Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Penerapan Metode Problem Based Learning
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FISIKA
MATERI SUMBER ENERGI MELALUI PENERAPAN
METODE PROBLEM BASED LEARNING
BAGI SISWA KELAS XIII IPS 1 SMA NEGERI 1 TAWANGSARI
PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Makrup
SMA Negeri 1 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar fisika materi sumber energi bagi siswa kelas XIII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 6 bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari yang terdiri dari 35 orang siswa. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar fisika materi sumber energi bagi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Peningkatan kualitas belajar terbukti dengan meningkatnya jumlah siswa yang mendapatkn kriteria Baik dalam pross pembelajaran yakni pada kondisi awal “34%” meningkat menjadi “100%” pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar siswa dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa yakni pada Kondisi Awal sebesar 64,43 meningkat menjadi 77,43 pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 13,00. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara kelasikal yakni pada Kondisi Awal sebesar 28,57% meningkat menjadi 97,14% pada Siklus II, sehingga mengalami peningkatan 68,57%.
Kata Kunci: Fisika, Prestasi Belajar, Problem Based Learning.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika. Pada tingkat SMA/MA, fisika Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Proses pembelajaran fisika dalam jenjang pendidikan SMA harus dikemas dengan sistematis sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu dalam melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru dituntut untuk mampu melakukan perencanaan yang matang serta merealisasikan perencanaan pembelajaran yang telah disusun dengan baik. Seorang guru harus mampu menyajikan proses pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam menyusun kerangka berpikir sendiri dalam memahami materi pembelajaran. Dengan begitu siswa dapat memahami konsep pembelajaran dengan baik sehingga prestasi belajar yang diraih dapat optimal.
Namun kenyataan saat ini maih banyak guru yang belum mampu meghadirkan proses pembelajaran yang menarik bagi siswa. Proses pembelajaran masih menerapkan metode lama dengan guru sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Siswa hanya menjadi objek pasif dalam proses pembelajaran. Siswa hanya mendengrakan dan mencatat materi pembelajaran yang disampaikan guru. Hal tersebut menjadikan siswa merasa jenuh dalam proses pembelajaran sehingga kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dan pada akhirnya prestasi belajar siswa rendah. Hal senada tersebut juga terjadi pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Dari data hasil nilai ulangan harian pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dalam pembelajaran fisika materi sumber energi dapat diketahui bahwa hasil rata-rata nilai dari 35 orang peserta didik adalah 64,43. Siswa yang mendapatkan nilai >KKM 70 sebanyak 10 siswa (28,57%) sedangkan sisanya sebanyak 25 siswa (71,43%) masih mendapatkan nilai dibawah KKM. Nilai tertinggi yang diraih siswa yakni 80 dan nilai terendah yakni 50. Dari data tersebut maka bisa disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 masih rendah.
Berpijak dari rendahnya prestasi belajar yang diraih siswa, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran. Salah satu alternative yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran Problem Based Learning. Metode Problem Based Learning merupakan metode pembelajaran yang mengajak siswa berpikir tingkat tinggi dengan mengkontrusi pemahaman konsep materi pembelajaran sendiri dengan dihadapkan dengan persoalan yang harus diselesaikan. Dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, siswa senantiasa didampingi oleh guru sebagai fasilitator. Dengan mengkuntruksikan sendiri konsep materi pembelajaran siswa akan dapat memahami materi pembelajaran dengan baik sehingga prestasi belajar siswa meningkat optimal.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran fisika materi sumber energi melalui metode pembelajaran Problem Based Learning bagi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 ?, 2) Apakah penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar fisika materi sumber energi bagi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar fisika materi sumber energi bagi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 melalui penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Fisika di SMA
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dari segi materi dan energinya. Fisika adalah bangun pengetahuan yang menggambarkan usaha, temuan, wawasan dan kearifan yang bersifat kolektif dari umat manusia (Wartono, 2003:18). Sedangkan menurut Mundilarto (2010: 4), fisika sebagai ilmu dasar memiliki karakteristik yang mencakup bangun ilmu yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori serta metodologi keilmuan. Fisika adalah ilmu yang terbentuk melalui prosedur baku atau biasa disebut sebagai metode ilmiah. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 menjelaskan bahwa pada tingkat SMA/MA, Pelajaran Fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
Berdasarkan pada beberapa pendapat tersebut maka pembelajaran fisika dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan jangka panjang antara peserta didik dengan pendidik, dimana sumber pembelajaran selama berlangsungnya proses transfer pengetahuan dan pengalaman menggunakan berbagai metode pembelajaran dalam mengembangkan potensi pesera didik dengan cara mengorganisasi atau mengatur lingkungan belajar sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil yang optimal.
Prestasi Belajar
Purwanto (2005: 47) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor. Sedangkan Nasution (dalam Hamalik, 2009: 36) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut Prestasi belajar siswa meliputi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Perilaku-perilaku tersebut saling pengaruh mempengaruhi dan saling menyempurnakan sehingga menjadi satu kesatuan kemampuan, tidak hanya kemampuan teoretis tetapi juga kemampuan praktis dan disertai kesadaran penuh akan sikap dan nilai-nilai. Semakin tinggi prestasi belajar seseorang semakin besar kemampuan yang dimiliki dari hasil belajarnya, sebaliknya apabila prestasi belajarnya rendah berarti kemampuan yang dimilikinya sebagai hasil belajar siswa yang rendah.
Keberhasilan mencapai prestasi yang tinggi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Syah (2002) dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Faktor yang ada pada organisme sendiri yang disebut faktor individual, antara lain kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. 2) Faktor yang ada di luar individu yang kita kenal dengan faktor sosial, meliputi keluarga, guru, cara mengajar, alat-alat yang dipergunakan dalam PBM, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Hakikat Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi banyak masalah. Tidak semua permasalahan merupakan permasalahan matematis, namun matematika memiliki peranan yang sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Oleh karena itu cukup beralasan jika pembelajaran berbasis masalah menjadi trend dalam pembelajaran matematika sekarang ini. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007: 10). Pembelajaran berbasis masalah bukan dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual (Trianto, 2007: 70).
Anita Lie dalam tesis M. Wijayanto (2009: 24) merumuskan langkah-langkah prosedur pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: (1) guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih, (2) guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.), (3) guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah, (4) guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, (5) guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
Hipotesis Tindakan
Sebagai jawaban sementara atas hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan suatu hipotesa sebagai berikut: Penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar fisika materi sumber energi bagi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN
Setting dan subjek
Penelitian dilaksanakan pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, yaitu dari bulan Januari 2018 hingga bulan Juni 2018. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri atas 35 orang siswa.
Teknik dan Alat Pengumulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Dalam mencapai tujuan penelitian dibutuhkan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat sehingga didapatkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan tiga teknik yaitu dokumen, tes dan observasi.
Validasi Data
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain meliputi: teknik triangulasi dan review informan kunci. 1) Teknik triangulasi adalah suatu cara untuk mendapatkan infrormasi yang akurat dengan menggunakan berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan. 2) Review informan kunci adalah mengkomunikasikan unit-unit yang telah disusun dengan informannya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang dapat mereka setujui sehingga peneliti dan informan memiliki pemahaman yang sejalan terhadap data atau hasil yang telah diperoleh.
Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian perbaikan pembelajaran yang diperoleh dengan berbagai teknik pengumpulan data kemudian dilakukan validasi data agar mendapatkan data yang valid sehingga dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan selanjutnya dalam penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan dua teknik yakni analisis data kuantitatif dan kualitatif. Kedua teknik analisis tersebut dipadukan untuk menguji kebenaran data yang telah dikumpulkan dan dijadikan pedoman apakah sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi awal
Paradikma siswa yang menganggap bahwa fisika merupakan mata palajaran yang sulit dipelajari semakin tertanam kuat jika dalam proses pembelajaran guru masih menerapakan metode pembelajarn ceramah yang cenderung monoton dan membosankan. Penerapan metode pembalajaran ceramah yang dilakukan guru pada proses pembelajaran akan menjadikan siswa kurang terlibat aktif dan merasa kurang antusias dalam memgikuti proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menerapkan metode pemblajaran ceramah menjadikan proses pembelajaran kurang berkualitas. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa kualitas pembelajaan masih rendah dengan terbukti dari persentasi jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik dalam proses pembelajaran hanyalah 34%.
Proses pembelajaran yang masih kurng berkualitas tersebut, memberikan imbas rendahnya pencapaian prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai rata-rata belajar sebesar 64,43 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 28,57%. Pencapaian prestasi belajar siswa pada kondisi awal dapat disajikan dalam table dibawah ini:
Prestasi Belajar Siswa pada Kondisi Awal
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 10 | 28,57% |
2. | Tidak Tuntas | 25 | 71,43% |
Jumlah | 35 | 100% | |
Nilai Rata-rata | 64,43 | ||
Nilai Tertinggi | 80 | ||
Nilai Rata-rata | 50 |
Pencapaian prestasi siswa pada kondisi awal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran ceramah menjadikan siswa kesulitan memahami materi pembelajaran karena siswa merasa jenuh dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Problem based learning (PBL).
Siklus I
Proses pembelajaran Siklus I dengan menerapkan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menjadikan kualitas proses pembelajaran meningkat signivikan. Dalam proses pembelajaran tersebut, Siswa dihadapkan sebuah permasalahan yang menuntut untuk diselesaikan dalam seiap kelompok. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran karena tumbuh motivasi untuk meneyelesaiakan permasalahan tersebut. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan kualitas proses pembelajaran menunjukkan baha persentase julah siswa yang memperoleh kriteria baik meningkat menjadi 77%.
Peningkatan kualiats pembelajaran mendorong siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran dengan baik sehingga setelah dilakukan tes akhir dapat diketahui terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas yang dicapai dan peningkatan ketuntsasan belajar siswa. Berdasarkan post-tes yang dilakukan diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 60.00 dan nilai tertinggi sebesar 85.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 70,86. Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 24 orang siswa atau 68,57%. Adapun siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah 11 orang siswa atau 31,43%.
Pencapaian prestasi belajar siswa siklus I dapat disajikan dalam table dibawah ini:
Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 24 | 68,57% |
2. | Tidak Tuntas | 22 | 31,43% |
Jumlah | 35 | 100% | |
Nilai Rata-rata | 70,86 | ||
Nilai Tertinggi | 85 | ||
Nilai Rata-rata | 60 |
Berdasarkan hasil refleksi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa namun belum sepenunya memenuhi inikator keberjasilan dalam penelitian ini. Olah karena itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran Siklus II.
Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada perbaikan pembelajaran siklus II maka dapat diketahui pembelajaran semakin berkualitas. Hal tersebut ditandai dengan terlibatnya siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa belajar mengkontruksi konsep materi pembelajaran dengan baik. Siswa aktif dalam mengumpulkan informasi tambahan terkain dengan materi sehingga meningkatkan pemahaman materi pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang memperoleh kriteria baik dalam pembelajaran meningkat menjadi 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran semakin berkualitas.
Peningkatan kualitas pembelajaran pada siklus II menjadikan setiap siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik. Terbukti setelah dilakukan tes pada akhir siklus II, prestasi belajar siswa dapat meningkat lebih optimal. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,43 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 77,43 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 13,00. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 28,57% pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 97,14% pada tindakan Siklus II, terjadi peningkatan sebesar 68,57%.
Pencapaian prestasi belajar siswa siklus II dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:
Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 34 | 97,14% |
2. | Tidak Tuntas | 1 | 2,86% |
Jumlah | 12 | 100% | |
Nilai Rata-rata | 77,43 | ||
Nilai Tertinggi | 90 | ||
Nilai Rata-rata | 65 |
Data perkembangan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus 2 dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel Daftar Nilai Siswa Kondisi Awal Hingga Tindakan Pembelajaran Siklus II
No. | Ketuntasan | Awal | Siklus I | Siklus II | |||
Jumlah | % | Jumlah | % | Jumlah | % | ||
1. | Tuntas | 10 | 28,57 | 24 | 68,57 | 34 | 97,14 |
2. | Belum Tuntas | 25 | 71,43 | 11 | 31,43 | 1 | 2,86 |
Jumlah | 35 | 100 | 35 | 100 | 35 | 100 | |
Nilai Rata-rata | 64,43 | 70,86 | 77,43 | ||||
Nilai Tertinggi | 80 | 85 | 90 | ||||
Nilai Terendah | 50 | 60 | 65 |
Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,43 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 77,43 pada tindakan Siklus II, sehingga meningkat sebesar 13,00. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 28,57% pada tindakan Siklus awal , meningkat menjadi 97,14% pada tindakan Siklus 2, terjadi peningkatan sebesar 68,57% dari kondisi awal sampai siklus II.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dalam pembelajaran belajar fisika materi sumber energi dengan menerapakan metode pembelajaran Problem Based Learning, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
- Penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran fisika materi sumber energi bagi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya persentase jumlah siswa yang memperoleh kriteria baik pada kondisi awal sebesar 34% meningkat menjadi 100% pada akhir siklus 2, sehingga mengalami peningkatan sebesar 66%.
- Penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar fisika materi sumber energi bagi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tawangsari pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,43 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 77,43 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 13,00. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 28,57% pada tindakan Siklus awal , meningkat menjadi 97,14% pada tindakan Siklus II terjadi peningkatan sebesar 68,57% dari kondisi awal sampai siklus
Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran sebagai berikut:
- Siswa disarankan untuk untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga prestasi belajar yang diperoleh semakin optimal.
- Guru disarankan lebih terampil dalam memilih dan menerepkan berbagai metode pembelajaran khususnya Problem Based Learning (PBL) dalam melakukan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
- Sekolah disarankan untuk mendorong dan memfasilitasi para guru untuk meningkatkan kamampuannya melakukan inovasi dalam menerapakn berbagai model pembelajaran paada proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan sekolah dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMA/MA. Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstul: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Adiatama
Mudilarto, Rustam. 2010. Penelitian Tindakan Kelas, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta: Depdiknas.
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006
Purwanto. 2005. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo.
Purwadarminta W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PN. Balai Pustaka, 1986.
Ricard I. Arends, 2008. Learning To Teach “Belajar Untuk Mengajar”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, edisi 7.
Syah, Muhibbin M.Ed. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wartono. 2003. Pembelajaran Fisika Interaktif. Yogyakarta. Cemerlang
Wijayanto M. 2009. Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning dan Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Surakarta: UNS Program Pasca Sarjana.