UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BAGI SISWA  KELAS I SD NEGERI NGUTER 05 KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Suwarti

SD Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk meningkatkan keterampilan menulis Bahasa Indonesia materi menulis permulaan  permulaan 2) Untuk memperbaiki proses pembelajaran peneliti pada siswa kelas I SD Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui pembelajaran kontekstual. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di kelas I semester I SD Negeri Nguter  05 Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2015/2016, selama 3 bulan yaitu pada bulan Agustus 2015. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik observasi yang menggunakan beberapa cara yaitu: dokumentasi, tes dan observasi aktivitas siswa. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: Melalui pembelajaran kontekstual meningkatkan keterampilan menulis permulaan siswa kelas I SDN Nguter 05 Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo semester I tahun pelajaran 2015/2016. Peningkatan terbukti dari beberapa aspek yang dinilai mengalami peningkatan dari siklus I dan Siklus II dari nilai rata-rata kualitas keaktifan cukup aktif menjadi kualitasn keaktifan baik. Melalui pembelajaran kontekstual dapat meningkatkannilai rata –rata  ketrampilan menulis permulaan siswa kelas I SDN Nguter 05 Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo semester I tahun pelajaran 2015/2016. Peningkatan dari kondisi pra siklus ke siklus II, nilai rata-rata hasil belajar siswa kondisi pra siklus 64 menjadi  85 meningkat sebanyak 21 . Persentase tuntas belajar klasikal pada kondisi awal 40% menjadi 100 % meningkat sebanyak 60 %.

Kata Kunci: keterampilan menulis, kontekstual

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

.Keberhasilan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar sangat ditentukan oleh kreatifitas guru. Baik itu kreatifitas dalam menggunakan metode mengajar maupun kreatifitas dalam melakukan pembelajaran dan evaluasi. Guru juga dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan menulisnya disamping harus meningkatkan kemampuan mengajarnya. Dan itu semua dapat dicapai dengan melakukan latihan dan memilih strategi belajar mengajar bagi siswa

Sesuai dengan paparan diatas tampaknya kegiatan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar pada umumnya dan di Sekolah Dasar Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran menulis masih berjalan apa adanya, keterampilan guru pun belum dapat digali secara maksimal. Guru masih cenderung kurang kreatif dalam menyampaikan pelajaran. Guru masih menggunakan metode manual dalam pembelajarannya. Penggunaan media belajar pun belum sepenuhnya berjalan maksimal.

Menyadari akan permasalahan yang muncul sebagaimana yang diuraikan di atas, melalui penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan proses pembelajaran bahasa Indonesia  di SD Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter, apakah telah berlangsung sebagaimana yang diharapkan, terutama dalam rangka meningkatkan keterampilan menulis siswa. Sesuai dengan keinginan itu,  penelitian ini diberi judul ”Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas I SD Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 ”.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut“ Apakah melalui pembelajaran kontekstual dapat  meningkatkan keterampilan  menulis permulaan siswa kelas I SD Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016?”

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut untuk mendeskripsikan  peningkatan keterampilan menulis permulaan melalui pembelajaran kontekstual pada  Siswa kelas I SD Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016.

Manfaat Penelitian

Manfaat bagi siswa meningkatkan aktivitas, suasana belajar yang menyenangkan, dan kerjasama yang baik memperoleh pengalaman belajar aktif dalam suasana yang menyenangkan. Manfaat bagi guru memberikan bekal dan solusi agar dapat menerapkan dalam mengembangkan dan memilih serta menerapkan model pembelajaran inovatif yang tetap dengan kondisi kelas yang menjadi tanggung jawab sebagai guru. Manfaat bagi sekolah memberikan masukan yang positif, yaitu dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sebagai alternatif tindakan pembelajaran di sekolahnya.

KAJIAN TEORI

Menulis Permulaan

Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Dalam menulis segenap unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan agar mendapat hasil yang benar-benar baik. Tarigan (2009: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. Senada dengan Tarigan, Burhan Nurgiyantoro (2010: 296) berpendapat bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktifitas menghasilkan bahasa. menulis adalah aktivitas kognitif yang kompleks, sedangkan penulis dibutuhkan untuk mempertunjukkan pengaturan sejumlah variabel secara bersamaan. Lebih lanjut dikatakan bahwa variabel dalam menulis terdiri dari dua yaitu tingkat kalimat dan di luar kalimat. Dalam kalimat, variabel menulis terdiri dari pengaturan isi, susunan, struktur kalimat, kosakata, tanda baca, ejaan, dan susunan huruf. Di luar kalimat, variabel menulis terdiri dari penyusunan dan penggabungan kalimat menjadi sebuah kalimat yang koheren dan kohesif. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut.

Akhaidah ( 2012:13) memberi pengertian bahwa menulis adalah suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna. Dalam komunikasi tertulis paling tidak terdapat tiga unsur yang terlibat, yaitu penulis sebagai penyampai pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Menurut Nurbiana (2010: 3.10) menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna. Anak mulai menulis dimulai dengan kegiatan mencoret-coret (scribbing) sekitar usia 2tahun atau 3 tahun. Kemudian motorik halus anak berkembang sedemikian rupa sehingga anak mulai sanggup menulis hurup-hurup pada awal kanak-kanak (Santrock : 2007: 365). Pada usia 4 tahun mereka sudah dapat menuliskan nama depan nama mereka. Pada usia 5 tahun dapat menuliskan kembali huruf-huruf yang mereka lihat dan meniru menuliskan beberapa kata yang pendek. Mereka lambat laun akan mampu membedakan ciri khas dari huruf seperti huruf  “V”, “S”, “I”.Menurut Brewer ( dalam Nurbiana 2011: 3.10-3.11) ada 4 tahapan dalam kemampuan menulis sebagai berikut:

Scribble Stage yaitu tahap mencoret atau membuat goresan. Pada tahap ini anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulis. Pada tahap ini mereka mulai belajar tentang bahasa tulis dan cara mengerjakan tulisan tersebut. Linear Repetitive Stage yaitu tahap pengulangan linear . pada tahap ini anak menelusuri bentuk tulisan yang horizontal. Random Letter Stage yaitu tahap menulis random. Pada tahap anak belajar berbagai bentuk yang merupakan suatu tulisan dan mengulang berbagai kata ataupun kalimat. Letter Name Writing or phonetic writing, yaitu tahap menulis nama. Pada tahap ini anak mulai menyusun dan menghubungkan antara tulisan dan bunyinya. Anak mulai menulis nama dan bunyi secara bersamaan.

Pengajaran menulis yang diberikan pada usia dini khususnya memerlukan materi menulis permulaan. Tarigan ( dalam Mulyono, 2003:224) mendefinisikan menulis sebagai menuliskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut.menulis bukan hanya sebagai kegiatan menulis kata dari deretan kata, melainkan juga keindahan tulisan yang terdapat diantara baris. Dengan demikian dalam menulis bukan hanya sekedar menuangkan kata dalam tulisan melainkan berusaha memahami tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar.

Menulis permulaan merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks . kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berfikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dengan menggunakan bahasa yang efektif dan kemampuan menerapkan kaidah tulis menulis dengan baik.

Tujuan keterampilan menulis permulaan adalah melatih motorik halus anak agar mampu mengarahkan dan menyeimbangkan antara gerak tangan dan pikiran yang dituangkan melalui coretan di atas kertas. Kegiatan menulis permulaan pada anak usia dini diawali dari kegiatan cara memegang pensil yang baik. Disamping itu, tujuan menulis permulaan adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa tulis yang dapat dibaca oleh orang lain. Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik haruslah banyak melatih diri dan seorang guru haruslah membimbingnya.

Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan

Adapun langkah-langkah menulis permulaan adalah sebagai berikut:

Mengenal huruf : 1)Guru terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat; 2)Guru menunjukkan suatu gambar benda atau anak yang ada hubungannya dengan huruf yang hendak diperkenalkan kepada siswa dan 3)Guru memperkenalkan nama-nama dan menunjukkan gambar.

Latihan diperlukan agar anak mengenal, dan terampil dalam memegang pensil yang baik dan benar. Latihan tersebut antara lain:1)Latihan memegang pensil dan sikap duduk; 2)Latihan gerakan tangan; 3)Guru sambil bercerita menuliskan contoh-contoh pembuatan garis-garis dipapan tulis; 4)Guru menugaskan siswa untuk mengikuti menggerakkan tangan di udara dengan pensilyang belum diruncingkan; 5)Anak diberi latihan membuat garis di buku tulis; 6) Guru memperhatikan sikap duduk, dan cara memegang pensil; 7)Guru memeriksa hasil kerja anak; 8)Guru juga menerangkan bentuk-bentuk yang lain dengan langkah-langkah seperti di atas; 9)Menjiplak adalah menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang telah ada. Maksudnya adalah untuk melatih gerakan jari-jari anak dalam menuliskan sesuatu tulisan.  dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah memakai kertas karbon, kertas tipis dan menulis nama

Guru memberi tugas pada anak untuk menuliskan huruf awal nama benda, orang, jalan dan sebagainya yang terdapat dilingkungan sekitar.

Hakikat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran dimana guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2003:1). Elaine B Johnson (2009 : 34), mengemukakan “Pembelajaran dan pengajaran kontekstual sebagai sebuah sistem mengajar didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya”. Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka.

Menurut Nurhadi (2009: 14) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri. Rosalin (2008: 72) juga menjelaskan bahwa model pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan model pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kecakapan hidup, di mana dalam hal ini pembelajaran dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta didik agar mereka belajar menerapkan isi pelajaran dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan keterlibatan peserta didik secara penuh untuk menghubungkan materi dengan situasi kehidupan nyata peserta didik sehingga peserta didik mampu menangkap makna dalam materi akademis yang di terima.

Pembelajaran Kontekstual menurut Sanjaya (2009: 17-20) melibatkan tujuh komponen utama yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh, yaitu: 1)Konstruktivisme; 2)Menemukan (Inquiri); 3)Bertanya (Questioning); 4)Masyarakat Belajar (Learning Community);  5)Pemodelan (Modelling); 6)Refleksi (Reflection); 7)

Secara sederhana langkah penerapan Pembelajaran Kontekstual dalam  kelas secara garis besar adalah: (a) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya; (b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; (c) Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya; (d) Menciptakan masyarakat belajar; (e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; (f) Melakukan refleksi di akhir penemuan; (g) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Implementasi Pembelajaran Kontekstual dalam Menulis permulaan

Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja kelompok, serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung (Mulyani Sumantri, Nana Syaodih, 2007: 6.19) sesuai dengan konsep belajar melalui pengalaman atau experiental learning (dr. Suciati dkk, 2005: 14) yaitu konsep belajar yang membahas tentang proses belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa terlibat langsung dalam penemuan dan pembentukan pengetahuan.

Selain itu, dapat kita cermati bahwa agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan dengan baik, maka proses pembelajaran yang dilaksanakan harus melibatkan siswa secara aktif. Sehingga dalam hal ini pemilihan pendekatan kontekstual sangat tepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama pembelajaran menulis.

Adapun langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar materi menulis permulaan memuat ketujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni:

Konstruktivisme (Constructivism), Siswa dihadapkan pada sebuah gambar aktivitas siswa yang sedang melakukan kegiatan membersihkan kelas dibuku. Guru meminta siswa untuk mengamati, mengobservasi apa yang dilihatnya. Siswa bisa mengembangkan imajinasi mereka, dan bisa mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka dari apa yang mereka lihat.

Bertanya (Questioning), Guru bertanya pada siswa tentang apa yang mereka dapatkan dari observasi yang telah dilakukan sebagai berikut:“Apa yang kalian lihat di buku itu anak-anak?”,“ Siapa saja yang mendapat nilai seratus  tadi?”, “Dimana rumah Budi terjadi?”, “Alat apa saja yang digunakan untuk menulis?”Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dimaksudkan agar siswa dapat berfikir kritis, selain itu pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membimbing siswa dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajari.

Menemukan (Inquiry) Melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan guru siswa dapat menyimpulkan atau mengetahui apa yang akan dipelajari yaitu menulis permulaan dengan mendiskripsikan benda-benda di sekitar. Dalam pembelajaran kontekstual guru tidak menyampaikan informasi begitu saja akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan atau materi yang dipelajari.

Masyarakat belajar (Learning community)Guru menjelaskan materi pelajaran menulis permulaan kepada siswa. Dalam kegiatan ini tidak hanya guru yang aktif dalam memberikan penjelasan tapi siswa juga ikut berperan aktif, misal adanya tanya jawab antara siswa dengan guru, diskusi dengan teman namun tetap dalam bimbingan guru.

Pemodelan (Modeling)Guru meminta salah satu siswa maju ke depan kelas untuk menulis kalimat sederhana dengan benar sesuai dengan gambar yang ada dalam buku, dan  menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru.

Refleksi (reflection)Siswa lain diberi kesempatan oleh guru untuk mengapresiasi atau untuk mengomentari karya yang dibuat oleh temannya didepan kelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih siswa untuk belajar mandiri dalam mengapresiasi suatu karya. Sehingga siswa tahu dan paham letak kekurangan dari karya tersebut, untuk kemudian diperbaiki. Hal ini juga melatih kepekaan siswa yang lain untuk menilai dan memberikan tanggapan terhadap karya orang lain.

Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)Guru memberikan tugas: menulis kalimat yang didiktekan guru secara benar dengan menggunakan huruf lepas, mendiskripsikan gambar dengan kalimat sederhana, dan melengkapi kalimat sederhana. Sebenarnya penilaian dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai dengan pembelajaran selesai dengan cara mengumpulkan informasi tentang perkembangan siswa yang dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran menulis permulaan berlangsung.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan kondisi awal kegiatan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran menulis masih berjalan apa adanya, keterampilan guru pun belum dapat digali secara maksimal. Guru masih cenderung kurang kreatif dalam menyampaikan pelajaran. Guru masih menggunakan metode manual dalam pembelajarannya. Penggunaan media belajar pun belum sepenuhnya berjalan maksimal.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya solusi pemecahan masalah yaitu menggunakan pembelajaran kontekstual, diharapkan kondisi akhir keterampilan menulis siswa dapat meningkat.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :“Melalui penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis permulaan bagi siswa kelas I SD Negeri Nguter 05  kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester  I  Tahun Pelajaran 2015 / 2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2015/2016. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yaitu dari bulan September 2015 hingga bulan  Nopember 2015.Pelaksanaan Tindakan kelas dilaksanakan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan.  Siklus I pertemuan 1     dilaksanakan Selasa, 22 September 2015 dan pertemuan 2 Rabu, 23 September 2015. Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan  Selasa, 6 Oktober 2015 dan pertemuan 2 Rabu, 7 Oktober 2015. Pelaksanaan Tindakan Kelas ini dilakukan di SD Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada siswa kelas I semester I tahun pelajaran 2015/2016 meningkatkan keterampilan membaca. Subjek dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas siswa kelas I SD Negeri Nguter 05 semester I tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 15 orang siswa yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 7 dan jumlah siswa perempuan 8.

Sumber data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 114) Data primer yaitu data-data yang diperoleh dari sumber pertama. Data primer yang digunakan adalah hasil wawancara dan observasi terhadap siswa kelas I SD Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 sedangkan data sekunder berupa dokumentasi foto dan hasil tes (kegiatan PBM dari prasiklus, siklus I dan siklus II).Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan, tes dan dokumen.

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menguji keabsahan data. Teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik triangulasi penyelidik dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Tehnik analisis data kualitatif secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan (observasi), wawancara, catatan lapangan, dan studi dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Prosedur penelitian menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan , observasi dan refleksi dan dilaksanakan dua siklus. Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu 2 jam pelajaran, dan siklus II juga 2 kali pertemuan yaitu 2 jam pelajaran. Jadi untuk menyelesaikan penelitian memerlukan waktu 4 jam pelajaran atau 2 kali pertemuan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa secara individual, siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi 85% yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tes formatif  70 atau lebih.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Data kondisi awal pembelajaran menulis permulaan kelas I SD Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo berdasarkan hasil pengamatan terdapat beberapa permasalahan yang ditemui pada diri siswa pada saat pembelajaran berlangsung, antara lain: Keaktifan siswa selama pembelajaran masih kurang dan cenderung menunjukkan sikap jenuh saat pembelajaran, Siswa nampak bosan karena pada saat pelajaran menulis guru hanya menjelaskan materi dengan berceramah dengan sedikit praktik, Siswa masih banyak yang belum mengerti atau bingung tentang menulis karena pembelajaran masih sering disampaikan secara abstrak atau hanya dalam bentuk ucapan saja.

Pembelajaran untuk membaca belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ditetapkan 70. Nilai rata-rata yang dicapai dari 15 siswa adalah 64 , Dari 15 ada 3 siswa yang mendapat nilai 80, 3 siswa mendapatkan nilai 70, 6 siswa mendapat nilai 60, dan 3 siswa mendapat nilai 50.

Tabel Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

No

Aspek

Frekuensi

Presentase (%)

1

Nilai Tertinggi

80

2

Nilai Terendah

50

3

Rata-rata

64

4

Nilai tuntas

6

40

5

Nilai belum tuntas

9

60

Jumlah

15

100   %

Gambar 3. Diagram Perolehan Nilai Belajar Siswa  Kondisi Awal

Dari data tes kondisi awal dia atas dapat sajikan data dalam bentuk diagram, sebagai berikut:

Gambar 4 Diagram ketuntasan  Kondisi Awal

Berdasarkan tabel dan diagram di atas terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 6 siswa dari 15 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar  40%, maka perlu adanya perbaikan pembelajaran.

Tabel 4 Rekap Lembar nilai Aktivitas Keterampilan Menulis

Kondisi Awal

Pertemuan

Aspek yang dinilai

Bertanya

Menyumbang ide

Mendengarkan

Cara kerja

Pertemuan 1

3,00

3,10

3,45

3,50

Pertemuan 2

3,05

3,40

3,65

3,70

Nilai rata-rata

3,03

3,25

3,55

3,60

Deskripsi Siklus 1

Tindakan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 22 September 2015 dan Rabu 23 September 2015

Tindakan pada siklus 1 dengan memanfaatkan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah diadakan tes nilai rata-rata nilai rata-rata ulangan harian sebesar dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60. Adapun nilai ketuntasan pada kondisi awal adalah, sebagai berikut

Tabel Nilai Ulangan Harian Siklus I

No

Aspek

Frekuensi

Presentase (%)

1

Nilai Tertinggi

90

2

Nilai Terendah

60

3

Rata-rata

77

4

Nilai tuntas

11

73

5

Nilai belum tuntas

4

45

Jumlah

15

100   %

Berdasarkan table di atas terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 5 siswa dari 9 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar 55%.

Berdasarkan tabel di atas terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 11 siswa dari 15 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar  73 %, hal ini menunjukkan adanya peningkatan penguasaan materi dari perbaikan pembelajaran siklus I dibanding kondisi awal tetapi belum maksimal maka perlu di lanjutkan ke siklus II.

Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil pembelajaran menulis dengan menggunakan metode kontekstual pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 64 pada kondisi awal meningkat menjadi 77 pada akhir tindakan Siklus I; Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, yaitu dari 40% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, meningkat menjadi 73% pada akhir tindakan siklus I. Kriteria Ketuntasan secara klasikal belum tercapai, yaitu mencapai tingkat ketuntasan kelas sebesar sebesar 85%. Sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II.

Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi menulis permulaan berlangsung pada siklus I pertemuan 1 dan 2 diperoleh hasil dan gambaran tentang siswa sebagai berikut:Dalam aspek ini, sikap yang diamati meliputi beberapa hal, yaitu: a) bertanya, b)    menyumbang ide atau menjawab pertanyaan, c) menjadi pendengar yang baik, d) cara kerja.

Hasil rekap pengamatan guru terhadap siswa dalam siklus 1 dapat adalah sebagai berikut:

Tabel 7: Nilai Aktivitas Menulis permulaan Siswa pada Siklus I

Pertemuan

Aspek yang dinilai

Bertanya

Menyumbang ide

Mendengarkan

Cara kerja

Pertemuan 1

3,10

3,36

3,70

3,70

Pertemuan 2

3,18

3,80

3,90

3,95

Nilai rata-rata

3,14

3,38

3,80

3,83

Berdasarkan tabel nilai aktivitas siswa saat pembelajaran menulis permulaan siswa kelas I SD Negeri Nguter 5 diperoleh hasil dengan penjelasan sebagai berikut: 1)Pada aspek bertanya, secara klasikal kemampuan siswa memperoleh nilai rata-rata 3.14 dan tergolong dalam kriteria  baik. Selama siklus I; 2)Pada aspek menyumbang ide atau menjawab pertanyaan, secara klasikal kemampuan siswa memperoleh nilai rata-rata 3.38 dan tergolong dalam kriteria baik; 3)Pada aspek mendengarkan, secara klasikal kemampuan siswa memperoleh nilai rata-rata 3.80 dan tergolong dalam kriteria cukup baik; 4)Pada aspek bekerjasama, secara klasikal kemampuan siswa memperoleh nilai rata-rata 3.83 dan tergolong dalam kriteria baik.

Deskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan yakni pada tanggal hari Selasa tanggal 6 oktober 2015 dan hari Rabu tanggal 7 Oktober 2015.

Tindakan pada siklus 1 dengan memanfaatkan metode kontekstual pada setelah diadakan tes nilai rata-rata nilai rata-rata ulangan harian sebesar 77 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60.  Adapun nilai ketuntasan pada kondisi siklus II adalah, sebagai berikut :

Tabel Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus II

No

Aspek

Frekuensi

Presentase (%)

1

Nilai Tertinggi

90

2

Nilai Terendah

70

3

Rata-rata

85

4

tuntas

15

100

5

belum tuntas

0

0

Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode kontekstual berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 65 pada kondisi awal meningkat menjadi 70 pada akhir tindakan Siklus I dan 90 pada siklus II.Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, yaitu dari 33 % pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, meningkat menjadi 55% pada akhir tindakan siklus I dan 100% pada akhir siklus II. Kriteria Ketuntasan secara klasikal sudah tercapai, yaitu mencapai mencapai tingkat ketuntasan kelas sebesar 100% atau < KKM sebesar 85%. Sehingga tidak perlu dilakukan tindakan siklus berikutnya.

Tabel Nilai Aktivitas Menulis Permulaan Siswa pada Siklus II

Pertemuan

Aspek yang dinilai

Bertanya

Menyumbang ide

Mendengarkan

Bekerja sama

Pertemuan 1

3,23

3,80

3,88

4,00

Pertemuan 2

3,57

3,84

3,92

4,07

Nilai rata-rata

3,40

3,82

3,90

4,03

Berdasarkan tabel hasil observasi keterampilan siswa kelas I SD Negeri 05 Nguter diperoleh hasil dengan penjelasan sebagai berikut: 1)Pada aspek bertanya, secara klasikal kemampuan siswa memperoleh nilai rata-rata 3,40 dan tergolong dalam kriteria cukup baik. Selama siklus II.; 2) Pada aspek menyumbang ide atau menjawab pertanyaan, secara klasikal kemampuan siswa memperoleh nilai rata-rata 3,82 dan tergolong dalam kriteria cukup baik; 3)Pada aspek mendengarkan, secara klasikal kemampuan siswa memperoleh nilai rata-rata 3,90 dan tergolong dalam kriteria baik; 4)Pada aspek cara kerja, secara klasikal kemampuan siswa memperoleh nilai rata-rata 4,03 dan tergolong dalam kriteria cukup baik.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Peningkatan Keaktifan siswa ditiap siklusnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1Perbandingan Keaktifan Menulis Siswa Siklus I dan Siklus II

Pertemuan

Aspek yang dinilai

Bertanya

Menyumbang ide

Mendengarkan

Bekerja sama

Pra Siklus

3,03

3,25

3,45

3,50

Siklus I

3,14

3,38

3,90

3,95

Siklus II

3,40

3,82

3,90

4,03

Melihat  hasil  kegiatan  pembelajaran  siswa   dapat  dikatakan  bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu hal yang sangat   penting  untuk meningkatkan penguasaan materi  pembelajaran Bahasa Indonesia menulis permulaan.

Dari hasil pengolahan data di atas, terdapat   temuan- temuan sebagai berikut:

1. Pra Perbaikan

a. Siswa yang mencapai ketuntasan (KKM) hanya 6 siswa dari 15 siswa atau 40 % siswa yang mencapai ketuntasan (KKM)

b. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 9 siswa  atau 60 % siswa tidak mencapai ketuntasan (KKM)

c. Guru belum  menggunakan  metode pembelajaran sehingga proses   pembelajaran   siswa belum berhasil.

2. Siklus I

a. Siswa yang mencapai ketuntasan (KKM) sebanyak 11siswa dari 15 siswa atau 73 % siswa yang mencapai ketuntasan (KKM)

b. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 4 siswa  atau 27% siswa tidak mencapai ketuntasan (KKM)

c. Guru telah  menggunakan  model kontekstual tetapi hasilnya belum maksimal sehingga proses pembelajaran siswa masih kurang berhasil.

3. Siklus II

a. Siswa yang mencapai ketuntasan (KKM) sebanyak 15 siswa dari 15 siswa atau100 % siswa yang mencapai ketuntasan (KKM)

b. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 0 siswa  atau 0 % siswa tidak mencapai ketuntasan (KKM)

Untuk lebih memudahkan membaca informasi dari data ketuntasan pada prasiklus, siklus I, siklus II dapat sajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, berikut ini:

Tabel Ketuntasan Belajar Siswa

No

Kondisi

Jumlah Siswa

Prosentase Ketuntasan

1

Prasiklus

6

40%

2

Siklus I

11

73%

3

Siklus II

15

100 %

Gambar Diagram Kriteria Ketuntasan Belajar

Dari hasil temuan dan refleksi  dapat disimpulkan oleh penulis bahwa dalam pembelajaran ternyata ada peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan adanya keberhasilan siswa yang dapat menguasai mata pelajaran bahasa Indonesia sudah mencapai 100 % (15 siswa) dari 15 siswa kelas 1 SD Negeri Nguter 05 . Rata-rata nilai yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 65 menjadi 90. Prestasi belajar meningkat karena:penyampaian materi jelas dan penggunaan   model kontestual yang sudat tepat .

Setelah berhasil mengidentifikasikan kesulitan siswa, dan mengetahui kegagalan ataupun kekurangan kinerja guru, peneliti dapat menentukan langkah lebih lanjut yaitu dengan merancang pembelajaran yang lebih mengikutsertakan siswa dan meningkatkan kinerja guru yang menjadi fasilitator dalam pembelajaran secara maksimal. Selanjutnya tindakan pada siklus 2 ini menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil tindakan pada siklus 1, tingkat penguasaan materi pembelajaran secara keseluruhan menunjukan peningkatan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil dari tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :Melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis Melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan ketrampilan menulis permulaan  siswa kelas I SD Negeri Nguter 05 Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo semester I tahun pelajaran 2015/2016. Peningkatan dari pada kondisi Pra siklus sebelum adanya tindakan nilai rata-rata keterampilan menulis permulaan siswa adalah 64 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 40 %, pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 77 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 73 % dan pada siklus II  nilai rata-rata  kelas meningkat menjadi 85 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 100 % dari target 85 %. meningkat sebanyak 60 %.

Saran

Saran penelitian bagi siswa sebaiknya aktif dan meningkatkan kerjasama dalam proses pembelajaran. Saran bagi guru sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat peserta didik tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Saran bagi sekolah hendaknya meningkatkan keprofesional berkelanjutan melalui kegiatan PKB baik di sekolah maupun di KKG.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Akhadiah, Sabarti dkk. 2012. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Bambang Prasetyo. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi.

Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Burhan Nurgiyantoro,. 2002. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas

Johnson, E.B. (2002). Contextual Teachingand Learning: what it is and why it’s here to stay. California: Corwin Press,Inc.

Mulyani Sumantri & Nana Syaodih .2007. Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Universitas Terbuka

Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurbiana. 2005. Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Universitas Terbuka.

————–,  2008. Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta:UniversitasTerbuka

————–. 2010. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual(contextual teaching and  learning/ CTL) dan PenerapannyaDalam KBK. Malang: UM press

Rosalin, Elin. (2008). Gagasan merancang pembelajaran kontekstual. Bandung : PT Karsa Mandiri

Sanjaya. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Soemarjadi Ramanto, Muzni;Zahri, Wikdati. 2001.  Pendidikan Ketrampilan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Suciati,dkk. 2005. “ Belajar dan Pembelajaran”. Jakarta: Universitas Terbuka

Sugianto,2009.Model-Model Pembelajaran Inovatif.Surakarta:Panitia Sertivikasi Guru (PSG) Raayon 13 Surakarta.

 

Tarigan, Henry. 2009. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa Bandung