UPAYA PENINGKATAN KOGNITIF DAN HASIL BELAJAR

MATA PELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BERHITUNG MELALUI PERMAINAN MEMANCING BAGI SISWA KELOMPOK B

DI TK CENDERAWASIH DESA SUKODONO KECAMATAN BONANG KABUPATEN DEMAK SEMESTER GENAP

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Maghfirotun Mujahadah

TK Cenderawasih Sukodono Kec. Bonang Kab. Demak

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya masalah rendahnya kemampuan anakuntuk meningkatkan kognitifnya melalui permainan memancing pada anak didik kelompok B2 di TK Cenderawasih Sukodono Bonang Demak tahun Pelajaran 2017/2018. Sebagian besar anak tidak dapat berhitung dengan tepat. Hanya ada 5 sampai 7 anak dari 15 anak kelompok B2 yang dapat berhitung dengan benar. Dengan demikian realitas pembelajaran harus segera dibenahi dengan dilakukan penelitian tindakan kelas secara bersiklus. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah melalui permainan memancing dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini pada kelompok B2 TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak tahun pelajaran 2017/2018. Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif pada anak kelompok B 2 melalui permainan memancing di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Hasil penelitian ini adalah: Pada Pra siklus hanya ada 7 anak (35%) yang tinggi kemampuan kognitifnya, pada siklus I ada 11 anak (65%) yang tinggi kemampuan koknitifnya, dan pada siklus II ada 14 anak (85%) yang tinggi kemampuan kognitifnya, sehingga pada setiap siklus mengalami peningkatan dan pada siklus II telah tercapai ketuntasan belajar sesuai dengan kreteria ketuntasan minimal. Penelitian ini dapat disimpulkan nahwa melalui permainan memancing dapat meningkatkan kognitif anak usia dini pada kelompok B2 di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak tahun pelajaran 2017/2018. Adapun saran yang dapat diberikan adalah: hendaknya Guru dan Institusi di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak dapat lebih baik dalam meningkatkan kualitas profesionalisme dalam mengajar dan memahami permasalahana yang ada untuk memberikan solusi yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para guru yang mengajar khusunya di Taman Kanak-kanak dalam memberikan dorongan agar senantiasa meningkatan motivasi berprestasi secara lebih memadai.

Kata kunci: Matematika, berhitung, permainan memancing

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki manusia. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat ( I ) tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hasbullah:2011: 4).

Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar.

Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.

Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya. Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Dalam penjabaran pengertian, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan data dari Direktorat Pembinaan TK dan SD, pada tahun 2007 sebagian besar pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat (Swasta) yakni sekitar 98,7%. Sedangkan masalah utamanya adalah angka partisipasi kasar (APK) PAUD/TK baru mencapai 26,68%. Selain itu, masalah yang timbul dalam penyelenggaraan PAUD adalah “ekspektasi” masyarakat yang terlalu tinggi terhadap aspek kemampuan kognitif siswa, padahal PAUD adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia dini, sehingga ia siap melaksanakan pendidikan di jenjang yang formal. Hal itu menunjukan bahwa pengembangan PAUD harus lebih ditingkatkan agar tujuan pendidikan secara umum dapat dicapai. Oleh karena itu peran serta masyarakat harus dipertahankan dan peran pemerintah dalam membina dan mengembangkan berbagai kebijakan tentang PAUD harus dioptimalkan. Kajian terhadap keberadaan PAUD dalam sistem pendidikan nasional perlu banyak dilakukan, baik kajian terhadap aspek-aspek filosofisnya maupun aspek-aspek teknis, berupa kuirkulum maupun proses pembelajaran PAUD di lapangan. Melalui hal tersebut diharapkan pengembangan PAUD dapat lebih meningkat, demi menunjang tercapainya tujuan pendidikan, yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Depdiknas, 2007). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menilai pengkajian terhadap masalah program PAUD perlu dilakukan berdasarkan kajian kepustakaan maupun pengalaman penulis dalam mengelola program PAUD

Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak memasuki sekolah dasar, lembaga ini dianggap penting karena bagi anak usia ini merupakan golden age (usia emas) yang didalamnya terdapat “masa peka” yang hanya datang sekali. Masa peka merupakan suatu masa yang menuntut perkembangan anak perkembangan anak dikembangkan secara optimal. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan. Berdasarkan pengamatan di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak penulis menemukan adanya masalah yaitu rendahnya kemampuan kognitif pada anak kelompok B terutama dalam hal berhitung.

Di Taman Kanak-kanak, pembelajaran berhitung dengan benda – benda, menggunakan alat yang sederhana. Para pendidik menggunakan media yang ada di dalam lingkungan sekolah misalnya pensil, kapur, buku, jepitan baju. Hal ini membuat anak merasa bosan. Di dalam persiapan menyususn model pembelajaran berhitung ini disesuaikan dengan karakteristik anak, perkembangan fisik dan psikologis anak TK, keadaan lingkungan sekitar dan ketersediaan saran dan prasarana pendidikan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran. Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar dari ketidak berhasilan tersebut guru berupaya untuk menuntaskan pembelajaran dalam berhitung dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Memancing pada Kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa, yang berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas adapun runmusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.     Apakah melalui permainan memancing dapat meningkatkan Kognitif bagi siswa kelompok B TK Cenderawasih Sukodono Kecamatan Bonang semester genap Tahun 2017 / 2018 ?

2.     Apakah melalui permainan memancing dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelompok B TK Cenderawasih Sukodono Kecamatan Bonang semester genap Tahun 2017 / 2018?

3.      Apakah melalui permainan memancing dapat meningkatkan kognitif dan hasil belajar bagi siswa kelompok B TK Cenderawasih Sukodono Kecamatan Bonang semester genap Tahun 2017 / 2018?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian tindakan kelas (PTK) adalah:

1.     Meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung melalui permainan memancing ikan.

2.     Anak dapat berfikir logis dan sistematis.

3.     Memotivasi anak untuk mengenal konsep bilangan dengan benar.

Manfaat Penelitian

Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan perbaikan pembelajaran, banyak sekali manfaatnya bagi anak TK, guru dan sekolah.

Manfaat bagi anak TK:

a.     Dapat belajar berhitung pemulaan dari berbagai media / alat peraga.

b.     Meningkatkan inisiatif anak untuk belajar berhitung permulaan melalui kegiatan bermain sambil belajar.

c.     Meningkatkan kemampuan anak dalam mengkonsepkan benda-benda dengan lambing bilangannya.

Manfaat bagi guru:

a.     Menambah wawasan tentang rangsangan yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berhitung permmulaan.

b.     Menambah pengetahuan dalam memilih dan menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi berhitung.

c.     Mampu melakukan perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi kemampuan siswa.

Manfaat bagi sekolah:

a.     Dapat menambah wawasan bagaimana memfasilitasi anak yang ada hubungannya dengan kemampuan kognitif anak usia TK.

b.     Memberikan kesempatan bagi guru untuk berkembang membuat inovasi baru.

c.     Masyarakat akan lebih percaya dan mendukung sekolah karena mutunya sangat bagus.

LANDASAN TEORI

Kemampuan Kognitif

Pengertian Kognitif

Pada saat seorang bayi terlahir di dunia, ia sudah diciptakan dengan milliaran jaringan sel otak yang sangat luar biasa. Hal ini menjadi pondasi penting bagi perkembangan kognitifnya kelak. Menurut Yuliani (2004:1.7), kognitif atau intelektual adalah suatu proses berfikir berupa kemampuan atau daya untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari dunia sekitar

Selain itu menurut Desmita (2009:17), perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Sehingga kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Menurut Piaget berbagai perubahan kualitatif pada pikiran muncul antara masa bayi dan masa remaja (dalam Papalia, Old dan Feldman, 2009:42).

Permainan Memancing

Menurut Anggani (1995:1) bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. ACEI (Assosiation for Childhood Educational Internasional) menegaskan dengan bermain memungkinkan anak mengeksplorasi dunianya, mengembangkan pemahaman sosial dan kultural, membantu anak-anak mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan mereka pikirkan, memberi kesempatan bagi anak untuk menemukan dan menyelesaikan masalah, serta mengembangkan bahasa dan ketrampilan serta konsep beraksara.

Sementara itu, menurut Bruner dan Sutton-Smith (Slamet, 2005: 116) bermain merupakan proses berpikir secara fleksibel dan proses pemecahan masalah. Pada saat bermain anak dihadapkan pada berbagai situasi, kondisi, dan obyek, baik nyata maupun imajiner yang memungkinkannya menggunakan berbagai kemapuan berpikir dan memecahkan masalah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bermain bisa dikatakan sebagai dunia anak karena sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain. Selain bermain anak juga belajar melalui permainan yang mereka mainkan. Bermain memungkinkan anak mengeksplorasi dunianya, mengembangkan pemahaman sosial dan kultural, membantu anak-anak mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan mereka pikirkan dan dilakukan dengan cara suka rela. Jadi bermain merupakan sarana yang digunakan anak yang digunakan untuk mengembangkan seluruh perkembangan anak meliputi aspek kognitif, sosial-emosional, bahasa, seni, fisik motorik.

Kerangka Berfikir

Permainan adalah salah satu aktivitas menggembirakan. Dengan bermain dan permainan anak dapat meningkatkan kemahiran. Kegunaan permainan dari segi perkembangan kognitif adalah secara tidak langsung permainan ini dapat membantu anak-anak dalam perkembangan inteleknya seperti memahami konsep awal matematika, dan belajar memerhati situasi yang berlaku disekelilingnya. Konsep awal matematika yang digunakan dalam permainan ini adalah seperti konsep angka dan bilangan dan penyelesaian masalah.

Pendekatan melalui permainan adalah pendekatan yang terancang dan terstruktur serta memberi peluang kepada murid, belajar dalam suasana yang menggembirakan dan bermakna pendekatan belajar melalui permainan diberi penekanan khusus dalam proses pengajaran dan pembelajaran karena bermain adalah fitrah kanak-kanak.

Setelah membicarakan beberapa hal yang berkaitan dengan permainan, bermain merupakan cara bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia lingkungannya. Bermain juga membantu anak dalam menjalin hubungan sosial antar anak. Dengan demikian para guru sebaiknya menyadari akan kegiatan bermain dengan permainan edukatif khususnya pada kegiatan bermain untuk meningkatkan aspek kognitif. Melalui kegiatan permainan edukatif guru dapat meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan bermain di sekolah.

METODE PENELITIAN

Pengertian Metode Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) atau yang disingkat PTK, merupakan suatu cara memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru, karena guru merupakan orang yang paling tahu mengenai segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran (Mulyasa, 2007:26). Oleh karena itu penelitian tindakan kelas (classroom action recearh) dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B melalui permainan memancing di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak

Setting dan Subyek Penelitian

Tempat Penelitian

Setting atau lokasi yang digunakan untuk melaksanakan penelitian adalah di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.Peneliti mengambil subyek yaitu anak didik TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak pada semester genap tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 15 orang, terdiri dari 10 anak laki-laki dan 5 anak perempuan.

Data dan Sumber Data

Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah berupa pra siklus, data proses pelaksanaan dan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran siklus I, dan siklus II.

Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data yang berasal dari hasil belajar 15 anak didik TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak baik pada pra siklus, siklus I, dan siklus II.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal pengumpulan data ini, penulis terjun langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data yang valid, maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

 

Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban”.

Dalam penelitian ini, metode dalam mengumpulkan informasi dilakukan dengan wawancara dengan pihak-pihak tertentu yang dapat memberikan informasi yang valid dan komplit. Adapun pihak tersebut adalah guru, kepala sekolah, dan siswa di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

Metode Observasi

Seringkali orang mengartikan observasi sebagai aktifitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologi, observasi atau disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dilakukan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung.

Jadi dengan menggunakan model ini berarti peneliti dapat melakukan pengamatan langsung terhadap kancah penelitian dan sebagai obyek penelitian, terutama mengenai peningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan memancing di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak

Metode Dokumentasi

Dengan metode ini peneliti menggali data berdasarkan catatan-catatan atau dokumen lain yang ada di sekolah. Peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang keadaan umum TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak, seperti sejarah berdirinya, keadaan guru, keadaan siswa, sarana, dan prasarana. Serta letak geografis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Deskripsi Umum TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak

TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak beralamat di Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Taman Kanak-kanak ini berdiri sejak tahun 1976 dengan status kepemilikan tanah adalah milik Desa Sukodono Kecamatan Bonang Demak.

Hasil Penelitian

Hasil Penelitian pada Pra Siklus

Hasil pelaksanaan kegiatan memancing untuk meningkatkan kognitif anak yang dilaksanakan oleh guru pada anak kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak sebelum dilakukannya pembelajaran bersiklus masih belum baik sehingga perlu dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar dengan langkah-langkah yang lebih baik dari sebelumnya.

Adapun gambaran tentang kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak sebelum dilaksanakan kegiatan belajar secara bersiklus adalah sebagaimana tertera dalam tabel berikut.

Data Kemampuan Kognitif pada Anak Kelompok B2 di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak pada Pra Siklus

No

Kemampuan Anak

 Jumlah Anak

%

1

Baik

5

33

2

Cukup

6

46

3

Kurang

4

27

Jumlah

15

100

 

Dengan demikian, ketuntasan belajar pada kemampuan kognitif pada anak kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak pada pra siklus, adalah sebesar 33 %.

Hasil Penelitian pada siklus I

Hasil Penilaian Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak Melalui Permainan Memancing pada Siklus I

No

Kemampuan Anak

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Rata-rata

Jumlah Anak

%

Jumlah Anak

%

Jumlah Anak

%

1

Baik

7

47

9

60

8

54

2

Cukup

5

33

5

33

5

33

3

Kurang

3

20

1

7

2

13

Jumlah

15

100

15

100

15

100

 

Dengan demikian, ketuntasan belajar pada kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak pada siklus I, adalah sebesar 54 %.

Observasi

Selama tindakan perbaikan berlangsung, peneliti sebagai guru praktikan melakukan observasi terhadap respon anak dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hasil observasi ini dikumpulkan dan dicatat dalam lembar penilaian observasi yang sama dengan perencaanaan pada siklus I yaitu meningkatkan kemampuan kognitif pada anak melalui permainan memancing.

Penilaian observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1)    Proses kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru praktikan sesuai dengan materi kegiatan belajar.

2)    Konsentrasi anak terhadap kegiatan belajar sesuai dengan materi yaitu berhitung melalui permainan memancing, ternyata konsentrasi anak cukup baik terbukti hanya 4 (empat) anak yang kurang konsentrasi belajarnya

3)    Ketaatan anak dalam menjalankan tugas dari guru cukup baik, terbukti hanya 2 (dua) anak yang masih sulit berhitung

4)    Hasil tindakan perbaikan yang berupa unjuk kerja anak cukup baik, yang dibuktikan dengan kemampuan berhitung dan membandingkan banyak benda pada anak kelompok B sesuai dengan materi kegiatan belajar yaitu telah ada peningkatan kemampuan kognitif dari sebelum dilakukannya tindakan kelas.

Refleksi

Refleksi yang dilaksanakan oleh penulis sebagai guru praktikan pada siklus I digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana peningkatan yang dapat dicapai setelah dilakukan tindakan perbaikan kegiatan belajar dalam satu siklus terhadap kegiatan peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B melalui permainan memancing di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

Berdasarkan data hasil evaluasi perbaikan kegiatan belajar pada siklus I maka dapat diketahui bahwa terdapat aspek keberhasilan dan kekurangan dalam perbaikan yang dilakukan yaitu:

a)       Keberhasilan dalam tindakan perbaikan kegiatan pengembangan yaitu adanya peningkatan jumlah anak yang memiliki kemampuan kognitif dari sebelum dilakukan tindakan kelas, yaitu anak yang kemampuan kognitifnya meningkat menjadi 8 anak

b)       Kekurangan dalam tindakan perbaikan kegiatan pengembangan yaitu dalam merancang dan melakukan suatu tindakan perbaikan kegiatan pengembangan perlu dilakukan strategi mengajar yang lebih tepat misalnya dengan menggunakan tempo atau waktu yang ditentukan dalam permainan memancing

Refleksi yang dilaksanakan oleh penulis sebagai guru praktikan pada siklus I selanjutnya dapat digunakan untuk melaksanakan tindak lanjut dari siklus I untuk dapat diterapkan pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Tindak lanjut yang dapat dilakukan pada siklus II yaitu melaksanakan perbaikan kegiatan belajar dengan tindakan kelas yang dilakukan yaitu:

a)       Menggunakan waktu dalam permainan memancing

b)       Menggunakan APE memancing yang menarik, dan berwarna

c)       Guru menambah teknik bernyanyi dalam bertanya penjumlahan pada anak.

Hasil Penelitian Siklus II.

Hasil Rekapituasi Penilaian Kemampuan Kognitif Pada Anak Kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak Melalui Permainan Memancing pada Siklus II

No

Kemampuan Anak

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Rata-rata

Jumlah Anak

%

Jumlah Anak

%

Jumlah Anak

%

1

Baik

9

60%

11

73%

10

67%

2

Cukup

5

33%

3

20%

4

27%

3

Kurang

1

7%

1

7%

1

7%

Jumlah

15

100%

15

100%

15

100%

 

Dengan demikian, ketuntasan belajar pada kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak pada siklus II, adalah sebesar 67 %.

Observasi

Selama tindakan perbaikan berlangsung, peneliti sebagai guru praktikan melakukan observasi terhadap respon anak dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hasil observasi ini dikumpulkan dan dicatat dalam lembar penilaian observasi yang sama dengan perencaanaan pada siklus II yaitu meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok B melalui permainan memancing.

Penilaian observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1)       Proses kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru praktikan sesuai dengan materi kegiatan belajar.

2)       Konsentrasi anak terhadap kegiatan belajar sesuai dengan materi, ternyata konsentrasi anak cukup baik

3)       Hasil tindakan perbaikan yang berupa unjuk kerja anak cukup baik, yang dibuktikan dengan kemampuan kognitif pada anak kelompok B sesuai dengan materi kegiatan belajar yaitu telah ada peningkatan kemampuan kognitif dari sebelum dilakukannya tindakan kelas, dan pada siklus I.

Refleksi

Refleksi yang dilaksanakan oleh penulis sebagai guru praktikan pada siklus II digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana perkembangan yang dapat dicapai setelah dilakukan tindakan perbaikan kegiatan belajar dalam dua siklus terhadap kegiatan meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B melalui permaian memancing di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak

Refleksi yang dilaksanakan oleh penulis sebagai guru praktikan pada siklus II dapat digunakan untuk memberikan tindak lanjut dari tindakan kelas yang sudah dilaksanakan pada siklus II. Tindak lanjut yang dapat dilakukan setelah pelaksanaan siklus II yaitu menyusun laporan mengenai hasil penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak melalui permainan memancing. Setelah siklus II tidak lagi ada perbaikan dengan siklus berikutnya karena pada siklus II telah mencapai ketuntasan belajar.

Pembahasan

Siklus I

Uraian pelaksanaan perbaikan

Berdasarkan pengembangan pembelajaran dan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya maka pada uraian pelaksanaan perbaikan dalam siklus I ini guru melaksanakan tindakan perbaikan melalui permainan memancing dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, pada siklus I ini terjadi peningkatan konsentrasi belajar anak, karena tertarik dengan permaiann memancing, sehingga anak tertarik untuk mengikuti pembelajaran meningkatkan kemampuan kognitifnya.

Namun demikian pada siklus I ini juga ditemukan adanya anak yang masih bersikap pasif dan tidak mampu berhitung dengan baik, meskipun telah diarahkan oleh guru berulangkali. Secara keseluruhan siklus I dapat dikatakan berhasil memperbaiki pembelajaran, terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan anak didik dalam meningkatkan kemampuan kognitifnya melalui permaian memancing.

Keberhasilan dan kelemahan

Secara umum pelaksanaan tindakan perbaikan pada siklus I dapat dikatakan berhasil yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan kognitif anak didik kelompok B melalui permainan memancing. Secara keseluruhan, pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat dikatakan sesuai dengan RKH yang telah dibuat namun anak didik belum mampu secara maksimal untuk memperoleh hasil pencapaian pembelajaran yang telah ditentukan.

Sebagai contoh pada pelaksanaan RKH ke-1 ketika anak diminta untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak kelompok B melalui permainan memancing, ternyata masih ada anak yang tidak bersedia berhitung, tetapi hanya tertarik dengan memancingnya saja. Setelah mendapat penjelasan guru barulah ia bersedia berhitung untuk menunjukkan kemampuan kognitifnya. Kegagalan ini oleh peneliti dijadikan refleksi sebagai bahan tindak lanjut untuk melakukan perbaikan pada siklus II.

Siklus II

Uraian pelaksanaan perbaikan

Berdasarkan pengembangan pembelajaran dan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan maka pada uraian pelaksanaan perbaikan dalam siklus II ini guru masih tetap melaksanakan tindakan perbaikan melalui permainan memancing, untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya pada anak kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, pada siklus II ini terjadi peningkatan konsentrasi belajar anak, karena tertarik dengan alat peraga memancing yang diperlihatkan oleh guru. Anak tertarik untuk mengikuti pembelajaran peningkatan kemampuan kognitif pada anak kelompok B melalui permainan memancing, guru mendemonstrasikan cara memancing dengan cepat, agar anak tertarik dengan pembelajaran. Secara keseluruhan siklus II dapat dikatakan berhasil memperbaiki pembelajaran, terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan kognitif melalui permainan memancing.

Keberhasilan dan kelemahan

Secara umum pelaksanaan tindakan perbaikan pada siklus II dapat dikatakan berhasil yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan kognitif pada anak kelompok B melalui permainan memancing. Secara keseluruhan, pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat dikatakan sesuai dengan RKH yang telah dibuat meskipun masih ada anak didik yang masih rendah kemampuan kognitifnya secara maksimal untuk memperoleh hasil pencapaian pembelajaran yang telah ditentukan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Kognitif Pada Anak Kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

No

Kemampuan Anak

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jumlah Anak

Prosentase

Jumlah Anak

Prosentase

Jumlah

Anak

Prosentase

1

Baik

5

33%

8

54%

10

67%

2

Cukup

6

46%

5

33%

4

27%

3

Rendah

4

27%

2

13%

1

7%

Jumlah

15

100%

15

100%

15

100%

 

Analisis Hasil Penelitian

secara mayoritas anak telah memiliki kemampuan Kognitif dengan baik ketika diminta berhitung, membedakan banyak sedikit, menjumlakan melalui permainan memancing yaitu dibuktikan dengan hasil tugas yang menunjukkan sebanyak 10 anak dari 15 anak memiliki kemampuan kognitif dengan memuaskan, dan hanya tinggal 1 anak yang kemampuan kognitifnya masih rendah.

Dengan demikian bahwa tindakan perbaikan pada pembelajaran peningkatan kemampuan Kognitif melalui permainan memancing dapat dikatakan berhasil. Dan ketuntasan belajar telah terpenuhi meskipun masih ada 1 (satu) anak yang masih rendah kemampuan kognitifnya. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh penulis sebagai guru praktikan dalam dua siklus di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak dikatakan berhasil.

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah penulis membahas dan menganalisis hasil penelitian ini pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: berhitung melalui permainan memancing dapat meningkatkan kognitif anak usia dini pada kelompok B di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian indikator keberhasilan penelitian yaitu pada pra siklus ada 33 % anak, pada siklus I ada 54 % anak, dan pada siklus II ada 67 % anak yang tinggi kemampuan kognitifnya. Adapun secara klasifikatif penilaian indikator keberhasilan tersebut adalah: anak dapat menunjukkan jumlah yang sama-tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit, dari dua kumpulan benda, anak dapat menyebutkan hasil penambahan (menghubungkan dua kumpulan benda), anak dapat membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 10, dan anak dapat menunjuk urutan benda untuk bilangan sampai 20

Saran

Kesimpulan yang telah dipaparkan oleh peneliti merupakan gambaran nyata hasil penelitian, oleh karena itu peneliti bermaksud memberikan beberapa saran yang menurut pendapat penulis sangat perlu diberikan dalam rangka untuk menunjang terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang kondusif dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak didik di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Adapun saran-saran tersebut adalah:

1.     Hendaknya guru di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak dapat lebih baik dalam meningkatkan kualitas profesionalisme dalam mengajar dan memahami permasalahan yang ada untuk memberikan solusi yang tepat dalam mengatasi setiap masalah.

2.     Hendaknya institusi Taman Kanak-kanak khususnya di Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak, dalam mengupayakan untuk mewujudkan kemampuan kognitif anak didiknya ditunjang pula dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana sekolah.

3.     Dalam memahami karakteristik anak didik di TK Cenderawasih Desa Sukodono Kecamatan Bonang Kabupaten Demak khususnya dalam meningkatkan kemampuan kognitif yang baik, hendaknya guru harus menyadari dan memahami bahwa anak didik dalam belajar membutuhkan proses sehingga diperlukan keuletan, kesabaran, dan kompetensi guru dalam membimbing dan mengarahkan dengan lebih baik dan lebih mendidik.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mayke Sigianto T. (2003). Bermain, mainan dan permainan. Jakarta: DepDikBud.

Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Bagian V s/d IX. Edisi 9. Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human Development/Perkembangan Manusia. Buku 1. Edisi 10. Jakarta. Penerbit Salemba Humanika.

Slamet Suyanto. (2005). Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sofia Hartati. (2005). Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Subyantoro. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: CV. Widya Karya

Suharsini, Arikunto. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) Bab I

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2009 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (14)