Pembelajaran Quantum Learning Dengan Media Konkret Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING
DENGAN MEDIA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PADA DEBIT AIR
DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SD KELAS VI
DI SDN POJOK 03 TAWANGSARI
Suparti
Guru SDN Pojok 03 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Qantum Learning dengan media konkret dan metode demonstrasi dan diskusi. Bertujuan agar pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot, untuk mengajarkan tentang materi debit air pada pelajaran Matematika SD Kelas VI di SDN Pojok 03 Tawangsari. Kegiatan penelitian ini dilakukan melalui dua siklus. Setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sedangkan untuk mengaktifkan peserta didik dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media untuk siklus I media gambar debit air, dan siklus II menggunakan media konkret (air, kran, wadah, jam) dan model pembelajaran quantum learning.Penguasaan materi sebelum perbaikan atau kondisi awal sebesar 21%, pada siklus I meningkat menjadi 35%. Setelah dilakukan tindakan siklus II, hasilnya meningkat menjadi 100% peserta didik melampaui nilai KKM yang sudah ditentukan yaitu 75. Peneliti merekomendasikan pelaksanaan pembelajaran dan media yang sesuai dengan dengan materi, dan juga penggunaan motode yang bervariasi lebih menarik minat peserta didik, membuat peserta didik tidak jenuh dan menyenangkan. Sehingga proses pembelajaran menjadi aktif dan berbobot. Sehingga pada akhir pembelajaran peserta didik dapat menguasai materi tentang debit air dan hasil belajar semakin meningkat.
Kata kunci: Quantum Learning, media konkret, hasil belajar
PENDAHULUAN
Keberhasilan pendidikan di sekolah yang berbasiskan proses pembelajaran di kelas pada hakekatnya merupakan tanggungjawab semua pihak. Baik sekolah,pemerintah maupun masyarakat. Pihak sekolah bertanggungjawab dalam menyelenggarakan proses pendidikan, pemerintah pemegang keputusan kebijakan, sedangkan masyarakat pendukung sumber daya yang diperlukan sekolah. Secara khusus dalam kenyataan pihak sekolah yang lebih banyak berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah, melalui peran kepala sekolah dan gurunya. Kepala sekolah berperan sebagai manajer, pemimpin, administrator, dan supervisorpendidikan, sedangkan guru berperan dalam melaksanakan pembelajaran bersama peserta didik. Di dalam kelas. Oleh karena itulah sebenarnya peranan guru yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Keadaan tersebut dikarenakan guru merupakan ujung tombak pembelajaran yang apabila gagal sering di alamatkan kepadanya.
Guru merupakan sosok yang keberadaannya tidak dapat digantikan oleh media atau fasilitas pembelajaran apapun. Kehadiaran guru masih tetap diperlukan, sebagaimana dikemukakan Sopandi (1992;23) “kehadiran guru sebagai sosok yang berdiri di depan kelas keberadaannya sampai kapanpun tidak dapat digantikan oleh media pembelajaran secanggih apapun. Guru harus tetap melaksanakan pembelajaran secara langsung di depan peserta didik”. Oleh karena itu apapun alasannya guru harus mengajar langsung di depan peserta didik, agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai.
Pembelajaran dapat dikatakan berhasil, apabila peserta didik dapat menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan. Tingkat penguasaan pelajaran oleh peserta didik terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan biasanya dinyatakan dengan nilai.
Dalam kenyataanya pelaksanaan ulangan di kelas VI SD Negeri Pojok 03 Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo, tentang Debit Air adalah sebagai berikut: belum mencapai KKM (75) 11 peserta didik 79%, mencapai KKM (75) 2 peserta didik 14%, melampaui KKM (75) 1 peserta didik 7%
Selama pembelajaran berlangsung masih ditemui peserta didik yang belum dapat menghitung debit. Sehingga peserta didik kurang siap untuk belajar Matematika. Sebagai akibatnya proses pembelajaran menjadi terhambat dan hasilnya di bawah KKM.
Seiring dangan perkembangan zaman, yang berdampak terhadap perubahan kurikulum pembelajaran, kualitas pembelajaran perlu selalu ditingkatkan. Keadaan tersebut dapat dimulai dengan peningkatan kompetensi para guru, baik dalam menyampaikan materi, menggunakan metode dan teknik mengajar yang tepat, menggunakan media pembelajaran maupun kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional pada hakekatnya adalah mampu menyampaikan materi pembelajaran secara tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian untuk mencapai ke arah tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran, termasuk salah satunya menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran Matematika, guru tidak cukup terfokus hanya pada satu model dan metode tertentu saja. Guru perlu mencoba menerapkan berbagai model dan metode yang sesuai dengan tuntunan materi pembelajaran, termasuk dalam penerapan model pembelajaran quantum learning dengan metode balajar kelompok. Pemilihan model dan metode yang tepat tersebut akan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
Model pembelajaran quantum learning dengan metode belajar kelompok sangat tepat dalam membantu peserta didik memecahkan masalah yang dihadapi bersama, sehingga pemahaman setiap peserta didik menjadi merata. Karena pembelajaran quantum learning menyenangkan dan menyeimbangkan antara otak kanan dan otak kiri. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengngkapkan gagasan secara explisit dengan menggunakan bahasa peseeta dididk sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong peserta didik memberikan penjelasan tentang gagasannya. Memberi pengalaman yang berhubungan denga gagasan yang telah dimiliki oleh peserta didik atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal pesera didik agar peserta didik memperluas pengetahuan mereka dengan fenomena dan memiliki (diberi) kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga peserta didik terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa. Memberi peserta didik kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya agar peserta didik berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang teori dan model, mengenalkan gagasan gagasan matematika pada saat yang tepat. Memberi kesampatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru agar peserta didik terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar. Mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setalah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan peseta didik untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka. Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung peserta didik nmengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu “jawaban yang benar”. Dan sebagaimana dikemukakan Mudjiono (2002:4) bahwa belajar kelompok memilki beberapa keuntungan, yaitu sebagai berikut: Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengambangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional. Mengambangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar, sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelomopok
Berdasarkan konsep tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran quantum learning dan metode belajar kelompok perlu diterapkan dan dikembangkan guru dengan terlebih dahulu menguasai strategi atau langkah-lagkahnya. Metode pembelajaran, termasuk metode belajar kelompok merupakan variasi guru dalam melaksanakan pembelajaran selain yang konvensional dalam bentuk ceramah. Guru perlu secara cermat memilih materi yang tepat untuk menggunakan metode belajar ini, sehingga hasil belajar peserta didik lebih optimal. Keberadaan penerapan metode kelompok untuk mata pelajaran Matematika sangat diperlukan. Para peserta didik dapat saling sharing pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama. Keadaan tersebut memberikan manfaat sebagai pengalaman belajar yang nyata bagi para peserta didik apalagi pelajaran Matematika secara keseluruhan lebih menekankan kepada praktik dibandingkan dengan hanya memahami konsep secara abstrak saja. Sehingga siswa dapat menemukan rumus untuk mencari volume, debit dan waktu dengan cara berdiskusi dan mempraktekkan langsung dengan mengamati aliran air kran, botol yang dilubangi dan ember yang sudah dilubangi..
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, selanjutnya menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam bentuk penelitian, sehingga judul yang ditetapkan: “Penerapan model pembelajaran quantum learning dengan media konkret untuk meningkatkan hasil belajar pada debit air dalam pelajaran matematika SD kelas VI di SDN Pojok 03 Tawangsari.”
Identifikasi Masalah
Permasalahan pembelajaran merupakan hal yang sangat kompleks yang dialami guru dan peserta didik. Permasalahan guru adalah cara menyampaikan materi pelajaran secara keseluruhan. Berbagai upaya telah dilakukan kepala sekolah, guru, dan peserta didik dalam memecahkan permasalahan tersebut, namun demikian dari waktu ke waktu permasalahan tesebut masih tetap ada, seiring dengan perubahan dan perkembangan dunia pendidikan.
Demikian pula halnya dengan pembelajaran matematika, konsep beberapa permasalahan yang ditemui berdasarkan hasil observasi adalah sebagai berikut.
Dalam penelitian ini masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Rendahnya kemampuan peserta didik dalam memahami materi Debit Air. (2) Kurangnya minat dan motivasi peserta didik mempelajari Debit Air, (3) Ketidaksesuaian stategi pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan Matematika, (4) Ketidaksesuaian media pembelajaran yang digunakan guru untuk dapat meningkatkan semangat dan motivasi belajar peserta didik, (5) Menurunnya aktivitas peserta didik dalam pembelajaran matematika dengan ditandai sedikitnya pertanyaan yang muncul dari peserta didik dalam kegiatan pembelajaran Matematika, (6) Nilai rata-rata belum mencapai KKM.
Untuk saat sekarang fasilitas media kurang lengkap, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar guru cenderung menggunakan pembelajaran model ceramah, sehingga peserta didik menjadi jenuh.
Jika kondisi tersebut tidak segera diperbaiki, maka akan lebih menurunkan kuallitas pembelajaran Matematika. Oleh karena itu agar proses pembelajaran itu lebih menarik, guru perlu mendesain proses pembelajaran dengan sah satunya menerapkan model pembelajaran quantum learning melalui metode diskusi da demonstrasi dengan media konkret. Untuk mendukung proses pembelajaran itu perlu bantuan dari pihak sekolah yang bekerjasama dengan komite sekolah dan juga melibatkan swasta mengenai pengadaan media.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang ditetapkan adalah: “Apakah dengan Penerapan model pembelajaran quantum learning dengan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar pada debit air dalam pelajaran matematika SD kelas VI di SDN Pojok 03 Tawangsari.”
Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah utuk meningkatkan hasil belajar peserta didik padamateri debit air dalam pelajaran Matematika kelas VI di SDN Pojok 03 Tawangsari.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermnfaat bagi peserta didik, guru dan sekolah. Berikut ini uraian manfaat ari penelitian ini. (1). Bagi Peserta Didik: dapat memudahkan peserta didik untuk berlatih dan belajar mengungkapkan pikiran, gagasan dan perasaannya, dapat meningkatkan minat belajar dan hasil peserta didik terhadap pelajaran Matematika, dapat meningkatkan keberanian peserta didik dalam menggali pikiran, gagasan dan perasaannya, dapat menjadi peserta didik memiliki kecakapan abad 21,meliputi PPK, Literasi, Ketrampilan Abad 21 (4 C) dan HOT. (2). Bagi Guru: sebagai alternative dalam pemilihan dan penentuan media yang digunakan sehingga pembelajaran dapat berjalan menyenangkan dan bermakna., dapat menjadi motivasi berharga bagi guru agar lebih memahami karakter peserta didik serta lingkungan sekolah sehingga dapat menentukan media pembelajaran yang paling tepat dan menyenangkan untuk kompetensi dasar yang hendak diajarkan, menemukan inovasi pembelajaran yang bisa memberikan perbaikan dalam proses pembelajaran. (3). Bagi Sekolah: sebagai model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, dapat menjadi kajian bagi guru atau sekolah lain sebagai inovasi pembelajaran Matematika di SD, merupakan sumbangan pemikiran untuk peningkatan dan pengembangan demi kemajuan sekolah.
LANDASAN TEORI
Pembelajaran
Menurut Asep Herry Hermawan dalam (Pengembangan Kurikulum & Pembelajaran, 2008, 9,4)
“Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik.”
Pembelajaran adalah proses sebab akibat.
Menurut Phopam dan Baker (1970) dalam (Asep Herry Hemawan; Pengembangan kurikulum & pembelajaran;2008,9.6)
“Kurikulum adalah tujuan akhir dari program pembelajaran yang direncanakan oleh sekolah, sedangkan pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut”.
Menurut Udin S. Winataputra M.A dalam (Strategi Belajar Mengajar;2007;4.11)
Pembelajaran merupakan sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, peserta didik dan guru. Semua unsur dan komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan. “
Model Pembelajaran Quantum Learning
Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat” (Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 2011:16).
Dengan demikian, pembelajaran quantum dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan dari peserta didik atau siswa.
Sintaks atau langkah model pembelajaran kuantum (quantum Learning) yang dikenal dengan sebutan TANDUR Bobbi DePorter,et al.,(2004:10) adalah sebagai berikut: Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan belajar, Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar, Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”, Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu, Ulangi, tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”, Rayakan, pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
Media Konkret
Secara harafiah media diartikan sebagai medium atau perantara. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, media diartikan sebagai wahana penyalur pesan pembelajaran. Beberapa ahli dan asosiasi telah mengemukakan pengertian tentang media pembelajaran ini, antara lain sebagai berikut:
NEA, (1969) dalam (Asep Herry Hernawan; Pengembangan kurikulum & Pembelajaran; 2008;11.18) mengartikan media pembelajaran sebagai sarana komunikasi, baik dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk perangkat kerasnya.
Wilbur Schramm (1977) dalam (Asep Herry Hernawan; Pengembangan kurikulum & Pembelajaran; 2008;11.18) mendefinisikan media pembelajaran sebagai teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.
Miarso (1980) dalam ((Asep Herry Hernawan; Pengembangan kurikulum & Pembelajaran; 2008;11.18) menegaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.
Jadi dapat disimpulkan secara lebih sederhana bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke peserta didik atau sebaliknya. Penggunaan media pembelajaran akan memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik dan atau dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.
Hasil Belajar
Winkel dalam (Darsono, 1996;226) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keBerprestasian yang telah dicapai oleh seseorang. Maka hasil belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Hasil; belajar dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan.
Kerangka Berfikir
“Penerapan model pembelajaran Quantum Learning dengan media konkret untuk meningkatkan hasil belajar pada debit air dalam pelajaran matematika SD kelas VI di SDN Pojok 03 Tawangsari”. Melalui model pembelajaran ini peserta didik saling berinteraksi dalam mengemukakan pendapat untuk memecahkan masalah bersama. Setiap ide yang dimiliki peserta didik dituangkan, ditampung untuk dilanjutkan dimodifikasi sebagai identifikasi bersama dalam menyelesaikan permasalahan. Guru dan peserta didik melaksanakan proses belajar mengajar (pembelajaran) dengan posisi guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subjek. Selama proses pembelajaran terjadi kondisi awal, guru menggunakan model pembelajaran konvensional tanpa media sehingga hasil belajar rendah. Karena hasil belajar rendah guru mengambil tindakan dengan mengadakan PTK. Alat peraga pembelajaran diganti dari konvensional menjadi quantum learning dengan menggunakan media gambar. Pembelajaran Siklus I ini hasilnya belum memuaskan. Kemudian guru mengadakan PTK Siklus II dengan mengganti media. Media gambar diganti media konkret dan metode ceramah diganti metode demonstrasi dan diskusi kelompok. Dari siklus II ini ternyata hasilnya dapat meningkat dengan bukti 100% peserta didik melampaui KKM yang telah ditentukan sebelumnya. Penggunaan model pembelajaran tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Dengan adanya penggunaan model tersebut pada akhirnya diharapkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik, sehingga peserta didik memperoleh nilai keberhasilan dalam belajarnya.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Penerapan model pembelajaran Quantum Learning dengan media konkret untuk meningkatkan hasil belajar pada debit air dalam pelajaran matematika SD kelas VI di SDN Pojok 03 Tawangsari.”
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan dari setia siklus. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan proses pembelajaran, yang semula belum menguasai materi pelajaran sehingga hasil belajar matematika tentang debit meningkat.
NILAI HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PRASIKLUS, SIKLUS I DAN SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SDN POJOK 03
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Materi : Debit Air
KKM : 75
No. | Nama | (Sebelum Perbaikan) | SIKLUS I
(Perbaikan I) |
SIKLUS II
(Perbaikan II) |
1. | Amelia Neno | 75 | 80 | 90 |
2 | Arif Yudi P. | 70 | 73 | 80 |
3 | Ariva Prasetyo | 73 | 75 | 85 |
4 | Asdifa Desliart | 70 | 73 | 78 |
5 | Chika Khana R | 65 | 70 | 80 |
6 | Devita C. | 78 | 80 | 88 |
7 | E. Dwipasyanti | 68 | 70 | 78 |
8. | Muh. Rafi | 70 | 73 | 78 |
9. | Riska Nurayni | 70 | 73 | 78 |
10. | Saiful Bahri | 68 | 70 | 75 |
11. | Alfin Nur | 70 | 75 | 83 |
12. | Atif Bactiar | 68 | 73 | 80 |
13. | Fauziah Nur | 78 | 85 | 90 |
14. | Wulan M. | 68 | 73 | 78 |
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa perkembangan setiap siklus terlihat jelas adanya peningkatan hasil belajar peserta didik. Dari prasiklus prosentase daya serap peserta didik 71% setelah diadakan perbaikan I prosentase daya serap peserta didik meningkat menjadi 74%. Karena belum memenuhi KKM semua maka diadakan operbaikan II atau siklus II dan prosentase daya serap meningkat lagi menjadi 82%. Perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada intinya sebagai upaya untuk lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik dan juga meningkatkan keprofesionalan guru dalam proses pempelajaran.
Pembahasan
Dari hasil temuan dan refleksi dapat disimpulkan bahwa guru perlu merenung, merefleksi diri untuk mengetahui secara langsung kekurangan dan kelebihan dari peserta didik maupun guru yang mengajar. Keberhasilan ditunjukkan dengan adanya kemajuan yang bermakna dari sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan. Keberhasilan yang dimaksud peneliti yang KKM nya75 ke atas, sedang yang belum berhasil menguasai materi, KKM nya di bawah 75.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perbaikan tindakan kelas pada Siklus I dan Siklus II, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Quantum Learning dengan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar pada Debit Air dalam pelajaran Matematika SD kelas VI di SDN Pojok 03 Tawangsari. Hal ini terbukti dan terlihat dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik tentang materi tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) dapat memotivasi peserta didik menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, (2) Sangat membantu proses pembelajaran menjadi lebih hidup, karena peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran, (3) Meningkatkan penguasaan materi sehingga akan mudah menyampaikan ke peserta didik, (4) Meningkatkan hasil belajar sisw pada materi Debit.
Saran-saran
Berdasarkan pembahasan yang menunjukkan adanya peningkatan hasil pembelajaran, dari kondisi awal meningkat pada pembelajaran Siklus I dan makin meningkat lagi pada Siklus II. Sebagaimana dalam kesimpulan disebutkan bahwa dalam Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning dengan media konkret untuk meningkatkan hasil belajar pada debit air dalam pelajaran Matematika SD kelas VI di SDN Pojok 03 Tawangsari. Maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1) mengembangkan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga peserta didik tidak jenuh untuk mengikuti pembelajaran., (2) Lebih cepat menganalisis setiap permasalahan yang muncul pada setiap siklus, sehingga pada siklus selanjutnya dapat secara tepat dicarikan pemecahannya, (3) Indikator-indikator yang berhubungan dengan dengan aspek pembelajaran guru dan aktivitas peserta didik hendaknya dijadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran secara keseluruhan pada setiap mata pelajaran, (3) Dalam proses pembelajaran, peserta didik dilibatkan secara aktif dan langsung (4) menggunakan media yang sesuai dengan materi, sehingga dapat menarik minat belajar peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Asep, H. H. (2008). Pengembangan Kurikulum & Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka.
Azwar Saifudin. (1998). Metode Penelitian. Jogjakarta:Pustaka Belajar.
Darsono. (2001). Belajar dan Pembelajaran.Semaran: IKIP Semarang Press.
Depdiknas. (2002). Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati. (2002). Belajar dan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.
Em, Z.F. & Ratu, A.S. (2009). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta ; Balai Pustaka.
Hera, L. M., dkk. (2009). Pendidikan Anak di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Joko B.D. (2018), Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Teks Recount Siswa Kelas VIII B SMPN I Pecangaan Tahun 2015-2016 dengan Strategi Workshop Writing melalui Media Facebook. Salatiga. Widya Sari: Jurnal Ilmiah, Pendidikan dan Sosial Budaya, 20, 1-7.
Latiwu, A. (2018). Penerapan Student Team Achievemet Division (STAD) yag dipadu dengan Mind Mapping untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI MIPA 5 di SMA Negeri 1 Maumere. Salatiga. Widya Sari: Jurnal Ilmiah, Pendidikan dan Sosial Budaya, 20, 19-28
Kalo, A. (2018). Peningkata Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas IV SD Inpres Ledagoba Desa Dobo Kecamatan Mego. Salatiga. Widya Sari: Jurnal Ilmiah, Pendidikan dan Sosial Budaya, 20, 29-34
Maria, E.G. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA N I Maumere di Kelas XI MIPA 1 pada Materi Asam Basa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Salatiga. Widya Sari: Jurnal Ilmiah, Pendidikan dan Sosial Budaya, 20, 9-17.
Miyarso. Hadi M. (1984). Teknologi Metodologi Pendidikan, Bandung: Depdikbud.
Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Muryati. (2003). Psikologi dalam belajar. Jakarta: Gramedia.
Nanga, G. (20180. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penggunaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas V SD Katolik 061 Nuaria Kecamatan Tanwawo. Salatiga. Widya Sari: Jurnal Ilmiah, Pendidikan dan Sosial Budaya, 20, 35-47.
Sopandi. (1992). Peranan Guru dalam Proses pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Sudjana. (2000). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Udin S, Winataputra dkk. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardani I.G.A.K., dkk.2009. Tehnik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wio, W. (2018). Peningkatan Hasil Belajar PKN Melalui Pembelajaran Kotekstual di Kelas V SD Katolik 023 Kloangpopot Kecamatan Doreng. Salatiga. Widya Sari: Jurnal Ilmiah, Pendidikan dan Sosial Budaya, 20, 63-71.