Peningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Problem Solving
PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS
TENTANG SEJARAH UANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS III SDN 2 RAGUKLAMPITAN KECAMATAN BATEALIT KABUPATEN JEPARA
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Sumarjo
SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara
ABSTRAK
Masalah yang ingin dipecahkan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Apakah model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018? Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018 sebagai dampak penerapan model pembelajaran problem solving Penelitian dilaksanakan di SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit semester II tahun pelajaran 2017/2018. Obyek penelitian peserta didik kelas III. Lokasi di SDN 2 Raguklampitan karena peneliti merupakan guru kelas di sekolah tersebut. Pelaksanaan penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC.Tanggart berupa siklus spiral yang terdiri dari 4 tahap: (1) perencanaan tindakan kelas, (2) pelaksanaan tindakan kelas, (3) observasi tindakan kelas, (4) refleksi, yang diikuti siklus spiral berikutnya. Penerapan model pembelajaran problem solving membawa dampak berupa meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat hasil pada prasiklus siswa yang tuntas15siswa (57,69%), Siswa yang belum tuntas 11 siswa (42,31%). Nilai rata-rata kelas 68,85. Pada perbaikkan pembelajaran siklus I pertemuan 1 siswa yang tuntas 17 siswa (65,48%). Siswa yang belum tuntas 9 siswa (34,62%). Nilai rata-rata kelas 71,15. Pada perbaikkan pembelajaran siklus 1 pertemuan 2 terjadi peningkatan ketuntasan sebesar 7,6% dari 65,48% menjadi 73,08%. Nilai rata-rata kelas naik 1,54 dari 71,15 menjadi 72,69. Perbaikkan pembelajaran siklus II pertemuan 1 hasil prestasi belajar siswa meningkat sebesar 7,69% dari 73,08% menjadi 80,77%. Nilai rata- rata kelas naik 3,08 dari 72,69 menjadi 75,77. Perbaikan pembelajaran siklus II pertemuan 2 hasil prestasi belajar siswa meningkat sebesar 11,54% dari 80,77% menjadi 92,31%. Siswa yang tuntas 24 siswa (92,31%). Siswa yang belum tuntas 2 siswa (7,69%).
Kata Kunci: Pembelajaran problem solving, motovasi dan hasil belajar peserta didik.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Kegiatan pembelajaran dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan tergantung dari bagaimana menciptakan interaksi dari guru, siswa dan materi pelajaran dalam proses pembelajaran. Dengan demikian materi dapat ditransformasikan oleh guru dengan baik, jika siswa dapat berinteraksi dengan materi yang akan disampaikan baik sebelum maupun pada saat materi disampaikan, baik secara perorangan maupun kelompok. Persiapan terhadap bahan materi adalah sangat penting di antaranya adalah mempelajari bahan yang akan diajarkan.
Hasil pelaksanaan pembelajaran kelas III di SDN 2 RaguklampitanKecamatan BatealitKabupatenJepara semester II tahun pelajaran 2017/2018, terdapat banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran IPS diantaranya: (1) Tingkat perhatian dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tergolong kategori rendah;(2) Siswatidak serius dalam mengikuti proses pembelajaran IPS;(3) Rendahnya minat dan motivasi siswa mengikuti proses pembelajaran IPS; (4) Sebagian besar siswatidak konsentrasi ketika kegiatan pembelajaran IPS; (5) Meskipun berkelompok siswa masih enggan untuk melakukan diskusi alias masih selalu bekerja secara sendiri-sendiri; (6) Siswa masih belum terbiasa untuk berfikir bersama, berpasang-pasangan, saling berbagi; (7)Guru menggunakan model pembelajaran konvesional; (8) Keterbatasan sumber dan media pembelajaran.
HasiltesformatifprasiklusmatapelajaranIPS tentangsejarahuangpada siswakelas III SDN2 RaguklampitanKecamatan BatealitKabupaten Jepara hari Kamis, 22 Maret 2018, menunjukkan hasil yang kurang maksimal dari 26siswa yang memperoleh nilai 70 (sesuai KKM) keatas hanya 15 siswa (57,69%) dan 11siswa (42,31%) lainnya masih dibawah 70.Siswa yang tuntas 15 siswa (57,69%) Siswa yang belumtuntas 11siswa (42,31%). Nilai rata-rata kelas adalah 68,85.Nilai tertinggi 100dan terendah 50.
Melihat hasil yang diperoleh dari tes formatif prasiklus mata pelajaran IPS tentang sejarahuang pada siswa kelas III SDN 2 RaguklampitanKecamatan BatealitKabupaten Jepara hari Kamis, 22 Maret 2018, menunjukkan rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti berusaha melaksanakan perbaikan pembelajaran IPS tentangsejarahuangpadasiswakelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit semester II tahun pelajaran 2017/2018 dengan menerapkan model pembelajaran problem solving dengan tujuan agar motivasi dan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran lebih meningkat.
Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu;
Apakah model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018?
Bagaimana langkah-langkah cara menerapkan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah ;
Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018 sebagai dampak penerapan model pembelajaran problem solving
Meningkatkan hasil belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018 sebagai dampak penerapan model pembelajaran problem solving.
Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, dapat memahami konsep-konsep materi. Manfaat bagi guru
Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan pemahaman konsep, sehingga bermanfaat untuk perbaikan dan peningkatan mengajarnya.
ManfaatbagiSekolah mendapatkan alternatif model pembelajaran di sekolah melalui PTK,dan menambah referensi tentang PTK di perpustakaan sekolah.
KAJIAN TEORI
Pengertian Motivasi Belajar.
Menurut WS.Winkel (1983:27)motivasi belajar siswa merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah gairah atau semangat belajar, sehingga seorang siswa yang bermotivasi kuat, dia akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, siswa yang mempunyaimotivasi kuat, dia akan mempunyai semangat dan gairah belajar yang tinggi, dan pada gilirannya akan dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Perhatian yang diberikan orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Pengaruh tersebut, tergantung pada seberapa besar perhatian yang diberikan orang tua kepada anaknya. Bila perhatian yang diberikan oleh orang tua besar, maka akan mendorong munculnya motivasi belajar dalam diri anaknya, demikian pula sebaliknya. Di mana pada akhirnya, prestasi belajar anak di sekolah yang mendapat perhatian dari orang tua lebih baik dibandingkan dengan prestasi anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua.Dengan demikian, dapat diduga adanya pengaruh yang signifikan dari perhatian orang tua terhadap motivasi belajar siswa.
Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Menurut Keeton and Tate dalam Suciati (2003: 18) belajar melalui pengalaman mengacu pada: Learning in which the learner is directly in touch with the reaities being studies. Belajar melalui pengalaman melibatkan siswa secara langsung dalam masalah atau isu yang dipelajari.Apabila dalam pembelajaran guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca, mendengarkan, atau mengamati suatu kejadian menempatkan siswa sebagai pihak luar dalam menguasai pengetahuan/keterampilan. Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi dalam diri siswa akan terlihat aktif dalam proses pembelajaran atau bersikap pasif atau tidak peduli. Tentu saja kedua kondisi yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda pula.
Menurut Sardiman dkk (2008: 2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar yaitu adanya perubahan tingkah laku tersebut menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Jadi sebagai kesimpulannya belajar adalah suatu proses yang terjadi di dalam maupun di luar kelas dengan tujuan memberikan pengalaman belajar kepada anak agar lebih bermakna.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.â€Hasil belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnyaâ€(Sudjana,N 2009:22). Peranan hasil belajar sangat penting karena dengan adanya hasil belajar dapat mengetahui tingkat ketercapaian pembelajaran yang telah dilakukan siswa.
Hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (Harun Rosyid, 2008) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Pembelajaran IPS.
Penggunaan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS berfungsi untuk mengurangi sifat verbalisme siswa dan membantu mereka dalam proses pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam materi pembelajaran IPS.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Salah satu karaktristik IPS adalah memuat materi sosial sehingga oleh banyak pihak termasuk sebagian besar guru, diasosiasikan sebagai materi yang bersifat hafalan. Pendapat tersebut sudah tentu keliru karena IPS adalah mata pelajaran yang harus dimaknai dan kontekstual dengan kehidupan sosial. Salah satu akibat kekeliruan dalam menafsirkan pembelajaran IPS tersebut adalah kegiatan pembelajaran didominasi oleh pendekatan ekspositori (model impiratif), sehingga hasil belajar siswa terbatas pada aspek kognitif. Artinya, penggunaan model imperative kurang efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara integrative dan komprehensif.
Selain itu, tujuan IPS adalah membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan penalarannya, disamping aspek nilai dan moral. Kemampu–an tersebut dapat dikuasai oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, guru memiliki peran penting dalam mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran yang dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir. Selain itu, guru menjadi asset strategis dalam Pendidikan sehingga dituntut terus meningkatkan profesionalitasnya (on going formation) dalam melaksanakan tugasnya.
Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran harus secara totalitas, sehingga guru dituntut memilih dan menggunakan model pembelajaran yang mampu melibatkan pikiran dan psikomotorik. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif, menyenangkan, dan menumbuhkembangkan motivasi bagi perkembangan proses intelektual adalah model pembelajaran problem solving.
Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pembelajaran pemecahan masalah dipandang penting agar siswa memiliki keterampilan dalam menghadapi dan mengatasi masalah. Menurut Sudjanan (1993:104-107) terdapat empat alasan pentingnya pembelajaran pemecahan masalah bagi siswa, yaitu berikut ini.Masalah merupakan bagian dan kehidupan manusia secara alamiah;
Tingkat keberhasilan seseorang dalam kehidupannya sangat erat kaitannya dengan kemampuan dan keberhasilan memecahkan permasalahan yang dihadapinya;
Masalah dan pemecahannya bersifat berangkai, artinya setelah masalah satu teratasi maka akan muncul masalah lainnya; Masalah tidak tunggal melainkan terdiri dari bagian-bagian masalah di dalamnya. Sedangkan, menurut Retman (1970) bahwa kegiatan pembelajaran sangat penting mengemukakan masalah yang dihadapi dalam kehidupan keseharian karena dengan permasalahan tersebut siswa akan dimotivasi untuk menggunakan pikirannya secara kreatif dan belajar secara intensif. Melalui kegiatan pembelajaran pemecahan masalah ini, siswa dihadapkan pada permasalahan yang harus dipecahkan, baik secara individual maupun secara kelompok. Pemecahan masalah yang dilakukan secara individual akan mendorong siswa untuk berpikir kreatif. Apabila dilakukan secara kelompok maka akan mendorong siswa untuk bekerja sama sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung efektif dan efisien. Dengan demikian, maka pembelajaran pemecahan masalah secara kelompok lebih diutamakan dari pada secara individual.
Secana umum, terdapat lima langkah kegiatan pembelajaran pemecahan masalah. Setiap langkah kegiatan pembelajaran, pemecahan masalah melatih siswa dalam berpikir dan bertindak, sedangkan rangkaian dan keseluruhan langkah kegiatan pembelajaran dapat membekali siswa memiliki keterampilan proses.
Kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dapat memberikan pengalaman dan kemampuan siswa pada aspek keterampilan mencari informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan hasil (lisan atau tulisan). Pada hakikatnya, inti dari kegiatan pembelajaran pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan terbaik untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Pengertian Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyele-saiannya. menurut Syaiful Bahri Djamara (2006: 103) bahwa:
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa–peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008: 45) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis.Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan.Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.
Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)
Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Djahiri (1983:133) metode problem solving memberikan bebe-rapa manfaat antara lain:
a) Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri
b) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
c) Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif
d) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai.Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.
1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
3) Potensi intelektual siswa meningkat.
4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakaan: penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 di SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara selama 3 bulan, yaitu pada bulan Maret 2018 sampai dengan Mei2018.
Subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan KecamatanBatealiat Kabupaten Jepara. Jumlah 26 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
Obyek penelitian adalah rendahnya hasil belajar IPStentang sejarah uangpada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan KecamatanBatealit semester II tahun pelajaran 2017/2018.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari hasil tes formatif, kinerja guru, kegiatan siswa, dan dokumen.
Sebagai tolok ukur (kreteria) keberhasilan tindakan kelas ini berhasil apabila:
1. Nilai hasil belajar IPS tentang sejarah uangpada siswa kelas III SDN 2Raguklampitan menunjukkan peningkatan dari kondisi prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II.
2. Nilai rata-rata prestasi belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan (KKM) yaitu 70
3. Minimal 85% siswa kelasIII B, nilai hasil belajar IPS tentang sejarah uang,mencapai KKM.
4. Nilai rata-rata kelas ≥ 75
Apabila 4 hal tersebut di atas belum terpenuhi, maka harus diadakan program perbaikan pembelajaran sampai memenuhi kreteria.
Seperti telah dikemukakan bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan. Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC.Taggart (dalam Rofi’udin, 1996:20) berupa siklus spiral yang terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refeksi.
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Pembahasan Prasiklus
Pelaksanakan pembelajaran IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018, prasiklus dilaksanakan sesuai dengan tahapan proses dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.Setelah dilaksanakan tes formatif ternyata siswa yang tuntas belajar hanya 15 siswa (57,69%).Siswa yang belumtuntas 11siswa (42,31%).Nilai rata-rata kelas68,85.Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran kurang berhasil. Hasil pengamatan dari peneliti dan dibantu 2 supervisor, peneliti merefleksi kegagalan pembelajaran disebabkan oleh:
a. Tingkat perhatian dalam proses pembelajaran tergolong kategori rendah
b. Siswatidak serius dalam mengikuti proses pembelajaran
c. Rendahnya minat dan motivasi siswa mengikuti proses pembelajaran
d. Guru menggunakan model pembelajaran konvesional
e. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
f. Pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa.
g. Saranapembelajarankurangmemadai.
Pelaksanaan pembelajaran prasiklus secara umum berlangsung dengan baik dan kondusif, akan tetapi karena beberapa faktor kegagalan diatas maka pelaksanaan perbaikkan pembelajaran pra siklus perlu diadakan perbaikkan pembelajaran siklus 1 agar hasil belajar siswa dapat meningkat.
Pembahasan Siklus I
Pelaksanaan perbaikkan pembelajaran IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018 siklus I pertemuan 1 dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran problem solving.Hasil tes formatif siklus 1pertemuan 1 siswa yang tuntas belajar 17 siswa(65,48%). Siswa yang belumtuntas9siswa (34,62%). Nilai rata-rata kelas71,15. Hasiltesformatifsiklus Ipertemuan 2 siswa yang tuntas19siswa (73,08%). Siswa yang belumtuntas7siswa (26,92%).Nilairata-rata kelas72,69. Dengan demikian pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus1pertemuan 2 menunjukkan peningkatan ketuntasan siswa sebesar 7,6% dari65,48% menjadi73,08%. Nilai rata-rata kelas naik sebesar 1,54dari 71,15menjadi 72,69. Hasil tes formatif siklus I pertemuan 2 hasil belajar siswa belum maksimal karena ketuntasan siswa baru mencapai 73,08%.Setelah dilakukan pengamatan dengan bantuan supervisor 1 dan supervisor 2 sebagai obsever,peneliti merefleksi kegagalan pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus I (satu). Dalam pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus I(satu) masih ada beberapa kendala, antara lain:
a. Masih ada siswa yang kurangmemperhatikandanbermainsendiri.
b. Masih ada siswa yang belumpahampenjelasan guru
c. Siswa dalam mengerjakan tugas masih kurang teliti.
d. Guru belum optimal dalam memberikan tugas
e. Interaksi pembelajaran didalam kelas kurang
f. Respon dan pertanyaan siswa sangat rendah.
g. Motivasi belajar siswa dan rasa percaya diri rendah.
h. Pembelajaranbelummenyenangkan.
i. Hasilmasihrendah (belumtuntas)
Pada pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus I (satu)pelak-sanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi,tujuan pembelajaran yang dirumuskan dapat tercapai, proses pembelajaranberlangsung cukup baik dan situasi belajar kondusif, akan tetapi masih ada beberapa faktor kegagalan yang muncul, maka pada perbaikkan pelaksanaan pembelajaran siklus 1 perlu dilakukan perbaikkan pelaksanaan pembelajaran siklus II agar hasil belajar siswa meningkat.
Pembahasan Siklus II
Pelaksanaan perbaikkan pembelajaran IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018 siklus II pertemuan 1 dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran problem solving. Hasil tes formatif siklus II pertemuan 1 siswa yang tuntas belajar 21 siswa (80,77%). Siswa yang belum tuntas 5 siswa(19,23%). Nilai rata-rata kelas75,77. Hasil tes formatif siklus II pertemuan 2 siswa yang tuntas24siswa (92,31%) dansiswa yang belum tuntas 2siswa (7,69%).Nilai rata-rata kelas78,46.Dengan demikian pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus II pertemuan 2 menunjukkan peningkatan ketuntasan siswa sebesar 11,54% dari80,77% menjadi92,31%. Nilai rata-rata kelas naik sebesar 2,69dari 75,77 menjadi 78,46.Hasil ketun–tasan belajar siswa dan rata-rata kelas sudah diatas indikator keberhasilan penelitian. Hasildiskusipenelitidan supervisor sebagai observer sepakattidak perludiadakanperbaikanpembelajaransiklusIII.
Hasil belajar perbaikan siklus II pertemuan 2 siswa yang tuntas 24 siswa (92,31%) dan yang belum tuntas 2 siswa (7,69%). Nilai rata-rata kelas 78,46. Hasil proses pembelajaran sudah diatas indikator keberhasilan penelitian. Tolok ukur indikator keberhasilan penelitian;minimal rata-rata kelas ≥ 75, ketuntasan minimal (KKM) ≥ 85% dan batas minimal rata-rata aktifitas kinerja guru 85%. Bagi 2siswa yang belum tuntas tidak diadakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran tetapi akan diberi tugas remidi dan pengayaan diluar tindakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil temuan pada prasiklus, siklus I, dansiklus II seperti uraian di atas, ternyata dengan diterapkannya model pembelajaran problem solving motivasi dan hasil belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018 meningkat dan pembelajaran dapat tuntas.
Simpulan
Hasil Penelitian Tindakan Kelas(PTK), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang menggunakan modelpembelajaran problem solving mampu meningkatan motivasi dan hasil belajar IPS tentang sejarahuang pada siswa kelas III SDN Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018. Hal itu terlihat dari nilai ketuntasan siswa prasiklus 57,69%, siklusI pertemuan 1 (satu) menjadi 65,48%, siklus I pertemuan 2 (dua) menjadi73,08%, siklus II pertemuan 1 (satu) menjadi80,77%, dansiklusII pertemuan 2(dua) menjadi92,69%
2. Menerapkan model pembelajaran problem solving membuat siswa antusias dan termotivasi dalam belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN 2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018,sehingga siswa terlibat baik secara interaktual atau emosional.
3. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan mendorong minat siswa dalam belajar IPS tentang sejarah uang pada siswa kelas III SDN2 Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara semester II tahun pelajaran 2017/2018.
Berdasarkan simpulan di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikanoleh guru untuk meningkatan pembelajaran IPS antara lain:
Guru dapat menerapkan model pembelajaran problem solvingdalam proses pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat.
Guru membiasakan melakukan perbaikkan pembelajaran apabila siswa belum tuntas dalam menguasai materi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Model-model PembelajaranInovatif. Jakarta: DepartemenPendidikanNasional.
Andayani, dkk.2007. PemantapankemampuanProfesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arends, Richard I. (2008). Learning to Teach BelajaruntukMengajar.(EdisiKetujuh/ BukuDua).TerjemahanHellyPajitnoSoetjipto& Sri MulyantiniSoetjipto. Yogyakarta: PustakaPelajar
Bloom, B. 1976.Human Characteristic And School Learning. New York: Mcgraw-Hill.
Dhajiri, Ahmad Kosasih. (1985). StrategiPengajaranAfektif-Nilai-Moral-VCT dan Games dalam VTC.Bandung:JurusaPMPKn IKIP
Gulo, W. (2002).StrategiBelajarMengajar. Jakarta: PT. Grasindo
Nana Sudjana.(2009). Media Pengajaran.Bandung: SinarBaruAlgensindo.
NugrohoArifYulianto Sri, dkk. (2008). IPS UntukSekolahDasarKelasIII.Klaten:IntanPariwara.
Republik Indonesia.(2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang systemPendidikanNasional.Jakarta:Depdiknas.
_______________. (2017). PeraturanPemerintah RI No. 19 Tahun 2017 tentangPerubahanatasPeraturanPemerintahnomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Jakarta: Depdiknas..
Read more: http://hitamandbiru.blongspot.com/2012/08/metode-pemecahan -masalah problem. Html#ixzz4gePMyFzm.DiaksesSelasa, 6 Maret 2018
Sardiman.(1996). InteraksidanMotivasiBelajarMengajar. Jakarta: PT. Grafindo.
Suciati, Dr. 2003.BelajardanPembelajaran.Modul 3.Motivasidalampembelajaran. Jakarta: PusatPenerbitanUniversitas Terbuka.
Sudirman,dkk.(1987.)IlmuPendidikan. Bandung: Remadja
KaryaSlameto. 2003. Belajardanfaktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta
Syaiful BahriDjamaradan Drs Aswan Zain. (2006) StrategiBelajarMengajar, Jakarta: RinekaCipta
Wahyudin, Dian. 2004. PengantarPendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K. 2007.PenelitianTindakanKelas. Jakarta: Universitas Terbuka.