Penerapan Metode Index Card Match

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS

Materi Gejala Alam Pada Siswa Kelas VI

SD Negeri Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016

 

Siti Sofiah

Kepala SD Negeri Sukoharjo 01Kec. Pabelan Kab. Semarang

 

ABSTRAK

Tujuan dilakukan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Gejala Alam melalui penerapan metode index card match pada siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015/2016. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. PTK merupakan suatu tindakan yang bersifat reflektif oleh para pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional mengenai tindakan mereka dalam bertugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran dilaksanakan. Subjek yang akan diteliti adalah anak Kelas VI di SD Negeri Sukoharjo 01 Kec. Pabelan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran index card match terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Gejala Alam pada siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan hasil belajar siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya, pada siklus I hasil belajar yang semula nilai rata-rata kelas pada pra siklus sebesar (59,55) meningkat menjadi (64,35), pada siklus I kemudian meningkat (73,8) pada siklus II. dan pada siklus III meningkat menjadi (81,45). Untuk angka ketuntasan belajar siswa dari pra siklus ke siklus I naik menjadi 7 anak atau sebesar 35% dan menjadi 11 anak pada siklus II atau sebesar 55%. Dan angka ketuntasan belajar pada siklus II sebanyak 16 anak atau sebesar 80% menjadi 20 anak atau sebesar 100% pada siklus III atau naik sebanyak 4 anak atau 20%. Jadi angka ketuntasan belajar dari pra siklus ke siklus III meningkat sebesar 65% atau sebanyak 13 anak. Jdi, Penerapan metode pembelajaran index card match terbukti dapat meningkatkan hasil beajar IPS pada siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan hasil belajar.

Kata Kunci: Metode Index Card Match, Hasil Belajar IPS, Gejala Alam

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan dapat berlangsung di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan adalah usaha yang dianggap penting guna menjaga keselamatan bangsa dan negara.

Ki Hajar Dewantara memngemukakan bahwa pendidikan adalah tuntutan di dalam tubuh anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dn kebahagiaan setinggi-tingginya (Haryanto, 2012). Untuk mencapai semua itu diperlukan adanya kerjasama yang baik antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Bahkan karena sangat pentingnya dalam hal masalah pendidikan, pemerintah sangat mengapresiasi sehingga lahirlah UU NO 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membina, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Ditegaskan pula bahwa guru berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Suwandi, 2008:11).

Mengacu pada pasal-pasal di atas sangat jelas bahwa guru merupakan komponen yang sangat penting dalam suksesnya pendidikan Indonesia. Guru memiliki tanggungjawab langsung dalam proses pengajaran di kelas, berinteraksi dengan siswa-siswi dengan berbagai karakter dan level kemampuan, sehingga sangat penting memiliki kompetensi dan keterampilan mengajar yang terejawantahkan dalam teknik, metode dan pendekatan pengajaran di kelas. Poin inilah yang kemudian menarik hati penulis untuk meneliti lebih lanjut bagaimana penerapan metode mempengaruhi kualitas keberhasilan siswa-siswi dalam belajar, dan pada kesempatan ini, penulis akan memfokuskan penelitian pada penerapan salah satu teknik pengajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tingkat Sekolah Dasar (SD).

Hambatan belajar dalam hal kesulitan mengingat materi yang telah diajarkan, kesulitan memecahkan masalah dalam soal evaluasi tertulis, dan kesulitan dalam memahami soal tes tertulis. Dari hasil survei bulan November di kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01, menunjukkan bahwa dari 20 siswa hanya 7 siswa atau 35% yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum pada nilai ulangan harian. Berdasarkan pemahaman yang muncul, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan belajar siswa salah satunya menggunakan cara, metode, dan media yang bervariasi. Pembelajaran IPS umumnya membutuhkan kemampuan siswa untuk menghafal materi, sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang membuat siswa menghafal tanpa ada rasa bosan. Salah satunya adalah metode index card match.

Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa agar tidak tertinggal dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi efesiensi menejemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.

Peningkatan kualitas pendidikan disekolah dapat di tempuh dengan berbagai cara, antara lain: peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektivitas metode pembelajaran, peningkatan sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang memadai.

Selama ini proses pembelajaran di lingkungan SD/MI masih menganut metode pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran berpusat pada guru dan selama itu pada kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menggangap guru adalah Satu-satunya sumber belajar yang serba tahu. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, dan terbukti saat pelajaran di mulai banyak siswa yang berbicara sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang di lakukan oleh guru dalam mata pelajaran IPS. Jika penerapan metode pembelajaran untuk mata pelajaran IPS hanya mengunakan metode ceramah sebagai metode pokok, maka proses pembelajaran akan terasa membosakan bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi keaktifan siswa di dalam kelas. Metode ceramah sebagai metode pokok bukan berarti tidak cocok untuk di gunakan tetapi pengunaan metode tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh dan tidak berperan aktif serta tidak bisa belajar mandiri.

Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan misi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pemilihan metode yang tepat untuk melaksanakan penerapan pendekatan tersebut. Guna meningkatkan keaktifan dan pemahaman proses belajar bagi siswa, penulis tertarik untuk melakuakan pembelajaran inovatif dengan mengunakan penerapan metode index card match sesuai penerapan misi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Konsep pembelajaran inovatif dengan penerapan index card match akan mendorong guru dan perserta didik melaksanakan praktik pembelajaran secara aktif dan kreatif sehingga dapat di harapakan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran.

Menurut James W. Brown seperti yang dikutip oleh Sardiman A.M (2004:67) mengemukakan bahwa: tugas dan peranan guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mepersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sedangkan tujuan mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab tantangan lingkungan dengan cara yang efektif. SD Negeri Sukoharjo 01 kecamatan Pabelan kabupaten semarang hingga saat ini dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya mata pelajaran IPS masih disampaikan dengan metode ceramah (metode pembelajaran konvensional) sebagai metode yang lebih dominan diterapkan dari pada metode yang lain. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakuakn penelitian dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang berbicara sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru. Hal ini diduga akan mempengaruhi aktifitas belajar siswa di dalam kelas. Karena materi IPS banyak pemahaman konsep maka peneliti menawarkan diri untuk menerapkan metode index card match untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.

Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru yang merupakan komponen pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) di lapangan. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses pembelajaran dikelas maupun efeknya diluar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Guru memiliki peranan yang sangat penting sehubungan dengan tugasnya sebagai perencana dan pelaksana sekaligus mengevaluasi kegiatan Belajar mengajar (KBM). Guru sebagai pelaksana utama pendidikan dan pelajaran sekolah, maka guru dituntut untuk mampu menerapkan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kegiatan pembelajaran. Guru dan siswa diharapkan dapat mengetahui apa yang harus dicapai dan sejauh mana efektivitas belajar dicapai. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan suatu format untuk menetapkan suatu kompetensi yang diharapkan siswa dalam setiap tingkat dan mengambarkan langkah kemajuan siswa menuju kompetensi yang lebih tinggi. Peran guru sebagai pemberi ilmu sudah saatnya berubah menjadi fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkontruksi pengetahun mereka sendiri. Proses belajar tidak harus dari guru, siswa bisa saling mengajar dengan siswa yang lainnya.

Menurut Silberman Mel. (2010:246). Index Card Match merupakan cara yang menyenangkan dan aktif untuk mengkaji materi pembelajaran. Metode index card match dengan alasan selain siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran siswa juga akan belajar menyampaikan sesuatu pemahaman pada teman serta dapat menjadi pendengar yang baik saat teman lain menyampaikan suatu pemahaman. Selain itu dengan menggunakan metode index card match siswa memiliki antusias dalam proses pembelajaran untuk berlomba-lomba mencari pasangan dari setiap kartu yang dia miliki baik kartu yang berisi pertanyaan maupun kartu yang berisi jawaban.

Dengan demikian mereka akan menemukan suasana yang menyenangkan sehingga keberhasilan pembelajaran diharapkan dapat lebih maksimal. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul:

“Penerapan Metode Index Card Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Gejala Alam Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan metode index card match dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Gejala Alam pada siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Gejala Alam melalui penerapan metode index card match pada siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015/2016.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena kebetulan (Mulyati, 2005:5). Slameto (1995:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Guilford dalam Mustaqim (2004:34) belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan.

Seseorang belajar pada dasarnya didorong oleh keinginannya untuk mengembangkan perilakunya yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari proses belajar pada diri seseorang inilah disebut hasil belajar. Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, 2011:33). Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.

Menurut Purwanto (1999:79) belajar adalah merupakan proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif manusia dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang bersifat konstan/menetap. Berdasarkan berbagai pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas dapat dikatakan bahwa pengertian belajar adalah terjadinya perubahan pada orang yang belajar, perubahan tampak dari belum mampu menjadi mampu. Perubahan-perubahan dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi, mungkin juga perubahan hanya berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah dipelajari.

Susanto (2013:5) membagi ke dalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kogninif berkaitan dengan tujuan pembelajaran dalam kaitannya dengan kemampuan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah afektif berkenaan dengan tujuan-tujuan yang berkenaan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan motorik dan memanipulasi bahan atau objek (Sam’s, 2005:35). Hasil belajar dalam ranah kognitif menurut Susanto (2013:5) ini secara rinci mencakup kemampuan mengingat dan memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah dipelajari peserta didik.

Beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai oleh siswa berupa keterampilan yang dinyatakan dalam penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan.

Index Card Match

Index Card Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan quiz kepada lawan sekelas (Mel. Silberman, 2001:232). Index Card Match merupakan cara yang menyenangkan dan aktif untuk mengkaji materi pembelajaran. Para peserta bermain dalam sebuah kuis dan berpasangan (Mel. Silberman, 2010:246).

Salah satu bentuk strategi pembelajaran aktif adalah metode pembelajaran Index Card Match (pencocokan kartu indeks). Index Card Match adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai reviewing strategis (strategi pengulangan) (Mel. Silberman, 2006:250).

Metode Index Card Match ini berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan. Biasanya guru dalam kegiatan belajar mengajar memberikan banyak informasi kepada siswa agar materi ataupun topik dalam program pembelajaran dapat terselesaikan tepat waktu, namun guru terkadang lupa bahwa tujuan pembelajaran bukan hanya materi yang selesai tepat waktu tetapi sejauh mana materi telah disampaikan dapat diingat oleh siswa. Karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan peninjauan ulang atau review untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Silberman (2006:250) salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam pikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari. Materi yang telah dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat di dalam pikiran daripada materi yang tidak dilihat dari aktivitas belajar siswa, siswa yang mendapat pelajaran dengan menggunakan metode index card match akan lebih aktif dan bergairah dalam belajar. Hal yang sama terjadi pada indikator bentuk pembelajaran, metode index card match dalam penggunaannya menunjukkan interaksi banyak arah antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam kadar yang intensif serta suasana kelas yang harmonis.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01 Kec. Pabelan Tahun Pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa 20 orang. Dengan mata pelajaran yang dijadikan obyek penelitian adalah hasil belajar mata pelajaran IPS.

Deskripsi Pelaksanaan Siklus

Siklus I

Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan pada semester II hari Sabtu tangal 9 Januari 2016 selama kurang lebih 2 jam pelajaran (2 x 35). Pelaksanaan ini sesuai dengan program semester mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VI semester 2 kompetensi yang menjadi topik adalah: memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya.Hari sabtu adalah hari sesuai jadwal pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, pelaksanaan tindakan siklus I ini dilakukan dalam 4 (empat) tahap yaitu, dengan alur perencanaan (planning), tindakan (acting). pengamatan(observing), dan refleksi (reflecting).

Siklus II

Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II dilaksanakan pada semester II hari Sabtu tanggal 16 Januari 2016 selama kurang lebih 2 jam pelajaran (2 x 35). Pelaksanaan ini sesuai dengan program semester mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VI semester 2 kompetensi yang menjadi topik adalah memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya.

Hari Sabtu adalah hari sesuai jadwal pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, pelaksanaan tindakan siklus II ini dilakukan dalam 4 (empat) tahap, yaitu, dengan alur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Siklus III

Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus III dilaksanakan pada semester II hari Sabtu tanggal 23 Januari 2016 selama kurang lebih 2 jam pelajaran (2 x 35).

Pelaksanaan ini sesuai dengan program semester mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VI semester 2 kompetensi yang menjadi topik adalah Memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya.

Hari Sabtu adalah hari sesuai jadwal pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, pelaksanaan tindakan siklus III ini dilakukan dalam 4 (empat) tahap yaitu, dengan alur perencanaan (planning), tindakan (acting), Pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)

Dalam pengelolaan pembelajaran di kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, guru umumnya menggunakan metode ceramah dan penugasan. Guru sebagai penyampai materi sedangkan siswa hanya sebagai pendengar yang selesai mendengar kemudian mengerjakan latihan. Yang demikian itu membuat siswa kebosanan, apalagi materi IPS sebagian besar uraian panjang dan banyak hafalan sehingga pembelajaran kurang efektif.

Dari hasil penelitian pra siklus yang diambil dari nilai harian siswa, masih terdapat banyak sisa yang kesulitan dalam pemebelajaran IPS khususnya pada materi Gejala Alam. Dari 20 siswa di kelas VI hanya 7 siswa yang berhasil memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran IPS adalah 70. Artinya masih ada 13 siswa yang masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran dan belum mencapai 50% dari jumlah siswa, sehingga perlu untuk memperbaiki keadaan tersebut. Berikut data hasil dari penelitian pada kondisi awal atau pra siklus.

Sebelum tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan pre test. Pre test dilaksanakan pada hari rabu tanggal 05 Januari 2016. Untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan kesiapan dalam belajar serta kreativitas siswa dalam mencatat. Hasil pre test pada pelaksanaan pre test, siswa terlihat kurang antusias karena kurang adanya persiapan dalam mempelajari materi yang ada pada pertemuan ini.Rata-rata pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS materi Gejala Alam masih kurang. Kreativitas siswa dalam mencatat kata-kata penting tentang materi Gejala Alam juga masih kurang, siswa terlihat masih malas untuk mencatat.

Analisis Data Per Siklus

Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 09 Januari 2016 di kelas VI dengan jumlah 20 siswa. Adapun proses pembelajarannya mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disiapkan dan menggunakan instrmen penelitian berupa lembar pengamatan guru dan siswa. Sebagai nilai patokan ketuntasan digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas VI pada mata pelajaran IPS yaitu 70. Berikut ini hasis belajar siswa pada siklus I.

Deskripsi Siklus II

Siklus II dilaksanakan hari sabtu tanggal 16 Januari 2016 di kelas VI dengan jumlah 20 siswa. Adapun proses pembelajarannya mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disiapkan dan menggunakan instrmen penelitian berupa lembar pengamatan guru dan siswa. Sebagai nilai patokan ketuntasan digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas VI pada mata pelajaran IPS yaitu 70. Berikut ini hasis belajar siswa pada siklus II.

Deskripsi Siklus III

Siklus III dilaksanakan hari sabtu tanggal 23 Januari 2016 di kelas VI dengan jumlah 20 siswa. Adapun proses pembelajarannya mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disiapkan dan menggunakan instrmen penelitian berupa lembar pengamatan guru dan siswa. Sebagai nilai patokan ketuntasan digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas VI pada mata pelajaran IPS yaitu 70. Berikut ini hasis belajar siswa pada siklus III.

Pembahasan

Setelah melakukan berbagai kegiatan mulai dari kegiatan siklus I, siklus II, dan siklus III diperoleh data hasil belajar IPS. Berikut ini data hasil penelitian pada siklus I, siklus II, dan siklus III:

Analisis Siklus I

Berdasar hasil test siklus I dapat dikatakan bahwa penerapan metode index card match ini terbukti dapat meningkatkan Hasil belajar IPS materi Gejala Alam yang telah dipelajari. Karena terlihat adanya peningkatan skor dari pre test yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 59,55 meningkat menjadi 64,35. Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan kelas dari jumlah 20 siswa, yang dinyatakan tuntas sebanyak 11 siswa. Sedangkan yang gagal sebanyak 9 siswa. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam pemebelajaran pada siklus selanjutnya.

Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus I ini. Terdapat faktor pendukung dan penghambat dari guru dan siswa beserta ide perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.

Analisis Siklus II

Berdasarkan hasil tes siklus II dapat dikatakan bahwa penerapan metode index card match ini terbukti dapat meningkatkan Hasil belajar siswa terhadap materi IPS yang telah dipelajari. Karena terlihat adanya peningkatan nilai dari pre test yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 52,8 meningkat menjadi 73,8 Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan kelas dari jumlah 25 siswa, yang dinyatakan lulus sebanyak 16 siswa. Sedangkan yang gagal sebanyak 4 siswa karena nilai tesnya kurang dari 70.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan penerapan metode index card match pada pembelajaran IPS materi Gejala Alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa walaupun belum sempurna. Hal yang diperoleh dari siklus II ini belum mencapai indikator yang diharapkan, maka masih perlu dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu siklus III.

Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus II ini, terdapat faktor pendukung dan masih ada faktor penghambat dari guru dan siswa beserta ide perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.

Analisis Siklus III

Berdasarkan hasil skor tes tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan metode index card match ini terbukti efektif untuk meningkatkan Hasil belajar siswa terhadap materi IPS yang telah dipelajari. Karena terlihat adanya peningkatan skor yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 52,80 meningkat menjadi 81,45. Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan kelas adalah 20 siswa, yang dinyatakan lulus sebanyak 20 siswa. Sedangkan yang gagal tidak ada karena nilai tesnya lebih dari 70.

Hasil Rekapitulasi

Dari hasil penelitian tersebut dapat kita lihat dalam rekapitulasi berikut ini: Hasil rekapitulasi hasil (prestasi siswa) belajar IPS melalui penerapan metode index card match.

Tabel 4.9 Data Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Per Siklus

No

Nama

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1

Adid Yuliansyah

72

76

78

88

2

Akbar Ramadhan

62

70

72

80

3

Amin Abdul Rahman

55

70

72

78

4

Arta Ardiansa

40

44

56

70

5

Bagas Saputra

74

76

80

84

6

Bayu Febrian

46

50

64

72

7

Dwi Maharani

56

56

74

76

8

Fernanda Afriliani

70

75

78

80

9

Margani

40

50

72

84

10

Mohamad Rifa’i

46

48

60

72

11

Mohammad Akyaudin

80

82

88

96

12

Reihan Januar

78

80

84

92

13

Saifulloh Dwi Septa

54

60

70

78

14

Septiyan Dwi Cahyono

52

56

72

78

15

Siti Alfiah

50

54

70

80

16

Siti Sundari

56

70

78

84

17

Sri Utami

44

46

68

75

18

Susan Wahyu Aagustin

68

72

78

84

19

Tri Hariyanto

78

80

88

90

20

Veri Cahyono

70

72

74

88

Jumlah

1191

1287

1476

1629

Rata-rata

59,55

64,35

73,8

81,45

 

Penerapan metode pembelajaran index card match terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi IPS materi Gejala Alam pada siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan pemahaman siswa dalam belajar dan hasil belajar IPS yang diperoleh. Proses penilaian metode penerapan index card match untuk meningkatkan pemahaman siswa dan hasil belajar menunjukkan hasil yang baik. Dilihat dari data kuantitatif yang diperoleh menunjukkan hasil perolehan skor yang cukup tinggi.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran index card match terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Gejala Alam pada siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan hasil belajar siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya, pada siklus I hasil belajar yang semula nilai rata-rata kelas pada pra siklus sebesar (59,55) meningkat menjadi (64,35), pada siklus I kemudian meningkat (73,8) pada siklus II. dan pada siklus III meningkat menjadi (81,45)..

Untuk angka ketuntasan belajar siswa dari pra siklus ke siklus I naik menjadi 7 anak atau sebesar 35% dan menjadi 11 anak pada siklus II atau sebesar 55%. Dan angka ketuntasan belajar pada siklus II sebanyak 16 anak atau sebesar 80% menjadi 20 anak atau sebesar 100% pada siklus III atau naik sebanyak 4 anak atau 20%. Jadi angka ketuntasan belajar dari pra siklus ke siklus III meningkat sebesar 65% atau sebanyak 13 anak.

Penerapan metode pembelajaran index card match terbukti dapat meningkatkan hasil beajar IPS pada siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan hasil belajar.

Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

Bagi Guru

Dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan guru menjadikan metode index card match sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran IPS, sehingga situasi pembelajaran dapat menyenangkan, iovatif, dan kreatif.

Bagi Siswa

Siswa hendak meningkatkan kesadaran untuk selalu berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar, siswa juga hendaknya tidak takut atau malu untuk menanyakan tentang materi peajaran yang belum dipahami.

Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya selalu mendorong para guru yang berusaha menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat inovatif dan kreatif dengan memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan selain itu juga melatih para guru agar kompetensinya meningkat.

Bagi Peneliti

Kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dalam bidang yang sama, agar dapat menindak lanjuti penelitian ini dalam kancah yang lebih luas, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik yang nantinya akan dapat berguna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu.1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prastya.2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Basrowi, Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Galia Indonesia.

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ginting, Abdurrahaman. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Haryanto. 2012. Pengertian Pendidikan Menurut Ahli, (Online), http://belajarpsikologi.com/pengertiaokologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/, diakses pada tanggal 5 November 2015).

Mel. Silberman. 2001. Aktive Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis.

Mel. Silberman. 2006. Aktive Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis.

Mel. Silberman. 2010. 101 CaraPelatihan dan Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indexs.

Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Offset.

Purwanto, Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya.

Rasimin. 2012. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Trust Media Publising.

Sam’s, Rosma Hartiny. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Sukses Offset.

Sanjaya, Wina. 2008.Strategi PembelajaranBerorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman A.M, 1989. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Suprijono, Agus. 2007. Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi Paikem. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmadi. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suwandi, Sarwiji, 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Usman, Moh. Uzer, dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.