Pendekatan Kontekstual
PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA BILANGAN BULAT
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS IV SD N III JATIROTO
WONOGIRI TAHUN 2011
Sularmi
Chumdari
Meirawati Devi Istiarti
PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the increasing of students’ learning achievement in term of real number by using Contextual Teaching and Learning on the fourth grade students of SDN III Jatiroto Wonogiri.
The study uses classroom action research method with three cycles. The techniques of collecting data are observation and test. The subject of this research is fourth grade students of SD Negeri III Jatiroto, Wonogiri. The technique of analyzing data is by using interactive model which consists of three analysis components: data reduction, data presentation, and drawing conclusion.
Based on research result, it can be concluded that there is a significant increasing of the students’ Mathematics achievement in term of real number by using Contextual Teaching and Learning approach. It can be seen on the increasing of students’ average score. The students average score from pre test: 56, cycle I: 61,5, cycle II: 66,75 and cycle III: 80 (the most optimal score).
Whereas for the students’ learning completeness based on Minimal Completeness Criteria that is 67, there is an increasing percentage from the pre test to cycle I, from 40 % to 55 %, in cycle II become 70 %, and in cycle III get the most optimal percetage 80%.
By using contextual teaching and learning can increase the students’ activeness of Fourth Grade SD N III Jatiroto Wonogiri. It can be seen from the increasing in average of the students’ afective aspect for about 82,5 in cycle I, 85 in cycle II, and 90 in cycle III. Furthermore, in the average of the students’ psicomotoric aspect which in the cycle I is 80, get increase in cycle II become 85, and 93,75 in cycle III.
Thus, we can recommend that Mathematics learning by using Contextual Teaching and Learning approach can increase the students’ Mathematics learning achievement in term of real number on fourth grade students of SD Negeri III Jatiroto Wonogiri in 2011 Academic Year.
Key words: learning achievement, contextual teaching and learning
PENDAHULUAN
Manusia telah menggunakan matematika sejak adanya catatan tertulis. Matematika berkaitan dengan penyelesaian jumlah dan bentuk serta pembahasannya. Pentingnya belajar matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur.
Matematika menjadi salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jam pelajaran Matematika di sekolah. Pelajaran Matematika diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi.
Oleh karena itu mutu pembelajaran Matematika perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkem-bangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Untuk anak-anak sekolah dasar yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat operasional konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan jika sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak.
Minat siswa kelas IV SD N III Jatiroto terhadap pelajaran Matematika cukup bervariasi sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari rata-rata, belajar Matematika dianggap sesuatu yang menyenangkan, namun bagi anak yang mempunyai kemampuan yang kurang ataupun rata-rata menganggap belajar Matematika sesuatu yang menakutkan. Dari hasil tes psikologi kelas IV yang dilakukan pada awal tahun pelajaran 2010/2011, terdapat 3 siswa mempunyai kemampuan dibawah rata-rata, 12 siswa rata-rata, dan 5 siswa berkemampuan di atas ratarata.
Lingkungan SD N III Jatiroto cukup mendukung proses pembelajaran, karena terletak di kota kecamatan, sehingga cukup mudah dijangkau. SD N III Jatiroto juga terletak di lingkungan budaya dan sosial yang baik. Namun ada sedikit masalah, karena terletak di lingkungan pertokoan sehingga suasana bising. Selain itu SD N III Jatiroto terletak di dekat took elektronik, sehingga seringkali pembelajaran terganggu karena suara guru menjadi kurang jelas dan menyebabkan rusaknya konsentrasi siswa
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, kenyataan yang terjadi di SD N III Jatiroto, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri khususnya kelas IV, mata pelajaran Matematika Standar Kompetensi menjumlahkan dan mengurang-kan bilangan bulat, hasil belajar siswa masih rendah. Mata pelajaran Matematika tidak begitu diminati dan kurang disukai siswa. Bahkan, banyak siswa yang mengeluh dalam hal menerima pelajaran. Siswa seringkali merasa bosan dan kurang puas terhadap apa yang telah diketahuinya. Hasil belajar operasi hitung bilangan bulat yang dicapai rata-rata masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai yaitu 67. Prosentase siswa tuntas hanya 40%, dari 20 siswa hanya 8 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM. Hal ini terlihat dari hasil ulangan siswa dengan nilai rata-rata kelas 56. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SD N III Jatiroto, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri sangat berpusat pada guru. Siswa tidak berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun dan menemukan sendiri melalui proses interaksi langsung dengan lingkungan sekitar. Siswa cenderung hanya memperoleh pengetahuan melalui fakta – fakta yang telah ditulis di buku. Padahal pola pembelajaran yang hanya terpaku pada buku dan tidak dikaitkan dengan kehidupan seharihari akan menyulitkan dalam memahami suatu konsep. Proses pembelajaran ini perlu diperbaiki supaya siswa mampu memahami konsep akademik yang yang dipelajari. Khususnya pada mata pelajaran Matematika Standar Kompetensi menjum-lahkan dan mengurangkan bilangan bulat.
Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar bilangan bulat dalam Matematika tersebut maka sebaiknya guru memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat akan memberikan dorongan pada guru dalam menyampaikan pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Jika pembelajaran dianggap menyenang-kan, siswa akan mempunyai tingkat konsentrasi yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang mempunyai minat dan konsentrasi yang baik dalam pembelajaran, akan termotivasi untuk mendapatkan hasil yang optimal. Maka pada penelitian ini ditekankan upaya untuk melihat hasil penerapan model pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan pembe-lajaran aktual sehingga pada akhirnya hasil belajar khususnya operasi hitung bilangan bulat Matematikanya akan meningkat.
Dengan pendekatan kontekstual memberikan peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksikan pengetahuan Matema-tika, sehingga di dalam menyelesaikan suatu masalah Matematika siswa benar-benar dibimbing untuk berada dalam kehidupan nyata sehingga lebih mudah untuk dapat menemukan pemecahan masalah.
Pendekatan kontekstual mempunyai tujuh karakteristik yaitu: Constructivism, Inquiri, Questioning (Orang Bertanya), Learning Community (Masyarakat Belajar), Modeling (Pemodel-an), Reflection (Refleksi) dan Authentic Assesment (Penilaian Yang Sebenarnya). Dari karakteristik tersebut, pembelajaran kontekstual akan memunculkan beberapa perubahan diantaranya menempatkan siswa sebagai subjek belajar, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil, kemampuan didasarkan atas pengalaman, pembelajaran bisa dilakukan di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi psoses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: apakah dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Matematika bilangan bulat pada Siswa Kelas IV SD Negeri III Jatiroto Wonogiri tahun 2011?
Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal, bahkan pada era sekarang ini hamper setiap orang mengenal dan mengetahui istilah itu. Namun apa itu sebenarnya belajar, masing-masing orang mempunyai persepsi yang berbeda. Belajar adalah proses yang sangat kompleks, tidak hanya mendengar, melihat dan merasakan.
Thorndike dalam Gatot Muhsetyo(2009:1.8), mendefinisi-kan “belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera”.
Sejalan dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2008:27) mengemukakan bahwa “belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami”. Sedangkan menurut W. S. Winkel (2004:59) mengartikan “belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas”.
Pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah adalah suatu kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut standar yang telah berlaku.
Martinis Yamin (2011:72) menjelaskan bahwa kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya komponen peserta didik yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial ekonomi, budaya dan geografis, intelegensi, kepribadian, bakat dan minat. Kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh pembelajar. Komponen pembelajar ini dilihat dari latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, bahan mengajar, kondisi ekonomi, motivasi kerja, komitmen terhadap tugas, disiplin, dan kreatif. Kurikulum yang disusun sesuai dengan kondisi satuan pendidikan lebih mudah dilaksanakan, sehingga pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan berkualitas. Kurikulum yang sesuai akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Adapun sarana prasarana yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran meliputi: alat peraga/alat praktik, laboratorium, perpustakaan, ruang keterampilan, ruang Bimbing-an Konseling, ruang UKS dan ruang serba guna. Pengelolaan sekolah yang baik meliputi berbagai pengelolaan antara lain: pengolahan kelas, pengelolaan pembelajar, pengelolaan peserta didik, sarana dan prasarana, peningkatan tata tertib/disiplin, dan kedisiplinanan. Jika sekolah sudah dikelola dengan baik, maka kualitas pembelajaran juga akan meningkat.
Proses pembelajaran memerlukan pengelolaan yang baik. Faktor yang perlu dikelola dengan baik meliputi penampilan pembelajar, penguasaan materi/kurikulum, penggunaan metode/ strategi pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran. Pembelajaran akan berjalan dengan baik dan memenuhi standar kompetensi apabila seluruh rangkaian pembelajaran dibiayai sesuai prosedur masing-masing. Hal ini memerlukan perencanaan anggaran (RAPBS), sumber dana, penggunaan dana, laporan dan pengawasan.
Monitoring dan evaluasi proses pembelajaran wajib dilaksanakan guna mengevaluai tingkat kualitas pendidikan di satuan pendidikan. Monitoring atau evaluasi dilaksanakan oleh kepala sekolah sebagai supervisor di sekolahnya, pengawas sekolah dan komite sekolah sebagai supervisor.
Kemitraan sekolah sangat berpengaruh pada kualitas pembelajaran. Kemitraan sekolah meliputi hubungan sekolah dengan instansi pemerintah, hubungan dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan lainnya.
Suatu bukti usaha seseorang yang dicapai melalui proses atau kegiatan belajar juga merupakan hasil belajar. Keberhasilan belajar seseorang akan terlihat melalui terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Perubahan tingkah laku ini mengarah pada perubahan tingkah laku baru yang bersifat permanen.
Menurut Oemar Hamalik (2008: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Bilangan bulat terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2,…) dan negatifnya (-1, -2, -3,…; -0 adalah sama dengan 0 dan tidak dimasukkan lagi secara terpisah). Bilangan bulat dapat dituliskan tanpa komponen desimal atau pecahan. (http:id wikipedia. org/wiki/Bilangan bulat diakses tanggal 26 Januari 2011) Istilah Matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007:90) “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Sedangkan Russefendi memberikan pengertian Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenar-annya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif.
Selain memahami karakteristik pembelajaran Matematika, guru SD juga perlu mengetahui perkembangan siswa SD secara baik dengan mempertimbangkan karakteristik ilmu Matematika dan siswa yang belajar. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya. Taraf berpikir anak usia SD belum formal dan relatif masih konkret, bahkan untuk sebagian anak SD kelas tinggi terutama kelas IV berada pada tahap pra-konkret belum memahami hukum kekekalan, sehingga sulit mengerti konsep-konsep operasi seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Sedangkan anak SD pada tahap berpikir konkret sudah bisa memahami hukum kekekalan, tetapi belum bisa diajak untuk berfikir secara deduktif sehingga pembuktian dalil-dalil Matematika sulit untuk dimengerti oleh siswa. Siswa SD kelas atas (lima dan enam dengan usia 11 tahun ke atas) sudah pada tahap berpikir formal. Siswa ini sudah berpikir secara deduktif.
Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikiomotorik.
Sarah (2005), CTL is one of the most powerful tools used in the career tech classroom. But teachers of other subjects are in increasingly recognizing its value, and programs such as the one at UGA are helping to promote the practice. CTL salah satu pendekatan yang sangat baik diterapkan di kelas. Tetapi guru memerlukan faktor lain untuk meningkatkan penerapannya, dan program tersebut salah satu yang mampu membantu peningkatan prakteknya (http://www.tehnique.acteoline.org/ putting+It+Into+Context.Acces10/02/2011).
Martinis Yamin dalam Paradigma Baru Pembelajaran (2011:195) menyimpulkan bahwa: “Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka seharihari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahaman-nya”.
Elaine B. Johnson (2007:65) mengemukakan definisi “CTL yaitu sebuah system yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagianbagiannya secara terpisah”.
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual harus meme-nuhi karakteristik pendekatan kontekstual yaitu: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning community), pemodelan (Model-ing), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan sebuah metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran di mana dalam pelaksanaanya guru membantu siswa memahami makna dalam materi yang dihubungkan dengan kontak kehidupan sehari-hari secara nyata. Sehingga materi pembelajaran dapat terserap oleh siswa dengan baik.
Belajar matematika adalah suatu proses (aktivitas) berpikir disertai dengan aktivitas fisik. Pembelajaran matematika yang ingin dicapai, di antaranya yaitu memiliki kemampuan berpikir kritis, dan kenyataan yang ada di lapangan. Juga dapat kita cermati bahwa agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan dengan baik, maka proses pembelajaran yang dilaksanakan harus melibatkan siswa secara aktif. Sehingga dalam hal ini pemilihan pendekatan kontekstual sangat tepat dalam pembelajaran Matematika. Untuk beradaptasi dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan teknologi, pembelajaran matematika di SD/MI perlu terus ditingkatkan kualitasnya.
Pada dasarnya faktor-faktor pendekatan kontekstual sama. Walaupun pendefinisian pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dikemukakan oleh ahli sangatlah beragam. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada kejadian dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa, kemudian diangkat ke dalam konsep Matematika yang akan dipelajari dan dibahas. Melalui pendekatan ini, memungkinkan terjadinya proses belajar yang di dalamnya siswa mengeksplorasikan pemahaman serta kemampuan akademiknya dalam berbagai variasi konteks, di dalam ataupun di luar kelas, untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik secara mandiri ataupun berkelompok. Di lain pihak, kontekstual (Contextual Teaching and Learning) membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Trianto (2007:104) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learn-ing community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika, berusaha untuk mengubah kegiatan pembelajaran dengan membuat skenario pembelajaran yang dimulai dari konteks kehidupan nyata siswa, selanjutnya guru menfasilitasi siswa untuk mengangkat objek dalam kehidupan nyata itu ke dalam konsep Matematika.
Sehingga dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran Matematika melalui pendekatan kontekstual memberikan peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksikan pengetahuan Matematika, sehingga di dalam menyelesaikan suatu masalah Matematika dimulai dari masalahmasalah yang dapat dibayangkan siswa, kemudian siswa diberi kebebasan untuk memukan pemecahan masalah tersebut melalui bimbingan guru.
Proses pembelajaran akan mencapai hasil yang baik apabila siswa memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Pada kenyataannya hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri III Jatiroto Wonogiri masih sangat rendah. Hal ini disebabkan guru menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga siswa tidak termotivasi untuk aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu guru kurang dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki siswa yaitu guru selalu mendominasi kegiatan pembelajaran yang membuat siswa tidak bisa mengembangkan kemampuan serta bakat dan kreativitas yang dimilikinya dan siswa cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Beberapa upaya agar siswa terdorong untuk belajar diantaranya adalah penyajian materi yang menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan semangat, minat dan motivasi belajar. Hal itu dapat dilakukan dengan mengubah penyajian pembelajaran. Salah satunya dapat dilakukan dengan pendekatan Kontekstual. Dengan pendekatan tersebut siswa dapat secara langsung turut berperan aktif dalam proses pembelajaran nyata yang ada dalam kehidupan sehariharinya. Sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang akan diajarkan oleh guru dan hasil belajar siswa kelas IV pada pokok materi bilangan bulat dalam Matematika pun akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SD N III Jatiroto, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua (genap) Tahun ajaran 2010/2011. Lebih tepatnya bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2011 atau selama 6 bulan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N III Jatiroto, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang siswa yaitu 10 anak perempuan dan 10 anak laki-laki.
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu sekolah. Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut: (1) Perencanaan; (2) Tindakan; (3) Pengamatan; (4) Refleksi. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, wawancara. Kajian dokumen, dan tes. Untuk menjamin validitas data yang digunakan dalam penelitian ini, maka digunakan dua trianggulasi, yaitu: (1) Trianggulasi data (sumber) yaitu mengumpulkan data sejenis dari sumber yang berbeda. Adapun caranya adalah membandingkan data hasil tes dengan hasil catatan lapangan, dan membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil lapangan, menurut Meleong (dalam Sukajati, 2008: 60). Dalam penelitian ini data yang dibandingkan untuk mengetahui hasil belajar bilangan bulat pada siswa kelas IV adalah data yang berasal dari data observasi selama proses pembelajaran berlangsung. (2) Trianggulasi metode yaitu mengumpulkan data yang berbeda mengarah pada sumber data yang sama dengan menggunakan metode pengumpulan yang berbeda. Metode yang digunakan untuk menjamin kevaliditasan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi secara langsung dan wawancara.
Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan analisis model interaktif (Milles dan Huberman). Kegiatan pokok analisa model Milles dan Huberman (dalam Iskandar, 2009:76) ini meliputi: reduksi data, penyajian data, kesimpulan-kesimpulan penarikan/verifikasi. Adapun langkah-langkah analisis yaitu melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka dapat dikumpulkan, mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik yang berguna untuk penelitian lanjut, melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus, melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus, dan melakukan analisis antarkasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi laporan susunan laporan. Hal yang dilakukan paling akhir adalah merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian, merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian.
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau penelitian. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah apabila 75 % dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal tes akhir bilangan bulat matematika mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 67.
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini yaitu “melalui pendekatan kontekstual maka hasil belajar bilangan bulat dalam Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri III Jatiroto Kecamatan Jatiroto Kabupaten Wonogiri Tahun 2011 akan meningkat”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Proses ini dilakukan melalui observasi, wawancara dan tes awal pelajaran Matematika pokok bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat di kelas IV SD N III Jatiroto, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri dengan hasil awal antara lain: guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi pelajaran, kegiatan pembelajaran kurang hidup, guru tidak menyiapkan media yang bervariasi dalam menjelaskan materi pelajaran, guru kurang memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, guru kurang aktif dalam mengelola kelas.
Sedangkan permasalahan yang ditemui pada diri siswa yaitu: siswa merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pelajaran, siswa kurang memperhatikan penjelasan dan tugas dari guru, siswa masih banyak yang takut untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru serta mempunyai anggapan bahwa pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit. Dari hasil evaluasi awal sebelum diterapkan pendekatan pembelajaran kontekstual operasi hitung bilangan bulat masih rendah yaitu dari 20 siswa sebanyak 20 siswa hanya 8 siswa atau 40% yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 12 siswa atau 60% memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 67. sedangkan ada 8 anak yang nilainya di bawah KKM. Padahal dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai 75%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindak lanjut untuk meningkatkan hasil belajar matematika bilangan bulat.
Dalam siklus 1 hasil yang dicapai berdasarkan nilai rata-rata pertemuan pertama, kedua, dan ketiga hanya 56,25% siswa yang mampu mencapai batas tuntas atau masih kurang 18,75% untuk memenuhi target sasaran siswa belajar tuntas yaitu 75%. Berdasarkan data observasi pada siklus I diperoleh data hasil belajar afektif siswa diantaranya tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas. Siswa sudah siap untuk menerima materi pelajaran seca tertib. Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai bahan pelajaran yang masih belum jelas. Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.. Perhatian siswa terhadap pelajaran sudah mulai terfokus. Dengan adanya alat peraga rel tirai yang digunakan guru, siswa mulai tertarik dan termotivasi untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Siswa sudah mulai aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan mulai memahami maksud dari materi yang disampaikan oleh guru. Terdapat peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa menunjukkan peningkatan kerjasama dalam kelompokserta kesungguhan mengerjakan tugas baik tugas individu atau tugas kelompok. Keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil tugas observasi masih kurang, namun kemauan dalam berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik. Dari lampiran 8 data observasi pada siklus I diperoleh data hasil belajar psikomotorik diantaranya siswa masih agak canggung dan belum terampil menggunakan alat peraga atau media dalam menghitung operasi hitung penjumlahan bilangan bulat. Siswa mulai dapat menganalisis langkah-langkah penggunaan alat peraga atau media.Siswa terlihat akrab dan mau berkomunikasi dengan guru, serta berdiskusi dengan baik yang terlihat pada saat diberi waktu untuk berdiskusi, siswa mampu bekerjasama dengan teman. Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar siswa pada tes siklus I dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 15% dengan nilai batas tuntas 67 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 55%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 40% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 0 dan pada siklus I menjadi 20. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 84 naik menjadi 85 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 56 naik ada tes siklus I menjadi 61,5 nilai tersebut belum mencapai ratarata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti dan sekolah.
Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 0; pada tes siklus pertama 20 kemudian pada tes siklus kedua 30. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 84; pada tes siklus pertama 85, kemudian menjadi 95 pada tes siklus kedua. Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 56, tes siklus pertama 61,5; dan pada tes siklus kedua 66,75. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan di atas 67) pada tes awal 40%; tes siklus pertama 55% dan tes siklus kedua menjadi 70%.
Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas di atas 67 dan persentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai kurang dari 75%. Atas dasar tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran melalui pendekatan kontekstual yang dilaksanakan pada siklus II dikatakan masih memerlukan perbaikan sehingga akan diperoleh hasil yang optimal, sehingga perlu untuk diadakan siklus III sebagai upaya untuk mencapai hasil belajar bilangan bulat dalam Matematika lebih optimal.
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual dengan penggunaan media manikmanik pada siklus III, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan, di mana guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin luwes dan sabar. Persentase aktifitas atau partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif. Kemampuan dan ketrampilan bilangan bulat meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyelesaikan soal bilangan bulat dengan alat peraga kelereng dan metode manik-manik.
Dari analisis hasil tes pada siklus III ini diketahui bahwa dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas di atas 67 dan persentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai 75%. Atas dasar tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran melalui pendekatan kontekstual yang dilaksanakan pada siklus III dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun guru harus tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan hasil belajar siswa yang mendapatkan dibawah KKM dan melaksanakan pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata kelas sebagai tindak lanjut.
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan pendekat-an kontekstual dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika.
Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 0; pada tes siklus pertama sebesar 20 kemudian meningkat pada tes siklus kedua menjadi 30 dan mencapai criteria ketuntasan minimal pada siklus ketiga menjadi 40. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 84, mengalami kenaikan pada tes siklus pertama sebesar 85, kemudian menjadi 95 pada tes siklus kedua dan optimal pada siklus ketiga menjadi 100. Nilai rata-rata siswa dalam satu kelas secara keseluruhan juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 56, tes siklus pertama 61,5; dan pada tes siklus kedua 66,75 dan tes siklus ketiga meningkat sebesar 79. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan di atas 67) pada tes awal 40%; tes siklus pertama 55% dan tes siklus kedua menjadi 70% dan siklus ketiga mencapai 80%.
Prosentase hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat, mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu medemonstrasikan, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya hasil belajar Matematika siswa Kelas IV SDN III Jatiroto Wonogiri meningkat. Berdasarkan peningkatan hasil belajar yang telah dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus III.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 3 siklus dengan menerapkan penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SDN III Jatiroto Kecamatan Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2011 dalam kegiatan pembelajaran dengan materi pokok penjumlahan bilangan bulat, dapat diambil kesimpulan bahwa melalui pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Matematika bilangan bulat siswa Kelas IV SDN III Jatiroto Wonogiri tahun 2011. Hal ini dapat telihat dengan adanya peningkatan rata-rata kelas yang pada tes awal dilakukan sebesar 56, siklus I sebesar 61,5, pada siklus II meningkat menjadi 66,75 dan mencapai optimal pada siklus ke III sebesar 80. Sedangkan untuk ketuntasan belajar siswa menurut standar KKM yaitu 67, pada tes awal yang baru mencapai 40% dapat meningkat pada siklus I menjadi 55%, siklus II mencapai 70% dan pada siklus III menjadi 80%.
Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kon-tekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa Kelas IV SDN III Jatiroto Wonogiri. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan rata- rata aspek afektif siswa sebesar 82,5 pada siklus I, 85 pada siklus II dan sebesar 90 pada siklus III serta rata-rata aspek psikomotorik siswa yang pada siklus I sebesar 80 meningkat pada siklus II sebesar 85 dan 93,75 pada siklus ke III.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan bagi sekolah, guru maupun bagi siswa. Adapun saran yang ditujukan bagi sekolah yaitu membantu penggunaan pendekatan kontekstual dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Saran bagi guru yaitu untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dalam materi bilangan bulat diharapkan menggunakan pendekatan kontekstual karena pendekatan kontekstual melibatkan interaksi siswa dan lingkungan, meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektivan pembelajaran diharapkan menerapkan pendekatan kontekstual, memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat yang lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual serta adanya tindak lanjut terhadap penggunaan pendekatan kontekstual pada materi bilangan bulat.
Sedangkan saran yang ditujukan bagi siswa yaitu siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal, siswa hendaknya berperan aktif dan responsif terhadap pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan di dalam kelas sehingga hasil belajar matematika bilangan bulat dapat meningkat serta dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari hari.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Akhmad Sudrajat (dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diakses tanggal 26 Januari 2011
Amir. 2000. Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press Depdiknas. 2007. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Ekawarna. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada.
Elaine Johnson (Penerjemah Ibnu Setiawan). 2007. Contextual Teaching&Learning. Bandung: Mizan Media Utama
Gatot Muhsetyo, dkk. 2009. Pendidikan Matematika SD. Jakarta. Universitas Terbuka
I.G. A. K Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka
Iskandar.2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Gaung Persada Press.
Martinis Yamin. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Gaung Persada Press.
Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Sinar Grafika
Oemar Hamalik. 2008.Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Sinar Grafika.
Skinner. 1985. dalam(http://google.www.kuliah psikologi dek risky.com) (28 Januari 2011 pukul 19.38 WIB)
St.Y Slamet dan Suwarto,WA.2007.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS
Suharsimi Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika Thorndike (dalam Gatot Muhsetyo, dkk). 2009. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Trianto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta. Prestasi Pustaka
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
W.S. Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
http:id wikipedia.org/wiki/Bilangan bulat) (26 Januari 2011 pukul 19.50WIB)
http://www.google.co.id/gwt/n?u= http//www.banjar-.go.id., diakses tanggal 24 Januari 2011 Pukul 14.00 WIB
(http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dandefinisi.
html) (28 Januari 2011 pukul 20.00 WIB)
http://www.tandf.co.uk/…/0020739x.asp/Journal+International+of+Mathematical
+Education+in+Sciense+and+Technology.Acces22/01/2011, diakses tanggal 22 Januari 2011 Pukul 13.30 WIB
http://www.ateec.org/learning/instructor/contectual.html (28 Januari 2011 pukul 19.38 WIB)
(http: ipotes.wordpress.com /2011/01/28/pendekatan kontekstual) (28 Januari 2011 pukul 19.38 WIB)
http://www.Journal+Of+Elementary+Sciense+Education//Acces02/02/2011 (02 Februari 2011 pukul 13.30 WIB)
http://www.tehnique.acteoline.org/putting+It+Into+Context.Acces10/02/2011 (10 Februari 2011 pukul 19.38 WIB)