Pendekatan Saintifik Dengan Bahan Manipulatif Kertas Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK
DENGAN BAHAN MANIPULATIF KERTAS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 DERMOLO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Suci Sulistyorini
SDN 1 Dermolo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini sebagai berikut: a) Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo melalui penerapan pendekatan saintifik dengan bahan manipulatif kertas Semester I Tahun Pelajaran 2018 /201; b) Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo melalui penerapan pendekatan saintifik dengan bahan manipulatif kertas Semester I Tahun Pelajaran 2018 /2019. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SDN 1 Dermolo Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara terhadap 28 siswa Kelas IV pada semester I Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini menggunakan pendekatan saintifik dengan menggunakan bahan manipulatif kertas. Simpulan dari penelitian ini adalah a) Penerapan pendekatan saintifik dengan bahan manipulatif kertas dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo Semester I Tahun Pelajaran 2018 /2019; b) Penerapan pendekatan saintifik dengan bahan manipulatif kertas dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo Semester I Tahun Pelajaran 2018 /2019.
Kata kunci: Motivasi dan hasil belajar, saintifik, bahan manipulaif kertas
Latar Belakang
Belajar merupakan proses meningkatkan potensi diri menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan belajar manusia mengetahui apa yang belum diketahuinya sehingga bisa mengatasi permasalahan yang dipelajari tersebut. Menurut Oemar Hamalik (2008:37) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani,etis atau budi pekerti dan sikap. Untuk mewujudkan proses belajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip keilmuan serta sesuai dengan perkembangan zaman yang sudah modern perlu adanya penyesuaian kurikulum yang tepat yang mampu menjawab tantangan di masa yang akan datang.
Kurikulum 2013 merupakan suatu upaya dari pemerintah untuk melakukan perubahan pola pembelajaran yang ada di Indonesia. Dalam kulikulum 2013 peserta didik tidak dinilai dengan satu aspek saja, tetapi memperhatikan aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek psikomotorik. Dengan demikian pada kurikulum 2013 ini sudah mencakup penilaian peserta didik secara utuh, sehingga diharapkan peserta didik bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai aspek-aspek yang diterapkan tersebut. Namun kenyataan peneliti sebagai guru mengalami kendala dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siswa kelas IV SDN 1 Dermolo pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 mata pelajaran Matematika dengan materi pecahan, masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini ditunjukkan dari 28 siswa yang mengikuti ulangan yang mendapat nilai 65 atau lebih hanya 12 siswa sedang 16 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Persentase ketuntasan hanya mencapai 43% dengan nilai rata-rata 62,36.
Berdasarkan pengamatan, hal ini disebabkan oleh adanya beberapa hambatan selama pelaksanaan pembelajaran. Siswa masih menganggap matematika maerupakan mata pelajaran yang paling sulit. Motivasi siswa untuk belajar matematika sangat rendah hal tersebut ditunjukkan dengan banyak siswa yang asal menjawab soal yang diberikan guru tanpa dipikir lebih mendalam dulu. Banyak siswa yang tidak berani mengemukakan pendapat atau bertanya, merasa takut bila jawaban tidak sama, sehingga ide dan gagasan baru tidak berkembang. Dalam kerja kelompok banyak dari anggota kelompok yang hanya mencantumkan nama saja tanpa ikut berpartisipasi aktif dalam kelompok. Tanggung jawab siswa rendah, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok. Hambatan yang kedua berasal dari guru. Guru kurang dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar. Model pembelajaran yang diterapkan belum memberikan peluang yang lebih luas kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam mengkontruksi pengetahuan. Guru belum menggunakan media atau alat yang sesuai dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Menyadari kondisi tersebut di atas penulis mencoba memanfaatkan bahan bekas berupa kertas yang tidak digunakan lagi di sekolah berupa kertas cover, sampul buku yang didapat di sekolah serta menugasi siswa untuk membawa bungkus kertas yang sudah tidak terpakai di rumahnya untuk dijadikan bahan manipulatif. Benda-benda tersebut akan digunakan guru untuk menjelaskan materi pecahan pada pembelajaran matematika. Dengan menggunakan bahan matipulatif tersebut harapan dari peneliti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Permasalahan
Dari latar belakang di atas maka penulis mengemukakan permasalahan sebagai berikut: a. Apakah penerapan pendekatan saintifik dengan bahan manipulatif kertas dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo Semester I Tahun Pelajaran 2018 /2019?; b. Apakah penerapan pendekatan saintifik dengan bahan manipulatif kertas dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo Semester I Tahun Pelajaran 2018 /2019?.
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan di atas tujuan penelitian ini sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo melalui penerapan pendekatan saintifik dengan bahan manipulatif kertas Semester I Tahun Pelajaran 2018 /2019.; b. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo melalui penerapan pendekatan saintifik dengan bahan manipulatif kertas Semester I Tahun Pelajaran 2018 /2019.
Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini.
a. Bagi guru penelitian ini bermanfaat untuk: 1) meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih inovatif; 2) mengevaluasi proses pembelajaran agar memperoleh hasil yang diharapkan.
b. Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk: 1) menambah motivasi belajar siswa tentang materi pecahan; 2) memberi pengalaman baru pada siswa dalam PBM materi pecahan. 3) meningkatkan keaktifan dan tanggungjawab siswa dalam menyelesaikan tugas.
c. Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat untuk: 1) meningkatkan prestasi akademik sekolah; 2) menciptakan suasana proses belajar mengajar yang kondusif menciptakan situasi kompetisi yang sehat.
Pendekatan Saintifik
Akhmad sudrajat (2009) mendefinisikan pendekatan saintifik yaitu proses pembelajaran dimana siswa diajak untuk berfikir logis, runut dan sistematis, karena sesunggunya pembelajaran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah (keilmuan) sementara kemdikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan saintifik (scientific appoacch) dalam pembelajaran, di dalamnya mencakup komponen: 1) mengamati (observasi); 2) menanya (Questioning); 2) menalar (associating); 4) mencoba (experimenting); 5) membentuk jejaring (networking).
Dari pendapat di atas pendekatan saintifik adalah pendekatan dalam proses pembelajaran dimana siswa di ajak mengamati suatu obyek yang akan di pelajari dan diberikan kesempatan untuk membuat pertanyaan – pertanyaan yang timbul dari hasil pengamatannya, kemudian siswa diberikan keleluasaan untuk melakukan percobaan dengan pengalaman keilmuan yang dimilikinya serta mengelolah hasil dari percobaan yang dilakukan, juga diharapkan siswa mampu untuk menyajikan serta menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari, selain itu siswa juga dapat menciptakan sesuatu yang dikumpulkan dari fakta – fakta keilmuan yang dimiliki. Metode saintifik adalah proses berfikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris dan terkontrol.
Bahan Manipulatif Kertas
Bahan manipulatif adalah bahan yang dapat dimanipulasikan dengan tangan, yaitu dipegang, dibalik, dipindah, diatur/ditata, diputar, atau dipotong-potong (Gatot Muhsetyo, dkk, 2013: 2.31). Dari pendapat tersebut yang dinamakan bahan manipulatif adalah alat yang dapat digunakan untuk memperjelas dalam kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut lagi Gatot Muhsetyo, dkk (2013: 2.31) barang atau benda yang dapat dibuat untuk bahan manipulatif dapat berupa kertas, karton, plastik, kayu, lidi, papan, atau bahkan bahan-bahan yang sudah jadi. Adapun bahan manipulatif kertas yang dimaksud dalam dalam penelitian ini adalah bahan manipulatif berbahan kertas yang mudah di dapat di sekolah atau pun lingkungan rumah siswa. Bahan-bahan kertas tersebut berasal dari bahan bekas kertas cover atau sampul yang sudah tidak digunakan ataupun bekas bungkus barang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan manipulatif untuk memperjelas siswa dalam memahami pembelajaran matematika materi pecahan.
Adapun fungsi utama dari bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika adalah untuk menjelaskan konsep, menunjukkan operasi matematika, mengembangkan pola, dan menunjukkan kesamaan (nilai, luas). Manfaat dari bahan manipuatif kertas antara lain untuk menjelaskan pecahan (konsep, sama/senilai, operasi). Potongan kertas yang dilipat-lipat dan digunting dengan cara tertentu dapat digunakan sebagai salah satu cara agar siswa lebih aktif, lebih partisipatif dan lebih terlibat secara mental.
Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif artinya kecenderungan hati yang mendornong seseorang untuk melakukan suatu tindakan (Ngalimun, 2016: 39). Sedangkan Sardiman A.M. (2012: 73) menjelaskan bahwa motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dan digunakan sebagai daya penggerak di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motif seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Atau menurut Ngalim Purwanto (2014: 60) motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa motivasi merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh tujuan yang diinginkan.
Dilihat dari proses timbulnya motivasi, maka motivasi maka motivasi belajar itu di bedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik artinya motivasi yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti rasa ingin tahu, rasa ingin maju, dan rasa berkepentingan. Sedangkan motivasi ekstrinsik artinya motivasi yang timbul dan ditimbulkan karena dorongan dari luar, seperti adanya hadiah atau penghargaan, adanya ulangan, adanya pujian, dan menghindari hukuman.
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang akan menjamin kelangsungan kegiatan belajar siswa dan memberikan arah pada kegiatan belajarnya, sehingga tujuan yang diinginkan siswa dapat tercapai. Selain itu, Sugihartono, dkk, (2007: 20) berpendapat bahwa motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Motivasi adalah kunci untuk belajar. Motivasi belajar penting bagi siswa maupun guru. Dimyati dan Mudjiono (2006: 85) menjelaskan pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut: 1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan produknya; 2) memberikan informasi yang berkaitan tentang usaha belajarnya dibandingkan teman lain; 3) mengarahkan kegiatan belajar; 4) menambah semangat belajar, dan; 5) menyadarkan tentang proses belajar yang kemudian akan dipergunakan untuk bekerja. Beliau juga menjelaskan pentingnya motivasi belajar bagi guru, yakni untuk membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara motivasi siswa dalam belajar, termasuk motivasi dalam belajar matematika. Lebih lanjut lagi wahyudin (2008: 52) menganjurkan sebaiknya motivasi dipandang bersifat internal. Maksudnya, sikap, energi, konsentrasi, dan kegembiraan yang menyusun motivasi siswa dapat diwujudkan hanya oleh para siswa sendiri. Lebih lanjut lagi beliau menegaskan bahwa sesungguhnya guru tidak memotivasi siswa. Tanggung jawab guru yaitu merancang lingkungan-lingkungan yang mungkin melibatkan para siswa sehingga mereka memotivasi diri mereka sendiri untuk belajar. Diantara faktor-faktor pembelajaran paling tangguh, faktor yang dapat dimanfaatkan oleh guru adalah membuat pembelajaran itu menarik dan relevan pada kehidupan siswa. Sekaligus para guru dapat merancang lingkungan-lingkungan di mana usaha siswa memberikan hasil sehubungan dengan kesuksesan belajar. Para guru dapat menarik perhatian pada fakta bahwa usaha adalah penting.
Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidaklah merupakan suatu substansi yang dapat kita amati. Menurut Abin Syamsudin Makmun (2009: 40) yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya dalam term-term tertentu, antara lain: 1) durasinya kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan); 2) frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu); 3) persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan; 4) ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan; 5) devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya) untuk mencapai tujuan; 6) tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; 7) tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatan yang dilakukannya; 8) arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike; positif or negatif). Lebih lanjut lagi Abin Syamsudin Makmun menjelaskan bahwa dengan memperhatikan indikator-indikator tersebut di atas berbagai teknik pendekatan dan pengukuran tertentu dapat dipergunakan antara lain: 1) tes tindakan (performance test) disertai observasi untuk memperoleh informasi dan data tentang persistensi, keuletan, ketabahan, dan kemampuan menghadapi masalah durasi dan frekuensinya: dalam hal ini berbagai eksperimen dapat dilakukan; 2) kuesionernya dan inventori terhadap subjeknya untuk mendapatkan informasi tentang devosi dan pengorbanannya, aspirasinya; 3) mengarang bebas untuk mengetahui cita-cita dan aspirasinya; 4) tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah sikapnya. Sedangkan penulis dalam penelitian ini mengukur motivasi seseorang menggunakan kuesioner terhadap subjek untuk mendapatkan informasi.
Hasil Belajar
Hasil menurut Kamus Bahasa Indonesia Daring adalah sesuatu yg diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha. Sehingga apapun yang kita perbuat pasti akan ada hasilnya. Adapun belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan menurut Ngalimun (2015:22) belajar adalah berbuat memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar menurut Suprijono (2012: 5), adalah “pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilanâ€.
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2009: 250-1) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut Ngalimun (2016:60) membedakan penialaian menjadi dua yaitu penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Lebih lanjut lagi Ngalimun (2016:60) menjabarkan bahwa penilaian proses adalah penilaian yang dimaksudkan untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil belajar merupakan penilaian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dikuasai oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran. Lebih luas lagi Mulyasa (2009: 258). Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program.
Hakekat Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diberikan kepada setiap siswa. Matematika juga diajarkan pada semua jenjang sekolah salah satunya di Sekolah Dasar. Meskipun demikian pada umumnya orang berpendapat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk diajarkan atau di pelajari. Matematika mengkaji benda abstrak yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif. (Sutawija dalam Aisyah dkk 2007: 1). Menurut Hudoyo dalam Aisyah dkk (2007: 1), matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, dan hubungan-hubungan yang diatur secara logis, sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan konsep-konsep abstrak yang diatur secara logis dan menjadi dasar dari berbagai disiplin ilmu. Matematika juga merupakan suatu mata pelajaran umum yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika penting diberikan sejak dini khususnya pada siswa SD. Wahyudin (2008: 64) menjelaskan bahwa di tingkat-tingkat kelas K-4, studi matematika hendaknya menekankan penalaran sehingga siswa mampu: 1) menarik konklusi-konklusi logis mengenahi matematika; 2) menggunakan model, menggunakan fakta, ciri-ciri, dan hubungan yang diketahui untuk mejelaskan pikiran mereka; 3) menjustifikasi jawaban dan proses pemecahan; 4) menggunakan pola-pola dan relasi-relasi untuk menganalisis situasi matematis; 5) mayakini bahwa matematika dapat dimengerti.
Pada penelitian ini materi yang coba disajikan penulis adalah materi mengenahi pecahan. Materi pecahan merupakan materi yang sangat memerlukan pemahaman yang mendalam dalam menyampaikannya kepada peserta didik. Menurut Wahyudin (2008: 85) pembelajaran matematika materi pecahan hendaknya diajarkan di tingkat konkret dengan menggunakan daerah-daerah (baik segiempat maupun lingkaran), garis bilangan, dan grup-grup. Papan pecahan dapat digunakan. Konsep pecahan-pecahan ekuivalen dibangun. Penjumlahan dan pengurangan pecahan diajarkan dan biasanya dibatasi pada pecahan-pecahan yang sama penyebutnya. Macam-macam pecahan menurut Muchtar Abdul Karim dkk (2005: 6.6): 1) Pecahan murni atau sejati adalah pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari penyebutnya dan pecahan itu tidak dapat disederhanakan lagi; 2) Pecahan campuran yaitu pecahan yang terdiri dari campuran bilangan bulat dengan bilangan pecahan murni/sejati. Menurut Gatot Muhsetyo, dkk (2013: 4.46) mengerjakan pecahan sebaiknya tidak mekanistik dan empirik dalam bentuk hapalan, ingatan, dan statis, tetapi dalam bentuk konseptual, bermakna, manipulatif benda konkret, dan realistik. Berpijak dari beberapa pendapat ahli tersebut sehingga penulis memanfaatkan kertas yang tidak terpakai disekolah dan dilingkugan siswa untuk menjadikan bahan manipulatif dalam pembelajaran mata pelajaran matematika materi pecahan.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini di lakukan di SDN 1 Dermolo, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019. Dalam jangka waktu selama 3 bulan (bulan Agustus, September, Oktober). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Dermolo Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara yang merupakan kelas yang diampu oleh peneliti dengan jumlah siswa 28 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes, dan teknik non tes. 1) Tes akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan, baik pada akhir siklus I dan siklus II. Jenis tes yang digunakan yaitu tes tertulis; 2) Non tes adapun pengumpulan data yang dilakukan dilakukan melalui teknik non tes yaitu angket motivasi belajar, observasi dan dokumentasi.
Indikator Keberhasilan
Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila rata-rata hasil instrumen motivasi belajar siswa lebih besar dari 75%.
Hasil Belajar Siswa
Siswa dikatakan meningkat hasil belajarnya apabila 75% siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal matematika yaitu sebesar 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Penelitian ini dilakukan dari hasil belajar pra siklus yang menunjukkan 54% siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Setelah diberikan kuesioner motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika ternayata rata-rata siswa mencapai motivasi belajar sebesar 68%. Dengan memperhatikan data kegiatan pra siklus tersebut sehingga penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. Setelah dilakukan penelitian sesuai dengan prosedur yang telah dirancang oleh penulis, hasil penelitian didapat sebagai berikut:
Tabel Motivasi Belajar Siswa Per Siklus
No. |
Hasil Penelitian |
Motivasi Belajar |
Hasil Belajar |
1. |
Pra Siklus |
68% |
54% |
2. |
Siklus I |
74% |
71% |
3. |
Siklus II |
81% |
86% |
Motivasi belajar pada siklus 1 hanya mencapai 68% setelah menerapkan pendekatan saintifik meningkat menjadi 74% dan pada siklus II sudah mencapai 81%. Dari data penelitian di atas terlihat adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Hasil belajar matematika pada pra siklus siswa yang dinyatakan tuntas belajar sebanyak 54% kemudian pada siklus I meningkat menjadi 71%, sedangkan pada siklus II sudah mencapai 86%. Meningkatnya motivasi belajar dan hasil belajar Matematika tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu penggunaan pendekatan saintifik dengan media kertas karton oleh guru yang bisa mendorong aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Dengan menggunakan media yang mudah dipraktikkan oleh siswa, sehingga mendorong motivasi siswa untuk mencoba melakukan proses belajar dengan baik terhadap materi yang disampaikan guru yaitu materi pecahan.
Menurut Arsyad (dalam Sa’dun Akbar, 2013: 119) mengidentifikasikan manfaat media, yaitu: 1) memperjelas penyajian pesan dan informasi; 2) meningkatkan dan mengarahkan perhatian. Anak sehingga menimbulkan motivasi belajar dan interaksi secara langsung; 3) mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu; dan 4) memberikan kesamaan pengalaman belajar pada siswa. Berdasarkan pendapat tersebut dan hasil penelitian yang penulis lakukan mempertegas peranan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar menjadi meningkat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan selama 2 siklus, maka simpulan yang didapat sebagai berikut: 1) Penerapan pendekatan saintifik dengan bahan manipulatif kertas dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo Semester I Tahun Pelajaran 2018 /2019; 2) Penerapan pendekatan saintifik dengan bahan manipulatif kertas dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Dermolo Semester I Tahun Pelajaran 2018 /2019.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan setelah melaksanakan penelitian ini adalah: 1) Dalam pelaksanaan pendekatan saintifik agar dapat menarik dan siswa menjadi lebih aktif diharapkan guru menggunakan bahan manipulatif yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan; 2) pembelajaran matematika harus dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah ke yang sulit, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar matematika; 3) dalam pembelajaran matematika perlu disisipi permainan yang bisa meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga merangsang motivasi siswa untuk lebih baik dari temannya; 4) Sekolah hendaknya memfasilitasi pengadaan media pembelajaran yang mendukung metode mengajar guru sehingga siswa mudah menerima pelajaran yang diberikan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun. 2009. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
E. Mulyasa, 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung.
Gatot Muhsetyo, dkk. 2013. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Muchtar Abdul Karim, dkk. 2005. Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ngalim Purwanto. 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ngalimun, 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Sleman: Aswaja Presindo.
Oemar Hamalik, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika.
Sardiman A.M. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Suprijono, A. 2012. Pembelajaran kooperatif: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran Seri 2. Jakarta: CV. IPA Abong.
—-.2008. Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran Seri 3. Jakarta: CV. IPA Abong.