PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA

MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

DENGAN MENGGUNAKAN FOTO PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII.4 SMP NEGERI 2 TEMBILAHAN HULU

 

Relawati

SMPN 2 Tembilahan Hulu

 

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji peningkatan kemampuan menulis teks berita melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa pada peserta didik kelas VIII.4 SMPN Rinbesihat, Belu. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan peserta didik kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu dalam menulis teks berita melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa. Subjek penelitian ini 30 peserta didik. Objek penelitiannya adalah proses pembelajaran menulis teks berita melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa. Prosedur penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus, siklus I terdiri atas dua kali pertemuan (3 jam pelajaran), sedangkan siklus II terdiri atas satu kali pertemuan (2 jam pelajaran). Tiap siklus terdapat empat langkah utama yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dan nontes. Analisis data dilakukan dengan teknik kualitatif dan kuantitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis teks berita pada peserta didik kelas VIII.4 SMPN Rinbesihat, Belu dapat ditingkatkan melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa, penerapan strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa dapat meningkatkan pengembangan unsur 5W+1H menjadi teks berita yang menarik. Berdasarkan hasil tulisan peserta didik, kemampuan menulis teks berita meningkat dari siklus I sampai siklus II. Pada pra-siklus, 20% peserta didik tuntas dengan nilai rata-rata kelas 59,17. Pada siklus I, nilai rata-rata meningkat menjadi 6,43 dan ketuntasan peserta didik 63%. Pada siklus II, nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81,9 dan ketuntasan peserta didik 93%.

Kata Kunci: Teks Berita, Think Talk Write (TTW), Kemampuan Menulis, Bahasa Indonesia

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup dua kompenen, yaitu kemampuan berbahasa dan kemampuan mengapresiasi sastra. Kemampuan kebahasaan berorientasi pada aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis sehingga kegiatan pembelajaran menekankan pada cara menggunakan Bahasa Indonesia secara tepat sesuai dengan konteks dan situasi. Selain itu, keempat aspek tersebut harus terintegrasi secara seimbang dalam proses pembelajaran agar peserta didik memiliki daya kompetensi berbahasa yang utuh, maksimal, dan terampil. Kemampuan kesastraan menekankan pada kegiatan apresiatif.

Keterampilan menulis membutuhkan kemampuan yang spesifik. Guru Bahasa Indonesia yang mengajarkan keterampilan menulis kepada peserta didik memang dibutuhkan ketekunan dan semangat. Penguatan mental kepada peserta didik untuk tidak takut memulai menulis harus sering dilakukan guru serta mendorong mereka untuk terus berlatih menulis sehingga daya cipta peserta didik dapat berkembang.

Kompetensi dasar menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas mempunyai tujuan pembelajaran agar peserta didik dapat menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan keterampilan tersebut, peserta didik akan dapat mengembangkan daya cipta serta dapat menggunakannya sebagai amunisi dalam mengamati suatu informasi baru yang mereka dapatkan dengan baik dan mengintegrasikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (Burns, dan Ross, 1996).

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan peneliti di kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang masih sulit dilakukan oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan kebiasaan peserta didik menggunakan bahasa daerah (Bahasa Banjar) baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam. Selain itu, tidak ada wahana (seperti: majalah sekolah atau majalah kelas) bagi peserta didik untuk mengembangkan ide-ide kreatif mereka.

Hasil ulangan menulis teks berita yang telah dilaksanakan terhadap peserta didik juga menunjukkan bahwa ada 6 orang (20%) yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 24 orang (80%) dari 30 peserta didik. Rendahnya kemampuan menulis teks berita ini membuktikan bahwa kemampuan peserta didik dalam menulis teks berita memang perlu dikembangkan. Oleh sebab itu, peneliti memilih strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa untuk diterapakan dalam pembelajaran menulis teks berita. Strategi ini dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin (Hamdayama, 2014: 217) yang mengacu pada kegiatan berpikir, berbicara, dan menulis. Foto peristiwa diambil berdasarkan peristiwa atau fakta yang terdapat di lingkungan hidup peserta didik. Melalui foto peristiwa peserta didik mengamati unsur berita apa saja yang terdapat dalam foto dan mengkomunikasikan kepada teman diskusi kelompok kemudian dituliskan dalam bentuk sebuah teks berita.

Berangkat dari kenyataan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Melalui Strategi Think Talk Write (TTW) Dengan Menggunakan Foto Pada Peserta Didik Kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa dapat meningkatkan kemampuan menulis teks berita peserta didik kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis teks berita melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa pada peserta didik kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu.

 

 

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru, dan sekolah. Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a.     Bagi Peserta Didik

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini memberikan pengalaman berpikir, berbicara, dan menulis teks berita kepada peserta didik kelas VIII.4 SMPN 4 Tembilahan Hulu melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa. Penelitian ini juga memberikan kesempatkan kepada peserta didik untuk mengembangkan daya cipta dalam bidang menulis serta mendorong peserta didik untuk menjadi jusnalis atau reporter berita.

b.     Bagi Guru

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini memberikan referensi penggunaan strategi baru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia serta mendorong minat guru untuk berinovasi dalam proses pembelajaran.

c.     Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan wawasan baru dalam hal penerapan strategi pembelajaran sebagai bekal untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan kemampuan menulis serta dapat dijadikan pijakan untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya.

d.     Bagi Sekolah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini memberikan data acuan dalam peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini juga memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk membuat sebuah wahana pengembangan keterampilan menulis bagi peserta didik kelas di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu.

KAJIAN PUSTAKA

Strategi Think Talk Write (TTW)

            Secara etimologi, think diartikan dengan “berpikir”, dan talk diartikan “berbicara”, sedangkan write diartikan sebgai “menulis”. Jadi think talk write bisa diartikan sebgai berpikir, berbicara, dan menulis. Think talk write adalah sebuah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bantuan bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Model pembelajaran yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin (Hamdayama 2014:217) ini pada dasarnya dibagun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan strategi Think Talk Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah prose membaca. Selanjutnya, berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis.

Strategi Think Talk Write (TTW) ini memiliki sintak yang sesuai dengan urutan di dalamnya, yaitu:

a.     Think (Berpikir)

Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca sebuah teks bacaan, suatu materi pelajaran kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam tahap ini, siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca.

b.     Talk (Berbicara)

Berbicara (talk) yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunikasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara.

c.     Write (Menulis)

Fase “write” yaitu menuliskan hasil diskusi atau pada lembar kerja yang telah disediakan (Lembar Kerja Siswa). Aktivitas menulis berarti mengkontruksi ide, karena setelah berdiskusi antarteman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.

Komponen pendukung strategi Think Talk Write (TTW) yaitu sebagai berikut:

a.     Guru yang berkompeten dan profesional.

b.     Anak didik yang aktif dalam proses pembelajaran.

c.     Buku bacaan yang sesuai dengan topic materi yang diajarkan dengan jumlah yang banyak dan bervariasi.

d.     Beberapa teknik pembelajaran yang mempunyai peranan cukup penting dalam terlaksananya strategi think talk write dalam pembelajaran agar dapat tercapai tujuan yang telah ditentukan (Hamdayama, 2014:220).

Ada 3 manfaat penerapan strategi Think Talk Write (TTW). Manfaat penerapan strategi Think Talk Write (TTW), yaitu sebagai berikut:

a.     Terselenggaranya pembelajaran yang berbasis komunikasi, baik komunikasi antar siswa maupun komunikasi antar siswa dengan guru.

b.     Pemahaman konsep dalam pembelajaran berbasis komunikasi tersebut dapat memfasilitasi partisipasi aktif siswa melalui kegiatan talk (diskusi kelompok) untuk mengkomunikasikan think atau pikirannya.

c.     Komunikasi dari berpikirnya tersebut, lalu diwujudkan dalam bentuk write, berupa kegiatan menulis teks berita (Hamdayama, 2014:221).

Kelebihan-kelebihan strategi Think Talk Write (TTW), antara lain sebagai berikut:

a.     Mempertajam seluruh keterampilan berpikir.

b.     Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar.

c.     Dengan memberikan soal open ended, dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.

d.     Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.

e.     Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahka dengan diri mereka sendiri.

Kelemahan-kelemahan strategi Think Talk Write (TTW), antara lain sebagai berikut:

a.     Ketika siswa bekerja dalam kelompok, mereka mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan, karena didominasi oleh siswa yang mampu.

b.     Guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan strategi Think Talk Write (TTW) tidak mengalami kesulitan (Hamdayama, 2014:223).

Menulis

Menurut Tarigan (1994:3-4), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tanpa bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Yunus dkk. (2008:129) mengatakan bahwa menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Dari dua pengertian menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan mengungkapkan gagasan menggunakan bahasa tulis sebagai alat komunikasi tidak langsung dengan memperhatikan kaidah penggunaan bahasa tulis.

Menurut Tarigan (1994:23-24), ada 4 tujuan menulis, yaitu ulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse), untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse), untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (literary discourse), dan tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse). Dengan demikian, dapat disimpulkan beberapa tujuan menulis, yaitu untuk menyampaikan informasi kepada pembaca, membujuk pembaca untuk melakukan suatu hal, dan menghibur pembaca dengan tulisan yang menarik.

Tarigan (1994:21-22) menyebutkan 4 fungsi utama menulis, yaitu: 1) memudahkan para peserta didik untuk berpikir kritis, 2) memudahkan peserta didik untuk merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, 3) memperdalam daya tanggap atau persepsi mereka, 4) memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi, serta sebagai sarana dalam menyusun urutan bagi pengalaman. Ciri-ciri tulisan yang baik antara lain: jujur, yaitu tidak memalsukan ide atau gagasan penulis, jelas, yaitu tidak membingungkan para pembaca, singkat, yaitu tulisan jangan sampai memboroskan atau membuang waktu pembaca, dan adanya keanekaragaman, termasuk panjang kalimat yang beraneka ragam (Mc. Mahan & Day dalam Tarigan 1994:7). Sementara itu menurut Widyamartaya (1990:37-38), ada 6 asas yang perlu diperhatikan dalam menuangkan gagasan yaitu kejelasan, Keringkasan, ketepatan, Kesatupaduan, pertautan, dan harkat.

Teknik Penulisan yang Baik dan Benar

Menurut Suhandang (2010:132-136) disimak dari segi fakta, terlihat suatu gambaran susunan fakta dalam bentuk konstruksi pyramid yang diawali dari halhal yang kurang penting, berkembang terus menjadi hal-hal yang penting, dan berakhir hal yang sangat penting atau klimaks dari peristiwanya. Lebih lanjut, Djuraid (2009:81-83) mengungkapkan cara penulisan berita saat ini sudah mengalami perkembangan yang pesat. Penulisan lead (kepala berita) bisa dibuat dengan berbagai macam variasi disesuaikan dengan materi dan kondisi yang berkembang. Dengan membaca kepala berita, orang akan tahu materi berita yang sesungguhnya. Setelah membuat kepala berita, langkah selanjutnya adalah membuat isi berita.

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa teknik penulisan teks berita yang baik harus memperhatikan lead berita (kepala berita). Dalam menulis berita, penulis berusaha menyampaikan bagian yang terbaik di awal tulisan. Hal ini membuat berita akan terlihat isi keseluruhannya pada bagian awal berita dan bagian berikutnya merupakan uraian lebih mendetail. Singkatnya struktur penulisan berita senantiasa berbentuk piramida terbalik.

Teks Berita

Djuraid (2009:9) mengungkapkan bahwa berita adalah sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh wartawan di media massa. Menurut Suhandang (2010:103) berita adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian banyak orang. Berdasarkan pendapat para ahli tentang berita tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa berita adalah laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang aktual, terjadi di luar dugaan, dan menarik perhatian banyak orang.

Luwi Ishara dalam Catatan-catatan Jurnalisme Dasar (2005:51-52) mengelompokkan jenis-jenis berita menjadi dua, yaitu pertama, berita yang terpusat pada peristiwa (event-centered news) yang khas menyajikan peristiwa hangat yang baru saja terjadi, dan umumnya tidak diinterpretasikan dengan konteks yang minimal, tidak dihubungkan dengan situasi dan peristiwa yang lain. Kedua, berita yang berdasarkan pada proses (process-centered news) yang disajikan dengan interpretasi tentang kondisi dan situasi dalam masyarakat yang dihubungkan dalam konteks yang luas dan melampaui waktu.

Selain itu, Suhandang (2010: 104-105) mengemukakan bahwa ada dua jenis berita berdasarkan penyajian pemberitaan, yaitu berita langsung (straight news) dan berita tidak langsung (feature news). Berita langsung yaitu berita yang disajikan dengan cara menyampaikan fakta utama yang terlibat dalam peristiwa itu apa adanya secara langsung, baik hal-hal yang menjadi pokok peristiwa maupun apa yang dikatakan tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa itu. Berita langsung dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: matter of news, action news, dan quote news. berita tidak langsung atau feature news, yaitu berita yang tidak mementingkan unsur waktu, melainkan memberikan tambahan bacaan yang dianggap tetap hangat walaupun tidak disajikan secepatnnya (pada saat) peristiwa terjadi. Berita tidak langsung atau feature news dibagi menjadi dua, yaitu berita tersirat (interpretative news) dan berita laporan (reportase).

Menurut Suhandang (2010:122-124), ada 6 unsur berita, yaitu: (1) apa yang terjadi (what); (2) siapa yang terlibat dalam peristiwa yang diberitakan (who); (3) kapan peristiwa itu terjadi (when); (4) di mana peristiwa itu terjadi (where); (5) mengapa peristiwa itu terjadi (why); (6) bagaimana peristiwa yang diberitakan terjadi (how). Dalam bahasa Inggris unsur berita biasa disebut dengan 5W + 1H.

 

 

Foto Peristiwa

Menurut Kustandi (2011: 45), media foto adalah media pembelajaran yang sering digunakan. Media ini merupakan bahasa yang umum, dapat dimengerti, dan dinikmati oleh semua orang di mana-mana. Foto berfungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut indera penglihatan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam simbol-simbol komunikasi visual. Menurut Sudjana (2009:70), media foto merupakan media yang mudah diperoleh dari berbagai sumber, misalnya surat kabar, majalah, brosur, dan buku. Gambar, lukisan, ilustrasi, dan foto yang diperoleh digunakan guru secara efektif dalam kegiatan pembelajaran. Fotografi membantu membangkitkan minat siswa pada proses pembelajaran.

Menurut Kustandi (2011: 94-95) ada beberapa prinsip umum dalam penggunaan media foto adalah sebagai berikut: (1) menyajikan foto dengan sederhana, karena gambar yang sangat rinci sulit diproses dan dipelajari, (2) visualisasi digunakan untuk menekankan informasi sasaran, (3) menghindari sajian visual yang tak berimbang, (4) unsur-unsur pesan harus ditonjolkan dan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi, (5) menggunakan warna yang realistis. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip dalam penggunaan media foto adalah memilih media fotografi yang sesuai dengan materi pelajaran. Selain kesesuaian media foto peristiwa dengan materi pembelajaran media fotografi juga harus disajikan dengan sederhana agar mudah dipahami oleh peserta didik.

Daryanto (2011:100-101) menyebutkan ada empat kelebihan media foto, yaitu pertama mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa, kedua harganya relatif lebih murah daripada jenis-jenis media lainnya, ketiga foto dapat dipergunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang pengajaran dan berbagai disiplin ilmu, kempat foto dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistik. Kelemahan media foto, yaitu pertama beberapa gambarnya sudah cukup memadai, tetapi tidak cukup besar ukurannya jika digunakan untuk tujuan pembelajaran kelompok besar, kecuali jika diproyeksikan melalui proyektor, kedua foto adalah berdimensi dua sehingga sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga, kecuali jika dilengkapi dengan beberapa gambar untuk objek yang sama atau adegan yang diambil dilakukan dari berbagai sudut pemotretan yang berlainan, ketiga foto bagaimana pun indahnya tetap tidak memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup.

Menurut Daryanto (2011:108), langkah-langkah pembelajaran menggunakan media foto peristiwa dalam proses pembelajaran menulis teks adalah sebagai berikut. Pertama, guru mengadakan apersepsi terlebih dahulu. Kedua, guru menjelaskan materi pelajaran. Ketiga, guru membagikan foto peristiwa yang akan dijadikan sebagai media pembelajaran menulis teks berita. Keempat, siswa mengamati foto peristiwa yang telah dibagikan oleh guru. Kelima, siswa menuliskan hasil pengamatan dalam bentuk teks berita. Keenam, guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Ketujuh, guru mengadakan evaluasi mengenai materi yang telah disampaikan.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah keterampilan menulis teks berita peserta didik kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu akan meningkat dan terjadi perubahan tingkah laku jika menggunakan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan memanfaatkan foto peristiwa.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu yang beralamat di Jalan Pelajar Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 yaitu pada bulan Maret s/d April 2017.

Subjek Dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII.4, SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu Tahun Ajaran 2016/2017. Keseluruhan peserta didik berjumlah 30 orang, 7 peserta didik laki-laki dan 23 peserta didik perempuan. Objek penelitian ini adalah proses pembelajaran menulis teks berita melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa.

Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut. (Wina Sanjaya, 2013:149). Penelitian tindakan kelas ini memiliki tiga tujuan utama, yaitu (1) PTK diarahkan untuk memperbaiki kinerja guru; (2) menumbuhkan sikap profesional guru; dan (3) peningkatan situasi tempat praktik berlangsung. (Wina Sanjaya, 2013: 150). Penelitian Tindakan Kelas ini mengangkat kompetensi dasar menulis teks berita melalui stretegi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian mengikuti model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian menggunakan dua siklus. Rancangan penelitian pada setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes dan non tes untuk mendapatkan data penelitian. Bentuk instrumen tes berupa unjuk kerja (performans) dan portofolio. Pelaksanaan unjuk kerja adalah saat peserta didik melaksanakan petualangan (hunting) untuk mendapatkan data yang digunakan sebagai bahan menulis teks berita. Adapun portofolio (kumpulan karya peserta didik) digunakan sebagai penilaian proses untuk menunjukkan perkembangan kompetensi peserta didik dari tiap siklus. Instrumen non tes berupa pedoman wawancara, lembar observasi, dan pedoman dokumentasi.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengukuran pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam menulis teks berita menggunakan instrumen tes. Adapun tes yan akan dilakukan adalah tes tes awal, tes menulis teks berita dan tes akhir. Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui fakta dalam kondisi pembelajaran yang sebenarnya di dalam kelas. Selain melakukan observasi, peneliti juga memberikan kuesioner dan melakukan dokumentasi foto. Kuesioner merupakan alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis juga oleh responden (Racham, 1993:79). Kuesioner dibuat dalam bentuk tertutup atau berstruktur. Kuesioner ini berbentuk tertutup karena berisi pernyataan-pernyataan yang disertai sejumlah alternaif jawaban yang sudah disediakan. Dokumentasi berupa foto ini dilakukan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran menulis teks berita melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis teks berita menggunakan media foto peristiwa.

Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif yang diperoleh dari hasil nontes yang berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai perubahan perilaku peserta didik selama pembelajaran menulis teks berita menggunakan media foto peristiwa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa dan Rabu, 4 dan 5 April 2017 selama tiga jam pelajaran (3×40 menit). Pada penelitian kali ini, pembelajaran menulis teks berita dilakukan melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan media foto peristiwa. Berdasarkan hasil observasi pada proses pembelajaran dalam siklus I bahwa Peserta didik melakukan diskusi dengan serius dan teliti dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Peserta didik percaya diri dalam mengungkapkan pendapat tentang unsur-unsur berita yang terdapat dalam foto peristiwa. Namun peserta didik juga sopan dalam menyangga pendapat teman dalam proses diskusi. Pada dasarnya peserta didik serius dalam melakukan tahap pembelajaran Think Talk Write (TTW). Hal ini terbukti dari kerja sama kelompok dalam menyimak foto peristiwa (Think), berdiskusi tentang unsur-unsur berita (Talk), dan menulis teks berita (Write). Akan tetapi, peserta didik juga kurang antusias dalam pertanyaan dari guru. Hal ini dikarenakan frekuensi keakraban antara peneliti (sebagai guru) dan peserta didik yang cukup rendah. Selain itu, peserta didik juga kurang disiplin dalam mengumpulkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sementara itu, dalam proses pemaparan hasil diskusi, peserta didik kurang percaya diri. Hal ini terbukti dari suasana presentasi yang cendrung sunyi.

Berdasarkan nilai siklus I, terdapat 11 peserta didik yang tuntas (nilai KKM 70), sedangkan peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 19 peserta didik. Nilai rata-rata peserta didik kelas VIII.4 SMPN 2 Tembilahan Hulu pada siklus II sebesar 66,43 atau dalam kategori cukup. Pada siklus I sebanyak 11 (63%) peserta didik yang mencapai KKM sedangkan 19 (37%) peserta didik tidak mencapai KKM.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakkan pada siklus I ditemui dalam pembelajaran bahwa peserta didik kesulitan dalam menemukan foto peristiwa yang akan dignakan sebagai media pembelajaran menulis teks berita melalui strategi Think Talk Write (TTW), frekuensi keakraban antara peneliti dengan peserta didik masih cukup rendah, peserta didik belum mampu menyusun pernyataan terkait unsur berita yang terdapat dalam foto peristiwa, sebagian besar peserta didik belum bisa menulis teks berita melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa, dan guru kurang berkomitmen dalam pengalokasian waktu. Kekurangan-kekurangan yang telah ditemukan pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilihat dari faktor sarana, peserta didik, dan guru (peneliti).

Siklus II

Siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Siklus II dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa, 10 dan 11 April 2017 selama tiga jam pelajaran (3×40 menit). Berdasarkan hasil observasi pada siklus II yaitu peserta didik melakukan diskusi dengan serius dan teliti dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Peserta didik percaya diri dalam mengungkapkan pendapat tentang unsur-unsur berita yang terdapat dalam foto peristiwa. Namun peserta didik juga sopan dalam menyangga pendapat teman dalam proses diskusi. Pada dasarnya peserta didik serius dalam melakukan tahap pembelejaran Think Talk Write (TTW).

Berangkat dari evaluasi pada siklus I, peneliti berusaha untuk meningkatkan frekuensi keakraban dengan peserta didik dengan cara mengenal kerakter setiap peserta didik. Hal positif yang terjadi adalah peserta didik semakin antusias dalam pertanyaan dari guru. Selain itu, peserta didik juga semakin disiplin dalam mengumpulkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sementara itu, dalam proses pemaparan hasil diskusi, peserta didik sudah terlihat percaya diri.

Berdasarkan hasil tes pada siklus II diperoleh data nilai yaitu nilai rata-rata peserta didik kelas VIII.4 SMPN 2 Tembilahan Hulu pada siklus II sebesar 80,1 atau dalam kategori baik. Pada siklus II sebanyak 28 (93%) peserta didik yang mencapai KKM sedangkan 2 (7%) peserta didik tidak mencapai KKM. Secara keseluruhan prose pembelajaran pada siklus II sudah berlangsung dengan baik. Penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan media foto peristiwa dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis teks berita. Peserta didik dapat terlibat langsung dalam proses pencarian data berita berupa foto peristiwa di sekitar lingkungan peserta didik dan mewawancarai pelaku-pelaku yang terlibat dalam sesuatu peristiwa. Keberhasilan siswa dalam proeses pembelajaran siklus II dapat dilihat dari kelengkapan unsur berita, keruntutan pemaparan, penggunaan kalimat efektif yang mudah dipahami, pilihan kata yang sederhana dan jelas, serta judul berita yang menarik dan ejaan yang digunakan termasuk baik karena hanya beberapa kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rata-rata pada pra siklus 59,17, pada siklus I 66,43 dan meningkat lagi pada siklus II 80,1. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis teks berita peserta didik melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan media foto peristiwa dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil penelitian ini, penerapan strategi Think Talk Write (TTW) menggunaan media foto peristiwa memiliki dampak positif terhadap proses pembelajaran menulis teks berita. Peserta didk lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, kegiatan mencari data berita berupa foto peristiwa menjadi menarik karena menuntut peserta didk untuk mengetahui semua informasi yang terdapat dalam foto peristiwa

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menunjukkan bahwa penerapan strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan media foto peristiwa dapat meningkatkan kemampuan peserta didik kelas VIII.4 SMPN 2 Tembilahan Hulu dalam pembelajaran menulis teks berita. Peningkatan itu dapat dilihat dari perkembangan skor rata-rata sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan. Pada pra-siklus, 6 peserta didik (20%) tuntas dengan nilai rata-rata kelas 59,17. Pada siklus I, nilai rata-rata meningkat menjadi 66,43 dan ada 11 peserta didik (63%) yang tuntas. Dan pada siklus II, nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81,9 dan ketuntasan peserta didik 93% atau 28 peserta didik telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Dengan demikian hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berhasil karena kemampuan menulis teks berita peserta didik kelas VIII.4 SMPN Rinbesihat meningkat dan terjadi perubahan tingkah laku ketika diterapkan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan memanfaatkan foto peristiwa.

Saran

Peneliti menemukan banyak pengalaman melalui penelitin ini. Hal ini terkait pembelajaran menulis teks berita melalui strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan foto peristiwa. Untuk itu, peneliti memberikan saran bagi para pengguna hasil penelitian ini. Saran-saran ditujukan kepada guru, pihak sekolah, dan peneliti lain.

a.     Bagi Sekolah

Strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan media foto peristiwa dapat dipertimbangkan sebagai salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai materi pembelajaran di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu.

b.     Bagi Guru

Guru dapat menerapkan strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan media foto peristiwa ini pada kelas lain untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik. Selain itu, guru juga dapat menerapkan strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan media foto peristiwa pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia yang lain.

c.     Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain yang berminat melakukan penelitian dengan menerapkan strategi Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan media foto peristiwa dapat mengaitkan dengan keterampilan berbahasa lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.

Djuraid, Husnun. 2009. Panduan Menulis Beita. Malang: UMM Press.

Huda Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran isi-isu metodis dan paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamdayama Jumanta. 2014. Model dan metode pembelajaran kreatif dan berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ishara Luwi. 2005. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas Kustandi. 2011. Media Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

M. Romli, Asep Syamsul. 2000. Jurnalistik Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mohamad Yunus, Supamo. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo: Yogyakarta.

Nurgiyantoro Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Rachman, Maman.1993. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Semi, M. Atar. 1995. Teknik Penulisan Berita, Features, dan Artikel. Bandung: Angkasa.

Sudjana Nana & Rivai Ahmad. 1990. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Mas Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito.

Suhandang. 2010. Pengantar Jurnalistik. Bandung: Nuansa.

Susana Cucu. 2014. Konsep strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditamaa.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Widyamartaya, A. 1990. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta ; Kanisius.

Yaumi Muhammad: Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran disesuaiakan dengan Kurikulum 2013. Kencana, 2013. Jakarta.