Pembelajaran STAD Dengan Media Potongan Kertas Untuk Meningkatkan Hasil Belajar (Sumirah)
PENERAPAN PEMBELAJARAN STAD
DENGAN MEDIA POTONGAN KERTAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS TRAPESIUM
SISWA KELAS VI SDN 2 KARANGGENENG
SEMESTER II TAHUN 2016/2017
Sumirah
SDN 2 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora
ABSTRAK
Peneliti menitikberatkan rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran matematika materi Luas Trapesium siswa kelas VI di SDN 2 Karanggeneng sebagai latar belakang penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa kurang maksimal dan mengalami kesulitan dalam menentukan Luas Trapesium. Disisi lain permasalahan terjadi juga guru sering menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media dalam melakukan pembelajaran sehari-hari sehingga pembelajaran menjadi monoton (tidak bervariasi). Oleh karena itu, penggunaan media potongan karton dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan dalam pembelajaran. Hal ini berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan pada siswa Kelas VI pada mata pelajaran matematika dalam materi luas trapesium di SDN 2 Karaggeneng dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 2 Karanggeneng tahun pelajaran 2016/2017 sejumlah 14 anak. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan 2 kali tindakan dalam 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan tingkat ketuntasan belajar yang pada kondisi awal sebesar 35,71% meningkat menjadi 57,14% pada SiklusI dan meningkat lagi menjadi 85,71% pada Siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran STAD dengan media potongan kertas dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi luas trapesium pada siswa kelas VI SDN 2 Karanggeneng tahun pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran STAD, Media Potongan Kertas, Luas Trapesium,
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan matematika. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah peningkatan hasil belajar matematika siswa di sekolah. Mata pelajaran Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan-bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika di sekolah dasar mengutamakan agar siswa mengenal, memahami, serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktek dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat betapa pentingnya peran matematika dalam kehidupan manusia, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang mengajarkan dasar-dasar matematika merasa harus senantiasa berusaha meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar matematika. Apalagi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak masih guru dalam melakukan pembelajaran sehari-hari sering menggunakan metode ceramah dan latihan-latihan soal secara individual, dan tidak ada interaksi antar siswa yang pandai, sedang, dan normal. Hal ini juga disebabkan karena kurang kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran serta kebiasaan guru yang mengajarkan matematika tanpa menggunakan media serta monoton (tidak bervariasi). Sehingga banyak siswa mendapatkan hasil belajar materi matematika kurang maksimal.
Hal tersebut dapat dilihat pada pembelajaran tentang materi Luas Trapesium siswa kelas VI di SDN 2 Karanggeneng. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan selama proses pembelajarannya yaitu siswa mengalami kesulitan dalam menentukan luas trapesium. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi pembelajaran yaitu hanya 5 anak mendapat nilai diatas KKM dan 9 anak mendapatkan nilai di bawah KKM (70). Hasil evaluasi berdasarkan mata pelajaran matematika kelas VI di SDN 2 Karanggeneng menunjukkan nilai rata-rata 61,43.
Oleh karena itu, untuk mencari solusi dalam masalah diatas peneliti mencoba menggunakan media potongan karton dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut Nurhadi dan Senduk (dalam Wena 2009:189) Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang sengaja dibuat untuk menciptakan interaksi saling asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Student Team Achievement Division (STAD) adalah metode pembelajaran yang menempatkan siswa dalam beberapa kelompok kecil yang beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelaminnya,sukudan kemampuan untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, kemampuan dan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika. Peneliti memilih penerapan pembelajaran kooperatif ini untuk dapat menarik kemauan siswa untuk mencoba, berkomunikasi dan menyelesaikan masalah dengan teman kelompok.
Dari latar belakang tersebut di atas maka peneliti mengambil judul “Penerapan Pembelajaran STAD Dengan Media Potongan Kertas Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Luas Trapesium Siswa Kelas VI SDN 2 Karanggeneng Semester II Tahun 2016/2017â€.
Rumusan Masalah
Dengan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitan ini yaitu: “Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika materi luas trapesium melalui penerapan pembelajaran STAD dengan media potongan kertas pada siswa kelas VI SDN 2 Karanggeneng semester II tahun pelajaran 2016/2017?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi luas trapesium bagi siswa kelas VI SDN 2 Karanggeneng melalui penerapan pembelajaran STAD dengan media potongan kertas.
Manfaat Penelitian
Bagi Siswa
a. Meningkatkan keaktifan dan sikap sosial peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Matematika.
b. Menunbuhkan sikap percaya diri pada peserta didik.
Bagi Guru
a. Meningkatkan motivasi Guru dalam menanamkan konsep matematika pada proses pembelajaaraan
b. Meningkatkan profesionalisme Guru dalam mekaksanakan tugas; (c) mengembangkan kreatifitas Guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pengajaran yang bervariatif.
Bagi Sekolah
a. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menjadi kondusif.
b. Bila terjadi peningkatan hasil belajar pada peserta didik maka dapat meningkatkan kualitas pendidikan pada Sekolah.
Bagi Perpustakaan
Menambah jumlah buku dalam perpustakaan dan referensi sebagai bahan acuan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dimasa mendatang.
KAJIAN TEORI
Hasil Belajar
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar manusia bertahan hidup. Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Konsep belajar terjemahan dari learning. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman (Fontana dalam Komarudin, 2002:47).
Dalam istilah hasil belajar terdapat dua unsur didalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar. Hasil belajar merupakan suatu yang telah dicapai pelajar dalam kegiatan belajar (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) sebagaimana dijelaskan Kamus Bahasa Indonesia (1999:787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh Guru. (Kurikulum DEPDIKNAS, 2006:23).
Pembelajaran Matematika
Matematika adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani Mathein atau Mathenein yang artinya mempelajari , namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan Bahasa Sansekerta Weda atau widya yang artinya kepandaian , ketahuan atau inteligensi (Andi Hakim Nasution 1980:12).
Ruseffendi (1991:2) menyatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola pengorganisasian, pembuktian yang logis, menggunakan istilah yang didevinisikan dengan cermat, jelas, dan padat lebih berupa bahasa simbol, sifat – sifat atau teori – teori dibuat selalu deduktif.
Oleh Gagne dalam Herman Hudoyo (2003:36) mengatakan bahwa dalam belajar matematika ada dua yang diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan tak langsung. Objek langsung berupa fakta, ketrampilan, konsep dan aturan. Sedangkan objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika.
Hakekat belajar Matematika (Matematika, Kurikulum DEPDIKNAS, 2006:23), matematika merupakan suatun bahan kajian yang memiliki objek abstrak, nyang dibangun melalui proses penalaran yang deduktif.
Pembelajaran STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan pada tim yang beranggotakan empat sampai lima orang yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, maupun tingkat kemampuannya (prestasinya). Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi tersebut. Pada tahap akhir, siswa dikenai kuis dengan catatan siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu.
STAD terdiri dari lima komponen utama. Kelima komponen tersebut adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim (Slavin 2009: 143).
Setiap penggunaan metode dalam pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, demikian pula dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif model STAD memiliki banyak keunggulan yaitu: pembelajaran menjadi aktif, siswa lebih mudah memahami konsep, kemampuan siswa dapat terbangun, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan membantu siswa menumbuhkan berfikir kritis. Selain itu pembelajaran kooperatif model STAD memberikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan siswa ke arah pengembangan nilai, sikap, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi dalam kelompoknya sebab dalam STAD siswa dihadapkan pada kondisi kelompok yang heterogen dimana siswa harus belajar bagaimana mengemukakan pendapat, memberi kesempatan kepada teman untuk berpendapat, bagaimana menghargai pendapat teman satu timnya, saling mengoreksi kesalahan dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Selain kelebihan-kelebihan di atas, STAD juga mempunyai kelemahan-kelemahan seperti halnya dengan kelemahan yang ada dalam pembelajaran kooperatif lainnya. Kelemahan tersebut adalah ramai, alokasi waktu yang kurang mencukupi, guru mengalami kesulitan dalam menciptakan situasi belajar kooperatif, siswa kurang dapat bekerjasama dengan teman yang tidak akrab, serta adanya dominasi dari siswa yang pandai.
Media Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Arsyad Ashar, 2005: 15).
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Arsyad Azhar, 2005: 3). Senada dengan hal tersebut, Prastati dan Irawan (2005:3) berpendapat bahwa media ialah apa saja yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi ke penerima informasi. Lebih lanjut Latuheru (1988:14) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik/warga belajar dapat berlangsung secara tepatguna dan berdayaguna. Gerlach dan Ely yang dikutip Arsyad Azhar (2005: 3) menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sedangkan menurut Gagne dalam Sadiman, dkk., (2005: 3) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. National Education Association/NEA memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya, dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca (Sadiman, dkk. 2005: 7).
Kerangka Berpikir.
Sebelum melakukan tindakan, siswa masih rendah hasil belajarnya, hal ini dapat dapat dilihat dari banyaknya jumlah siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan masih cukup banyak. Penggunaan model pembelajaran STAD dengan media potongan kertas diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya. Langkah ini diambil berdasarkan penelitian dan teori – teori belajar yang menyatakan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif dan penggunaan media pembelajaran yang tepat, anak mudah memahami suatu materi, karena anak tidak dihadapkan dengan sesuatu yang abstrak tetapi konsep yang dipelajari merupakan hal yang konkrit. Jadi siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. Penulis berharap dengan model pembelajaran STAD dengan media potongan kertas akan mampu meningkatkan hasil belajar matematika pada materi luas trapesium.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hepotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah enerapan pembelajaran STAD dengan media potongan kertas dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi luas trapesium pada siswa kelas VI SDN 2 Karanggeneng.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Februari sampai denga bulan April 2017. Subjek dari penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN 2 Karanggeneng pada tahun pelajaran 2016 / 2017 yang berjumlah 14 siswa terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi , angket , dan tes tertulis. Adapun alat untuk mendapatkan data tentang hasil belajar matematika adalah soal tes tertulis. Hasil belajar matematika pada siklus I dan siklus II yang dikumpulkan menggunakan tes tertulis agar datanya valid perlu divalidasi isinya dengan cara menyusun kisi – kisi, soal tes, kunci jawaban dan rubrik penilaian sebelum membuat soal.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Adapun langkah – langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Indikator keberhasilan penelitian yang dilakukan ditunjukkan apabila minimal 80% siswa kelas VI SDN 2 Karanggeneng mampu tuntas belajar dengan KM 70 pada kondisi akhir.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Penelitian ini dilaksanakan dengan memberikan dua kali tindakan ada siklus I dan siklus II. Sebagaidata awal, peneliti mengambil data hasil belajar pada daftar nilai siswa pada materi luas trapesium. Dari data hasil belajar siswa, diketahui pada kondisi awal tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 35,71% atau 5 siswa dari 14 siswa. Adapaun 9 siswa atau 64,29% masih belum tuntas belajar. Berikut ini adalah diagram hasil belajar pada kondisi awal:
Diagram Hasil Belajar Pra Siklus
Diagram di atas menunjukkan jumlah siswa yang mendapat nilai 40 adalah 1 anak, mendapat nilai 50 adalah 3 anak, mendapat nilai 60 adalah 5 anak, mendapat nilai 70 adalah 3 anak, dan mendapat nilai 80 adalah 2 anak. Rata-rata nilai pada pembelajaran Pra Siklus adalah 61,43.
Siklus I
Perencanaan tindakan siklus I dimulai dengan penyusunan RPP. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada tanggal 7 dan 9 Maret 2017 melalui beberapa kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir kegiatan dilakukan ulangan harian untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi.
Selama pelaksanaan tindakan juga dilakukan kegiatan pengamatan. Pada kegiatan ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat. Dalam melakukan kegiatan pengamatan, peneliti dan teman sejawat menggunakan lembar observasi. Data hasil ulangan Siklus I menunjukkan tigkat ketuntasan belajar siswa sebesar 57,14% atau 8 siswa tuntas belajar. Sedangkan 42,86% atau 6 siswa belum tuntas belajar. Berikut ini adalah diagram hasil belajar pada Siklus I:
Diagram Hasil Belajar Siklus I
Diagram di atas menunjukkan jumlah siswa yang mendapat nilai 50 adalah 2 anak, mendapat nilai 60 adalah 4 anak, mendapat nilai 70 adalah 5 anak, mendapat nilai 80 adalah 2 anak, dan mendapat nilai 90 adalah 1 anak. Rata-rata nilai pada pembelajaran Siklus I adalah 67,14.
Siklus II
Perencanaan tindakan siklus II juga dimulai dengan penyusunan RPP. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada tanggal 4 dan 6 April 2017 melalui beberapa kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir juga kegiatan dilakukan ulangan harian seperti halnya pada Siklus I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi.
Data hasil ulangan Siklus II menunjukkan tigkat ketuntasan belajar siswa sebesar 85,71% atau 12 siswa tuntas belajar. Sedangkan 14,29% atau 2 siswa belum tuntas belajar. Berikut ini adalah diagram hasil belajar pada Siklus II:
Diagram Hasil Belajar Siklus II
Diagram di atas menunjukkan jumlah siswa yang mendapat nilai 60 adalah 2 anak, mendapat nilai 70 adalah 4 anak, mendapat nilai 80 adalah 4 anak, mendapat nilai 90 adalah 3 anak, dan mendapat nilai 100 adalah 1 anak. Rata-rata nilai pada pembelajaran Siklus II adalah 77,86.
Pembahasan
Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II, peneliti melakukan analisis hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran. Hasil belajar pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II dibandingkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian. Dari tingkat ketuntasan belajar siswa, mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada pembelajaran awal jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 5 siswa (35,71%). Setelah dilakukan tindakan pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 8 siswa (57,14%). Terjadi peningkatan dari pembelajaran awal sebesar 21,43%. Pada siklus II, setelah dilakukan ulangan harian, tingkat ketuntasan belajar siswa kembali mengalami peningkatan menjadi 12 siswa (85,71%). Terjadi peningkatan dari siklus I sebesar 28,57%. Secara keseluruhan terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 50,00%.
Rata-rata nilai ulangan harian siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada pembelajaran awal, nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah 61,43. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata ulangan harian siswa meningkat menjadi 67,14. Terjadi peningkatan sebesar 5,71. Pada siklus II, nilai rata-rata ulangan harian kembali meningkat menjadi 77,86. Terjadi peningkatan sebesar 10,71. Secara keseluruhan, nilai rata-rata ulangan harian terjadi peningkatan dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 16,43.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran STAD dengan media potongan kertas dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika materi luas trapesium pada Kelas VI SDN 2 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora pada semester II tahun pelajaran 2016/2017. Pada kondisi awal tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 35,71% dengan rata-rata ulangan harian 61,43 meningkat pada kondisi akhir tingkat ketuntasan belajarnya menjadi 85,71% dengan rata-rata nilai ulangan harian 77,86.
Saran
Disarankan kepada siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran, terutama ketika Guru sedang mengajar menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran, dengan harapaan hasil belajar yang diraih dapat meningkat.
Dengan berhasilnya peneliti ini disarankan kepada teman – teman guru untuk turut serta menerapkan model pembelajaran kooperatif dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
Kepada pihak sekolah diharapkan selalu membantu apabila ada guru yang berinisiatif melakukan penelitian tindakan kelas serta memberikan apresiasi positif, karena muara dari yang dilakukan penelitian tindakan kelas adalah meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Diharapkan pihak perpustakaan dapat menyimpan laporan hasil penelitian tindakan kelas ini dengan harapan nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi guru lain dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP
Hudoyo, Herman. 2003. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbub.
Komarudin, Hidayat. 2002. Active Learning. Yogyakarta. Yappendi.
Latuheru, John D. 1988. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar-Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud.
Nasution, Andi Hakim. 1980. Landasan Matematika. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Ruseffendi. 1991. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid Guru dan SPG. Bandung: CV Tarsito
Sadiman, Arief S., dkk. 2005. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya). Jakarta: PT. raja Grafindo Persada
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning, alih bahasa Lita, Cet. 3. Bandung: Nusa Media
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Akara