PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RESIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RESIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
PADA SISWA KELAS V SDN DUKUH 0I SUKOHARJO
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sanik Indriyati
SD Negeri Dukuh 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo
Abstraks
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS dengan materi persiapan kemerdekaan Indonesia melalui penerapan metode resiprocal teaching bagi siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa tersebut adalah 27 siswa terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.Penelitian mengambil materi persiapan kemerdekaan Indonesia pada mata pelajaran IPS. Data penelitian berupa hasil observasi dan hasil tes hasil belajar. Hasil analisis data bahwa melalui pembelajaran Resiprocal Teaching dapat meningkatkan kerjasama antar siswa dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran IPS dengan model pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo khususnya pada pokok bahasan persiapan kemerdekaan Indonesia. Hal ini di tunjukkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.04 pada kondisi awal menjadi 73.33 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 80.00 pada akhir Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 22.22% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan meningkat menjadi 59.26% pada akhir tindakan siklus I, dan meningkat menjadi 92.59% pada akhir tindakan Siklus II.
Kata kunci: Metode Pembelajaran reciprocal teaching, Hasil Belajar IPS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran kelas V di SDN Dukuh 01 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015, terdapat banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran IPS, diantaranya: (1) Tingkat perhatian dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tergolong kategori rendah, hal ini terindikasi oleh sebagian besar siswa masih terlihat bermain-main dan tidak serius dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, (2) Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, hal ini terindikasi oleh sebagian besar siswa kehilangan konsentrasi ketika kegiatan pembelajaran IPS dimulai, kurang bergairah dan tidak merasa tertarik dalam mengikuti proses poembelajaran IPS, dan bahkan siswa terlihat bosan, (3) Meskipun berkelompok siswa masih enggan untuk melakukan diskusi alias masih selalu bekerja secara sendiri-sendiri, (4) Siswa masih belum terbiasa untuk berfikir bersama, berpasan-pasangan, dan saling berbagi, (5) Keterbatasan sumber dan media pembelajaran, (6) Siswa masih merasa takut dan ragu untuk melontarkan pertanyaan atau pendapatnya kepada guru sehingga kelas menjadi kaku dan tidak aktif, (7) Hasil belajar siswa masih belum cukup optimal jika dilihat dari hasil evaluasi ulangan harian, 21 dari 27 jumlah siswa atau sekitar 77.78% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yang telah ditentukan di sekolah yaitu ≤ 75.
Apabila permasalahan tersebut dibiarkan dan tidak segera diatasi maka dikhawatirkan akan berdampak kurang baik terhadap siswa, guru, dan bahkan sekolah. Bagi siswa sendiri akan berdampak pada pengembangan dirinya, dimana siswa akan cenderung tidak menyukai pelajaran IPS, mereka memandang bahwa pelajaran IPS sangat mebosankan dan hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadp hasil belajar siswa. Dampak bagi guru adalah terhadap tanggung jawabnya sendiri sebagi seorang guru terhadap siswa dan orang tua siswa, dalam hal ini guru sebagai pengajar akan dianggap belum berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dan guru sebagai pendidik dianggap belum mampu untuk mendidik siswanya, selanjutnya dampak bagi sekolah ialah, sekolah belum dianggap mampu untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS.
Berdasarkan hasil refleksi selama proses pembelajaran siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015, disinyalir terdapat beberapa faktor penyebab belum optimalnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, baik itu yang berasal dari luar dan dalam diri siswa. Faktor dalam itu antara lain: (1) Rendahnya motivasi dalam diri siswa sehingga siswa menjadi acuh tak acuh dalam belajar; (2) Rendahnya minat siswa sehingga siswa terlihat kurang suka mengikuti pembelajaran IPS; (3) Kemampuan bawaan siswa yang berbeda-beda; (4) Perbedaan kemampuan untuk menentukan arah atau cara yang tepat menuju ke arah yang akan dicapai. Adapaun faktor luar, antara lain: (1) Kurangnya perhatian dari orang tua siswa, (2) Pengemasan pembelajaran IPS yang kurang menarik dan kurang menantang, (3) Rendahnya kemampuan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran, (6) Penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat sehingga sangat membosankan siswa.
Salah satu metode yang digunakan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan metode pembelajaran resiprocal teaching. Melalui pelaksanaan metode resiprocal teaching, diharapkan akan mampu meningkatkan daya keaktifan siswa dalam belajar. Di samping itu pada hakikatnya siswa adalah makhluk individu. Dengan melihat faktor tersebut, maka dengan penerapan metode resiprocal teaching maka siswa akan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sehingga dapat berkembang secara mandiri. Penerapan metode resiprocal teaching ini pada hakekatnya untuk melatih siswa agar senantiasa mempersiapkan diri dalam mengikuti kegiatan belajar. Kemauan dan kreativitas siswa dalam menyesuaikan dan menyelesaikan kegiatan belajarnya tidak muncul dengan sendirinya. Semua itu muncul karena direncanakan oleh guru yang memiliki kemampuan untuk memahami serta memperlakukan siswa secara manusiawi.
Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, dalam penelitian ini akan diuji cobakan metode resiprocal teaching yang dilakukan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini dilakukan untuk mencari jawaban dan jalan keluar dalam mengatasi masalah tersebut. Secara umum, prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat SD masih rendah. Rendahnya prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial juga tercermin dari hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo. Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Dalam beberapa ulangan harian yang dilakukan menunjukkan rata-rata kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal.
Berdasarkan di atas nampak adanya kesenjangan antara kondisi nyata dengan harapan. Kesenjangan pokok dari subyek yakni pada kondisi awal hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang rendah sedangkan kondisi akhir yang diharapkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat. Kesenjangan pokok dari peneliti yakni pada kondisi awal peneliti masih menyampaikan materi menggunakan model pembelajaran konvensional sedangkan kondisi akhir peneliti harus menggunakan metode resiprocal teaching.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1)Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran melalui metode pembelajaran Resiprocal Teaching dapat meningkatan hasil belajar IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VSDN Dukuh 01 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2014/2015? 2)Apakah Apakah ada peningkatan hasil belajar IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia melalui metode pembelajaran Resiprocal Teaching pada siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1)Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran melalui metode pembelajaran Resiprocal Teaching untuk meningkatan hasil belajar IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. 2)Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia setelah diberikan pembelajaran melalui metode pembelajaran Resiprocal Teaching pada siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa mendapat pengalaman baru dengan diterapkannya metode pembelajaran Resiprocal Teaching dan termotivasi untuk belajar dan terbentuknya sikap kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Manfaat bagi guru menjadi lebih memahami cara-cara mengimplementasikan model-model pembelajaran, salah satunya yaitu metode pembelajaran Resiprocal Teaching. Guru memilki keterampilan menggunakan metode pembelajaran Resiprocal Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Manfaat bagi sekolah memotivasi memperbaiki model pembelajaran yang selama ini mereka terapkan.
KAJIAN TEORI
Metode Pembelajaran Resiprocal Teaching
Reciprocal Teaching adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Menurut Palincsar dan Brown seperti yang dikutip oleh Slavin (1997) bahwa strategi reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan keterampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa yang berkemampuan rendah. Reciprocal teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan dengan baik Dengan menggunakan pendekatan reciprocal teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami. Untuk mempelajari strategi-strategi tersebut guru dan siswa membaca bahan pelajaran yang ditugaskan di dalam kelompok kecil, guru memodelkan empat keterampilan tersebut di atas (Nur, 2004).
Menurut Paulina Pannen dalam Amin Suyitno (2006: 6) melalui pembelajaran berbalik ini siswa dapat mengembangkan kemauan belajar mandiri, memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri, melatih siswa agar dapat mempresentasikan idenya, dan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manager dari proses pembelajaran.
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam Model Pembelajaran Berbalik menurut Paulina Pannen adalah sebagai berikut: 1)Guru menyiapkan materi, yang akan dikenai Model Pembelajaran Berbalik, kemudian diinformasikan kepada siswa; 2)Siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri; 3)Guru menunjuk satu siswa yang dipandang mampu untuk menyajikan materi di depan kelas, lengkap dengan alat peraga yang mungkin diperlukan; 4)Untuk melihat tingkat pemahaman para siswa, guru mengungkapkan kembali materi tersebut secara singkat dengan metode tanya jawab; 5)Guru melatih siswa mengerjakan soal (pendalaman materi), dan 6)
Guru memberikan tugas rumah sebagai bentuk latihan rutin (Amin Suyitno,2006:5).
Berdasarkan uraian di atas, bahwa pendekatan Reciprocal Teaching merupakan strategi dalam pembelajaran yang menekankan pada pemahaman mandiri siswa, sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi. Dalam pembelajaran berbalik siswa diberi banyak kesempatan untuk memberikan pendapat, memberi pertanyaan dan berdiskusi dengan siswa lain. Pembelajaran ini siswa dituntut untuk mandiri, kreatif, aktif dan tanggung jawab. Pembelajaran dengan model berbalik ini dimulai sejak siswa mempersiapkan materi dan merangkumnya di rumah, kemudian disampaikan dikelas dan didiskusikan bersama-sama. Peran siswa disini khususnya siswa yang pandai sebagai penyampai materi kepada teman sebayanya yang belum faham dengan kontrol dari guru.
Hasil Belajar IPS
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil pembelajaran: “(1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita” (Sudjana, 2004: 22). Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 250-251), “hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (2006: 30), “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Nasution (2002:45) berpendapat bahwa ”hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik”. Dengan selesainya proses pembelajaran pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses pembelajaran anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum khususnya Ilmu Pengetahuan Sosial.
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
Mulyono (2000:8) memberi batasan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai berikut: Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu pendekatan interdsipliner (inter-disciplinary approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.
Untuk mengungkapkan hasil belajar dan untuk mengukur hasil belajar IPS diperlukan evaluasi atau tes prestasi belajar. Winkel (2001: 313) menyatakan bahwa: evaluasi berarti, penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai. Oleh siswa dan tetap proses mengajar. Belajar mengandung penilaian terhadap proses belajar atau proses belajar itu sampai berapa jauh keduanya dapat dinilai baik. Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa evaluasi mengandung penilaian terhadap hasil belajar dan proses belajar yang dicapai siswa. Jadi evaluasi dapat diartikan merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu. Adapun jenis penilaian sesuai dengan kurikulum pendidikan Sekolah menengah .adalah: “1) ulangan harian, 2) ulangan prestasi belajar siswa dilaksanakan setiap akhir siklus”. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penelitian ini khusus materi persiapan kemerdekaan Indonesia.
Benyamin Bloom dalam Sudjana (1990:22) mengklasifikasikan hasil belajar yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu (1) Ranah kognitif: Berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, (2) Ranah afektif: Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, internalisasi, (3) Ranah psikomotor: Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Slameto, 2003:2). Faktor dalam (internal), yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar. Faktor luar, yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang belajar.
Kerangka Berpikir
Penerapan metode resiprocal teaching dalam hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Melalui penerapan metode resiprocal teaching diharapkan siswa akan lebih aktif dan lebih bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Melalui pengalaman langsung dalam kegiatan belajarnya tersebut maka konsep-konsep dasar materi lebih dikuasai oleh siswa secara optimal dan tidak akan cepat dilupakan sehingga apabila dilaksanakan kegiatan tes, hasil belajar siswa akan naik/meningkat.
Tahapan-tahapan belajar dari teori belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Bimbingan yang cermat dan tepat dapat mendorong kepercayaan diri siswa yang pada akhirnya akan dapat menumbuhkan motivasi intrisik. Jika kepercayaan telah tumbuh, maka akan mudah bagi siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Tahapan-tahapan belajar juga memberikan pengalaman belajar yang terstruktur, di mana pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan lebih tahan lama dalam memori karena siswa membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1) melalui metode pembelajaran Resiprocal Teaching dapat meningkatan hasil belajar IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. 2) melalui metode pembelajaran Resiprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Subyek penelitian perbaikan ini adalah siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo yang berjumlah 27 siswa. Terdiri dari 12 anak laki-laki dan 15 anak perempuan.
Penelitian dilaksanakan diSDN Dukuh 01 Sukoharjo yang terletak di Desa Dukuh Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan dengan dua siklus, mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2015. Ketentuan waktu penelitian mengacu pada kalender pendidikan 2014/2015 yang ada di SDN Dukuh 01 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian direncanakan untuk mengimplementasikan tindakan kelas yang meliputi komponen-komponen perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Adanya langkah-langkah dalam setiap tindakan ini dengan dasar pemikiran bahwa di dalam suatu mata pelajaran terdiri dari beberapa kompetensi dasar, dan kompetensi dasar terdiri dari beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali pertemuan. Guru melakukan refleksi untuk mendiaknosis keadaan dan mencobakan alternatif tindakan untuk kemudian dievaluasi keefektifitasannya.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, teknik tes, dan analisis dokumen. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan lembar pengamatan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar IPS pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Data tersebut berupa nilai prestasi belajar siswa. Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif.
Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan penelitian mencakup indikator hasil belajar siswa. Indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1)Ada perubahan hasil belajar (post test) secara berkelanjutan dari nilai pra siklus ke siklus pertama dan seterusnya; 2)Siswa dianggap menguasai materi dan mencapai ketuntasan belajar secara klasikal apabila nilai rata-rata kelas sudah mencapai ketuntasan dengan KKM > 75 atau dengan nilai rata-rata kelas > 75; 3)Pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80%, yaitu jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan dengan KKM > 75 mencapai > 80% dari jumlah siswa yang ada.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal tindakan merupakan hasil refleksi terhadap pencarian fakta tentang pembelajaran IPS Materi “Persiapan Kemerdekaan Indonesia” pada siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Data refleksi diperoleh dari pengamatan terhadap hasil tes belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses atau hasil ulangan harian.
Hasil tes diperoleh dari nilai ulangan harian yang diperoleh dari 27 orang siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Berdasarkan nilai ulangan harian, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh adalah sebesar 50, nilai tertinggi sebesar 90, dan nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar 67.04. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 67.04 < KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 75.00. Atas dasar hal tersebut, maka siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, dari 27 siswa yang ada, jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > KKM baru mencapai 6 orang siswa (22.22%). Sisanya sebanyak 21 orang siswa (77.78%) belum mencapai batas tuntas. Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 belum mencapai batas tuntas penguasaan penuh secara klasikal yang dipersyaratkan > 80.00%.
Deskripsi Tindakan Siklus I
Refleksi hasil tindakan Siklus I diperoleh dari hasil tes yang dilaksanakan pada akhir pertemuan kedua. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 60, nilai tertinggi sebesar 90, dan nilai rata-rata sebesar 73.33. Mengingat nilai rata-rata yang diperoleh siswa > KKM sebesar 75.00 maka siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari ketuntasan belajar, hasil tes akhir tindakan Siklus I menunjukkan bahwa jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > KKM adalah sebanyak 16 orang siswa (59.26%). Sisanya sebanyak 11 orang siswa (40.74%) masih belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran dengan metode pembelajaran Resiprocal Teaching sebagai berikut:Penerapan metode pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Resiprocal Teaching pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan dari sebesar 67.04 pada kondisi awal meningkat menjadi 73.33 pada akhir tindakan Siklus I. Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 22.22% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan meningkat menjadi 59.26% pada akhir tindakan siklus I
Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I adalah: (a) belum berubahnya pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran berpusat pada siswa; (b) masih rendahnya kemampuan siswa untuk memahami materi yang di berikan; (d) ketuntasan kelas secara klasikal dengan nilai rata-rata ≥ 75.00 serta dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal sebesar > 80.00% belum tercapai.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan Siklus II dapat diketahui bahwa terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 70, nilai tertinggi sebesar 95, dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 80.00. Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa > KKM yang ditetapkan sebesar 75.00, maka siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 secara klasikal sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa, jumlah yang mencapai batas tuntas minimal adalah 25 anak dengan nilai > 75.00 atau 92.59% dan hanya ada 2 anak atau 7.41% siswa belum memenuhi KKM. Karena nilai rata-rata hasil belajar pada Siklus II adalah 92.59%, maka tingkat penguasaan penuh secara klasikal sebesar 80% sudah tercapai.
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Resiprocal Teaching sebagai berikut. Penggunaan metode pembelajaran Resiprocal Teaching pada tindakan pembelajaran Siklus II berhasil meningkatkan dampak peningkatan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.04 pada kondisi awal menjadi 73.33 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 80.00 pada akhir Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, yaitu dari 22.22% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan menjadi 59.26% pada akhir tindakan siklus I, dan meningkat menjadi 92.59% pada akhir tindakan Siklus II.
Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I sudah dapat tercapai pada tindakan Siklus II. Hal tersebut adalah: (a) belum tercapainya tingkat penguasaan penuh secara klasikal sebesar > 80.0% pada tindakan Siklus I, sudah dapat terpenuhi pada tindakan Siklus II; dan (b) kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah sudah cukup baik.
Pembahasan Hasil Tindakan
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa ”Pembelajaran dengan metode pembelajaran Resiprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia bagi siswa Kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo tahun Pelajaran 2014/2015” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Pada kondisi awal, hasil belajar siswa cukup rendah. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai rata-rata hasil belajar sebesar 67.04 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 22.22%. Kondisi tersebut diindikasikan disebabkan karena proses pembelajaran yang kurang mampu mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran cenderung bersifat teacher-centered dan didominasi guru.
Guna mengatasi hal tersebut maka guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Resiprocal Teaching. Metode pembelajaran Resiprocal Teaching merupakan suatu metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuan mereka melalui proses mencari dan menemukan. Penggunaan metode ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk menemukan istilah-istilah penting yang belum diketahui.
Upaya perbaikan yang dilakukan guru cukup berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 67.04 pada kondisi awal menjadi 73.33. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 22.22% pada kondisi awal menjadi 59.26% pada tindakan Siklus I.
Peningkatan tersebut dipandang belum optimal, karena tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80%. Berpijak dari kondisi tersebut maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II.
Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II adalah dengan lebih menfokuskan kegiatan belajar siswa. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas siswa agar lebih aktif berinteraksi dalam pembelajaran.
Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 73.33 pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 80.00 pada tindakan Siklus II. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 59.26% pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 92.59% pada tindakan Siklus II.
Langkah perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai hasil refleksi dari evaluasi tindakan pembelajaran pada siklus sebelumnya merupakan upaya guru untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam setiap siklus pembelajaran sudah sesuai dengan pandangan Richards, yaitu dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: (1) menetapkan dan mengkomunikasikan tujuan pembelajaran pada awal pembelajaran suatu unit; (2) memberikan umpan balik terhadap tujuan-tujuan tersebut; (3) meninjau ulang tujuan pembelajaran secara terus-menerus dan sistematis; dan (4) memberikan umpan balik yang bersifat sumatif terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Langkah tersebut ternyata mampu mendorong siswa untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Dorongan yang diberikan guru dapat menciptakan keberanian dalam diri siswa untuk berinteraksi dalam pembelajaran dan meningkatkan rasa percaya diri siswa. Hal ini dapat mendorong adanya keinginan untuk melakukan suatu usaha dengan melakukan latihan dalam proses belajar pada diri siswa. Dengan demikian maka aktivitas belajar siswa semakin meningkat dalam proses pembelajaran. Meningkatnya aktivitas belajar tersebut pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
P E N U T U P
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran IPS dengan model pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Dukuh 01 Sukoharjo khususnya pada pokok bahasan persiapan kemerdekaan Indonesia. Hal ini di tunjukkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.04 pada kondisi awal menjadi 73.33 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 80.00 pada akhir Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 22.22% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan meningkat menjadi 59.26% pada akhir tindakan siklus I, dan meningkat menjadi 92.59% pada akhir tindakan Siklus II.
Saran
Saran penelitian bagi siswa disarankan untuk berperan aktif pada proses pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran resiprocal teaching dalam pembelajaran IPS. Saran bagi guru disarankan agar dapat mengkondisikan kelas sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Saran bagi sekolah agar dapat berperan aktif dalam mendukung penerapan metode pembelajaran resiprocal teaching dalam proses pembelajaran IPS karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Suyitno. 2006. Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Bahri Djamarah, Syaiful dan Zain, Aswan, 2000. Strategi Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1990. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algosindo.
______. 2000. Penilaian Hasil Proses Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.
______. 2004. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Bandung: Publikasi, FIP IKIP Bandung.
Nasution. 2002. Psikologi Pengajaran Nasional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Oemar Hamalik. 1994. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung; Sinar Baru Algesindo
______. 2006. Proses Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara
Slameto. 2005. Didaktik Metodik. Jakarta: Pustaka Jaya.
Slavin. 1997. Educational Psychology, Theory into Practice. 5th edition. Massachussetts:Allyn and Bacon Publisher.
Suharsimi Arikunto. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
______. 2006. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wiriatmaja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
WS. Winkel. 2001. Psikogi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.