argotiers pada saat itu. Victor Hugo adalah salah satu orang yang pertama kali melakukan penelitian mendalam tentang argot yang dituangkan dalam novelnya, Les Miserables (http://id.wikipedia.org/wiki/Argot). Istilah argot berasal dari bahasa Perancis, Spanyol, dan Katalan untuk slang.
Slang merupakan salah satu argot khusus. Dalam pengertiannya, slang adalah ragam bahasa tidak resmi, dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern, dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti (http://id.wikipedia.org/wiki/Slang).Wahyu (2001:10) mengungkapkan bahwa “bahasa slang yakni bahasa khas anak muda yang diciptakan secara segar, asli, tajam, dan cepat berubah; wujud slang, di antaranya, kata atau istilah baku yang tafsiran maknanya diplesetkanâ€.
Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandard yang biasa digunakan pada tahun 1980-an hingga saat ini menggantikan bahasa prokem yang lebih lazim digunakan pada tahun-tahun sebelumnya. Ragam ini semula diperkenalkan oleh generasi muda yang mengambilnya dari kelompok waria dan masyarakat pinggir lainnya. Ragam bahasa gaul tidak konsisten digunakan oleh penuturnya, dikatakan sebagai bahasa musiman karena apabila suatu periode tertentu telah berlalu, maka bahasa atau istilah tersebut tidak lagi digunakan atau dapat dikatakan bahasa itu mengikuti tren yang sedang ada pada saat itu.
Jadi, bahasa gaul sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ragam ini cenderung memilih ragam santai, sehingga tidak terlalu baku atau kaku. Ketidakbakuan tersebut tecermin dalam kosa kata, struktur, kalimat, dan intonasi. Ragam ini merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penduduk Jakarta yang sangat kosmopolitan. Oleh karena itu, banyak kalangan yang menyebutnya ragam santai dialek Jakarta (Sudana, 2011:144).
Menurut Kridalaksana, bahasa gaul “ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk -ok- di depan fonem terakhir yang tersisa (2008:28). Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap kemudian disisipi -ok- menjadi bokap. Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa khusus yang digunakan oleh para narapidana. Sintaksis dan morfologi ragam bahasa gaul ini memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi (Wikipedia, 2011).â€
Bahasa gaul kadang merupakan bahasa sandi yang dipahami oleh kalangan tertentu. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberikan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan). Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu yang artinya „matamu‟. Perubahan kata ini menggunakan rumusan penggantian fonem, yaitu huruf/m/diganti dengan huruf/d/, sedangkan huruf/t/diubah menjadi/g/. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara Jawa yang dibalik dengan melompati satu baris untuk masing-masing huruf.
Bahasa gaul dalam perkembangannya saat ini tidak memiliki rumusan tertentu, berbeda dengan bahasa gaul pada waktu dulu yang memiliki rumus tertentu dalam pembentukan katanya. Penggunaan bahasa asing pun sering diucap oleh para pemakai bahasa gaul saat ini karena mereka beranggapan bahwa penggunaan istilah bahasa asing lebih bergengsi dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Terdapat pembentukan kata yang beraturan. Kata yang tidak beraturan juga ada dan tidak bisa dirumuskan, misalnya kata cabut yang kemudian jadi bacut „pergi‟ atau „berangkat‟.
Istilah dalam bahasa gaul saat ini cenderung ke arah yang tidak beraturan atau dengan menyingkat kata. Beberapa kata yang berasal dari bahasa prokem adalah lo „anda‟ atau „kamu‟, gue „saya‟, ogut „saya‟, bokap „ayah‟, nyokap „ibu‟, emang beneran „benarkah?‟, nggak „tidak‟, bodo „tidak perduli‟, gebleg lo „bodoh‟, asrokam „asrama‟, bedak mayat „morfin‟, ca‟em „cantik/cakep‟, doku „uang‟, hombreng „lesbian‟, jiper „takut/ngeri‟, kece „keren‟, katro „norak/kampungan‟, nepsong „nafsu‟, nilep „mencuri‟, pa‟ul „tolol, sinting‟, resek „bertingkah, over‟, semok „seksi‟, dan lain sebagainya. Selain itu, bahasa gaul pun memiliki beberapa imbuhan dan partikel yang kini telah menjadi bagian dari bahasa Indonesia dan sering digunakan, seperti: deh/dah, dong, sih, nih, tuh, kok, kan, dan yah.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif diambil karena dalam penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam kondisi terkendali atau laboratoris. Moleong (2005:3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Indikasi dari model penelitian ini yang membedakannya dengan penelitian jenis lainnya, antara lain: (1) adanya latar ilmiah, (2) manusia sebagai alat atau instrumen, (3) metode kualitatif, (4) analisis data secara induktif, (5) teori dari dasar (grounded theory), (6) deskriptif, (7) lebih mementingkan proses daripada hasil, (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus, (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, 10) desain yang bersifat sementara, dan (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (Moleong, 2005:8-13).
Karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, maka jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian deskriptif, yakni jenis penelitian yang menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel. Menurut Moleong, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (2005:6).
Lokasi Penelitian
Spradley (1980) menyatakan bahwa lokasi penelitian harus mempunyai unsurunsur pokok dari suatu lokasi, yaitu tempat atau seting, aktor atau partisipan, dan kejadian. Yang dimaksud dengan tempat, partisipan, dan kejadian itu tidak selalu tempat, partisipan, dan kejadian yang riil di dunia nyata. Akan tetapi tempat, partisipan, dan kejadian tersebut dapat juga riil tetapi sudah dikemas di dalam media dan tempat, partisipan, dan kejadian yang imajinatif. Lokasi penelitian dapat berupa geografis, demografis, atau media. Lokasi penelitian yang ditentukan dalam penelitian ini adalah Universitas Halmahera.
Sumber Data dan Data
Menurut Lofland (dalam Arikunto, 2002:157)sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data adalah subjek di mana data dapat diperoleh (dalam Arikunto, 2002:106). Sumber data dapat berupa tempat, informan, kejadian, dokumen, situs, dan lain sebagainya. Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Halamahera.
Sampling
Sampling adalah proses penentuan sampel di dalam suatu penelitian. Di dalam penelitian kualitatif, sampling dilakukan tidak untuk memperoleh data yang represantatif untuk tujuan generalisasi suatu populasi tertentu. Akan tetapi sampling dilakukan di dalam desain penelitian kualitatif agar sampel yang diperoleh dapat mencapai tujuan penelitian. Oleh karena itu, sampling di dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan teknik random sampling (representative sampling), tetapi menggunakan teknik sampling yang berdasarkan tujuan penelitian (purposive sampling).
Untuk mencapai tujuan penelitian kualitatif tersebut dibuatlah kriteria-kriteria agar sampel yang diperoleh nantinya sesuai dengan tujuan penelitiannya. Teknik seperti ini disebut teknik criterion based sampling. Teknik ini juga digunakan untuk mengakomodasi seluruh data yang memungkinkan diperoleh di dalam suatu lokasi penelitian. Dengan demikian tidak ada kasus-kasus yang perkecualian atau dipaksakan masuk dalam kategori tertentu.
Dalam kasus penelitian “Pemakaian Bahasa Gaul dalam Komunikasi Mahasiswa Universitas Halmaheraâ€, kriteria-kriteria yang bisa digunakan adalah wujud bahasa gaul yang digunakan.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini sudah tentu memerlukan adanya data-data, yaitu sebagai bahan yang akan diteliti. Untuk memperolehnya perlu adanya metode yang dipakai sebagai bahan pendekatan. Faisal (1989:51) menyebutkan bahwa metode pengumpulan data dalam penelitian sosial dan pendidikan yang lazim digunakan adalah: (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) dokumentasi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a) Metode observasi
Dalam penelitian ini, metode observasi yang dilakukan peneliti adalah metode observasi langsung di lokasi penelitian. Observasi langsung memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan, dilihat, dan dihayati oleh subjek. Ada beberapa jenis teknik observasi yang dapat digunakan tergantung keadaan dan permasalahan yang ada. Teknik-teknik yang dipakai adalah: (i) observasi partisipan, dalam hal ini peneliti terlibat langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diamati dan (ii) observasi nonpartisipan, pada teknik ini peneliti berada di luar subjek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
b) Metode wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee). Wawancara dengan mengemukakan pertanyaan data-data yang lebih bervariasi secara langsung kepada responden. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh (menggali) ketercukupan data.
c) Metode dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan yang terdapat pada buku, artikel, dan internet.
Validitas
Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha penelitia untuk memperoleh keabsahan temuannya. Agar diperoleh temuan dan interpretasi yang absah (dapat dipertanggungjawabkan), maka perlu diteliti kredibilitas temuan data di lapangan. Pengecekan keabsahan temuan dalam penelitian ini dilakukan antara lain dengan:
a) Ketekunan pengamat (menggunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lokasi dan observasi partisipasi).
b) Triangulasi (di antaranya triangulasi sumber, metode, dan teori)
c) Pembahasan teman sejawat
Prosedur Analisis Data
Menurut Patton, analisis data merupakan proses pengurutan data, mengorganisasikan ke dalam pola, kategori dan uraian dasar. Proses penelitian berangkat dari yang luas, kemudian memfokus, dan meluas lagi. Terdapat tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu analisis domain (domain analysis), analisis taksonomi (taxsonomic analysis), analisis komponensial (componential analysis), dan analisis tema kultural (discovering cultural theme).
Analisis Domain
Domain adalah bagian organik alamiah dari struktur besar suatu fenomena budaya (Grbich, 2007). Analisis domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau objek penelitian. Atau, analisis ini digunakan untuk membedakan fakta mana yang masuk sebagai data dan fakta mana yang bukan data. Setelah mengetahui bahwa suatu fakta termasuk data penelitian, data tersebut ditempatkan ke dalam domain atau ranah yang benar sesuai konteksnya.
Di dalam penelitian ini yang dapat dijadikan domain penelitian adalah bahasa gaul yang digunakan dikalangan mahasiswa ketika mereka berkomunikasi dengan teman-temannya. Kemudian peneliti mewawancarai mahasiswa yang menjadi sumber penelitian tersebut dapat digunakan sebagai subdomain pertama. Karena penelitian ini juga bertujuan mendespsikan wujud pemakaian bahasa gaul dalam komunikasi di kalangan mahasiswa, maka subdomain berikutnya yang diperoleh ialah subdomain yang didasarkan pada wujud kebahasaan pada masing-masing mahasiswa tersebut.
Analisis taksonomi bertujuan untuk mereduksi data yang besar tersebut ke dalam kelompok-kelompok yang didasarkan atas kategori alamiah realitas objek penelitiannya. Yang dimaksud dengan pengklasifikasian data ini termasuk mengorganisasikan pengetahuan ke dalam kategori-kategori yang terpisah secara logis. Dalam kasus penelitian ini, wujud kebahasaan bahasa gaul dapat dikategorikan lagi berdasarkan bentuk dan faktor yang melatarbelakangi kemunculan bahasa gaul. Misal dalam bahasa gaul yang muncul berikut ini.
Data 1
Tony: Bro, lo jangan aley kah? Bicara biasa saja
Mulvin: Ah biasa aja lo.
Berdasarkan bentuknya yang tidak beraturan dan tidak bisa dirumuskan. Frasa sangat mainan merupakan translasi harafiah dari bahasa Inggris so toy. Sotoy adalah bahasa gaul yang berarti „sok tahu‟. Fungsi dari pemakaian bahasa gaul tersebut untuk untuk maksud penyembunyian atau kejenakaan. Setelah mendapat data berikutnya ditabulasikan menurut bentuk dan faktor yang melatarbelakangi kemunculan bahasa gaul.
Tabel 2. Tabulasi Data Kebahasaan Bahasa Gaul
BENTUK |
FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KEMUNCULAN BAHASA GAUL |
||
untuk mempererat hubungan, mencari bentuk jati diri, mengungkapkan ekspresi diri |
untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya |
untuk maksud penyembunyian atau kejenakaan |
|
Yang tidak Beraturan dan tidak bisa |
|
|
|
Dirumuskan |
|
|
|
Yang Disingkat |
|
|
|
Partikel |
|
|
|
Analisis Komponensial
Analisis komponensial ini pada dasarnya menghubungkan antarkomponen atau aspek (dalam hal ini adalah antardomain dan kategori) yang telah dilakukan pada analisis domain dan taksonomi. Pertama, analisis ini dapat digunakan untuk menghubungkan domain dan kategori horisontal yang terdapat di dalam struktur sosial di dalam masyarakat. Kedua, analisis ini juga dapat digunakan untuk menghubungkan domain kategori yang bersifat vertikal atau hirarkis di dalam struktur sosial tersebut.
Secara horisontal di dalam tabulasi data di atas semua domain jenis aplikasi, bentuk kebahasaan, dan faktor yang melatarbelakangi kemunculan bahasa gaul sudah terhubungkan. Tugas peneliti selanjutnya ialah meringkas tabulasi data di atas ke dalam tabel yang lebih ringkas untuk melihat keterhubungan dari masing-masing aspek.
WUJUD BAHASA GAUL |
FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KEMUNCULAN BAHASA GAUL |
||
untuk mempererat hubungan, mencari bentuk jati diri, mengungkapkan ekspresi diri |
untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya |
untuk maksud penyembunyian atau kejenakaan |
|
Kata |
|
|
|
Frasa |
|
|
|
Kalimat |
|
|
|
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Para penutur bahasa gaul sering menciptakan kosakata baru yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dalam jejaring sosial tersebut. Walaupun istilah dalam bahasa gaul sudah dikenal di masyarakat luas dengan arti “orang norakâ€, tetapi hingga saat ini bahasa gaul tersebut masih banyak digunakan oleh para remaja untuk menulis dalam facebook atau twitter. Para penutur biasanya mengikuti bahasa gaul yang digunakan oleh para artis ibukota.
Wujud Pemakaian Bahasa Gaul dalam Komunikasi dikalangan Mahasiswa
Banyak istilah-istilah baru yang digunakan dalam berkomunikasi. Setidaknya kita harus mengikuti perkembangannya, agar kita tahu dan agar tidak malu. Beberapa kata yang dijumpai dalam “berkomunikasi†para pengguna bahasa gaul, antara lain:
Kata yang tidak beraturan dan tidak bisa dirumuskan
NOMOR DATA |
DATA |
KALIMAT |
KETERANGAN |
Data 1 |
alay |
Kalau bercerita jangan alay |
Kata yang sementara tren dikalangan remaja |
Data 2 |
Boke |
Wah, kali ini Bro, saya boke ni. . |
Boke (tidak ada uang) Boke (bekas luka) |
Data 3 |
obat nyamuk |
Eh Fit, gue mau nongkrong sama solmed gue, mau ikut ndak? Ogah ah, ntar jadi obat nyamuk dong gue |
Obat nyamuk biasanya „orang ketiga yang tidak membawa pasangan ketika jalan dengan teman-temannya‟ |
Data 4 |
keles |
A: Aku gak pinter kok. B: Gak pinter kok ranking 1. Itu namanya pinter keles! |
Keles itu berarti „kali‟. |
Data 5 |
saik |
A: kawan…gimana kalo kita nongkrong? B: Wih…Saik banget ide lo |
Saik ini sebenarnya adalah kata asik yang dibalik-balik gitu. Penggunaannya juga sama aja |
Data 6 |
woles |
Ndak usah ngebut, woles sj, masih keburu kok!†|
Woles berasal dari kata selow yang dibalik “santai‟ atau „tenang‟ |
Data 7 |
afgan |
Jual motor, bisa nego, no afgan |
Pernah dengar lagunya Afgan yang berjudul Sadis. Istilah ini awalnya dipakai oleh orang-orang di forum jual beli Kaskus. Itu artinya „bisa nego tapi jangan sadis!‟ |
Data 8 |
bais |
Pulsa gw bais, ntr kabarin ya kalo sudah kumpul! |
Bais berarti „habis‟. Pada pemakaian bahasa gaul tersebut hanya di bolak-balik saja susunan hurufnya |
Data 9 |
fudul |
Dia orangnya fudul bingitz |
Digunakan buat menunjuk sifat orang yang want to know something sampai ngorek-ngorek informasi dari mana saja, termasuk jejaring sosial |
Data 10 |
kepo |
Dia udah putus belom sama sih sama ceweknya? Iih, kepo banget si lo!†|
Berasal dari kata Kaypoh. Bahasa Hokkien yang banyak dipakai di Singapura dan sekitarnya. Kepo berarti „ingin tahu‟, „mencampuri urusan orang lain‟, dan „tidak bisa diam‟. Kata ini punya konotasi yang agak negatif. |
Data 11 |
narsis |
Narsis amat si Tia, dari tadi selfie aja. |
Kata narsis digunakan untuk menggambarkan orang yang terlalu suka sama diri sendiri, salah satu tandanya adalah hobi |
NOMOR DATA |
DATA |
KALIMAT |
KETERANGAN |
Data 1 |
Aley |
Tony: Eh, pacaran lho! Sari: Epenkah? |
Epenkah adalah kependekan dari emang pentingkah, sebuah ungkapan yang digunakan untuk mempertanyakan apakah sebuah situasi layak dibicarakan atau dipusingkan atau tidak. |
Data 2 |
masbulo |
A: Tahun baruan ke mana lo? B: Di rumah aja. A: Masa di rumah aja sih? B: Masbulo? |
Masbulo ini adalah singkatan dari Masalah Buat Lo? Sebuah ungkapan yang digunakan apabila kamu merasa seseorang terlalu mencampuri urusan kamu |
Data 3 |
buceri |
Eh Buceri aja belagu lo! |
Buceri adalah kependekan dari Bule ngeCet sendiRi, sebuah julukan untuk orang yang rambutnya kayak bule tapi hasil ngecet di salon |
Data 4 |
Cetar |
E jangan terlalu cetar deh biasa aja |
Cetar artinya cantik melebihi artis |
Data 5 |
Gws |
Hai kawan gws ya? |
Gws artinya semoga cepat sembuh |
Data 6 |
Jurnet |
Jangan terlalu jurnet |
Jurnet artinya jujur nekat |
Data 7 |
Okb |
Hei kamu itu jangan terlalu Okb tetapi biasa aja kali |
Okb artinya orang kaya baru |
Data 9 |
Pandat bensin |
A. Hai mau kemana?? B. Jalan naik motor |
Pantant besin artinya suka naik motor terus. |
Data 10 |
Php |
Kawan kamu itu jangan Php terus. |
Php artnya pemberi harapan palsu |
Data 11 |
Tym |
Semoga semua usaha kalian diberkati oleh Tym |
Tym artinya Tuhan Yesus memberkati |
Menggunakan partikel
NOMOR DATA |
DATA |
KALIMAT |
KETERANGAN |
Data 1 |
Amao |
Amao jangan begitu. |
menunjukkan penekanan |
Data 2 |
By |
Io (ia) by |
sebagai penekanan atas pernyataan dan mengiakan |
Data 3 |
eh |
Eh, mau kemana? |
Pengganti subjek, sebutan untuk orang kedua |
Data 4 |
eh |
Biru, eh, kalau gak salah hijau |
Membetulkan perkataan sebelumnya yang salah |
Data 5 |
eh |
Eh, kamu tahu tidak |
Mengganti topik pembicaraan |
Data 6 |
eh |
Eh….. (salah) |
Berdiri sendiri: menyatakan keragu-raguan |
Data 7 |
kan |
Kan kamu yang bilang? |
Kependekan dari bukan, dipakai untuk meminta pendapat/pesetujuan orang lain |
Data 8 |
kok |
Kok kamu terlambat? |
Kata tanya pengganti |
|
kok |
Saya dari tadi di sini kok |
Memberi penekanan atas kebenaran pernyataan yang dibuat |
|
kok |
Kok… |
Berdiri sendiri: menyatakan keheranan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata |
|
nih/ni |
Lagi sibuk nih, jangan diganggu! |
Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam ekspresi |
|
nih/ni |
Saya nih yang tahu jawabannya |
Untuk memberi penekanan pada subjek orang pertama |
|
nih/ni |
nih |
Berdiri sendiri: memberikan/menyerahkan sesuatu kepada orang lain |
Data 9 |
sih |
Kamu sih datangnya terlambat |
Karena… |
|
sih |
Maumu kapan sih? |
Digunakan tepat setelah sebuah kata tanya yang artinya kurang lebih |
|
sih |
Dia itu tidak mampu, tapi orang itu sih kaya |
Membedakan seseorang dari sekumpulan orang |
|
sih |
Mau sih, tapi ada syaratnya |
Kata yang mengakhiri satu pernyataan sebelum memulai pernyataan yang bertentangan |
Data 10 |
kah |
Sudah makan kah? |
Digunakan untuk bertanya kepada seseorang |
Data 11 |
elaha |
Elaha jangan begitu dong |
Digunakan untuk melarang sesorang untuk tidak melakukan |
PENUTUP
Simpulan
Dengan adanya bahasa gaul di kalangan dikalangan mahasiswa tidak perlu dikhawatirkan penggunaan bahasa gaul tersebut tidak menjadi ancaman yang begitu serius bagi penggunaan bahasa Indonesia. Karena dalam penggunaan bahasa gaul akan tumbuh bersamaan dengan perkembangan usia zaman dan teknologi. Dari pembicaraan “Pemakaian Bahasa Gaul dalam kalangan Mahasiswa Universitas Halmahera†dapat disimpulkan hal-hal sebbagai berikut.
Wujud pemakaian bahasa gaul dalam berkomunikasi mahasiswa Universitas Halmahera berupa:
(a) kata yang tidak beraturan dan tidak bisa dirumuskan,
(b) cenderung menyingkat kata atau singkatan/akronim
(c) menggunakan partikel.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Blaxter, L.; Hughes, C; & Thight, M. 2006. How to Research: Seluk-beluk Melakukan Research. Jakarta: Gramedia.
Faisal, Sanafiah. 1989. Format-format Penelitian Sosial: Dasar-dasar dan Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali Press.
Grbich, Carol. 2007. Qualitative Data Analysis: An Introduction. London: Sage Publication.
Hartmann, R.R.K. & F.C. Strok. 1972. Dictionary of Language and Linguistics. London: Applied Science Publisher Ltd.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Argot).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Slang).
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kushartanti, dkk. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Lumintaintang, Yayah B. 1998. Bahasa Indonesia Ragam Lisan Fungsional Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Patton, M.Q. 1980. Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills: Sage Plublication.
Prayitno, Harun Joko. dkk. 2004. Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Spradely, J.P. 1980. Participant Observation. New York: Holt. Rinehart and Winston.
Sudana, I Wayan. 2011. Telaah Maksud dan Makna Ragam Bahasa Gaul dalam Komunikasi Remaja dalam Soshum Jurnal Sosial dan Humaniora, Vol 1, No 3. Bali: Jurusan Pariwisata, Politeknik Negeri Bali.
Sumarsono & Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA (Lembaga Studi Agama, Budaya, dan Perdamaian) Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.