Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
ENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBER HEAD TOGETHER) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CELEP 02 KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Tri Karni
SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitianbertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan minat belajar IPA materi sifat-sifat cahaya, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) bagi siswa kelas V SDN Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015, 2) Mendeskripsikan hasil belajar dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran NHT (Number Head Together). Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 4 langkah kegiatan, meliputi tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan tahap refleksi tindakan. Instrumen yang digunakan adalah perangkat soal tes,dan lembar observasi, yang digunakan untuk mengamati minat belajar siswa dan hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini diperoleh data bahwa 1) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan minat belajar IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V di SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Peningkatan terbukti dari beberapa aspek yang dinilai mengalami peningkatan dari siklus I dan Siklus II dari nilai rata-rata kualitas minat belajar kurang menjadi kualitas minat belajar baik. 2) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V di SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 15,79 dan peningkatan ketuntasan sebesar 47,37% dari kondisi awal sampai pada akhir siklus II.
Kata Kunci : hasil belajar IPA, model pembelajaran kooperatif, NHT
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan pengamatan di kelas dari kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran IPA tahun pelajaran 2014/2015 yaitu 70. Hasil Ulangan harian IPA siswa kelas V sejumlah 19 siswa yang tuntas hanya 10 siswa, jadi prosentasenya hanya 52,63%. Rendahnya nilai ulangan harian siswa merupakan salah satu indikasi kelemahan dan kesulitan belajar siswa. Peneliti mengidentifikasi kelemahan dan kesulitan belajar itu disebabkan rendahnya minat dan motivasi belajar siswa pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sehingga
Salah satu bentuk alternatif tersebut adalah menggunakan strategi pembelajaraan kooperatif (Cooperative learning) dengan model NHT (Number Head Together) pada penelitian tindakan kelas PTK ini guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together) Siswa Kelas V SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan ini sebagai berikut: 1)Apakah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan minat belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V di SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014? 2)Apakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together )dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V di SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:10)Mendeskripsikan minat belajar IPA materi sifat-sifat cahaya, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) bagi siswa kelas V SDN Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester IITahun Pelajaran 2014/2015. 2)Mendeskripsikan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) bagi siswa kelas V SDN Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitihan bagi siswa menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab. Manfaat bagi guru mengatasi kesulitan dalam meningkatkan model model pembelajaran serta meningkatkan rasa percaya diri. Manfaat bagi sekolah sebagai alternatif untuk memperbaiki proses pembelajan serta terciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan.
KAJIAN PUSTAKA
Minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecendurangan-kecendurungan lain yang mengarahkan seseorang kepada suatu pilihan tertentu. Cita-cita merupakan perwujudan dari minat, dalam hubungan dengan masa depan yang perlu direncanakan oleh seseorang, terkait dengan menentukan pilihan terhadap pendidikan, pekerjaan, teman hidup, dan sebagainya. Semakin sering minat dan mengekspresikan dalam kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut, sebaliknya minat akan padam bila tidak disalurkan (Depdiknas, 2002:9).
Ginting (2005:19) mengungkapkan,†Minat adalah kesukaan terhadap suatu benda, situasi maupun kegiatan yang melebihi lainnyaâ€. Senada pendapat di atas, Kartini (2006:165) mengungkapkan, Minat merupakan momen dari kecendurungan yang terarah secara intensif pada suatu tujuan dan atau objek yang dianggap penting. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Minat juga berhubungan dengan persepsi seseorang mengenai kegiatan yang menarik hati dan berguna atau menyenangkan untuk kepentingannya. Siswa yang berminat pada objek tertentu maka dirinya akan timbul perasaan menyenangi pada objek tersebut yang kemudian perasaan senang tersebut akan mempengaruhi pikiran dan tindakannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, jika diaplikasikan pada proses pembelajaran, maka minat dapat didefinisikan sebagai keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menstimulasi perasaan senang dan memberi kepuasan sekaligus berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan yang spesifik, merupakan salah satu faktor keberhasilan pencapaian hasil belajar siswa.
Minat belajar dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, perubahan tersebut diharapkan adalah perubahan perilaku positif. Iskandar (2009:102) mengatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu keinginan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan sementara dari organisme.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together)
Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning (Rusman,2012:203).
Menurut Lie, dalam Taniredja (2011: 56) bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok (Solihatin, E., dan Rahardjo dalam Taniredja, 2011: 56).
Dari beberapa pendapat oleh para ahli tentang cooperative learning yang telah dikemukakan di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran berkelompok dengan memperhatikan keragaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada para peserta didik untuk mempelajari suatu dengan yang baik pada yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.
Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Menurut Trianto (2009: 82), NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Sedangkan Huda (2011:3) menyatakan bahwa model NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat meningkatkan kerjasama siswa.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu; 1)Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik; 2)Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang; 3)Pengembangan keterampilan social : Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagan dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :1)Pembentukan kelompok; 2)Diskusi masalah; dan 3)Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Manfaat dan Kelebihan Model Pembelajaran
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah: 1)Rasa harga diri menjadi lebih tinggi; 2)Memperbaiki kehadiran; 3)Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; 4)Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; 5)Konflik antara pribadi berkurang; 6)Pemahaman yang lebih mendalam; 7)Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi; dan 8)Hasil belajar lebih tinggi.
Kelebihan model pembelajaran NHT: 1)Menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab; 2)Setiap siswa menjadi siap semua; 3)
Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh;Â 4)Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai; dan 5) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
Hasil Belajar
Oemar Hamalik (2006: 30) menjelaskan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Kingsley dalam Sudjana (2010:45) membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Kebiasaan adalah perpadauan antara pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Pengetahuan berarti memahami apa yang harus diperbuat. Keterampilan berarti mengerti bagaimana melakukannya. Pengertian adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal dan biasanya lebih kompleks dari arti atau makna suatu hal. Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi ataukondisi di lingkungan sekitarnya. Sedangkan cita-cita adalah sesuatu yang ingin kita capai disertai perencanaan dan tindakan kita untuk mencapainya.
Menurut Oemar Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Munadi (Rusman, 2012:124) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.
Ilmu Pengetahuan Alam
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti â€saya tahuâ€. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berartiâ€pengetahuanâ€. IPA bisa disebut juga dengan natural science
Menurut Maslichah Asy’ari (2006: 7) Sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses. Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains merupakan pengetahuan manusia tentang gejala-gejala alam dan kebendaan yang diperoleh dengan cara observasi, eksperimen/penelitian, atau uji coba yang berdasarkan pada hasil pengamatan manusia. Pengamatan manusia dapat berupa fakta-fakta, aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan lain sebagainya
Kerangka Berpikir
Hasil belajar IPA ditentukan oleh proses belajar IPA. Jika proses belajar baik maka hasil belajar baik juga. Belajar IPA yang baik melibatkan intelektual dan emosional peserta didik secara optimal. Salah satunya dengan pemilihan metode belajar siswa sehingga menimbulkan minat siswa dalam rangka keberhasilan IPA, antara lain dengan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, menimbulkan perasaan peserta didik yang menyenangkan.
Perasaan peserta didik dapat menimbulkan minat belajar peserta didik sehingga dapat mengurangi kejenuhan bagi siswa dan lebih meningkatkan minat belajar siswa atau peserta didik sehingga siswa akan belajar secara optimal dan memperoleh hasil yang optimal.
Hipotesis Tindakan
Sebagai jawaban sementara atas hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan suatu hipotesa sebagai berikut: 1)          Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan minat belajar IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V di SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015; 2)Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V di SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Waktu yang dibutuhkan pada penelitian yaitu selama 3 (tiga) bulan, yaitu dari bulan Maret 2015 hingga bulan Mei 2015. Pelaksanaan Tindakan kelas dilaksanakan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan Jumat 27 Maret 2015 pertemuan2 sabtu, 28 Maret 2015. Siklus II dilaksanakan pertemuan 1 Jumat, 10 April 2015 dan pertemuan 2 Sabtu, 11 April 2015. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan di SD Negeri Celep 02 pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi sifat-sifat cahaya. Subjek dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas siswa kelas V SD Negeri Celep 02 semester II tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 19 siswa.
Data yang diperoleh diambil dari hasil kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas V SDN Celep 02. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) pengamatan peneliti terhadap hasil pembelajaran IPA, (2) Foto kegiatan pada setiap siklus I dan II, (3) dari hasil belajar siswa melalui tes yang dilakukan selama proses pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya. Data mengenai pelaksanaan pembelajaran dalam kelas diperoleh melalui observasi dan hasil belajar. Oleh karena itu peneliti mempunyai tugas rangkap yaitu sambil mengajar guru juga mengumpulkan data. Hasil dari pengamatan dan hasil belajar akan digunakan sebagai pedoman untuk menentukan refleksi dalam melakukan tindakan selanjutnya. Pemberian tindakan ini dilakukan berulang-ulang (siklus) agar dapat diambil kesimpulan yang sesuai dengan fokus penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menguji keabsahan data. Teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik triangulasi penyelidik dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan. Teknik analisis data kualitatif secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan (observasi), hasil belajar, dan studi dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lainâ€
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yaitu sebuah model penelitian yang dikembangkan di kelas. Bentuk penelitian tindakan kelas dipilih oleh peneliti dengan alasan peneliti secara langsung menemukan adanya masalah dalam proses pembelajaran sehingga dapat menemukan solusi yang tepat untuk peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada materi sifat-sifat cahaya. Pelaksanaannya penelitian tindakan kelas dijalankan dalam suatu proses yang terdiri dari dari empat aspek yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada materi sifat-sifat cahaya melalui metode diskusi kelompok siswa kelas V SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut: 1)Meningkatnya nilai prosentase hasil pengamatan tentang minat siswa dikatakan meningkat apabila memperoleh kualitas minat belajar kategori baik.; 2) Meningkatnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi sifat-sifat cahaya, perolehan hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila persentase tuntas belajar secara klasikal ≥ 75% (minimal 75% siswa memperoleh ≥ 70) dan nilai rata-rata kelas ≥ 70
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah ini awalnya berjalan monoton, yakni guru yang mengajar terlalu sering menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.Sebelum diadakan tindakan terlebih dahulu diambil data nilai kondisi awal. Pada kondisi awal ini diperoleh nilai rata-rata nilai rata-rata ulangan harian sebesar 64,74 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 50. Adapun nilai ketuntasan pada kondisi awal dapat disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel Nilai Ulangan Harian Siswa Kondisi Awal
No |
Aspek |
Frekuensi |
Presentase (%) |
1 |
Nilai Tertinggi |
80 |
|
2 |
Nilai Terendah |
50 |
|
3 |
Rata-rata |
64,74 |
|
4 |
Nilai tuntas |
10 |
52,63 |
5 |
Nilai Belum tuntas |
9 |
47,37 |
Jumlah |
19 |
100Â Â % |
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi awal hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) belum sesuai dengan apa yang diharapkan (KKM) terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 10 siswa dari 19 siswa atau 52,63% mengalami ketuntasan belajar sebesar 52,63 %, maka perlu adanya perbaikan pembelajaran. Dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 52,63 %, maka perlu adanya perbaikan pembelajaran.
Deskripsi Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan 2 kali pertemuan pertemuan pertama pada tanggal 27 Maret 2015 dan pertemuan kedua pada tanggal 28 Maret 2015, dengan materi pemantulan cahaya.
Observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran, dalam penelitian ini tahap observasi dilakukan untuk memperoleh data bagaimana kegiatan belajar mengajar serta kesungguhan dan minat belajar IPA dengan menggunakan meodel pembelajaran NHT (Number Head Together). Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel Presentase Minat Belajar Siswa Siklus I
No |
Aspek |
Presentase Minat |
Kualitas Minat Belajar |
1 |
Kesiapan Siswa |
64% |
Cukup |
2 |
Kesungguhan Siswa |
68% |
Cukup |
3 |
Keaktifan Siswa |
68% |
Cukup |
4 |
Respon Siswa |
63% |
Cukup |
5 |
Semangat Siswa |
68% |
Cukup |
Keterangan minat siswa :
1. 100% – 80%Â Â Â Â : Amat Baik
2. 79% – 70%Â Â Â Â Â Â : Baik
3. 69% – 50%Â Â Â Â Â Â : Cukup
4. 49% – 30%Â Â Â Â Â Â : Kurang
5. 29% – 20%Â Â Â Â Â Â : Amat Kurang
Pada tabel di atas terlihat bahwa 64% siswa siap mengikuti pembelajaran, 68% siswa sungguh-sungguh mengikuti pembelajaran, 68% aktif dalam pembelajaran, 63% siswa merespon pertanyaan dari guru dan 68% siswa semangat mengikuti pembelajaran dari hasil pengamatan terlihat rata-rata minat belajar siswa adalah kurang.
Sedangkan berdasarkan hasil tes evaluasi pembelajaran siklus I yang dilaksanakan pada pertemuan kedua tanggal 28 Maret 2015, peneliti memperoleh hasil yaitu dari 19 siswa yang mengikuti evaluasi, ada 15 siswa (78,95%) yang mencapai KKM 70 keatas atau mengalami tuntas dalam belajar, sedangkan 4 siswa (21,05%) belum mengalami tuntas belajar yaitu nilai KKM di bawah 70. Nilai rata-rata tes formatif pada pembelajaran Siklus I adalah 72,11.
Tabel Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus I
No |
Aspek |
Frekuensi |
Presentase (%) |
1 |
Nilai Tertinggi |
90 |
|
2 |
Nilai Terendah |
50 |
|
3 |
Rata-rata |
72,11 |
|
4 |
Nilai tuntas |
15 |
78,95 |
5 |
Nilai belum tuntas |
4 |
21,05 |
Jumlah |
19 |
100Â Â % |
Berdasarkan tabel dan diagram di atas terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 15 siswa dari 19 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar 78,95%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan penguasaan materi dari perbaikan pembelajaran siklus I dibanding kondisi awal.Prosentase ketuntasan belajar sebesar 78,95%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan penguasaan materi dari perbaikan pembelajaran siklus I dibanding kondisi awal.
Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran NHT (Number Head Together) pada siklus I diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72,11 dan ketuntasan belajar mencapai 78,95% atau ada 15 siswa dari 19 siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal ada peningkatan hasil belajar siswa. Namun demikian guru akan mengujicobakan kembali model pembelajaran NHT (Number Head Together) untuk melihat perubahan peningkatan minat belajar yang masih memungkinkan untuk ditingkatkan lebih baik karena pencapaian ketuntasan siswa belum mencapai 100% sehingga pembelajaran dilanjutkan pada tahap selanjutnya yakni siklus II.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Kegiatan siklus kedua dilakukan pada hari Jumat, 10 April 2015 dan Sabtu, 11 April 2015.
Dalam melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama, peneliti melakukan pengamatan terhadap minat belajar siswa. Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel Persentase Minat Belajar Siswa Siklus II
No |
Aspek |
Presentase Minat |
Kualitas Minat Belajar |
1 |
Kesiapan Siswa |
79% |
Baik |
2 |
Kesungguhan Siswa |
77% |
Baik |
3 |
Keaktifan Siswa |
79% |
Baik |
4 |
Respon Siswa |
79% |
Baik |
5 |
Semangat Siswa |
79% |
Baik |
Prosentase Minat Belajar |
78,6% |
Baik |
Keterangan kualitas minat belajar siswa :
a. 100% – 80%Â Â Â Â : Amat Baik
b. 79% – 70%Â Â Â Â Â Â : Baik
c. 69% – 50%Â Â Â Â Â Â : Cukup
d. 49% – 30%Â Â Â Â Â Â : Kurang
e. 29% – 20%Â Â Â Â Â Â : Amat Kurang
Pada tabel di atas terlihat bahwa 79% siswa siap mengikuti pembelajaran, 77% siswa sungguh-sungguh mengikuti pembelajaran, 79% aktif dalam pembelajaran, 79% siswa merespon pertanyaan dari guru dan 79% siswa semangat mengikuti pembelajaran. prosentase minat belajar siswa 78,6% (Baik)
Sedangkan berdasarkan hasil tes evaluasi pembelajaran siklusI I yang dilaksanakan pada pertemuan kedua tanggal 11 April 2015, peneliti memperoleh hasil yaitu dari 19 siswa yang mengikuti evaluasi, ada 19 siswa (100%) yang mencapai KKM 70 keatas atau mengalami tuntas dalam belajar. Nilai rata-rata tes formatif pada pembelajaran Siklus II adalah 80,53. Dapat pula kita lihat pada tabel distribusi frekuensi siswa pada Siklus I di bawah ini:
Tabel Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus II
No |
Aspek |
Frekuensi |
Presentase (%) |
1 |
Nilai Tertinggi |
100 |
|
2 |
Nilai Terendah |
70 |
|
3 |
Rata-rata |
80,53 |
|
4 |
Nilai tuntas |
19 |
100 |
5 |
Nilai belum tuntas |
– |
– |
Jumlah |
19 |
100Â Â % |
Berdasarkan tabel di atas terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 19 siswa dari 19 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar 100 %, hal ini menunjukkan adanya peningkatan penguasaan materi dari perbaikan pembelajaran siklus I
Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran NHT (Number Head Togetheri) pada siklus II diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 80,53 dan ketuntasan belajar mencapai 100% atau ada 19 siswa dari 19 siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal ada peningkatan hasil belajar siswa. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 meningkat menjadi sebesar 100% dan aktivitas siswa juga meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara ada peningkatan yang signifikan dari hasil nilai siswa dan partisipasi siswa
Hasil tes siswa rata-rata pada kondisi awal sebesar 64,74, pada siklus I sebesar 72,11 dan pada siklus II sebesar 80,53. Sedangkan presentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal sebesar 52,63%, siklus I sebesar 78,95% dan siklus II sebesar 100%. Jadi terdapat peningkatan rata-rata dan presentase siswa yang telah mencapai KKM dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 15,79 dan Maka guru atau peneliti tidak melanjutkan kegiatan pembelajaran ke siklus berikutnya karena apa yang sudah dicapai dianggap memuaskan, atau dengan kata lain tujuan pembelajaran melalui model pembelajaran NHT (Number Head Together) telah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Peningkatan ketuntasan sebesar 47,37% dari kondisi awal sampai pada akhir siklus II.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 2 siklus dimana di tiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan, aktivasi siswa peningkatannya ditiap siklusnya dapat kita lihat pada tabel dan diagram berikut ini:
Tabel Perbandingan Minat Belajar Siswa Siklus I, dan Siklus II
No |
Aspek |
Siklus I |
Siklus II |
||
Presentase Minat |
Kualitas Minat |
Presentase Minat |
Kualitas Minat |
||
1 |
Kesiapan Siswa |
64% |
Cukup |
79% |
Baik |
2 |
Kesungguhan Siswa |
68% |
Cukup |
77% |
Baik |
3 |
Keaktifan Siswa |
68% |
Cukup |
79% |
Baik |
4 |
Respon Siswa |
63% |
Cukup |
79% |
Baik |
5 |
Semangat Siswa |
68% |
Cukup |
79% |
Baik |
Prosentase |
66,2% |
Cukup |
78,6% |
Baik |
Keterangan kualitas minat belajar siswa :
a. 100% – 80%Â Â Â Â : Amat Baik
b. 79% – 70%Â Â Â Â Â Â : Baik
c. 69% – 50%Â Â Â Â Â Â : Cukup
d. 49% – 30%Â Â Â Â Â Â : Kurang
e. 29% – 20%Â Â Â Â Â Â : Amat Kurang
Diagram 26 . Perbandingan Minat Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Pada data di atas terlihat perbandingan minat belajar siswa dilihat dari kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran diperoleh prosentase sebesar 64% pada siklus I meningkat menjadi 79% pada siklus II, pada aspek kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran pada siklus I diperoleh prosentase sebesar 68% meningkat menjadi 77% pada siklus II, Keaktifan siswa selama pelajaran diperoleh 68% pada siklus I menjadi 79% pada siklus II, pada aspek respon siswa dalam menjawab pertanyaan guru diperoleh 63% pada siklus I meningkat menjadi 79% pada siklus II, dan semangat siswa pada siklus I 68% menjadi 79% pada siklus II. Rata-rata prosentase minat belajar siklus I adalah 66,2% meningkat menjadi 78,6% pada siklus II terjadi peningkatan dari kualitas kurang menjadi kualitas baik.
Sedangkan hasil ulangan evaluasi yang didapatkan siswa pada tahapan siklus mengalami peningkatan dari tahapan awal di kondisi awal meningkat di Siklus I kemudian mengalami peningkatan kembali di Siklus II. Ketuntasan belajar siswa meningkat pula. Hal tersebut dapat dilihat pada perbandingan hasil ketuntasan siswa pada tabel dan grafik dibawah ini:
Tabel Perbandingan Ketuntasan Siswa Tiap Siklus
Tahapan Siklus |
Ketuntasan Siswa |
Prosentase Ketuntasan |
||
Tuntas |
Belum Tuntas |
Tuntas |
Belum Tuntas |
|
Kondisi awal |
10 |
9 |
52,63% |
47,37% |
Siklus I |
15 |
4 |
78,95% |
21,05% |
Siklus II |
19 |
0 |
100% |
0% |
Gambar 27. Diagram Perbandingan Ketuntasan Siswa Tiap Siklus
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 2 berjalan dengan baik. presentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal sebesar 52,63%, siklus I sebesar 47,37% dan siklus II sebesar 100%. Jadi terdapat peningkatan rata-rata dan presentase siswa yang telah mencapai KKM dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 15,79 dan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 47,37% dari kondisi awal sampai pada akhir siklus II.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil dari tindakan kelas yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1)Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan minat belajar IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V di SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Peningkatan terbukti dari beberapa aspek yang dinilai mengalami peningkatan dari siklus I dan Siklus II dari nilai rata-rata kualitas minat belajar kurang menjadi kualitas minat belajar baik. 2)Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V di SD Negeri Celep 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 15,79 dan peningkatan ketuntasan sebesar 47,37% dari kondisi awal sampai pada akhir siklus II
Saran
Saran penelitihan bagi siswa agar meningkatkan kedisiplinan, minat, kerjasama,keaktifan dan tanggung jawab. Saran bagi guru hendaknya mengimplementasikan model-model pembelajaran yang inovatif dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. Saran bagi sekolah meningkatkan keprofesionalan guru melalui kegiatan keprofesional berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2003. Cooperatif Learning: Mempraktekkan Cooperatif
Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual/Contextual Teching And Learning. Ditjen Dikdasmen: Jakarta.
Ginting, Charles. 2005. Menakar Minat Konsumen. Jakarta: Gramedia.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning: Metode, Teknik,
Struktur dan Model Penerapan. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Ibrahim, Muhsin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
University Press
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaong Pustaka (GP) Press.
Kagan, S. dan Kagan, M. 2009. Kagan Cooperative Learning.
California: Kagan Publishing
Kartini. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Lundgren, Linda. 1994. Cooperative Learning in the Science
Classroom. New York :Glencoe, Macmillan/McGraw-Hill
Maslichah Asy’ari. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar. Yogyakarta. Universitas Sanata Darma
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rusman.2012. Model – Model Pembelajaran. Depok : PT Rajagrafindo Persada.
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis
Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara
Trianto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif -Progresif,
Surabaya: Prenada Media Group.
Taniredja, dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung:
Alfabeta
Oemar Hamalik , (2006), Manajemen Pengembangan Kurikulum,
Bandung: UPI