Penerapan Metode Group Investigation Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI SIFAT-SIFAT BAHAN BAGI SISWA KELAS V
SD NEGERI MERTAN 04 KECAMATAN BENDOSARI PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Darsini
SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat bahan bagi siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui penggunaan metode pembelajaran Group Investigation. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 6 bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V di SD Negeri Mertan 04 yang terdiri dari 12 orang siswa. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat bahan bagi siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Peningkatan kualitas belajar terbukti dengan meningkatnya kriteria proses pembelajaran yakni pada kondisi awal “Cukup” meningkat menjadi “Sangat Baik” pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar siswa dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa yakni pada Kondisi Awal sebesar 64,17 meningkat menjadi 82,08 pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 17,91. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara kelasikal yakni pada Kondisi Awal sebesar 41,67% meningkat menjadi 100,00% pada Siklus II, sehingga mengalami peningkatan 58,33%.
Kata Kunci: Group Investigation, IPA, Prestasi Belajar,
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal tentang alam, termasuk manusia dan peristiwa-peristiwa yang ada disekitarnya (Samatowa, 2011: 3). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari tentang cara mencari tahu tentang alam untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. IPA merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan mulai dari jenjang sekolah dasar. Pembelajaran IPA di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar dan dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa untuk mencari jawaban dengan berdasarkan bukti.
Dalam proses pembelajaran, seharusnya guru mengerti bagaimana memberikan stimulus sehingga siswa mencintai belajar IPA dan lebih memahami materi yang akan diberikan. Metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran juga menjadi salah satu pendukung keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran pada pelajaran IPA dapat diukur dengan tingkat pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan pengusaan materi serta hasil belajar IPA semakin tinggi pula tingkat prestasi belajar siswa. Begitu pula dengan sebaliknya jika pemahaman materi siswa rendah maka prestasi belajar siswa juga akan rendah sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Dari data hasil nilai ulangan harian pada siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat bahan dapat diketahui bahwa hasil rata-rata nilai dari 12 orang peserta didik adalah 64,17. Siswa yang mendapatkan nilai >KKM 70 sebanyak 5 siswa (41,67%) sedangkan sisanya sebanyak 7 siswa (58,33%) masih mendapatkan nilai dibawah KKM. Nilai tertinggi yang diraih siswa yakni 80 dan nilai terendah yakni 50. Dari data tersebut maka bisa disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 masih rendah.
Rendahnya prestasi belajar IPA bagi siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru masih konvensional atau ceramah saja. Jika pendidik lebih sering mengajar dengan menggunakan metode ceramah saja, maka dikhawatirkan akan menimbulkan multitafsir dikalangan peserta didik, mereka bisa saja membayangkan objek yang dijelaskan sesuai dengan imajinasinya yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bahkan ada kemungkinan peserta didik membayangkan objek yang diharapkan sangat jauh dari apa yang seharusnya. Akibat lain yang ditimbulkan adalah masih rendahnya pemahaman beberapa peserta didik yang akan terlihat dari pasifnya kerjasama peserta didik selama proses pembelajaran dan hasil belajar di kelas.
Sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA salah satuya yakni dengan metode Group Investigation. Metode Group Investigation merupakan salah satu metode yang mengajak siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dihadapkan dalam sebuah permasalahan yang mendorong siswa melakukan penyelidikan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi tersebut. Sehingga dengan melakukan penyelidikan tersebut siswa mendapatkan informasi ilmu pengatahuan guna memecahkan permasalahn yang dihadapi. Dengan menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapi tersebut dengan proses penyelidikan maka siswa akan lebih memahami materi pembelajaran yang dipelajari sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa dapat meningkat optimal.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat bahan melalui metode Group Investigation bagi siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017?, 2) Apakah penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat bahan bagi siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat bahan bagi siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui penggunaan metode pembelajaran Group Investigation.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran IPA di SD
Menurut Djojosoediro (2011: 9) IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola yang penting yaitu pertama, bahwa IPA suatu kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori, kedua bahwa teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam. Dalam buku KTSP Depdiknas (2007: 132) hakikat IPA meliputi 4 unsur yaitu (1) Sikap: yaitu belajar dan adanya rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, karena IPA bersifat openended, (2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan, (3) Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum, (4)Aplikasi: yaitu penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh, yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA, keempat itu diharapkan muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah upaya untuk mencari pengetahuan untuk memahami fenomena alam atau mencoba menerangkan fenomena alam dan merupakan pengetahuan sistematis tentang interaksi sebab dan akibat.
Ruang lingkup pembelajaran IPA di SD meliputi makhluk hidup serta proses kehidupannya, benda/materi, energi serta perubahannya, dan bumi sertaalam semesta. Sejalan dengan hal tersebut, materi sifat-sifat benda dalam penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup yang kedua yakni benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya.
Prestasi Belajar
Depdiknas (2007: 895) Prestasi belajar adalah penugasan pengetahuan atau kerterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan guru. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan (Hamdani, 2011: 137).
Nasution (2001: 439) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazim diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Bila angka yang diberikan guru rendah, maka prestasi seseorang dianggap rendah. Bila angka yang diberikan guru tinggi, maka prestasi seorang siswa dianggap tinggi sekaligus dianggap sebagai siswa yang sukses dalam belajar.
Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kampuan-kemampuan yang diperoleh dengan proses belajar, dimana kempuan tersebut dapat diukur melalui berbagai tes yang dilakukan.Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan yang didapatkan seseorang melalui proses belajar. Prestasi belajar tersebut dapat berupa keterampilan maupun purubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sedangkan untuk mengukur prestasi belajar dilakukan serangkaian tes.
Hakekat Metode Pembelajaran Group Investigation
Menurut Huda (2013: 16), “Group Investigation diklasifikasikan sebagai metode investigasi kelompok karena tugas-tugas yang diberikan sangat beragam, mendorong siswa untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi dari beragam sumber, komunikasinya bersifat bilateral dan multilateral, serta penghargaan yang diberikan sangat implisit”. Dalam model group investigation, siswa memiliki pilihan penuh untuk merencanakan apa yang dipelajari dan diinvestigasi. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing kelompok diberi tugas dengan proyek yang berbeda-beda.
Pengembangan belajar kooperatif Group Investigation (GI) didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut. Oleh karena itu, GI tidak dapat diimplementasikan ke dalam lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog interpersonal. Aspek sosial afektif kelompok, pertukaran intelektual, dan materi yang bermakna merupakan sumber primer yang cukup penting dalam memberikan dukungan terhadap usaha-usaha belajar siswa. Interaksi dan komunikasi yang bersifat kooperatif diantara siswa dalam satu kelas dapat dicapai dengan baik jika pembelajaran dilakukan lewat kelompok-kelompok belajar kecil (Rusman, 2009: 221).
Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Group Investigation marupakan sebuah model pembelajaran yang menuntut siswa bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk melakukan penyelidikan dan pengamatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan memcahkan masalah yang dihadapi.
Supandi (2005:6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada metodel pembelajaran Group Investigation sebagai berikut: 1)Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen; 2)Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan; 3)Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya; 4)Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif dalam kelompoknya; 5)Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya; 6)Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya; 7)Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan; 8)Evaluasi dan 9)Penutup
Hipotesis Tindakan
Sebagai jawaban sementara atas hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan suatu hipotesa sebagai berikut:
Penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat bahan bagi siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Setting dan subjek
Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, yaitu dari bulan Juli 2016 hingga bulan Desember 2016. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri atas 12 orang siswa.
Teknik dan Alat Pengumulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Observasi Langsung; 2) Analisis Dokumen ( content analys ); 3)Teknik Tes
Validasi Data
Validasi data digunakan untuk menuji keabsahan data yang telah diperoleh selama penelitian dilakukan. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi data dan triangulasi metode.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menguji data peningkatan prestasi belajar siswa. Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan dua teknik yakni analisis ketuntasan belajar siswa secara klasikal dan rata-rata hasil belajar siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi awal
Pada kondisi awal, Guru lebih sering mengajar dengan menggunakan metode ceramah saja, sehingga menimbulkan multitafsir dikalangan peserta didik, mereka bisa saja membayangkan objek yang dijelaskan sesuai dengan imajinasinya yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bahkan ada kemungkinan peserta didik membayangkan objek yang diharapkan sangat jauh dari apa yang seharusnya. Akibat lain yang ditimbulkan adalah masih rendahnya pemahaman beberapa peserta didik yang akan terlihat dari pasifnya kerjasama peserta didik selama proses pembelajaran dan prestasi belajar di kelas. Hal tersebut menjadikan kualitas pembelajaran yang dilakukan masih memperoleh kriteria “Cukup”.
Kualitas proses pembelajaran yang belum optimal menjadikan prestasi belajar yang diraih siswa jga masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai rata-rata belajar sebesar 64,17 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 58,33%. Pencapaian prestasi belajar siswa pada kondisi awal dapat disajikan dalam table dibawah ini:
Prestasi Belajar Siswa pada Kondisi Awal
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 5 | 41,67% |
2. | Tidak Tuntas | 7 | 58,33% |
Jumlah | 12 | 100% | |
Nilai Rata-rata | 64,17 | ||
Nilai Tertinggi | 80 | ||
Nilai Rata-rata | 50 |
Rendahnya prestasi belajar siswa pada kondisi awal tersebut menjadi sebuah permasalahan yang harus segera dituntaskan. Sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah penerapan metode pembelajaran yang lebih inovatif sehingga dapat memberikan stimulus bagi siswa sehingga lebih mudah dalam memahami materi peembeajaran dengan baik. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yakni dengan menerapkan metode Group Investigation.
Siklus I
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa proses pembelajaran berjalan baik dengan menerapkan metode Group Investigation. Guru mampu menjelaskan materi pembelajaran yang dijabarkan dalam apersepsi awal dan kegiatan inti dalam memberikan stuimulus kepada siswa untuk melakukan investigation. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru dengan mengelompokkan siswa untuk melakukan investigation dapat memberikan dampak suasana kelas menjadi lebih kondusif. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan kualitas proses pembelajaran menunjukkan kriteria “Baik”.
Peningkatan kualiats pembelajaran menjadikan siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 64,17 pada kondisi awal menjadi 72,92. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 41,67% pada kondisi awal menjadi 75,00% pada tindakan Siklus I. Pencapaian prestasi belajar siswa siklus I dapat disajikan dalam table dibawah ini:
Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 9 | 75,00% |
2. | Tidak Tuntas | 3 | 25,00% |
Jumlah | 12 | 100% | |
Nilai Rata-rata | 72,92 | ||
Nilai Tertinggi | 90 | ||
Nilai Rata-rata | 60 |
Peningkatan tersebut dipandang belum optimal, karena tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80%. Berpijak dari kondisi tersebut maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II. Dalam proses pengamatan dan diskusi masih didominasi oleh siswa yang pandai sehingga siswa yang kurang pandai cenderung diam dan menurut saja tanpa menyampaiakn saran dan pendapat. Oleh karena itu dalam pembelajaran selanjutnya perlu pembagian kelompok yang lebih kecil agar diskusi lebih evektif dan setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam menyampaikan pendapat atau bertanya mengenai materi pembelajaran yang belum dipahami.
Siklus II
Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan kualitas belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada perbaikan pembelajaran siklus II maka dapat diketahui bahwa guru lebih terampil dalam menerapkan metode Group Investigation. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru terlihat evektif dan evisien dengan membagi siswa dalam kelompok kecil. Pendampingan guru terhadap setiap kelompok yang melakukan investigation berjalan optimal. Hal tersebut didukung dengan pemaparan materi pembelajaran yang tuntas dan jelas sehingga menjadi stimulus siswa untuk aktif dalam melakukan investigation. Proses pembelajaran tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Hal terseut terlihat dari pencapaian kritria kualitas pembelajaran meningkat menjadi ”Sangat Baik”
Peningkatan kualitas pembelajaran pada siklus II menimbulkan dampak meningkatnya nilai-rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,17 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 82,08 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 17,91. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 41,67% pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II, terjadi peningkatan sebesar 58,33%.
Pencapaian prestasi belajar siswa siklus II dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:
Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 12 | 100% |
2. | Tidak Tuntas | 0 | 00,00% |
Jumlah | 12 | 100% | |
Nilai Rata-rata | 82,08 | ||
Nilai Tertinggi | 95 | ||
Nilai Rata-rata | 70 |
Data perkembangan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel Daftar Nilai Siswa Kondisi Awal Hingga Tindakan Pembelajaran Siklus II
No. | Ketuntasan | Awal | Siklus I | Siklus II | |||
Jumlah | % | Jumlah | % | Jumlah | % | ||
1. | Tuntas | 5 | 41,67 | 9 | 75,00 | 12 | 100 |
2. | Belum Tuntas | 7 | 58,33 | 3 | 25,00 | 0 | 0 |
Jumlah | 12 | 100 | 12 | 100 | 12 | 100 | |
Nilai Rata-rata | 64,17 | 72,92 | 82,08 | ||||
Nilai Tertinggi | 80 | 90 | 95 | ||||
Nilai Terendah | 50 | 60 | 70 |
Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,17 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 82,08 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 17,91 Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 41,67% pada tindakan Siklus awal , meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II terjadi peningkatan sebesar 58,33% dari kondisi awal sampai siklus II
Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa ”Penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat bahan bagi siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017” terbukti kebenarannya.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil dari tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat bahan bagi siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari pada semester I tahun pelajaran 2016/2017. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kriteria kualitas pembelajaran siswa pada kondisi awal “Cukup” meningkat menjadi “Sangat Baik” pada akhir siklus II.
- Penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat bahan bagi siswa kelas V SD Negeri Mertan 04 Kecamatan Bendosari pada semester I tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,17 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 82,08 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 17,91. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 41,67% pada tindakan Siklus awal , meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II terjadi peningkatan sebesar 58,33% dari kondisi awal sampai siklus II
Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran sebagai berikut:
- Siswa disarankan untuk lebih terlibat aktif dan berani bertanya dan menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran sehingga dapat memahami materi pembelajaran dengan baik dan pada akhirnya presatsi belajar siswa akan meningkat dengan optimal.
- Guru disarankan menerapkan berbagai medel pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang mampu mengajak siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas
- Sekolah disarankan untuk mendorong dan memfasilitasi para guru agar mau mencoba menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran yang dilakukan. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: depdiknas
Depdiknas. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di SD / MI. Lotim: Depdiknas: Ditjen Diknasmen.
Djojosoediro, Wasih. 2011. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD, (Online), dalam http://tpardede.wikispaces.com/file/view/ipa_unit_1.pdf, diakses pada tanggal 19 Agustus 2017.
Dwijiastuti. 2008. Inovasi Pembelajaran SD. Surakarta: UNS Press
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iskandar, Srini M.. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: DIKTI.
Joyce, Bruce, Marsha Weil dan Emily Calhoun. 2000. Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Khasanah, Uswatun. 2007. Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Surakarta: UNS (Skripsi Tidak Dipublikasikan)
Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nasution, M.N. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia
Purwanto. 2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo.
Rusman. 2009. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pres.
Samatowa,Usman.2011.Pembelajaran IPA di Sekolah dasar.Jakarta.Indeks
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Slavin, Robert.E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Terj. Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media
Supandi. 2005. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode GI untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 2 Trawas Mojokerto. Malang: Universitas Negeri Malang. (Skripsi Tidak Dipublikasikan)
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta. Prestasi Pustaka
Trianto. 2010. Mendesain model pembelajaran inovatif- progresif: Konsep, LandasAn, dan Implementsi pada KTSP. Jakarta: Kencana
Winaputra, U. 1992. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka(UT).