Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENERAPAN METODE MIND MAPPING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
TENTANG ENERGI DAN PERUBAHANNYA PADA SISWA KELAS VI SEMESTER II SD N 01 JENAWI TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Suparjo
SD N 01 Jenawi
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI semester II SDN 01 Jenawi pada mata pelajaran IPA. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa karena kurangnya penggunaan metode pembelajaran di kelas, metode yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional dan kurangnya kerjasama antara satu siswa dengan siswa lainnya sehingga membuat suasana kelas menjadi monoton dan membosankan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 01 Jenawi, Jenawi tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 14 siswa. Data-data yang dikumpulkan berupa data nilai siswa (mengerjakan soal, membuat Mind Map, dan ulangan). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Analisis data untuk hasil belajar siswa menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang didasari data kuantitatif setelah menghitung semua komponen penilaian dan mengambil rata-ratanya. Hasil analisis diperoleh bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas VI semester II SDN 01 Jenawi pada mata pelajaran IPA yang signifikan. Pada saat pra tindakan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 4 dengan nilai rata-rata siswa 60 serta persentase siswa yang tuntas belajar mencapai 29%, nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 50. Pada siklus I jumlah siswa yang telah tuntas sebanyak 9 siswa, nilai rata-rata siswa yaitu 74 atau sebesar 64% dengan nilai tertinggi 88 dan terendah 60. Pada siklus II juga menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu ada 13 siswa yang tuntas atau sebesar 93%. Nilai rata-rata siswa pada siklus II mengalami peningkatan yaitu menjadi 81 dengan nilai tertinggi 95 dan terendah 65. Dengan demikian, penerapan metode Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI semester II pada mata pelajaran IPA di SDN 01 Jenawi.
Kata kunci: Mind Mapping, Hasil Belajar, IPA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dari hasil wawancara dengan guru kelas VI diketahui bahwa proses pembelajaran yang berlangsung guru masih terlihat dominan (teacher centered), penyampaian materi pelajaran didominasi dengan metode ceramah. Materi yang disampaikan hanya berpusat pada guru dan tekstual, sesuai dengan buku paket. Pada akhir proses pembelajaran siswa tidak dibimbing dan diberi kesempatan untuk mencatat materi yang telah dipelajari, sehingga siswa tidak memiliki catatan yang lengkap. Hal tersebut dapat mengakibatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan tidak maksimal, sehingga ketika siswa mengerjakan soal evaluasi hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan.
Dari hasil test kondisi awal, diperoleh data hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 01 Jenawi. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM 70. Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM hanya 29% dari jumlah keseluruhan siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi pelajaran masih rendah, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa cenderung rendah.
Pembelajaran IPA tidak dapat dilakukan hanya dengan metode ceramah dan kegiatan yang monoton saja. Siswa perlu belajar bermakna, agar dapat benar–benar memahami konsep dari pelajaran IPA, tidak hanya sekedar menghafal saja. Usman Samatowa (2010: 86) menyatakan bahwa dalam belajar bermakna pengetahuan baru dikaitkan pada konsep–konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif (otak). Apabila dalam struktur kognitif tidak terdapat konsep–konsep yang relevan, pengetahuan baru dipelajari secara hafalan. Trianto (2010: 42) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yaitu pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari–hari.
Dalam hal ini, proses pembelajaran yang menarik minat siswa sangatlah penting. Slameto (2008: 57) menyatakan bahwa minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar, apabila siswa tidak berminat dalam suatu materi pelajaran maka siswa tidak dapat belajar dengan sebaik–baiknya. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, metode yang digunakan harus menarik dan menyenangkan agar siswa tidak mengalami kebosanan dan dapat menerima materi dengan mudah, hal tersebut tentu dapat menunjang hasil belajar siswa. Metode tersebut haruslah metode yang dapat menigkatkan konsentrasi dan pemahaman siswa, serta menumbuhkan minat belajar siswa.
Berdasarkan masalah tersebut, alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah metode pembelajaran yang lebih menarik minat siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode mind mapping. Menurut Buzan (2007: 4) Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran–pikiran kita. Catatan tersebut dibuat dengan gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama sebagai inti yang dihubungkan dengan subtopik dan cabang–cabang sebagai perinciannya.
Melalui metode mind mapping siswa menguraikan satu pokok bahasan menjadi sub–sub pokok yang lebih terperinci dalam bentuk pemetaan sederhana. Dengan menggunakan mind mapping siswa dapat lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, karena dalam pembuatannya mind mapping melibatkan gambar, warna, dan simbol–simbol. Adanya simbol–simbol dan gambar dalam cara mencatat yang digunakan lebih menarik perhatian siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan. Selain itu, siswa juga lebih mudah berkonsentrasi dalam memahami materi yang dicatat.
Menurut Windura (2013: 12) Mind Map adalah sistem belajar dan berpikir yang menggunakan kedua belah otak, sesuai dengan kerja alami otak, mengeluarkan seluruh potensi dan kapasitas otak, mencerminkan secara internal di dalam otak saat belajar dan berpikir. Manfat mind map bagi siswa: mencatat, meringkas, mengarang, berpikir analisis, berpikir kreatif, merencanakan jadwal, mengurai artikel bacan, dan mengurai soal cerita. Mind map adalah bentuk visual atau gambar, sehingga mudah untuk dilihat, dibayangkan, ditelusuri, dibagikan kepada orang lain, dipresentasikan dan didiskusikan bersama.
Penggunaan metode mind mapping dalam pembelajaran IPA diharapkan dapat meningkatkan minat siswa, karena dapat membuat siswa merasa senang dan tidak bosan dalam mengikuti pelajaran. Siswa juga lebih mudah dalam menerima, memahami, mengingat, dan memanggil informasi yang telah didapatkan. Hal tersebut bermanfaat ketika siswa mengerjakan soal ujian, sehingga keberhasilan siswa dalam mengerjakan soal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Energi dan Perubahannya Pada Siswa Kelas VI Semester II SD Negeri 01 Jenawiâ€
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah adalah apakah melalui metode mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang energi dan perubahannya pada siswa kelas VI semester II SD Negeri 01 Jenawi?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dengan menerapkan metode mind mapping dalam pelajaran IPA tentang energi dan perubahannya di kelas VI semester II SD Negeri 01 Jenawi.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi siswa menambah pengalaman belajar bagi siswa dalam suasana yang menyenangkan. Manfaat bagi guru dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk memilih metode pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa.
KAJIAN TEORI
Metode Mind Mapping
Agar lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran diperlukan sebuah metode untuk menyampaikannya. Menurut Edward (2009: 74) bahwa metode adalah cara. Menurut St.Y. Slamet (2008: 51) metode pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan. Dengan kata lain, metode pembelajaran adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang tersusun secara sistematik dan terarah yang akan mempermudahkan dalam pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dapat diartikan juga, bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenagkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
Metode ini merupakan sistem terbaru yang di desain sesuai dengan kerja alami otak manusia (Edward, 2009: 67). Metode mind mapping menggunakan berbagai gambar dengan metode ini dapat menjadikan anak senang untuk belajar.
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreativitas dan pengembangan diri. Buzan (2008: 4) mengungkapkan bahwa mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang akan “memetakan†pikiran. Berikut ini merupakan beberapa pengertian Mind Map.(Tony Buzan, 2008:3-4).
Sejalan dengan hal tersebut De Porter, dkk. (2005: 175-176) mengatakan bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Sementara itu De Porter dan Hernacki (2006: 152) mengungkapkan bahwa Peta pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta konsep ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah.
Sejalan dengan hal tersebut, Wycoff berpendapat bahwa pemetaan-pikiran atau Peta pikiran adalah alat pembuka pikiran yang ajaib (Hernowo, 2005: 54). Mind mapping atau peta konsep adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari / ke otak (Edward, 2009: 64). Lebih lanjut Buzan (2007: 4) berpendapat bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta konsep membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam peta konsep, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya (Buzan, 2008).
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat lebih ditegaskan lagi oleh John W. Budd yang mengungkapkan bahwa A Mind Map is an outline in which the major categories radiate from a central image and lesser categories are portrayed as branches of larger branches yang berarti bahwa peta konsep (mind mapping) merupakan garis besar dari kategori utama dan pikiran-pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari cabang pikiran yang lebih besar.
Lazaer (2000:7) mengemukakan kecerdasan jamak (multi Inteligences) merupakan perkembangan mutakhir dalam bidang inteligensi yang menjelaskan hal–hal yang berkaitan dengan jalur–jalur yang digunakan oleh manusia untuk menjadi cerdas.
Karena Mind Map begitu mudah dan alami, maka bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan Mind Map sangat sedikit (Tony Buzan, 2008:14) ,antara lain: 1)kertas kosong tak bergaris; 2)pena dan pensil berwarna; 3)otak; dan imajinasi.
Langkah-langkah membuat Mind Map Bedasarkan buku pintar Tony buzan ada tujuh langkah dalam pembuatan Mind Map,antara lain sebagai berikut 1)Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar,karena mulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami; 2)Gunakan gambar atau simbol untuk ide sentral,karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat Mind Map lebih hidup,menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan; 3)Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat (ide pokok) dan hubungkan cabang ketingkat dua dan tiga ketingkat satu dan dua, seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi, otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, akan lebih mudah mengerti dan mengingat; 4)Buatlah garis melengkung, bukan lurus, karena garis lurus akan membosankan otak; 5)Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal memberi banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Map. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi, lebih bebas dan bisa memicu ide dan pikiran baru. Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral setiap gambar bermakna seribu kata; 6)Memilih kata kunci dan cetak menggunakan kertas yang kecil. Tiap-tiap kata atau gambar harus berdiri sendiri dan terletak pada garis tersediri; 7)Garis dimulai dari tengah dengan gambar sebagai topik, pergunakan sedikitnya tiga warna; 8)Garis tersebut harus saling berhubungan yang berasal dari tengah.garis tengah dibuat tebal, menyatakan dengan bagian tengah (ide pokok) berbentuk aliran saat menjauh menjadi menyebar saat menjauhi pusat.
Garis pada gambar atau tulisan memiliki panjang yang sama. Pergunakalah warna dan kode sesuai keinginan untuk membuat Mind Map, berilah penegasan dan memperlihatkan hasil penggabungan pada Mind Map. Untuk menjaga Mind Map agar jelas dengan menggunakan tingkat kecerahan, menggunakan angka atau skema yang diinginkan untuk semua cabang.
Langkah-langkah membuat Mind Map dalam pembelajaran IPA sebagai berikut: 1)Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakan mendatar,buatlah gambar atau simbol sesuai dengan imajinasi siswa menggunakan pensil warna sebagai ide sentral dengan menulis topik pembelajaran; 2)Dari topik pembelajaran kemudian membuat cabang-cabang sesuai dengan sup topik pembelajaran dengan menggunakan symbol gambar atau kata kunci yang dipahami oleh siswa; 3)Hubungkan cabang-cabang atau sub topik pembelajaran dari ide sentral atau topik pembelajaran ke sub topik pembelajaran tingkatdua, tiga ke tingkat selanjutnya; 4)Buatlah garis melengkung dengan warna tebal dari topic pembelajaran ke sub-sub topik pembelajaran selanjutnya; dan 5)
Dari berbagai macam metode pambelajaran IPA tersebut di atas peneliti hanya membatasi penggunaan metode Mind Map yang divariasi dengan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi, karema dalam setiap pembelajaran harus diawali penjelasan atau informasi dari guru dalam penyajian atau penyampaian bahan pelajaran, (Djamarah dan Aswan Zain, 2006:98-99).
Hasil Belajar
Tingkah laku manusia terdiri dari beberapa aspek, yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap (Oemar Hamalik, 2004; 30). Hasil belajar akan tampak pada perubahan setiap aspek tersebut.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pemgajaran merupakan hasil yang dapat diukur, seperti angka dalam rapor, ijazah, atau kemampuan yang meningkat setelah latihan.Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar (Dimiyati dan Mujiono, 2002: 3–5).
Muhibbin Syah (2006: 141) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sepuah program pembelajaran. Hasil belajar merupakan suatu keberhasilan pada suatu tugas belajar, yang memberi informasi seberapa jauh siswa telah berhasil melakukan tugas di sekolah.
Menurut Patta Bundu (2006: 17) Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar– mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Klasifikasi hasil belajar menurut Benjamin Bloom dalam Martinis Yamin (2008: 33–46) dibagi menjadi tiga yaitu, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
Dari uraian diatas dapat dilihat agar hasil belajar yang dicapai siswa memuaskan maka guru hendaknya memperhatikan segala faktor yang mempengaruhinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalah dengan menggunakan metode yang menyennagkan dan menarik perhatian siswa.
Hasil Belajar IPA
Pembelajaran IPA memiliki andil yang cukup besar dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Srini M. Iskandar (1997: 2) menyatakan IPA secara harfiah dapat dikatakan sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa–peristiwa yang terjadi di alam. Sedangkan menurut Carin & Sund IPA (Sains) adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melaui observasi dan eksperimen yang terkontrol (Maslichah Asy’ari, 2006: 7).
Lebih jauh, Usman Samatowa (2010: 102) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman. Dalam arti khusus, IPA memiliki objek materi mengenai makhluk hidup, benda dan sifat–sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran IPA perlu memperhatikan penggunaan metode yang tepat dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Namun, dalam kenyataan pembelajaran IPA yang berlangsung di sekolah umumnya masih bersifat tekstual atau cenderung hafalan. Banyak guru yang dalam pembelajarannya masih kurang variatif dalam menggunakan menyampaikan materi. Pada umumnya, metode yang banyak digunakan adalah ceramah. Hal tersebut mengakibatkan siswa bosan terhadap proses pembelajaran. Dalyono (2009: 235) mengemukakan cara untuk mengetahui ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan atau tidak dalam pelajaran tersebut.
Hasil belajar terdiri dari dua kata, yakni hasil dan belajar. Antara hasil dan belajar memiliki arti yang berbeda. Hasil ialah wujud pencapaian dan suatu tujuan yang dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Hasil tak akan pernah didapat selama seseorang tidak melakukan suatu tindakan. Sedangkan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menuju suatu perubahan. Dengan demikian dapat dipahami makna hasil belajar merupakan wujud tujuan yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan pada diri individu dalam aktivitas kemandirian hidup. (Djamarah. 1994:1-5). Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana,2011:22)
Hasil belajar IPA adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima materi-materi IPA yang cenderung menggunakan aspek kognitifnya yang diukur melalui tes. Arikunto (2006:26) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah: (1) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor psikologis dan jasmaniah. Yang dikategorikan faktor jasmaniah anatra lain: kelelahan, motivasi. suasana hati dan kebiasaan belajar. (2) Faktor yang berasal dari luar individu (eksternal) dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor manusia dan manusia, seperti alam, hewan, dan lingkungan fisik.
Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan dan dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun faktor yang berasal dari luar individu (eksternal).
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: melalui menerapkan metode pembelajaran mind mapping dalam pembelajaran IPA, maka hasil belajar IPA siswa kelas VI semester II SD Negeri 01 Jenawi dapat meningkat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yakni bulan Januari 2018 sampai dengan bulan April 2018.Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 01 Jenawi, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI (Enam) Sekolah Dasar Negeri 01 Jenawi. Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 14 siswa yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya pada materi energi dan perubahanya.
Data yang dikumpulkan berupa informasi tentang hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam terutama tentang perpindahan dan perubahan energi listrik, guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran termasuk penggunaan strategi, model pembelajaran di kelas yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik observasi. Alat pengumpulan data meliputi lembar observasi. Lembar observasi dalam penelitian ini berisikan catatan Kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi merupakan alat untuk memantau dan mengumpulkan data perkembangan serta kemajuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran maupun untuk mengumpulkan data perkembangan dari proses pembelajaran itu sendiri.
Validasi data diperlukan untuk memperoleh data hasil penelitian yang akurat. Karena dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu data primer yang berupa hasil tes dan data sekunder yang berupa hasil observasi, maka validasi datanya juga ada dua yaitu validasi butir soal dan validasi triangulasi. Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Analisis data yang pertama merupakan analisis dari data primer yaitu analisis hasil belajar IPA. Dimana hasil belajar IPA dianalisis dengan diskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan nilai pada kondisi awal, tes antar siklus, dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan analisis data yang kedua adalah analisis data sekunder. Data dari hasil observasi dan refleksi dianalisis dengan cara diskriptif kualitatif.
Dalam desain penelitian Kemmis & Taggart terdapat komponen perencanaan (planning), tindakan dan pengamatan, refleksi (reflecting). Desain penelitian John Elliot terdapat komponen perencanaan (planning), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus, setiap siklus melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui metode mind mapping. Kriteria keberhasilan dalam penelitian yaitu ≥ 75% siswa kelas VI mencapai hasil belajar minimal pada kategori baik dalam mata pelajaran IPA yaitu ≥ 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Pra Siklus
Selama proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat asyik sendiri. Mereka merasa kesulitan ketika mengerjakan soal yang guru berikan. Selain itu siswa juga merasa kesulitan bila diminta mengulang pokok materi yang disampaikan guru, terbukti dari hasil nilai pre test belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, dari 14 siswa baru 4 siswa yang tuntas atau mendapat nilai diatas KKM. Prosentase ketuntasan belajar hanya 29% dengan rata-rata kelas 65. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 01 Jenawi masih rendah.
Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I ini dimulai pada tanggal 5 dan 7 Februari 2018. Siklus I ini dilaksanakan dengan dua kali pertemuan, masing– masing pertemuan berlangsung salama 3 jam pelajaran. Standar Kompetensi yang digunakan dalam siklus ini adalah mempraktekkan pola penggunaan dan perpindahan energi. Kompetensi Dasar yang digunakan adalah menyajikan informasi tentang perubahan dan perpindahan energi listrik.
Hasil Belajar IPA Siklus I
Nilai rata–rata yang hasil belajar siswa kelas VI adalah 68. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 86 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 46.
Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sejumlah 9 anak atau sebesar 64%. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM sejumlah 5 anak atau sebesar 36%. Hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu belum ada ≥ 75% siswa kelas VI yang mencapai hasil belajar minimal pada kategori baik (≥ 70) dalam mata pelajaran IPA.
Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 dan 28 Februari 2018. Siklus II dilaksanakan dengan dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung salama 3 jam pelajaran. Berikut penjabaran dari pelaksanaan tindakan siklus II:
Hasil Belajar IPA Siklus II
Hasil belajar IPA diukur dengan soal tes evaluasi yang dikerjakan oleh siswa. Soal evaluasi diberikan pada akhir siklus II. Soal yang dikerjakan siswa sejumlah 10 butir soal uraian.
Hasil pengamatan supervisor pada pembelajaran IPA siklus kedua terdapat 1 siswa dari 14 siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM (70) untuk mata pelajaran IPA materi energi dan perubahannya dengan metode mind mapp pada siswa kelas VI SDN 01 Jenawi Kecamatan Jenawi Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, sedangkan siswa yang memperoleh nilai diatas KKM ada 13 siswa dari 14 siswa, dengan skor rata-rata kelas pada siklus II yaitu 81. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan siklus I dengan tingkat ketuntasan klasikal pada siklus I 64% < 93% pada siklus II.
Perbandingan Nilai IPA Materi Energi dan Perubahannya Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II Siswa Kelas VI SDN 01 Jenawi, Kecamatan Jenawi, Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018
Kondisi / Siklus |
Nilai Rata – Rata Kelas |
Tingkat Ketuntasan Klasikal |
Kondisi Awal |
65 |
29% |
Siklus I |
74 |
64% |
Siklus II |
81 |
93% |
Hasil observasi pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan. Kendala-kendala pada siklus I juga dapat diatasi dengan baik. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas VI SD Negeri 01 Jenawi, dinyatakan bahwa langkah-langkah yang disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran IPA melalui metode mind maping sudah terlaksanan dengan benar.
Hasil belajar IPA siswa juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA siswa pada siklus II lebih tinggi dibandingkan dengan siklus I. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan dari penelitian ini.
Secara keseluruhan, hasil analisis data observasi pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, dan telah memenuhi indikator keberhasilan. Sehingga berdasarkan hasil tersebut, tindakan dihentikan dan berakhir pada siklus II. Tujuan yang diharapkan peneliti dan guru telah tercapai dan terdapat peningkatan yang cukup signifikan dalam proses pembelajaran IPA.
Pembahasan
Tindakan yang dilaksanakan telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan karena hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan dari tiap siklus. Tindakan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, pada siklus I terdiri dari dua pertemuan dan siklus II terdiri dari dua pertemuan.Pada siklus I siswa diminta untuk membuat mind map mengenai “Energi dan Perubahnnyaâ€. Siswa terlihat senang dan aktif saat membuat mind map dengan mengkreasikan ide–ide yang dimiliki, meskipun ada siswa yang masih kebingungan dalam membuat mind map. Selain itu siswa juga terlihat aktif bertanya mengenai hal–hal yang belum diketahui. Siswa juga menjadi lebih aktif saat guru melakukan brainstorming mengenai materi yang dipelajari, siswa akan mengungkapkan hal–hal yang diketahui dengan besemangat.
Hasil belajar tertingi yang diperoleh siswa akhir siklus II adalah 95 sedangkan hasil terendah yang diperoleh adalah 65. Dilihat dari hasil pengamatan, siswa yang memperoleh hasil belajar yang tinggi dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Siswa tersebut terlihat lebih antusias, lebih banyak bertanya mengenai materi pelajaran, memperhatikan penjelasan dari guru, dan melaksanakan perintah dari guru dengan sungguh–sungguh.
Sedangkan siswa yang memperoleh hasil belajar yang rendah cenderung kurang antusias saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa tersebut lebih sering bermain sendiri atau mengobrol dengan teman saat guru menjelaskan materi, sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru dan tidak melaksanakan perintah dari guru dengan segera. Siswa tersebut juga terlihat acuh saat guru memberi kesempatan untuk bertanya.
Kondisi tersebut dapat berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Karena siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru dan tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, terlebih siswa tidak mau menanyakan materi yang belum dipahami. Dengan menerapkan metode mind mapping siswa lebih memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru, terutama saat guru membimbing siswa untuk menentukan kata kunci dari setiap materi dan menentukan semua aspek dari materi yang akan dibuat mind map.
Secara keseluruhan hasil belajar IPA siswa dari pra siklus hingga siklus II mengalami peningkatan, dengan persentase siswa yang memenuhi standar KKM pada pra siklus sebesar 29% menjadi 93% pada siklus II. Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif. Dengan terpusatnya perhatian siswa, maka siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Dari pemaparan di atas, dinyatakan bahwa hipotesis penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa kelas VI semester II SDN 01 Jenawi dapat diterima. Peningkatan hasil belajar IPA dengan metode mind mapping dilaksanakan dengan cara: penyampaian materi dan diskusi klasikal, penugasan, menentukan kata kunci dari setiap materi yang akan dibuat mind map bersama siswa, melakukan brainstorming, menentukan semua aspek dari materi yang akan dibuat mind map bersama siswa, pembuatan mind map yang didampingi guru, dan refleksi pembelajaran yang melibatkan siswa di akhir kegiatan.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:Penerapan metode mind map dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa kelas VI semester II SDN 01 Jenawi. Pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar setelah dilakukan tindakan seperti penyampaian materi dan diskusi klasikal, penugasan, menentukan kata kunci dari setiap materi yang akan dibuat mind map bersama siswa, menentukan semua aspek dari materi yang akan dibuat mind map bersama siswa, pembuatan mind map, dan refleksi pembelajaran yang melibatkan siswa di akhir kegiatan.
Dari siklus I ke siklus II, hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan perbaikan pada tindakan. Perbaikan yang dilakukan yaitu penyampaian materi dan diskusi klasikal, menunjuk salah satu siswa untuk menjadi ketua saat penugasan kelompok, menentukan semua aspek dari materi yang akan dibuat mind map bersama siswa, dan pembuatan mind map yang didampingi oleh guru.
Peningkatan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata–rata hasil belajar siswa. Pada pra siklus, dari 14 siswa baru 4 siswa yang tuntas atau mendapat nilai diatas KKM. Prosentase ketuntasan belajar hanya 29% dengan rata-rata kelas 65. Pada siklus I, diketahui siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sejumlah 9 anak atau sebesar 64%. Sedangkan pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai diatas KKM ada 13 siswa dari 14 siswa, dengan skor rata-rata kelas pada siklus II yaitu 93%. Selanjutnya nilai rata–rata hasil belajar siswa pada pra siklus adalah 60 meningkat menjadi 74 pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 81 pada siklus.
DAFTAR PUSTAKA
Buzan, Tony. (2007). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia.
. (2008). Buku Pintar Mind Map untuk Anak–Anak: Agar Anak–Anak Jadi Pintar di Sekolah. Jakarta: Gramedia.
DePorter, dkk. (2005). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. (Alih Bahasa: Alwiyah Abdurrachman). Bandung: Kaifa.
Djamarah, Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Edward, Caroline. 2009. Mind Mapping untuk Anak Sehat dan Cerdas. Yogyakarta: Wangun Printika.
Hernowo. (2005). Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar secara Menyenangkan. Bandung: MLC.
M. Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Martinis Yamin. (2008). Paradikma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.
Maslichah Asy’ari. (2006). Penerapan Pendekatan Sains–Teknologi–Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Muhibbin Syah. (2010). Psokologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains- SD. Jakarta: Depdiknas.
Samatowa, Usman. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. jakarta: PT Indeks
Slameto. (2008). Belajar dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Srini M. Iskandar. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas.
St.Y. Slamet. 2008. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.
Sudjana, Nana. (2011). Dasar-dasar Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rev VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. (2010). Model PembelajaranTerpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara
Windura S. (2013). 1st Mind Map Untuk Siswa, Guru, dan Orang Tua. Jakarta: Elex Media Kompetindo.