Penerapan Metode INKUIRI
PENERAPAN METODE INKUIRI
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA
PADA SISWA KELAS V SDN SITIREJO
KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA
Wahyuti
Guru Kelas V SDN Sitirejo
ABSTRAK
Pelaksanaan dalam pembelajaran IPA, siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan melatih sikap, nilai, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Observasi awal yang diperoleh peneliti menunjukkan pelaksanaan pembelajaran IPA di Kelas V SDN Sitirejo belum optimal. Pendekatan dan media yang digunakan guru kurang bervariasi. Hal tersebut menyebabkan materi IPA masih sulit dipahami oleh siswa dan membuat siswa menjadi kurang aktif. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada Kelas V SDN Sitirejo? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa Kelas V SDN Sitirejo. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa Kelas V yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki serta guru Kelas V SDN Sitirejo. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, masing-masing siklus terdiri atas 1 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil berlajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri. Pada siklus I rata-rata keterampilan guru yang diperoleh 3,11 dengan persentase 77,7% (Baik), siklus II meningkat menjadi 3,22 dengan persentase 80,5% (Baik), dan siklus III meningkat lebih baik lagi menjadi 3,50 dengan persentase 88,8% (Sangat Baik). Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa 18,1 dengan persentase 43,5% (Cukup), siklus II meningkat menjadi 28 dengan persentase 68,5% (Baik), dan siklus III terjadi peningkatan lebih baik lagi menjadi 31,2 dengan persentase 85,9% (Sangat Baik). Berdasarkan nilai hasil belajar diperoleh data pada siklus I nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 61,07 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 60,7%. Pada siklus II nilai rata-rata yang dicapai siswa menjadi 75,09 dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 85%. Sedangkan pada siklus III nilai rata-rata siswa naik menjadi 86,4 dengan ketuntasan belajar 90%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan Pendekatan Inkuiri pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar pada siswa Kelas V SDN Sitirejo. Pendekatan Inkuiri meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga disarankan dapat diterapkan pada pelajaran lain.
Kata kunci: Metode Inkuiri, Kualitas Pembelajaran, IPA
PENDAHULUAN
Tujuan yang terkandung dalam KTSP tersebut sudah mengandung ide-ide yang dapat mengantisipasi perkembangan IPTEK secara global. Namun kenyataan di lapangan tidak sejalan dengan tujuan pada kurikulum, seperti temuan di lapangan tentang pembelajaran IPA di sekolah dasar antara lain, guru belum melaksanakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan berfikir, kerja dan bersikap ilmiah bagi peserta didik dalam pembelajarannya guru memberikan siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka. Dengan demikian, siswa tidak memahami dasar kualitatif tentang fakta-fakta dalam materi serta tingkat pemahaman semakin berkurang sehingga pada kenyataannya timbul kebosanan pada siswa, tujuan siswa agar menguasai konsep yang diajarkan justru tidak tercapai. Kondisi seperti itu ditemukan juga pada pembelajaran IPA, yaitu guru berusaha agar siswa mampu menghafal materi sebanyak mungkin sesuai yang diterangkan oleh guru. Dalam hal ini, yang terjadi adalah pembelajaran berpusat pada guru dan bersifat satu arah, sehingga siswa kurang mandiri dalam belajar bahkan siswa menjadi cenderung pasif dan kurang aktif. (Kajian Kebijakan Kurikulum Mapel IPA, 2007: 14).
Permasalahan tersebut juga didukung oleh hasil survey dari TIMSS menunjukkan bahwa dari 38 negara yang berpartisipasi pada tahun 1999 dan dari 46 negara yang berpartisipasi pada tahun 2003, masing-masing anak Indonesia menempati peringkat 32 dan 37. Skor rata-rata perolehan anak Indonesia untuk IPA mencapai 420,221 skor ini tergolong ke dalam low benchmark artinya siswa baru mengenal beberapa konsep mendasar. Dengan demikian pembaharuan pendidikan di Indonesia harus terus dilakukan dan disesuaikan dengan perubahan zaman.
Kenyataan pelaksanaan pada pembelajaran IPA seperti yang dipaparkan diatas juga ditemui di SDN Sitirejo, guru belum menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif bahkan banyak guru yang mengajar tanpa memanfaatkan sumber belajar. Dalam pembelajarannya siswa belum diarahkan untuk belajar melalui berfikir. Dalam pelaksanaannya siswa belum dilatih untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan menyimpulkan, guru sering mengajar apa adanya sehingga pembela-jaran seperti teacher centris, materi yang disampaikan guru sama dengan yang ada di buku yang dapat mereka pelajari di rumah, dalam pembelajaran guru belum merancang kegiatan belajar yang memung-kinkan siswa melakukan kegiatan penemu-an, guru belum memberikan masukan dan motivasi pada siswa dalam pembelajaran. Guru juga belum memanfaatkan lingkung-an sebagai media pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam sumber belajar. Hal tersebut dapat mengakibatkan pembelajaran IPA di kelas menjadi tidak menarik, siswa kurang antusias, malas, ramai sendiri dan banyak siswa yang tidak memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru. Sehingga tujuan dari mata pelajaran IPA belum tercapai.
Hal ini ditunjukkan dengan data rata-rata ulangan harian siswa Kelas V SDN Sitirejo dengan hasil ulangan IPA menunjukkan masih belum maksimal yaitu siswa memperoleh nilai tertinggi 70, nilai terendah 30 dan nilai rata-rata kelas 50,72 dari 28 ssiwa. Dari data observasi awal tersebut menunjukkan belum tercapainya nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 60. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran tersebut diperlukan adanya suatu upaya untuk mengadakan perbaikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, agar siswa menjadi aktif dalam mengembangkan keterampilan serta memahami konsep-konsep IPA dengan mudah sehingga hasil belajar siswa dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah diterapkan sekolah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan adanya permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran IPA dengan Metode Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan guru di Kelas V SDN Sitirejo?
2. Apakah pembelajaran IPA dengan Metode Inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran di Kelas V SDN Sitirejo?
3. Apakah pembelajaran IPA dengan Metode Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas V SDN Sitirejo?
Tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan tindakan yang akan dilakukan adalah 1) Meningkatkan kete-rampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui Metode Inkuiri pada Siswa Kelas V dalam mata pelajaran IPA di SDN Sitirejo, 2) Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui Metode Inkuiri pada Siswa Kelas V dalam mata pelajaran IPA di SDN Sitirejo, 3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui Metode Inkuiri pada Siswa Kelas V dalam mata pelajaran IPA di SDN Sitirejo.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi siswa dan kreatifitas pengajar. Pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembela-jaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreatifitas guna akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. (Robbins, Stephen P:2007, http:/id.wikipedia.org/-wiki/Pembelajaran).
Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Untuk selanjutnya kita akan menggunakan kata IPA sebagai suatu istilah. (Iskandar. Srini M: 2001.2).
Menurut Webster’s Collegiate Dictionary kata inkuiri (inquiry) berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inquiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanya-an-pertanyaan dan mencari sendiri jawab-an atas pertanyaan yang mereka ajukan. Kuslan dan Stone (dalam dahar dan Liliasari: 1986) mendefinisikan pendekatan inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan murid-murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa parailmuwan. (Iskandar. Srini M: 2001, 70).
Dalam pembelajaran inkuiri terda-pat beberapa prinsip yang harus diperhati-kan oleh guru, yaitu 1) Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual, 2) Prin-sip Interaksi, 3) Prinsip Bertanya, 4) Prin-sip Belajar untuk Berpikir,5)Prinsip Keterbu-kaan.
METODE PENELITIAN
Rancangan dan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah guru dan siswa Kelas V SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan 28 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki 11 siswa perempuan.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel tindakan dan variabel masalah. Variable tindakan yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Metode Inkuiri. Variable masalah yaitu 1) Keterampilan Guru, 2) Aktivitas Siswa, 3) Hasil Belajar. Da-lam Penelitian Tindakan Kelas ini, sumber data brasal dari siswa kelas VSDN Sitirejo, guru kelas, data dokumen dan porto folio.
Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif hasil belajar siswa kelas V yang diambil dengan cara memberikan tes (uji kompetensi) pada setiap akhir siklus. Data kualitatif didapatkan dari aktivitas belajar siswa dan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi teknik tes dan non tes. Teknik tes berupa tes tertulis dengan alat pengumpul data dan berupa soal. Teknik non tes berupa observasi dengan alat pengumpul data berupa lembar observasi.
Data kualitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentu-kan mean atau rerata. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan keterampilan guru selama proses pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Refleksi pembelajaran pada tindak-an I ini lebih difokuskan pada indikator menyebutkan alat pernapasan pada manusia dan masalah yang muncul selama tindakan pembelajaran inkuiri belum dapat terlaksana secara optimal karena suswa masih sangat tergantung pada instruksi guru (peneliti). Namun demikian, hasil tes formatif I ternyata rata-rata mencapai standar ketuntasan individu (60) yang telah ditetapkan yaitu 61,07. Secara klasikal target telah terpenuhi karena berdasarkan deskripsi data tindakan 1, maka dalam pembelajaran ini ditemukan permasalahan yaitu 1) hasil tes menunjukkan bahwa masih ada 39,3% siswa yang belum tuntas dan ketuntasan belajar kelas hanya 60,7% sehingga ketuntasan belajar belum tercapai, 2) Siswa kurang bekerja sama dalam diskusi kelompok, 3) Perhatian dan bimbingan guru masih kurang.
Berdasarkan refleksi yang telah didapatkan, maka perlu diadakan revisi untuk pelaksanakan, yaitu 1) guru me-nugaskan kembali tentang pelaksanaan pembelajaran inkuiri,2) le-bih memotivasi siswa untuk aktif berdiskusi kelompok, 3) Guru lebih memberikan perhatian dan bimbingan pada siswa baik dalam praktikum maupun dalam mempre-sentasikan hasil, dan memberikan motivasi siswa untuk tidak takut dalam mengeluarkan pendapat.
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Hasil refleksi pada pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan guru meningkat diban-dingkan dengan siklus sebelumnya dengan perolehan skor 29 dan nilai rata-rata sebesar 3,22 dengan persentase 80,5% dalam kategori sangat baik dan telah mencapai indikator keberhasilan.
2. Aktivitas siswa juga meningkat dengan perolehan skor 689 dengan persentase 68,5% dalam kategori baik dan telah mencapai indikator keberhasilan.
3. Hasil belajar yang diperoleh adalah nilai terendah 65 dan tertinggi 100 dengan rata-rata dengan persentase ketuntasan 85% dan telah mencapai indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya ketuntasan klasikal dari 80%.
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Hasil refleksi pada pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan guru meningkat diban-dingkan dengan siklus sebelumnya dengan perolehan skor 32 dan nilai rata-rata sebesar 3,5 dengan persenta-se 88,8% dalam kategori sangat baik dan telah mencapai indikator keberha-silan.
2. Aktivitas siswa juga meningkat dengan perolehan skor 778 dengan persentase 85,9% dalam kategori baik dan telah mencapai indikator keberhasilan.
3. Hasil belajar yang diperoleh adalah nilai terendah 70 dan tertinggi 95 dengan rata-rata dengan persentase ketuntasan 90% dan telah mencapai indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya ketuntasan klasikal dari 80%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPA menggunakan pendekatan inkuiri dari siklus I hingga siklus III. Hasil belajar siklus I pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya adalah 61. Pada ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh siswa adalah 60,7%. Untuk siklus II pada nilai rata-ratanya adalah 75. Pada ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh siswa adalah 85% dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa. Untuk siklus III pada nilai rata-ratanya adalah 86,4. Pada ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh siswa adalah 90% dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa.
Menurut data diatas terdapat kenaikan hasil belajar serta kenaikan ketuntasan belajar klasikal dari siklus I sampai dengan siklus III, dari 60,7% menjadi 90%. Terjadinya kenaikan hasil belajar dikarenakan dalam tahap pembelajaran guru melakukan kegiatan perbaikan secara terencana dan sistematis.
Salah satu yang sangat berpengaruh terhadap ketuntasan nilai dalam pembelajaran adalah sumber belajar yaitu siswa masih diberi penggambaran realitas secara langsung sebagai pengalaman yang ditemui pertama kalinya, dimana dalam hal ini masih sangat konkrit. Dalam tahap ini pembelajaran dilakukan dengan cara memegang, merasakan atau mencium secara langsung materi pelajaran. Misalnya pada KD menjelaskan pernafasan pada manusia. Siswa secara langsung mempraktekkan uji pernafasan (membuat model paru-paru, pembuktian sisa hasil pernafasan dan pembuktian gangguan pernafasan).
Edgar Dale mengemukakan pengalaman belajar disebut sebagai Kerucut Pengalaman Belajar. Disebut sebagai kerucut karena terbentuk dari sebuah segitiga yang bagian dasarnya lebih luas dari pada ujungnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Edgar Dale bahwa sumber belajar itu adalah pengalaman. Maksud dari penjelasan diatas bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperolehnya.
Berdasarkan hasil refleksi atau evaluasi dari siklus I sampai siklus III, penerapan model pembelajaran inkuiri dalam kompetensi dasar mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan memberikan kesempatan pada siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk dapat menyelesaikan atau memecahkan masalah secara bersama. Dengan melakukan penemuan sendiri dalam ilmu pengetahuan siswa lebih termotivasi untuk melakukan penemuan-penemuan baru lainnya melalui praktikan secara berkelompok. Pembentukan kelompok yang heterogen menambah semangat belajar siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk berpikir memecahkan masalah dengan anggota kelompoknya. Hal ini tampak dari hasil tes yang telah melaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar pada siklus I sampai siklus III.
Model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan mengetahui keterampilan guru dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora. Hal ini tercermin dalam indikator keberhasilan yang telah dicapai.
Guru terampil mengelola dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri yang ditandai dengan keterampilan guru baik dan meningkat dalam tiap-tiap siklusnya. Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, terjadi peningkatan keterampilan guru dari siklus I 3,11, siklus II 3,22, dan pada siklus III mencapai 3,5.
Terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri, yang ditandai dengan aktivitas siswa baik. Keaktifan siswa dalam bekerja sama, mengeluarkan pendapat, merespon jawaban teman dan berdiskusi melakukan praktikum dalam kelompok siklus I sampai III mengalami peningkatan dari tiap-tiap siklusnya. Dari siklus I 8,1 (cukup), siklus II 28 (baik), siklus 31,2 (baik).
Sebesar 90% siswa kelas V SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora pada siklus III mengalami ketuntasan belajar klasikal dalam pembelajaran IPA khususnya dalam pencapaian dasar mendeskripsikan alat-alat tubuh organ manusia dan hewan (pernafasan). Hasil belajar siswa juga telah memenuhi standar ketuntasan individu yaitu siklus I 61,07, siklus II 75,09, siklus III 86,4.
Secara keseluruhan penelitian yang dilakukan dengan penerapan model pembelajaran inkuiri, dalam siklus III telah menunjukkan adanya keberhasilan dalam keterampilan guru (dalam kriteria baik), aktivitas siswa (dalam kriteria baik), dan dalam hasil belajar siswa yang sudah memenuhi standar KKM mata pembelajaran IPA Kelas V SD N Sitirejo yaiti 60 (rata-rata yang diperoleh sudah mencapai 86,4). Juga dalam ketuntasan klasikal berhasil mencapai 90%. Oleh karena itu penelitian berhenti pada siklus III.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan keterampilan guru dalam tiap-tiap siklusnya. Guru terampil dalam mengelola proses bela-jar mengajar IPA dengan menerapkanb model pembelajaran inkuiri yang ditandai dengan hasil rata-rata guru memenuhi kriteria baik yaitu pada siklus I rata-rata keterampilan guru yang diperoleh 3,11 dengan persentase 77,7% (baik), siklus II meningkat menjadi 3,22 dengan persentase 80,5% (baik) dan siklus III menngkat lebih baik lagi dengan persentase 88,8% (sangat baik).
2. Terjadi perubahan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembela-jaran inkuiri yang ditandai dengan aktifitas siswa baik. Keaktifan siswa dalam bekerja sama, mengeluarkan pendapat, merespon jawaban teman, dan berdiskusi melakukan penemuan dan simulasi dalam kelompok mengalami peningkatan dari tiap-tiap siklusnya yaitu pada siklus I rata-rata aktivitas siswa 18,1 dengan persentase 43,5% (cukup), siklus II meningkat menjadi 28 dengan persentase 68,5% (baik), dan siklus III terjadi peningkatan lebih baik lagi menjadi 31,2 dengan persentase 85,9% (sangat baik)
3. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa ditandai dengan tercapainya ketuntas-an individu siklus I 61,07, siklus II 75,09, siklus III 86,4. Juga mengalami peningkatan ketuntasan belajar klasikal dalam pembelajaran IPA khususnya dalam pencapaian kompetensi dasar mengidentifikasi fungsi organ tubuhh manusia dan hewan yaitu dari siklus I 60,7%, siklus II 85%, siklus III 90%.
Saran yang dapat diberikan dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru
Penguasaan model pembelajaran yang inovatif memungkinkan berkem-bangnya potensi siswa, guru harus mem-beri motivator sekaligus menjadi fasilitator bagi siswanya. Hal ini akan merangsang diri siswa sehingga akan mempercepat pemahaman dalam belajar.
2. Bagi siswa
Suatu keberhasilan dalam bentukan prestasi belajar tidak tergantung pada orang lain tetapi lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri. Untuk itu siswa harus terlibat secara penuh baik fisik maupun mental dalam proses belajar mengajar, hal ini akan mempermudah tercapainya tujuan belajar.
3. Bagi sekolah
Dalam upaya mengembangkan pembelajaran yang efktif dan efisien. Model pembelajaran inkuiri perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Bina Karya Guru. 2006. IPA SD Untuk Sekolah Dasar Kelas V, Jakarta: Erlangga.
Dirmiati. dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media.
Wardani, I.G.A.K; Wihardit, K. dan Nasoetion. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Aqib, Zaenal. 2008. Karya Tulis Ilmiah, Bandung: Yrama Widya.
Tim Dosen. 2008. Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Sarini, M. Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam , Bandung: CV. Maulana.
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Permana, Johar. Sumantri. Mulyani. 2000. Strategi Belajar Mengajar, Jawa Tengah: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Bina Karya Guru. 2006. IPS Terpadu Sekolah Dasar Kelas V, Jakarta: Erlangga.
Samianto. 2010. Ayo Praktik PTK: Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: Rasail Media Grup.
http:see/Sintaks (Tahapan) Model-model Pembelajaran « Fatonipgsd071644221’s Blog.htm).