PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERISTIWA ALAM INDONESIA BAGI Siswa Kelas VI SD Negeri TORIYO 03 KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016

Siti Marfu’ah

SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar IPS materi peristiwa alam Indonesia melalui metode Contextual Teaching And Learning. bagi siswa kelas VI SD Negeri Toriyo 03 Bendosari Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Toriyo 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI Semester II di SD Negeri Toriyo 03 Bendosari UPTD Pendidikan Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 16 siswa. Hasil penelitian melalui penggunaan metode Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Peristiwa Alam Indonesiabagi siswa kelas VI SD Negeri Toriyo 03 Bendosari Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 60,6 pada kondisi awal menjadi 71,3 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, kemudian meningkat menjadi 80,6 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II, dengan demikian berarti ada peningkatan prestasi sebesar 20. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 25% pada kondisi awal meningkat menjadi 62,5% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II, dengan demikian berarti ada peningkatan ketuntasan belajar sebesar 75%.

Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran IPS, Contextual Teaching And Learning.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru cenderung lebih sering menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran yang dilakukan. Mereka lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran pada siswa mereka. Hal ini berdampak pada kurang optimalnya hasil belajar yang diperoleh siswa.

Kondisi yang sama juga terjadi di SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo, khususnya di kelas VI semester II tahun pelajaran 2015/2016. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di kelas VI di SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo  semester II tahun pelajaran 2015/2016 ditemukan beberapa masalah yaitu rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini diindikasikan disebabkan karena penggunaan metode pembelajaran yang menonton yaitu metode ceramah, sehingga ketuntasan belajar pada materi pembelajaran IPS belum maksimal.

Rendahnya pemahaman ini dibuktikan dengan hasil nilai yang tidak memenuhi standart berupa pencapaian ketuntasan belajar dengan KKM > 70. Hasil ulangan harian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa baru mencapai 60,6. Nilai tersebut masih di bawah KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70. Dari 16 siswa yang mendapat nilai tuntas di atas KKM hanya 4 siswa atau 25% dan 12 siswa atau 75% belum mencapai ketuntasan belajar.

Kondisi tersebut diindikasikan disebabkan karena kurang berminatnya siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang tidak mengerjakan PR  dikarenakan kurangnya perhatian dari orang tua. Ada beberapa siswa yang kurang aktif ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan karena komunikasi antar guru dengan siswa banyak mengalami hambatan. Minatnya rendah mengakibatkan kurangnya pemahaman dalam pembelajaran, kurangnya pemahaman dalam proses pembelajaran menimbulkan hasil yang belum maksimal.  Dalam proses belajar mengajar masih ditemukan murid yang kurang menaruh minat pada beberapa mata pelajaran, padahal pada umumnya murid-murid menaruh minat besar pada pelajaran tertentu.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada tindakan, salah satu tindakan yang dipandang cukup tepat untuk membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran kontekstual. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan menggunakan metode ini siswa diharapkan dapat memperoleh pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian adalah :apakah metode Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Peristiwa Alam Indonesia pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS tentang Peristiwa Alam Indonesia melalui metode Contextual Teaching And Learning pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi siswa mendorong siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata dan dapat menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat bagi Guru, membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi  dunia siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Manfaat bagi sekolah memberikan sumbangan yang  kreatif untuk menerapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan profesional guru .

KAJIAN TEORI

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

IPS adalah satu mata pelajaran di SD yang teridiri dari dua bahan kajian pokok, pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan social mencakup Antropologi, Sosiologi, Geografi, Ekonomi dan Tata Negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini (Yaba, Johara Nonci dan Sri Hastati. 2009: 85) Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya adalah pembelajaran dengan menggunakan alat bantu gambar.

IPS di SD berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan sikap dan ketrampilan dasar untuk memahami kenyataan social yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuh rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.

IPS di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini, sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.

Hasil Belajar

Asep Herry Hernawan, dkk (2008: 2.11) berpendapat “belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman”. Purwanto (2008: 38-39) juga berpandangan bahwa “belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”. Winkel (1991: 36) mengemukakan “belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap”.

Mengacu pendapat-pendapat para ahli tersebut tentang belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses agar siswa mengalami langsung, terlibat aktif dan beriteraksi dengan lingkungan untuk melakukan suatu perubahan atau meningkatkan kemampuan dalam hal pengetahuannya yang berlangsung secara terus menerus.

Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne hasil belajar harus harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku melalui stimulus respon (Sudjana, 2009: 19). Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan siswa di dalam memahami materi pelajaran. Menurut Hamalik (2010: 31) mengemukakan, “hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilan”. Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2010: 155).

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa, dan faktor yang ada diluar diri siswa (Slameto, 2005: 122). Faktor internal berasal dari dalam diri anak bersifat biologis, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang sifatnya dari luar diri siswa.

Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis (Slameto, 2005: 123). Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar-belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.

Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak. Faktor tersebut antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat (Slameto, 2005: 124).

Metode Contextual Teaching And Learning

Model Pembelajaran CTL menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa belajar dalam CTL bukan hanya sekadar duduk, mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Lebih jauh ia mengupas bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Johnson, 2000: 28).

Sedangkan Blanchard (Trianto, 2007: 45) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya. Johnson (2000: 65), Pembelajaran CTL memiliki tujuh langkah yang mana secara garis besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas itu adalah sebagai berikut:

1)Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi – tujuan, pengarahan – petunjuk, rambu-rambu, contoh); 2) Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi); 3)Learning community (seluruh siswa berpartisipati dalam belajar kelompok dan individual, otak berpikir dan tangan bekerja, mengerjakan berbagai kegiatan dan percobaan); 4)Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, generalisasi, menemukan); 5)Constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis); 6)Reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut); 7)Authentic assessment (penilaian selama proses dan seusai pembelajaran harus dilakukan secara objektif dan dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang benar-benar mewakili kompetensi siswa)

Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori di atas pada kondisi awal guru belum menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran IPS materi peristiwa alam Indonesia maka hasil belajarnya masih rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya solusi pemecahanmasalah yaitu menggunakan metode CTL, diharapkan pada kondisi akhir hasil belajar meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritis, maka hipotesa tindakan dalam penelitian ini yaitu melalui penerapan Metode Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Peristiwa Alam Indonesia pada siswa kelas VI SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di kelas VI SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 selama 3 (tiga) bulan, yaitu dimulai pada bulan Februari 2016 sampai dengan bulan April 2016. Penelitian dilakukan dengan 2 siklus. Pada tiap siklus dilaksanakan 2 pertemuan. Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan tanggal 10 Maret 2016, pertemuan kedua tanggal 17 Maret 2016. Sedangkan siklus II pertemuan 1 dilaksanakan tanggal 24 Maret 2016, pertemuan kedua tanggal 31 Maret 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI  SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 16 siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi “Peristiwa Alam Indonesia”. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, teknik tes, dan analisis dokumen. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Instrumen Tes. Instrumen tes disusun berdasarkan kisi-kisi materi “Peristiwa Alam Indonesia”. Tes terdiri dari 10 butir soal dalam bentuk isian.

Data yang diperoleh dalam penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penarikan kesimpulan. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain adalah menggunakan teknik triangulasi, dan memperpanjang masa pengamatan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif – kuantitatif. Analisis data secara kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif, seperti hasil observasi dan studi dokumentasi. Tahapan analisis data deskriptif kualitatif terdiri dari: pemaparan data, reduksi (data yang sudah ada di cek dan dicatat kembali), kategorisasi (data dipilah-pilah), penafsiran dan penyimpulan. Analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisa data kuantitatif, seperti hasil tes.  Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar siswa yang didapat dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif misalnya, mencari nilai rerata (Arikunto, 2010: 189).

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terdiri dari indikator sikap ilmiah dan prestasi belajar. Atas dasar hal tersebut, maka indikator kinerja penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut ini:1)Siswa dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPS materi “Peristiwa Alam Indonesia” apabila sudah memperoleh nilai hasil belajar mencapai KKM yang ditetapkan dengan KKM  > 70; 2)Siswa secara klasikal dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPS materi “Peristiwa Alam Indonesia” apabila sudah memperoleh nilai rata-rata hasil belajar mencapai KKM yang ditetapkan dengan KKM  > 70 dan 3)Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM  > 70 sudah mencapai > 80% dari jumlah siswa.

Prosedur PTK ini mnegikuti prinsip-prinsip PTK, yaitu terdiri dari beberapa tahap diantaranya; tahap planning (rencana tindakan), implementing (tindakan), observing (observasi), dan reflecting (refleksi) yang kemudian diikuti dengan perencanaan ulang pada siklus kedua, dan seterusnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Deskripsi kondisi awal pembelajaran IPS materi “ Peristiwa Alam Indonesia” pada siswa di kelas VI SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo semester II Tahun pelajaran 2015/2016 dapat diketahui dari hasil tes. Adapun hasil tes merupakan kondisi tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Kondisi awal tingkat pemahaman siswa kelas VI SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo semester II Tahun pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran IPS materi “ Peristiwa Alam Indonesia” dapat diketahui dari hasil nilai ulangan harian yang dilakukan guru.. Adapun rekap hasil ulangan harian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel Rekap Prestasi Belajar Siswa Kondisi Awal

No.

Nilai

Jumlah

%

1.

Tuntas

(KKM 70)

4

25%

2.

Belum Tuntas

(dibawah KKM 70)

12

75%

Jumlah

16

100%

Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 adalah 4 orang siswa atau 25% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 12 orang siswa atau 75%. Berdasarkan hal tersebut, maka secara klasikal siswa kelas VI semester II tahun pelajaran 2015/2016 SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPS.

Deskripsi Tindakan Siklus I

Hasil pengamatan terhadap hasil belajar siswa pada tindakan Siklus I diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa.Adapun rekap hasil ulangan harian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 3.Rekap Prestasi Belajar Siswa Siklus I

No.

Nilai

Jumlah

%

1.

Tuntas (KKM 70)

10

62,5%

2.

Belum Tuntas (dibawah KKM 70)

6

37,5%

Jumlah

16

100%

Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 50. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 71,3. Atas dasar hal tersebut siswa secara klasikal dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 adalah 10 orang siswa atau 62,% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 6 orang siswa atau 37,5%.

Penggunaan pembelajaran dengan Metode Contextual Teaching And Learning pada tindakan Siklus I dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 60,6 pada kondisi awal menjadi 71,3 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I. Hasil yang diharapkan masih perlu dilanjutkan ke siklus II.

Deskripsi Tindakan Siklus II

Hasil pengamatan terhadap hasil belajar siswa pada tindakan Siklus II diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Adapun rekap hasil ulangan harian Siklus II yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel Rekap Prestasi Belajar Siswa Siklus II

No.

Nilai

Jumlah

%

1.

Tuntas (KKM 70)

16

100%

2.

Belum Tuntas (dibawah KKM 70)

0

0%

Jumlah

16

100%

Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 70. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 80,6.  Berangkat dari kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan terlampauinya indikator keberhasilan tindakan berupa nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa.

Pembahasan Hasil Tindakan

Pembelajaran dengan Metode Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi “Peristiwa Alam Indonesia” pada siswa kelas VI SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari  Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

Tabel Peningkatan hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

No.

Ketuntasan Belajar

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Jmlh

%

Jmlh

%

Jmlh

%

1.

Tuntas

4

25

10

62,5

16

100

2.

Belum Tuntas

12

75

6

37,5

0

0

Jumlah

16

100

16

100

16

100

Nilai Rata-rata

60,6

71,3

80,6

Data peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi “Peristiwa Alam Indonesia” dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.


Gambar Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal
hingga Akhir Tindakan Siklus II

Hasil-hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Metode Contextual Teaching And Learning yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut dikaitkan dengan adanya penciptaan suasana belajar yang menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut memungkinkan siswa dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Guru mengupayakan cara kreatif untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa juga didorong agar kreatif berinteraksi dengan teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran meningkat.

P E N U T U P

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan melalui penerapan Metode Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Peristiwa Alam Indonesia pada siswa kelas VI SD Negeri Toriyo 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 60,6 pada kondisi awal menjadi 71,3 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, kemudian meningkat menjadi 80,6 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Peningkatan sebesar 20.Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 25% pada kondisi awal meningkat menjadi 62,5% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Peningkatan sebesar 75%.

Saran

Saran penelitian bagi siswa menguasai kompetensi dasar yang dihubungkan kehidupan nyata. Saran bagi guru, menambah wawasan tentang pendekatan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Saran bagi sekolah, memberikan alternatif yang kreatif uutuk menerapkan metode pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat meningkatkan profesionalitas guru.

DAFTAR PUSTAKA

Asep Herry Hernawan, dkk. (2008). Modul 10. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran: Perumusan Tujuan Pembelajaran. Jakarta ; Penerbit Universitas  Terbuka

Hamalik (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.

Johnson, 2000. Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif Pendidikan, yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sanjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, 2009, Hasil Belajar di Sekolah, Bandung: Remaja Karya.

Trianto, 2007. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

WS. Winkel,1991, Pengajaran Hasil Belajar, Jakarta : Gramedia.

Yaba, Johara Nonci dan Sri Hastati. (2009). Materi pendidikan IPS di SD. Makassar.

 

Â