Penggunaan Istilah Sorpingah Mbah Wur Lagi Nyusur
Penggunaan ISTILAH SORPINGAH MBAH WUR LAGI NYUSUR
pada perkalian pecahan campuran
dalam matematika kelas v semester 2,
sdN 2 nglangitan, kecamatan tUnjungan, kabupaten blora
sebagai upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
melalui pembelajarAN TUTOR SEBAYA
Widya Ningtyas
Guru Kelas V SDN 2 Nglangitan
ABSTRAK
Hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 2 Nglangitan rendah karena belum adanya strategi pembelajaran yang menarik siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan istilah “sorpingah mbah wur lagi nyusur” dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berhitung dan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 2 Nglangitan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora. Penelitian ini menggunakan metode tes dan non-tes dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa tes formatif/evaluasi, lembar observasi, dan lembar refleksi. Subyek penelitian sebanyak 19 siswa yang terdiri dari 6 laki-laki dan 13 perempuan. Instrumen penelitian berupa tes isian tertulis ,lembar observasi, dan lembar refleksi. Data penelitian yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan teknik analisis diskripsi komparatif dengan membandingkan peningkatan indikator-indikator penelitian pada tiap tahapan atau siklus. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengadakan perlakuan-tindakan selama dua siklus, hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian, yaitu adanya peningkatan hasil belajar berupa ketuntasan belajar siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 dari 30,31% sebelum diadakan tindakan menjadi 52,68% pada siklus I dan 100% pada siklus II.. Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa penggunaan istilah menarik “sorpingah mbah wur lagi nyusur” dalam pembelajaran matematika sebagai sebuah pendekatan atau strategi pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 2 Nglangitan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi guru pada khususnya dan tenaga pengajar lain pada umumnya untuk dapat menggunakan tutor sebaya sebagai model pembelajaran dalam pembelajaran matematika.
Kata kunci: Hasil Belajar, Sorpingah Mbah Wur Lagi Nyusur, Tutor Sebaya
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran matematika di kelas 5 SDN 2 Nglangitan berlangsung secara klasikal dengan guru menjelaskan materi lalu memberi contoh soal dan memberi soal latihan. Guru menguraikan konsep materi secara lugas dan urut sesuai dengan buku pegangan matematika, sedangkan siswa menyimak dalam buku sambil mendengarkan penjelasan guru.
Siswa kelas V SDN 2 Nglangitan kecamatan Tunjungan, kabupaten Blora memiliki pemahaman yang rendah dalam pembelajaran matematika. Hal ini diper-lihatkan dari hasil belajar matematika mereka dalam nilai rapor rendah, kebanya-kan nilainya dibawah kriteria ketuntasan Minimal (KKM). Dari 19 siswa kelas V SDN 2 Nglangitan tersebut sebanyak 63,15% mengalami kesulitan mengerjakan mate-matika pada materi menentukan hasil perkalian berbagai bentuk pecahan dalam bentuk perkalian pecahan biasa dengan pecahan campuran, yang didalamnya termasuk mengubah bentuk pecahan biasa menjadi pecahan campuran atau sebaliknya.
Permasalahan dalam penilitian ini adalah proses pembelajaran yang masih klasikal, tanpa menggunakan strategi penerapan konsep-konsep yang mudah dipahami, dikenal, dan berkesan bagi anak. Selain itu guru juga belum memanfaatkan model pembelajaran tutor sebaya.
Sesuai dengan permasalahan, penulis merumuskan masalah dalam penelitian adalah “Bagaimana caranya supaya dengan mudah siswa dapat mengerjakan perkalian pecahan campuran dengan menggunakan bantuan istilah-istilah yang menarik melalui pembelajaran tutor sebaya?”
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 2 Nglangitan kecamatan Tunjungan, kabupaten Blora menggunakan istilah ”sorpingah mbah wur lagi nyusur” pembelajaran tutor sebaya.
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (Arief S. Sadiman, 2006: 2). Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah (Oemar Hamalik, 2004: 30).
Menurut Susianha (2009) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selain itu hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar matematika adalah suatu bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah melalui proses belajar matematikayang menunjukkan kecakapan siswa dalam menguasai materi pelajaran meliputi penanaman konsep, pemahaman konsep, dan keterampilan berhitung.
Tutor sebaya adalah suatu pembelajaran yang jadi murid dan yang jadi guru adalah teman sebaya kita atau umurnya itu sebaya. Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur sebaya merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
Pengajaran tutoring merupakan pengajaran melalui kelompok yang terdiri atas satu siswa dan satu pengajar (tutor, mentor) atau boleh jadi seorang siswa mampu memegang tugas sebagai mentor, bahkan sampai taraf tertentu dapat menjadi tutor (Kusuma, Yulitta, Radita, 2006).
Metode tutor sebaya ialah pemanfaatan siswa yang mempunyai keistimewaan, kepandaian dan kecakapan di dalam kelas untuk membantu memberi penjelasan, bimbingan dan arahan kepada siswa yang kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menerima pelajaran yang usianya hampir sama atau sekelas dalam pengajaran remedial.
Penggunaan istilah “sorpingah mbah wur lagi nyusur” untuk menjelaskan konsep perkalian pecahan campuran dalam pembelajaran matematika sangat tepat bagi siswa. Sorpingah singkatan dari ngisor ping tengah yang dalam bahasa Indonesia artinya bawah dikalikan tengah. Mbah singkatan dari tambah yang dalam bahasa Indonesia artinya ditambah atau dijumlahkan. Wur singkatan dari ndhuwur yang dalam bahasa Indonesia artinya atas. Lagi diterapkan pada kata dibagi. Nyusur diterapkan pada kata ngisor yang dalam bahasa Indonesia artinya bawah.
Dengan adanya kondisi guru yang belum menggunakan model pendekatan tutor sebaya, hasil belajar matematika siswa rendah. Supaya hasil belajar matematika siswa meningkat maka perlu diadakan strategi tindakan dengan menggunakan istilah-istilah menarik ”sorpingah mbah wur lagi nyusur” serta pendekatan tutor sebaya dalam proses belajar mengajar. Strategi ini dilakukan dalam 2 siklus, dimana pada siklus 1 siswa secara klasikal diberikan penjelasan konsep perkalian pecahan campuran dengan pecahan campuran menggunakan istilah ”sorpingah mbah wur lagi nyusur” dalam 4 langkah. Pada tiap langkah ada beberapa siswa yang menjadi tutor sebaya bagi teman mereka yang kesulitan atau lambat dalam memahami konsep tersebut. Sedangkan siklus 2 dilakukan untuk mengadakan pembelajaran perbaikan (remedial) dan pengayaan dengan mengacu pada hasil observasi dan refleksi siklus 1. Dengan pelaksanaan tindakan dalam 2 siklus ini diduga akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SDN 2 Nglangitan, kecamatan Tunjungan, kaupaten Blora pada siswa kelas 5, semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa kelas 5 adalah 19 orang yang terdiri dari 6 laki-laki dan 13 perempuan.
Penelitian tindakan dilaksanakan bulan April 2015. Di samping siswa kelas 5, peneliti juga minta bantuan teman sejawat sebagai pengamat untuk mengamati kegiatan proses belajar mengajar selama penelitian dalam 2 siklus.
Variable yang akan diteliti ada 2, yaitu Variabel Tetap berupa hasil belajar dan Variabel Bebas berupa penggunaan istilah menarik “sorpingah mbah wur lagi nyusur” dan pembelajaran tutor sebaya.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proses penelitian berbentuk siklus. Siklus berlangsung dua kali, tiap siklus dua kali pertemuan dan tiap kali pertemuan masing masing (2 x 35) menit. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan melibatkan rekan sejawat guru SDN 2 Nglangitan, kecamatan Tunjungan, kabupaten Blora sebagai pengamat . Model penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin.
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar siswa SD Nglangitan 2, kecamatan Tunjungan, kabupaten Blora yang meliputi 1) tes evaluasi akhir pembelajaran, 2) lembar observasi, 3) hasil refleksi, 4) catatan peneliti, pengamat, maupun siswa selama pelaksanaan penelitian.
Teknik pengumpulan data dilaku-kan dengan menggunakan teknik tes berupa tes evaluasi akhir pembelajaran dan non tes berupa lembar observasi, refleksi, dan catatan penelitian.
Data penelitian tindakan kelas ini akan dianalisis menggunakan metode analisis diskriptif komparatif dengan ukuran-ukuran tertentu dan hasilnya akan dibandingkan dengan indikator kinerja keberhasilan penelitian untuk mengetahui dan mengambil kesimpulan akhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITI-AN
Siklus 1
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan pengamatan selama siklus 1 bahwa proses pembelajaran berjalan cukup lancar sesuai dengan rencana dan telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika.
Tabel 1 Hasil Tes Evaluasi Belajar Matematika Siklus I
No |
Rentang/Interval |
Frekuensi |
Prosentase |
1 |
0-15 |
– |
– |
2 |
16-29 |
– |
– |
3 |
30-44 |
– |
– |
4 |
45-49 |
– |
– |
5 |
50-64 |
6* |
28,42 |
6 |
65-69 |
3* |
14,21 |
7 |
70-84 |
8 |
43,16 |
8 |
85-89 |
2 |
9,47 |
9 |
90-100 |
– |
– |
Tuntas |
9 |
52,63 |
|
Belum Tuntas |
10 |
47,37 |
Hasil refleksi selama pelaksanaan siklus 1 masih terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki pada siklus 2. Kekurangan tersebut diantaranya adalah:
1. Pada awal siklus 1 tampaknya sebagian besar siswa masih merasa bingung. Hal ini terjadi terutama ketika pemben-tukan kelompok. Masih banyak siswa yang bertanya tentang kegiatan apa yang akan dilakukan. Kondisi yang demikian ini terjadi karena siswa belum terbiasa melakukan pembelajaran se-perti itu. Kemungkinan lain, karena kurangnya penjelasan guru/peneliti dalam menjelaskan aturan pembentuk-an kelompok.
2. Banyak siswa yang masih merasa tidak nyaman dengan kelompok yang terbentuk. Keadaan seperti ini banyak dipengaruhi oleh ketidakbiasaan mereka berganti pasangan kelompok dalam pembelajaran sebelumnya sehingga mereka merasa tidak cocok dengan kelompok yang baru. Pada pelaksanaan siklus 2 agar keadaan ini tidak terulang lagi siswa banyak diberi penjelasan tentang pentingnya bekerja sama dengan siapapun tanpa membedakan tingkat kepintarannya dan tidak memilih-milih pasangan kelompok lagi.
3. Penyelesaian tugas kelompok sebagian besar masih di dominasi oleh siswa yang dianggap “pintar” oleh teman-temannya, sehingga terjadi gejala kurang aktif pada siswa yang lain.
4. Sebagian besar siswa belum merasa terbiasa menggunakan istilah sorpi-ngah mbah wur lagi nyusur dalam pebelajaran. Sehingga kesan tidak nyaman dalam pembelajaran itu ada.
Siklus 2
Berdasarkan hasil pelaksanaan tin-dakan dan pengamatan selama siklus 2 bahwa proses pembelajaran berjalan cukup lancar sesuai dengan rencana. Kondisi ini yang membuat prestasi belajar siswa dalam pemecahan soal perkalian pecahan campuran pada siklus 2 kembali meningkat secara positif. Peningkatan tersebut sangat signifikan karena dari 19 siswa yang diberi angket, tidak satupun yang menyatakan kurang berminat.
Tabel 2 Hasil Tes Evaluasi Belajar Siklus 2
No |
Rentang/Interval |
Frekuensi |
Prosentase |
1 |
0-15 |
– |
– |
2 |
16-29 |
– |
– |
3 |
30-44 |
– |
– |
4 |
45-49 |
– |
– |
5 |
50-64 |
– |
– |
6 |
65-69 |
– |
– |
7 |
70-84 |
8 |
43,16 |
8 |
85-89 |
3 |
14,21 |
9 |
90-100 |
8 |
43,16 |
Tuntas |
19 |
100 |
|
Belum Tuntas |
0 |
0 |
Beberapa hal yang dapat peneliti rangkum dalam refleksi pada siklus 2 ini adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan siklus 1 sudah dapat diperbaiki pada siklus 2
2. Siswa sudah mulai terbiasa mengguna-kan model pembelajaran tutor sebaya, sehingga belajar apapun siswa merasa senang menggunakan model pembela-jaran ini.
3. Siswa sudah terbiasa dan merasa nyaman menggunakan istilah sorpi-ngah mbah wur lagi nyusur dalam pembelajaran Matematika khususnya perkalian pecahan campuran.
Pembahasan
Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran sebaya selama pelaksanaan penelitian ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran Matematika. Peningkatan hasil belajar yang terjadi selama pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 3 ini.
Tabel 3 Hasil Evaluasi Siswa Tiap Siklus
No |
Hasil evaluasi siswa |
Pra siklus |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
1 |
Prosentase tuntas |
30,31% |
52,63% |
100% |
2 |
Prosentase belum tuntas |
69,69% |
47,37% |
0% |
Berdasarkan data-data hasil penelitian yang telah dilakukan sejak pra-siklus sampai dengan siklus 2 serta mengacu pada teori dan kajian penelitian yang terdahulu, maka peneliti memperoleh beberapa hal yang penting dan bermakna sebagai berikut:
1. Penggunaan istilah-istilah menarik dan mudah dipahami oleh siswa dapat mempermudah siswa dalam pemaha-man pembelajaran, khususnya dalam penelitian ini adalah mata pelajaran Matematika.
2. Penggunaan model pembelajaran tutor sebaya dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa, karena teman yang kurang pintar dapat dibimbing oleh teman yang pintar, sehingga siswa yang kurang pintar akan mudah memahami pelajaran dengan suasana yang lebih nyaman.
PENUTUP
Kesimpulan penelitian tindakan kelas ini adalah penggunaan istilah ”Sorpi-ngah mbah wur lagi nyusur” melalui tutor sebaya sebagai model pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Nglangitan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora terhadap mata pelajaran Matematika.
Hal ini dibuktikan dengan tercapai-nya indikator keberhasilan penelitian tin-dakan kelas ini yaitu ada peningkatan hasil belajar siswa 30,31% menjadi 68,43% pada siklus I,dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 100%.
Saran dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Guru Dapat menggunakan model pembelajaran tutor sebaya sebagai model pembelajaran Matematika dalam proses belajar mengajar,
Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembelajaran Matematika.
2. Bagi Sekolah
Sekolah harus memberikan kesem-patan dan mendukung guru dalam melaku-kan penelitian tindakan kelas karena hal ini merupakan salah satu kompetensi akademik-profesional seorang guru,
Sekolah juga harus mendukung kreatifitas guru untuk menemukan gagas-an-gagasan baru dan menarik dalam penyampaian pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Lain
Dalam penelitian ini hanya dibahas tentang efektifitas penggunaan model pembelajaran tutor sebaya sebagai media pembelajaran Matematika yang apat meningkatkan hasil belajar siswa.
Sedangkan untuk meningkatkan minat belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya sebagai media pembelajaran belum diadakan, sehingga diharapkan peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan yang membahas topik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Abdul Halim, 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)/Action Learning Research: http://www.abdulhalimhanafi.stainbatusangkar.ac.id/?p=32 diakses pada 11 Januari 2010,
Heruman, S., M. Pd. 2007. Konsep Pembelajaran Matematika, Rosda. Surabaya,
Kurniawan, Nursiddik. 2008. Contoh Proposal PTK: http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=820&Itemid=88/ diakses pada 16 Desember 2008,
Kusumasari, Yulitta Radita, 2006. Skripsi: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Tutor Sebaya dalam Pengajaran Remedial pada Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri 25 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007: http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH018e/84fa4825.dir/doc.pdf. diakses pada 10 Januari 2010,
Oemar Hamalik, 2004.Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara. Jakarta,
Rahardjo, Widi. 2002. Sekitar Strategi Belajar Mengajar dan Ketrampilan Mengajar: Salatiga,
Slameto, DR. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Rineka Cipta. Jakarta,
Sudrajat, Akhmad. 2008. Berlatih Menyusun Proposal PTK: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/03/berlatih-menyusun-proposal-ptk.pdf/ diakses pada 9 Januari 2009,
Susianha, 2009. Pembelajaran Aktif dengan Praktikum dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa: http:/susianha.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-aktif-dengan-praktikum.html diakses 2 Desember 2009
Techonly 13’s Blog, 2009. Pengertian Hasil Belajar: http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar/ diakses 11 Januari 2014,
__________ , Penelitian Tindakan Kelas: http://raifkn.multiply.com/reviews/item/2 diakses pada 2 Januari 2010,