Penerapan Contextual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran Berpidato
PENERAPAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
DALAM PEMBELAJARAN BERPIDATO PADA SISWA KELAS IX.7
SMP NEGERI 2 TEMBILAHAN HULU KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
Sri Mulyati
SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan dan menjelaskan Penerapan Pendekatan CTL Dalam Pembelajaran Berpidato. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan menekankan pada penyempurnaan dan peningkatan pembelajaran. Lokasi penelitian di kelas IX.7 Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tembilahan Hulu. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan,dan refleksi. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya. Dalam pembelajaran berpidato dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) permasalahan dalam pembelajaran berangsurangsur dapat diatasi. Indikator berpidato yang diterapkan dapat dicapai atau dilampaui. Rerata sebelum tindakan adalah 65 rerata nilai yang ditetapkan adalah 70 dan nilai yang dicapai pada akhir tindakan pada faktor kebahasaan adalah 95,12 nonkebahasaan 89,11 dengan presentase peningkatan pada siklus pertama aspek kebahasaan 65 % nonkebahasaan 59 % siklus kedua factor kebahasaan 89 % nonkebahasaan 84 % siklus ketiga factor kebahasaan 95 % nonkebahasaan 89 %.Faktor pendukung meningkatnya kemampuan berpidato siswa adalah diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan tujuh komponen utama. Tujuh komponen utama itu adalah kontruktivisme,inquiry, question, learning community, modeling, refleksi dan assessment authentic. Implikasi dan hasil penelitian ini adalah (1) pelaksanaan pembelajaran sudah bervariatif, (2) Siswa dapat berpidato sesuai dengan indikator yang ditetapkan, (3) Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan tujuh komponen utama. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran. Dengan demikian hipotesis tindakan bahwa penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran berpidato dapat mengalami peningkatan di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu teruji kebenarannya.
Kata Kunci: Pidato, Hasil Belajar Bahasa Indonesia, Contextual Teaching and Learning (CTL).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari bahasa mempunyai arti yang sangat penting. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi serta untuk mewujudkan hasil pemikiran manusia. Segala macam pikiran, ide, konsep, dan berbagai angan-angan manusia dilahirkan lewat bahasa. Hal ini kiranya mendorong seseorang untuk lebih memperhatikan penggunaan bahasa. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih diarahkan agar siswa mampu dan terampil menggunakan bahasa Indonesia secara komunikatif. Dapat dikatakan bahwa untuk pembelajaran bahasa lebih ke performansi berbahasa secara konkret atau berupa unjuk kerja mempergunakan bahasa dalam konteks tertentu sesuai dengan fungsi komunikatif bahasa. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik komunikasi secara lisan maupun secara tertulis. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek: 1. Mendengarkan (menyimak), 2. Membaca, 3. Berbicara , 4. Menulis. Keempat aspek tersebut merupakan aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran walaupun dalam penyajian silabus keempat aspek itu masih dipisahkan.(BSNP.2007). Tarigan (1983:15 dalam Materi terintegrasi 2004 Bahasa Indonesia) “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas katakata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaanâ€. Mulgrave (1954: 3-4 dalam Materi Terintegrasi 2004 Bahasa Indonesia).
Salah satu tujuan utama program bahasa umumnya adalah mempersiapkan pembelajar untuk melakukan interaksi yang bermakna, yaitu dengan cara membuat mampu menggunakan dan memahami bentuk-bentuk ujaran alamiah. Pembelajaran berbicara membutuhkan dasar-dasar kemampuan yang cukup tinggi, maka untuk mengarahkan pembelajaran berbicara perlu dipertimbangkan alternatif pendekatan yang tepat. Guru sebagai pelaksana pembelajaran di kelas dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif sehingga secara perlahan tetapi pasti pembelajaran itu akan dapat menggerakkan dan menumbuhkan kemampuan siswa untuk memiliki kemampuan berbicara. Maka tujuan dan fungsi pengajaran bahasa Indonesia, sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian serta pengembangan budaya dapat tercapai.
Khusus keterampilan berbicara (berpidato) para siswa di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu, berdasarkan observasi dan pengamatan belum sesuai harapan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Semua itu disebabkan (1) frekuensi pembelajaran berbicara di sekolah belum optimal, (2) belum ada kemampuan dan keberanian pada siswa. (3) rendahnya nilai rata-rata Bahasa Indonesia siswa pada materi berpidato. Dalam penelitian ini disampaikan salah satu alternatif tindakan dalam pembelajaran berbicara khususnya berpidato di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu dengan pendekatan CTL (Contekstual Teaching and Learning).
Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas,maka masalah yang akan dideskripsikan sebagai berikut: “Apakah penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran berpidato dapat meningkatkan kemampuan berpidato?â€.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan Kemampuan berbicara khususnya berpidato dengan pendekatan CTL pada siswa kelas IX.7 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan kemampuan siswa dalam berpidato setelah dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning.
Manfaat
Suatu penelitian dilakukan tentulah diharapkan memberikan manfaat, baik manfaat secara teoritis maupun praktis:
a. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat:
1. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpidato siswa kelas IX.7 SMPN 2 Tembilahan Hulu.
2. Digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam upaya melakukan penelitian lebih lanjut
3. Sebagai bahan komparasi pada penelitian sejenis.
b. Secara Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini akan bermanfaat:
1. Bagi Siswa
Pembelajaran berpidato dengan pendekatan CTL sangat bermanfaat, karena siswa akan dapat mengkonstruksikan ide-ide, pengetahuan, pengalaman baik pengalaman dalam kehidupan nyata di dalam masyarakat atau meniru model yang ada kedalam keterampilan berpidato, siswa akan lebih aktif,kritis, dan kreatif.
2. Bagi Guru
a) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas mengajar.
b) Mendorong guru untuk selalu kreatif dan inovatif dalam merancang teknik pembelajaran.
c) Meningkatkan profesionalisme.
c. Bagi Pengambil Kebijakan Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya peningkatan perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara (berpidato) dengan penelitian ini yang berwenang dapat memilih atau menentukan pendekatan sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien, memberikan andil dalam meningkatkan hasil belajar, dapat meningkatkan out put sekolah.
d. Bagi Dunia Pendidikan
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan kurikulum dan UU Sisdiknas No 20 tahun 2003.
KAJIAN PUSTAKA
Pendekatan CTL
Guru bahasa Indonesia harus menguasai dan dapat menerapkan berbagai pendekatan dan metode dalam pembelajaran di kelas. Belajar akan bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya. Jadi anak tidak hanya mengetahui saja. Pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara pelajaran dengan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). John Dewey (1916), diikuti oleh Katz (1918), Howey dan Zipher (1989). Bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari– hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual menekankan pada lingkungan tempat proses belajar mengajar itu dilaksanakan, kelas, laboratorium komputer, laboratorium dan lain-lain. Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang membantu siswa untuk dapat menghubungkan atau mengkorelasikan antara ilmu pengetahuan dengan dunia nyata, dan memotivasi siswa untuk mengaitkan antara ilmu yang telah dipelajari dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dalam perannya sebagai anggota keluarga masyarakat, dimana proses belajar itu diperlukan, dengan cara mengkontruksikan sendiri.
Strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan guru secara kontekstual yaitu:
a. Pembelajaran menekankan pada pembelajaran berbasis masalah.
b. Pembelajaran sebaiknya dilakukan atau dilaksanakan di berbagai situasi.
c. Mengarahkan kepada siswa untuk memonitor aktivitas belajar mereka sendiri sehingga mereka akan menjadi pebelajar yang mandiri.
d. Memotivasi siswa untuk belajar dari siswa lain dengan cara belajar bersama-sama atau belajar kelompok.
e. Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat.
f. Merupakan penilaian autentik.
Karakteristik pembelajaran berbasis CTL, yaitu: (1) kerja sama saling menunjang, (2) menyenangkan tidak membosankan, (3) belajar dengan bergairah, (4) pembelajaran terintegrasi, (5) menggunakan berbagai sumber, (6) siswa aktif, (7) sharing dengan teman, (8) siswa kritis guru kratif, (9) laporan kepada orang tua bukan hanya raport, melainkan hasil karya siswa.(Depdiknas ,2003:49).
Tujuh komponen utama dalam pembelajaran CTL adalah:
a. Konstruktivisme (Contructivism)
b. Menemukan ( Inquiry )
c. Bertanya (Question )
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
e. 5) Pemodelan (Modelling)
f. Refleksi (Reflextion)
g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran berbahasa adalah pembelajaran berkomunikasi, sehingga diarahkan pembelajaran tersebut untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Bahasa sebagai sarana komunikasi digunakan untuk berbagai fungsi sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh penutur. Pembelajaran bahasa selalu berkaitan dengan kegiatan mendengarkan , berbicara, membaca, atau menulis. Keempat kegiatan berbahasa tersebut dapat menjadi fokus pembelajaran. Dalam pengembangan pembelajaran itu menjadi pembelajaran yang lebih rinci, muncul kegiatan berbahasa lainnya sehingga keempat aspek itu dilaksanakan secara terpadu. Contoh: Pembelajaran berpidato, pembelajaran tersebut dikembangkan menjadi sejumlah pembelajaran yang lebih rinci dan sistematis, sehingga dapat terlihat sebagai berikut: Mendengarkan pidato, menulis naskah pidato, membaca naskah pidato, berpidato.
Berbicara
“Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaanâ€. Tarigan (1983:15 dalam Materi terintegrasi 2004 Bahasa Indonesia). Mulgrave (1954: 3-4 dalam Materi Terintegrasi Bahasa Indonesia) Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran , berbicara merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan otot-otot dan jaringan otot manusia untuk mengkomunikasikan ide-ide, berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis, neorologis, semantik dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat dianggap sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial.
Berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan katakata, untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot-otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Dengan demikian, berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Larry King (2007: 61) Ciri-ciri pembicara terbaik adalah:
a. Memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, mengambil titik pandang yang tak terduga pada hal-hal umum.
b. Mempunyai cakrawala luas.
c. Antusias
d. Tidak pernah membicarakan diri sendiri
e. Sangat ingin tahu
f. Menunjukkan empati
g. Mempunyai selera humor
h. Punya gaya bicara sendiri
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengar, mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicara baik secara umum maupun perorangan. Tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran berbicara di Sekolah Menengah Pertama kelas IX adalah agar siswa mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam bentuk komentar dan laporan, mampu mengungkapkan kembali cerpen dan puisi dalam bentuk lain, mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam pidato dan diskusi, mampu mengungkapkan tanggapan terhadap pementasan naskah drama. (BSNP,2007: 38,43,48,53).
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk keefektifan berbicara, yaitu:
a. Faktor kebahasaan, yang meliputi: (a) pengucapan, (b) penggunaan nada, irama, (c) pilihan kata, (d) Variasi kata, (e) ragam bahasa.
b. Faktor non kebahasaan, yang meliputi: (a) Kelancaran, (b suara, (c) pandangan mata, (d) gerak gerik mimik, (e) Penguasaan topik.
Berpidato
Berpidato adalah bentuk berbicara di muka umum, termasuk di dalamnya berceramah dan berkhotbah. Berpidato mengungkapkan pikiran yang dibentuk dengan kata-kata dan ditujuakan kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Seni berpidato sering disebut dengan retorika, dalam bahasa Inggris Rhetorica yang berarti ilmu bicara. Rhetorica berarti keterampilan berbahasa secara efektif atau seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis. Retorika juga berarti kesenian untuk berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alam dan keterampilan teknis. Menurut Socrates, yang juga seorang ahli filsafat memberi pengertian bahwa retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan.
Berpidato berdasarkan metode penyampaiannya dapat digolongkan dalam empat jenis yaitu:
a. Metode impromptu. Terjadi bila seseorang tiba-tiba diminta untuk berbicara, khalayak tidak boleh menuntut uraian yang mantap dan berbobot dari pembicara.
b. Metode tanpa persiapan naskah lengkap (ekstemporan)
c. Metode membaca naskah
d. Metode menghafal
Sebuah pidato/ ceramah/ khotbah memiliki tiga bagian utama, yaitu pendahuluan (pembukaan), isi ( pembahasan), dan penutup. Fungsi ketiga bagian itu adalah sebagai panduan agar penyampaian pikiran lebih sistematis (berurutan). Mempersiapkan naskah pidato adalah salah satu aspek penting yang harus dilakukan sebelum berpidato.
Kerangka Berpikir
Belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi, dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Di dalam melaksanakan pembelajaran terutama tentang berbicara / berpidato, banyak kendala yang dihadapi guru. Di antaranya guru harus memahami siswa sebagai individu yang unik, karena masing-maing mempunyai latar belakang sosial ekonomi, efektif, kognitif yang berbeda. Di sisi lain guru harus dapat mengantarkan siswa menguasai berbagai kompetensi yang telah tercantum dalam kurikulum. Dalam penelitian ini kompetensi yang harus dikuasai siswa kompetensi bahasa Indonesia kelas IX khususnya berbicara yaitu berpidato. Untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan ditawarkan pendekatan pembelajaran CTL. Dalam CTL guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti (Reinforing) yaitu membantu siswa menemukan makna (pengetahuan).
CTL memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar menyenangkan, karena pembelajaran dilaksanakan secara alamiah, agar siswa dapat mempraktikan secara langsung apa yang dipelajari. Siswa dilatih untuk mengkonstruksi dan menemukan sendiri pengetahuan dan pengalaman secara langsung dan model yang dicontohkan guru, berkomunikasi dalam kelompok, kemudian merefleksi pengetahuan yang diperoleh. Dalam penerapan pendekatan CTL, siswa yang tingkat afektif dan kognitifnya tinggi akan mampu mengkonstruksi, menemukan ilmu sendiri, selalu bertanya untuk menggali informasi, meniru model dari guru, dan merefleksinya apa yang diperolehnya, kemudian siswa memperluas ilmu yang dimiliki dengan konteks pembelajaran. Dengan begitu diharapkan melalui prinsip-prinsip CTL yang diterapkan di dalam kelas akan dapat mengembangkan kemampuan berpidato pada siswa.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa “Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran berpidato dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa kelas IX.7 SMP Negeri 2 Tembilahan Huluâ€.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu yang beralamat di Jalan Pelajar Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 yaitu pada bulan Januari sampai dengan April 2017.
Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah peserta didik kelas IX.7 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu tahun Pelajarna 2016/2017 yang berjumlah 28 orang terdiri dari 13 perempuan dan 15 laki-laki.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) , dengan penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan kemampuan berbicara khususnya berpidato pada siswa kelas IX.7 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu.
Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa kumpulan kerja siswa dalam bentuk peristiwa dan informasi tentang proses pembelajaran berpidato, kemampuan berpidato, naskah pidato setelah dilaksanakan pembelajaran dengan penerapan pendekatan CTL. Peningkatan kemampuan berpidato siswa kelas IX.7 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu setelah dilakukan pembelajaran dengan penerapan pendekatan CTL.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Observasi, angket, dan kajian dokumen.
Teknik Analisis Data
Tenik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah anlisis kritis dan analisis komparatif. Analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui siklus-siklus. Tiap siklus berisi empat tahap: Yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus, dan tiap siklus melalui 4 (empat tahapan).
Cara Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan peneliti meliputi pengamatan proses pembelajaran dikelas, pengamatan pembelajaran di lingkungan sekolah, pengamatan evaluasi pembelajaran. Pengamatan proses pembelajaran dilakukan sendiri oleh peneliti terhadap perilaku siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pengamatan pada pembelajaran di lingkungan sekolah sendiri oleh peneliti pada saat membimbing siswa melaksanakan pengamatan di lapangan. Aspek yang harus diperhatikan adalah proses sosialisasi siswa. Pengamatan eveluasi pembelajaran meliputi perkembangan kemampuan siswa baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran keterampilan mendengarkan (menyimak), keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dalam pelaksanaannya keempat aspek kebahasaan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya berbicara pada kompetensi berpidato secara umum yang selama ini diamati di lingkungan tempat kerja kurang optimal. Metode ceramah tetap mendominasi pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terjadi karena rata-rata atau sebagian besar guru kurang memahami dan menguasai materi dan merasa kesulitan dalam menyajikannya. Jalannya proses pembelajaran di kelas IX.7 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu yang dialami, khususnya pada aspek pembelajaran berbicara kompetensi dasar berpidato ditemukan beberapa kondisi yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai materi. Kondisi ini antara lain Kurangnya sumber belajar, adanya siswa yang mempunyai sifat sangat pendiam, belum dikembangkannya pendekatan pembelajaran yang membuat siswa aktif, kreatif, dan menyenangkan, serta sebagian besar siswa kelas IX.7 belum ada keberanian berbicara di muka umum. Pembelajaran dengan pendekatan CTL dalam PTK untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas IX.7 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya ada empat tahap perlakuan, yaitu (1) Perencanaan; (2) Tindakan; (3) Pengamatan; (4) Refleksi. Dalam setiap siklus keberhasilan dan ketidakberhasilan guru dalam mengatasi masalah, ketidakberhasilan diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil pembelajaran setiap siklus harus menunjukkan perubahan perbaikan.
Kemampuan yang dapat dicapai siswa pada siklus pertama adalah pengetahuan tentang berpidato, kemudian berpidato sesuai dengan pengetahuan pidato yang diterimakan oleh siswa, peningkatan kemampuan ini tidak berarti tanpa ada kesalahan, tetapi tingkat kesalahan pada pengetahuan pidato hanyalah sedikit. Sedangkan indikator yang lain yaitu keberanian berbicara belum dapat tercapai. Rerata nilai yang diperoleh siswa pada akhir siklus I yaitu 58,57.
Pada siklus kedua, kemampuan yang dicapai oleh siswa yaitu kreativitas, siswa menggunakan idenya sendiri baik bentuk penyusunan kerangka pidato sampai dengan bentuk naskah pidato. Hasil perolehan nilai siswa pada siklus II menunjukkan Rerata nilai adalah keseluruhan jumlah nilai siswa dibagi jumlah siswa, sehingga perolehan nilai rerata adalah = 1930: 28 = 68,93. Setelah diadakan bimbingan secara intensif, mendengarkan pidato dari teman sebagai model, dan penunjukan tutor sebaya dari teman kelompoknya, ada perubahan yang cukup signifikan. Sebagian besar siswa sudah mengalami kemajuan dalam berpidato, yaitu keberanian untuk berbicara di depan walaupun masih menggunakan teks pidato.
Penerapan pendekatan CTL pada siklus III dapat meningkatan kemampuan siswa. Peningkatan tersebut pada penampilan siswa saat berpidato tanpa naskah pidato, dan dapat dibuktikan dengan hasil tulisan siswa tentang penyusunan naskah pidato berdasarkan kerangka pidato. Rerata nilai yang diperoleh siswa pada akhir tindakan adalah Jumlah nilai: Jumlah siswa = 2368: 28 = 84,57. Faktor-faktor pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa adalah diterapkannya tujuh komponen yang berperan sangat besar adalah komponen pemodelan yang berupa naskah pidato, penampilan teman sebaya dalam berpidato dan komponen masyarakat belajar. Yaitu yang diwujudkan dalam belajar kelompok, faktor lain adalah bimbingan guru yang intensif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu pada tahun pelajaran 2016/2017 menggunakan Kuriulum 2013, meskipun begitu proses pembelajaran belum begitu banyak berubah. Metode ceramah masih mendominasi kegiatan pembelajaran.
Khusus pembelajaran Bahasa Indonesia dalam hal ini berpidato pada kondisi awal sebelum diadakan tindakan masih monoton belum ada variasi, hal inilah menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi berbicara/berpidato.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka diadakan tindakan perbaikan kualitas pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian tindakan kelas ini memfokuskan pada aspek keterampilan berbicara, kompetensi dasar berpidato. Perbaikan pembelajaran berpidato ini menggunakan pendekatan CTL.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya ada empat tahap yaitu: (1)perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Ketidakberhasilan guru dalam siklus diperbaiki pada siklus berikutnya.
Hasil penelitian yaitu penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpidato. Tujuh komponen utama pendekatan CTL merupakan faktor pendukung meningkatnya kemampuan siswa dalam berpidato, antara lain dari komponen pemodelan (modelling) yang berupa naskah pidato, penampilan teman sebaya dalam berpidato, dan masyarakat belajar (learning community). Hal tersebut bermanfaat sangat besar dalam peningkatan kemampuan berpidato siswa kelas IX.7 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, dan implikasi yang telah diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran sebagai berikut:
a. Untuk lebih meningkatkan profesionalisme guru, hendaknya guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif untuk mengurangi kejenuhan dan meningkatkan minat serta motivasi belajar siswa.
b. Guru hendaknya berusaha meningkatkan kinerjanya sebagai wahana pengembangan profesionalisme
c. Guru hendaknya melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, untuk meningkatan kualitas pendidikan, sehingga sumber daya manusia dapat meningkat juga.
d. Untuk penelitian lebih lanjut, para peneliti lain hendaknya dapat mengadakan penelitian yang lebih aktual yang dapat meningkatkan kinerja pendidik terlepas dari CTL.
e. Untuk sekolah hendaknya hendaknya menyediakan buku-buku bacaan/ rujukan untuk guru sehingga wawasan guru semakin bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prof.Dr. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Aziez MPd., Furqanul.Drs. Dr.A Chaedar Alwasilah, MA.1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
B. Johnson, Elaine, PH.D. Pengantar Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah. 2002. Contextual Teaching & Learning. California: Corwin Press, Inc.
Badudu, JS. 2002. Pintar berbahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Bonar Sirait, Charles.2007. The Power Of Publik Speaking. PT. Gramedia.
Depdiknas. 2002. CTL Pendekatan Cotextual Teaching and Learning. Jakarta.
Dipodjojo. Asdi.S. Drs. 1982. Komunikasi Lisan. Jogjakarta: PD Lukman Guntur Tarigan, Henry. DR. 1990. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Angkasa.
Hopkins, David. 1993. Ateacher Guide To Classroom Research. Buckingham-Philadelphia: Open University Press.
http://www.atecc.org/curric/etlinfo.cfm (diakses tanggal 11 Januari 2017).
http://www.nesl.org/programs/employ/contexlearn.htm (diakses tanggal 11 januari 2017).
http://www.texascollaborative,org/whatIsCTL,htm (diakses tanggal 11 Januari 2017).
King, Larry. 2007. Seni Berbicara. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.