PENERAPAN PEMBELAJARAN METODE DISCOVERY LEARNING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

MATERI MENGENAL BENTUK-BENTUK KEPUTUSAN

BERSAMA PADA SISWA KELAS V SDN 02 PASEBAN

KECAMATAN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Rohtri Rahayu

Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupatn Karanganyar

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn materi mengenal bentuk- bentuk keputusan bersama melalui metode Discovery Learning pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, mulai bulan Januari sampai bulan Maret 2016 dari tahap persiapan sampai tahap pelaporan melalui 3 siklus. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes. Sedangkan teknik analisis data dengan teknik diskriptif kualitatif dari setiap siklus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar PKn materi mengenal bentuk- bentuk keputusan bersama yang diperoleh sebelum tindakan adalah kurang dari 50% sedangkan hasil belajar pada siklus I adalah 6,35 , siklus II nilai rata- rata 7, dan siklus ke III diperoleh nilai rata- rata 8,6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn materi mengenal bentuk- bentuk keputusan bersama melalui metode Discovery Learning pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 meningkat.

Kata Kunci: Metode Pembelajaran Discovery Learning, Hasil Belajar Pkn.

 

PENDAHULUAN

Pemerintah telah berusaha untuk membina dan membangun peserta didik diantaranya melalui jalur pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan dalam keluarga atau masyarakat. dalam pendidikan, guru mempunyai peran sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan formal di samping mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus akan meningkatkan harkat dan martabat atau kepribadian manusia. Melalui pendidikan formal itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Pendidikan formal menekankan pendidikan akademik dan non akademik. Penentuan keberhasilan siswa diawali adanya nilai hasil belajar yang dilaksanakan setelah menyelesaikan satu atau lebih dari kompetensi dasar sebagai penentu keberhasilan proses pembelajaran.

Salah satu pelajaran yang utama, khususnya di Sekolah Dasar (SD) yaitu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, untuk pelajaran PKn siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.

Metode ceramah yang dipergunakan dalam pembelajaran PKn selama ini menyebabkan siswa terpaku mendengarkan cerita dan betul-betul membosankan, situasi pembelajaran diarahkan pada learning to know, dan permasalahan yang disampaikan cenderung bersifat akademik (book oriented) tidak mengacu pada masalah-masalah kontektual yang dekat dengan kehidupan siswa sehingga pembelajaran PKn menjadi kurang bermakna bagi siswa. Hal ini tampak pada rendahnya partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan prestasi belajar PKn kurang memuaskan.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa (Hamalik, 2008:39).

Penerapan metode pembelajaran discovery learning dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa karena melalui pembelajaran ini siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi untuk menilai apa yang siswa ketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih metode penelitian “Metode Discovery Learning” dalam upaya meningkatkan hasil belajar PKn materi mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama

Penggunaan metode discovery Learning menarik untuk diteliti. Alasannya penggunaan metode discovery Learning dilakukan dengan cara guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa di kelas, memberikan kesempatan kepada siswa di kelas untuk melakukan refleksi. Selanjutnya guru menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya itu. Prosedur ini, guru tidak menentukan atau menunjukkan aturan-aturan yang harus digunakan oleh siswa, tetapi dengan pertanyaan-pertanyaan guru mengundang siswa untuk mencari aturan-aturan yang harus diperbuatnya. Pemecahan masalah berlangsung selangkah demi selangkah dalam urutan yang ditemukan sendiri oleh siswa. Guru mengharapkan agar siswa secara keseluruhan berhasil melibatkan dirinya dalam proses pemecahan masalah, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya secara reflektif.

Menurut Barrows (1996) bahwa pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan berpartisipasi dalam pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Discovery Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

KAJIAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA

Metode Discovery Learning

Semua siswa dalam metode discovery Learning terlibat dalam urusan besar, yaitu tentang penemuan. Sebagaimana siswa belajar PKn, siswa menetapkan interpretasi siswa sendiri pada apa yang dipresentasikan untuk menciptakan suatu teori yang masuk akal (make sense) bagi siswa. Siswa tidak belajar secara sederhana yang menjadi bagian dari yang telah siswa ketahui, melainkan menggunakan informasi baru untuk memodifikasi keyakinan siswa sebelumnya, sebagai konsekuensinya bahwa pengetahuan PKn setiap siswa secara individu adalah unik.

 Rahman dan Maarif (2014: 35) menjelaskan bahwa dalam metode discovery learning dalam sistem instruksional siswa terbimbing (student-directed-learner controlled) menetapkan tanggung jawab belajar pada diri siswa sendiri. Guru tidak berperan secara direktif, tetapi menjadi salah satu sumber belajar bagi para siswa bilamana diinginkan. Guru bertindak sebagai penasihat bagi siswa mengenai apa dan bagaimana belajar, tetapi keputusan terakhir ditentukan oleh siswa sendiri. Dalam prakteknya, sistem itu dilaksanakan dalam bermacam-macam bentuk sesuai dengan kebebasan yang diberikan kepada siswa, mulai kebebasan penuh. Dalam kebebasan penuh, segala kegiatan menjadi tanggung jawab sendiri sampai pada tingkat terbatas. Siswa dan guru bersama-sama menentukan tujuan dan prosedur evaluasi. Siswa bebas memilih metode yang hendak digunakan untuk mencapai tujuan. Ada juga yang disebut dengan “Sistem Kontrak Belajar” yaitu siswa dan guru bersama-sama mengadakan kesepakatan tentang tujuan dan skala waktu untuk masing-masing unit pelajaran secara perorangan dan bertanggung jawab.

Metode discovery learning dilaksanakan pada berbagai tingkat sistem pendidikan atau latihan yang berbeda-beda. Pada tingkat pendidikan dasar, metode itu berdasarkan filsafat tentang perkembangan individual sesuai dengan pandangan humanistik. Sistem kelas terbuka menggunakan sistem pengajaran siswa terkontrol secara luas. Pendidikan orang dewasa, mempelajari kebutuhan-kebutuhan khusus siswa dewasa (andragogy) yang menyarankan, bahwa orang dewasa belajar lebih efektif jika siswa melihat relevansi praktis dari apa yang siswa pelajari dan berkesempatan menerapkannya dalam pekerjaan atau tugas tertentu.

Belajar

Belajar berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu. Menurut Poerwodarminto “hasil adalah sesuatu yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan“ (1998:76). Menurut Ngalim Purwanto (1998: 86) hasil belajar adalah “perubahan dalam pribadinya yang menyatakan diri sebagai pola baru daripada reaksi diri yang berupa kecakapan, sikap, atau kebiasaan, kepandaian atau suatu pengabdian”.

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement) sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience).

Dalam rangka untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kriteria cara mengukur hasil belajar siswa dalam rangka mencapai standar mutu pendidikan Nasional perlu diatur pelaksanaan penilaian. Penilaian dalam kontek belajar mengajar menjadi tanggungjawab lembaga pendidikan merupakan kegiatan yang perlu direncanakan dan diatur sejalan dengan kurikulum yang berlaku maka perlu disusun petunjuk pelaksanaan penilaian guna memandu guru dalam menyelenggarakan kurikulum secara utuh. Pelaksanaan kriteria cara menentukan hasil belajar meliputi teknik pemberian angka, pengolahan dan analisis hasil penilaian serta penyususunan soal. Pengertian penilaian terlebih dahulu nilai merupakan harga atau harga sesuatu sebagai alat ukur. Sesuatu dikatakan memiliki nilai jika sesuatu itu berguna, benar, baik, indah dan religius. Nilai dapat dibagi menjadi tiga yaitu nilai material, vital dan kerohanian. Penilaian adalah merupakan kegiatan untuk memberikan harga sesuatu dengan cara menghubungkan dengan sesuatu yang lain. Dalam proses pembelajaran penilaian merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan belajar siswa secara menyeluruh baik pengetahuan atau konsep, sikap dan nilai angka.

Tujuan Pembelajaran PKn

PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan “How to Develop Better Civics Behaviours” membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di samping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari lima tradisi pendidikan yakni citizenship transmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship Education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya (Darmadi, 2010: 34).

Secara akademis PKn dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya.

PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara (Hidayat dan Azra, 2008: 8).

PKn dapat mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warga negara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi (Darmadi, 2010: 34).

PKn adalah sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan penalaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari lingkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience).

Matode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 17 siswa. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah meningkatkan hasil belajar PKn melalui metode discovery learning pada siswa Kelas V dalam pembelajaran. Penelitian ini dimulai dari tahap persiapan sampai pelaporan hasil penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Maret 2017

Metode penelitian adalah suatu cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk memperoleh pengetahuan/memecahkan situasi permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan yang dimaksud penelitian adalah sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan cara-cara dan metode-metode yang bersifat ilmiah. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode penelitian adalah “suatu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara atau system system untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi seseorang dalam mengadakan suatu penelitian ilmiah” (Surahmad (1993: 96).

Riduwan (2009: 49-53) berpendapat ada beberapa jenis metode penelitian antara lain: penelitian survey, penelitian ex post facto, penelitian eksperimen, penelitian naturalistik, penelitian kebijakan, penelitian tindakan, penelitian evaluasi dan penelitian sejarah. Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian tindakan kelas.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil aktivitas siswa dan prestasi belajar pada pre-test (data awal) dan hasil pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada tabel-tabel yang disajikan sebagai berikut:

 

 

 

 

Tabel 4 Data aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I

No

Indikator

SIKLUS I

Rata-rata

Pertemuan 1

Pertemuan 2

 

1

Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat

58%

58

58

2

Keseriusan atau perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran (memperhatikan),

58

64

61

3

Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok)

64

76

70

4

Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok

47

58

52.5

5

Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran

47

64

55.5

6

Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok)

53

53

53

7

Partisipasi siswa dalam pembelajaran ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).

58.

58

58

8

Tanggungjawab siswa di dalam menyelesaikan tugas kelompok

41

53

47

 

Jumlah

426

484

455

 

Rata-rata

56.88%

 

Kategori = kurang

 

Berdasarkan tabel 4 di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang dalam kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dengan 8 indikator diperoleh persentase 56,88% termasuk kategori kurang.

Berdasarkan hasil belajar dan observasi tindakan pada siklus I dilakukan refleksi yang difokuskan upaya menstimulus siswa untuk mampu dan berani mengemukakan ide, rekomendasi berdasarkan teori-teori yang telah dipahami dalam materi PKn. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berargumentasi dengan asumsi-asumsi tertentu. Peran guru sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan bila proses pemecahan masalah mendapat hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Data pemahaman siswa tentang masalah pentingnya mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama dan ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5 Data Pemahaman Siswa tentang masalah pentingnya Mengenal  Bentuk-bentuk Keputusan Bersama dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I

No

Indikator

Ketercapaian

 

Banyak Siswa

Persentase

Rata-rata Nilai

1

Nilai Rata-rata pemahaman Mengenal Bentuk bentuk Keputusan Bersama

 

 

6,35

2

Siswa yang telah tuntas

6

35,3%

 

3

Siswa yang belum tuntas

11

64,7%

 

 

Berdasarkan tabel 5 di atas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang masalah pentingnya mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama mengalami peningkatan dari siklus 1 sebesar 63,5 belum mecapai nilai KKM 7 dan termasuk kategori sedang. Prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus I hanya 6 siswa atau 35,3% dan siswa yang belum tuntas ada 11 siswa atau 64,7%.

Tabel 6 Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran pada Siklus II

No

Indikator

SIKLUS II

Rata-rata

Pertemuan 1

Pertemuan 2

 

1

Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat

58

76

67

2

Keseriusan atau perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran (memperhatikan),

70

88

79

3

Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok)

82

82

82

4

Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok

64

76

70

5

Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran

76

88

82

6

Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok)

64

82

73

7

Partisipasi siswa dalam pembelajaran ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).

58

64

61

8

Tanggungjawab siswa di dalam menyelesaikan tugas kelompok

64

76

70

 

Jumlah

536

632

584

Rata-rata

73

Kategori = Baik

 

Berdasarkan tabel 6 di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang dalam pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1. Pada siklus I dengan rata-rata sebesar 56,88% dan siklus II dengan rata-rata sebesar 73% terjadi peningkatan sebesar 16,12%. Selanjutnya, peningkatan aktivitas belajar diikuti oleh peningkatan nilai siswa terlihat pada tabel 7.

Tabel 7 Data Pemahaman Siswa tentang masalah pentingnya Mengenal Bentuk-bentuk Keputusan Bersama dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II

No

Indikator

Ketercapaian

 

Banyak Siswa

Persentase

Rata-rata Nilai

1

Nilai Rata-rata pemahaman Mengenal Bentuk bentuk Keputusan Bersama

 

 

7

2

Siswa yang telah tuntas

10

58,8%

 

3

Siswa yang belum tuntas

7

41,2%

 

 

Data pemahaman siswa tentang masalah pentingnya Mengenal Bentuk-bentuk Keputusan Bersama dan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 0,65 diperoleh dari siklus I rata-rata nilai 6,35 dan siklus II rata-rata nilai 7. Demikian pula pada prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 sebanyak 35,3% (6 siswa) ke siklus 2 menjadi 58,8% (11 siswa) terjadi peningkatan sebesar 23,5%.

 

 

 

 

 

Tabel 8 Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran  pada Siklus III

No

Indikator

SIKLUS III

Rata-rata

Pertemuan 1

Pertemuan 2

1

Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat

88

94

91

2

Keseriusan atau perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran (memperhatikan),

94

94

94

3

Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok)

88

94

91

4

Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok

82

94

88

5

Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran

94

94

94

6

Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok)

88

94

91

7

Partisipasi siswa dalam pembelajaran ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).

82

88

95

8

Tanggungjawab siswa di dalam menyelesaikan tugas kelompok

82

88

85

 

Jumlah

698

740

729

Rata-rata

91.1%

Kategori = Baik Sekali

 

Berdasarkan tabel 8 di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang dalam pembelajaran pada siklus III sudah mencapai 91,1% termasuk kategori sangat baik. Selanjutnya, data pemahaman siswa tentang masalah pentingnya Mengenal Bentuk-bentuk Keputusan Bersama dan ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 9 Data Pemahaman Siswa tentang masalah pentingnya Mengenal  Bentuk-bentuk Keputusan Bersama dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus III

No

Indikator

Ketercapaian

 

Banyak Siswa

Persentase

Rata-rata Nilai

1

Nilai Rata-rata pemahaman Mengenal Bentuk bentuk Keputusan Bersama

 

 

8,6

2

Siswa yang telah tuntas

15

88,2%

 

3

Siswa yang belum tuntas

2

11,8%

 

 

Berdasarkan tabel 9 di atas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang masalah pentingnya mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama mengalami peningkatan dengan perolehan rata-rata nilai sebesar 8,6, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat sebanyak 15 siswa atau 88,2%.

Pembahasan

Penerapan metode discovery learning dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa karena melalui pembelajaran ini siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi untuk menilai apa yang siswa ketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siswa dibagi menjadi empat kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang. Setiap anggota kelompok diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok melakukan pembahasan dengan mengacu kepada buku pegangan dan Undang Undang Dasar 1945 (yang telah diamandemen). Hasil pengamatan guru menunjukan pada pembahasan siklus pertama dengan materi Mengenal Bentuk-bentuk Keputusan Bersama, terlihat para siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan argumentasi.

Tabel 10 Data aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I

No

Indikator

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1

Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat

58%

67%

91%

2

Keseriusan atau perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran (memperhatikan)

61%

79%

94%

3

Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok)

70%

82%

91%

4

Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok

52.5%

70%

88%

5

Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran

55.5%

82%

94%

6

Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok)

53%

73%

91%

7

Partisipasi siswa dalam pembelajaran ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).

58%

61%

95%

8

Tanggungjawab siswa di dalam menyelesaikan tugas kelompok

47%

70%

85%

 

Jumlah

455%

584%

729%

 

Rata-rata Persentase

56.88%

73%

91.1%

 

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa indikator keberanian siswa bertanya dan mengemukakan pendapat, keseriusan atau perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran (memperhatikan), motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok), interaksi siswa selama mengikuti diskusi kelompok, hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok), partisipasi siswa dalam pembelajaran ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru), dan tanggungjawab siswa di dalam menyelesaikan tugas kelompok mengalami peningkatan, dari siklus I sebesar 56,88% kategori kurang menjadi 73% kategori baik, dan siklus III mencapai 91,1% kategori baik sekali. Dengan demikiand apat diketahui bahwa selama pelaksanaan tindakan siklus I sampai ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 34,22%.

Melalui metode discovery learning ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui discovery dan invention serta creativity and diversity sangat menonjol dalam metode pembelajaran ini. Dengan metode discovery learning, guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn). Dalam metode learning how to learn, guru hanya sebagai guide (pemberi arah atau petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah. Melalui metode discovery learning siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji setiap persoalan, setiap kasus pentingnya Mengenal Bentuk-bentuk Keputusan Bersama yang meliputi: hakekat musyawarah, musyawarah mengutamakan kepentingan bersama dari pada pribadi, hasil pemufakatan menjadi keputusan bersama, asas-asas dalam musyawarah, aturan dalam musyawarah, nilai-nilai positif yang dapat diambil pada musyawarah.

 Metode discovery learning dilakukan melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, mendengarkan terlebih dahulu cara siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya, baru kemudian menyampaikan pendapatnya.siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori ke dalam praktek, mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi.

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas di atas prosentasi ketercapaian pada siklus pertama mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua sampai siklus III. Rata-rata nilai siklus I sebesar 6,35, siklus II meningkat menjadi 7, dan siklus III mencapai rata-rata nilai 8,6. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari siklus I sebanyak 6 siswa menjadi 10 siswa pada siklus II, dan pada siklus III ada 15 siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Hasil tersebut menunjukkan temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi Mengenal Bentuk-bentuk Keputusan Bersama pada siswa kelas V SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.

Peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar menggunakan metode discovery learning sesuai pendapat Sudjana (2008: 37) yang menyebutkan bahwa metode discovery dapat membangkitkan semangat siswa dan membuat siswa merasa terlibat serta termotivasi untuk belajar, sehingga mampumeningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa metode discovery dalam penelitian ini dapat berjalan baik untuk siswa kelas IV SD karena guru terlibat aktif membimbing dan mengarahkan siswa dalam setiap tahapan discovery. Ruminiati (2007: 17) menjelaskan bahwa bahwa discovery pada siswa usia SD memerlukan keterlibatan guru yang cukup banyak yaitu dengan memberikan bimbingan dan pengarahan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian adalah bahwa peningkatan prestasi hasil belajar dapat dilakukan melalui penerapan metode discovery learning sebagai upaya meningkatkan hasil belajar PKn materi mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama pada siswa kelas V SDN 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar semester II tahun pelajaran 2016/2017, sebagai berikut:

Metode discovery learning merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajarn dari 3 siklus mengalami peningkatan. siklus I sebesar 56,88% kategori kurang menjadi 73% kategori baik, dan siklus III mencapai 91,1% kategori baik sekali. Kebehasilan metode discovery learning membuat siswa aktif mempengaruhi pemahaman siswa dalam materi, sehingga hasil belajar siswa pun juga meningkat. Rata-rata nilai siklus I sebesar 6,35, siklus II meningkat menjadi 7, dan siklus III mencapai rata-rata nilai 8,6. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari siklus I sebanyak 6 siswa menjadi 10 siswa pada siklus II, dan pada siklus III ada 15 siswa yang mencapai ketuntasan belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1996. Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Barrows, H. 1996. New direction for teaching and learning “Discovery Learning medichine and beyond: A brief overbiew. Jossey Bass Publishers.

Darmadi, Hamid. 2010. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hidayat, Komarudin dan Azyumardi Azra. 2008. Pendidikan Kewargaan (Civic Education):Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Heller, P. 1992. Teaching problem solving through coperative gruoping part , group and individual problem solving. American Journal of Physics. July 1992

Koentjoroningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Neolaka, Amos. 2014. Metode Penelitian Dan Statistik. Bandung: Rosdakarya.

Poerwodarminto. 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, Ngalim 1998. Psikologi Pendidikan Cet. Ke-16. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis Edisi kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahman, Risqi dan Maarif, Samsul. 2015. Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa Smk Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol 3, No.1, Hal. 33-58.

Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.

Ruseffendi. 1998. Statiska Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suriadi. 2006. Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery yang Menekankan Aspek Analogi Untuk Menigkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sutopo, HB. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Pres.

Suyitno. 2004. Pemilihan Metode-metode Pembelajaran dan Penerapan di Sekolah. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Usman, Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winarno Surahmad. 1993. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar (Dasar & Teknik Metodologi Pengajaran) Tarsito Bandung 1994