PENERAPAN METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS IX A SMP NEGERI 3 PATI

SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Ro’aeta

SMP Negeri 3 Pati

 

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada matapelajaran Bahasa Inggris semester gasal pada di kelas IX A SMP Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2018/2019 melalui penerapan metode Talking Stick. Penelitian ini dilakukan secara partisipasif yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil prestasi belajarnya yang memenuhi ketuntasan belajar sebesar 56,67 %. Hasil penelitian ini diperoleh hasil yang signifikan 1) Motivasi belajar siswa dengan katagori sangat tinggi 50,00% dan tinggi meningkat 30,00%. Dan 13,33%, untuk motivasi pada kriteria sedang dan kurang ada penurunan sebesar 6,26 dan 6,67%. 2) Hasil ketuntasan belajar siswa pada prasiklus ke siklus tampak perubahan yang signifikan dari data ketuntasan belajar klasikal siswa pada prasiklus sebesar 56,67 meningkat menjadi 76,67 naik sebesar 20,00 dan meningkat lagi sebesar 13,33 pada siklus II. Menjadi 90,00. Pada ketuntasan individual juga terdapat peningkatan juga pada sebelum dilakukan tindakan kelas sebesar 76,67 dan pada siklus I menjadi 81,67 jadi terdapat peningkatan sebesar 5,00 dan meningkat pula pada siklus II sebesar 4,50.

Kata Kunci: Talking Stick, motivasi, hasil belajar

 

PENDAHULUAN

Pada hakekatnya pengajaran Bahasa Inggris bagi siswa khususnya pada tingkat SMP mempunyai satu tujuan yaitu, agar terampil dalam berbahasa. Terampil dalam berbahasa bisa tercermin pada perilaku anak setiap hari, dalam aspek-aspek ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Pada kenyataan di lapangan selama ini banyak siswa kelas IX terutama kelas IX A Semester Gasal SMP Negeri 3 Pati mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran Bahasa Inggris. Salah satu teks yang harus dikuasai oleh peserta didik di SMP adalah teks interaksi transaksional.

Hasil belajar Bahasa Inggris di kelas IX A semester genap SMP Negeri 3 Pati masih rendah, terutama hasil belajar pada kompetensi materi teks interaksi transaksional. Hal ini didasarkan pada fakta dan data bahwa hasil ulangan harian untuk kompetensi tersebut hasilnya belum memuaskan. Dari jumlah siswa sebanyak 30 yaitu pemahaman tentang materi teks transaksional ada 17 siswa (56,67 %) yang tuntas KKM, Rata-rata nilai untuk indikator diatas masih rendah yaitu 76,67 dan belum memenuhi KKM yaitu 80. Hal itu juga disebabkan karena motivasi belajar Bahasa Inggris yang rendah. Untuk itu perlu dilakukan perubahan metode pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa dalam mapa pelajaran Bahasa Inggris.

Selama ini pembelajaran Bahasa Inggris yang dilakukan oleh peneliti masih banyak menyajikan pembelajaran di dalam kelas secara konvensional padahal dalam pembelajaran Bahasa Inggris banyak materi yang memungkinkan bagi guru utuk melakukan pembelajaran di lingkungan sekolah, sehingga masih banyak masalah antara lain: 1. Berorientasi pada guru, 2. Siswa dijadikan obyek bukan subyek. 3. Siswa kurang aktif, 4. Siswa kurang bersemangat, 5. Siswa kesulitan bertanya atau mengemukakan pendapat, 6 Prestasi kurang memuakan atau tidak memenuhi ketuntasan belajar. Sebagai guru peneliti dituntut untuk dapat mengembangkan berbagai metode pembelajaran sehingga pembelajaran Bahasa Inggris akan lebih menyenangkan dan diminati oleh peserta didik.

Hal ini juga berakibat pada kelas IX A SMP Negeri 3 Pati sebagian besar siswanya kurang bergairah belajar. Untuk menghadapi fenomena itulah guru di tuntut untuk bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga bisa memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Inggris adalah dengan menggunakan model pembelajaran Talking stick. Diharapkan dengan model pembelajaran ini motivasi siswa menjadi meningkat dan hasil belajarnya juga meningkat.

Identifikasi masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di atas, maka permasalahan-permasalahan yang dihadapi:

1.   Mengapa hasil belajar siswa rendah?

2.   Faktor-faktor apa yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah?

3.   Bagaimana upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

Pembatasan Masalah

Dalam penelitian tindakan kelas ini variabel yang terlibat adalah motivasi dan hasil belajar siswa, dan model pembelajaran talking stick. Dalam penelitian ini yang dimaksud hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran. Model pembelajaran talking stick adalah model merupakan model pembelajaran yang aktif dengan cara bekerja kelompok , selanjutnya guru memegang tongkat dan diberikan kapada salah seorang siswa.

Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.     Apakah dengan melalui penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019?

2.     Apakah dengan melalui penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019?

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Model Pembelajaran Talking Stick

Talking stick merupakan model pembelajaran yang aktif dengan cara bekerja kelompok , selanjutnya guru memegang tongkat dan diberikan kapada salah seorang siswa (Wijayajati,2006;27). Jadi penerapan model pembelajaran talking stick adalah penggunaan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif dengan cara kerja kelompok , mengerjakan tugas, dan kemudian guru memegang tongkat yang diberikan kepada salah seorang siswa. Siswa yang mendapat tongkat tersebut kemudian diberi soal oleh guru, kemudian harus dijawab oleh siswa. Tongkat itu kemudian diberikan bergilir kepada siswa lain, siswa yag mendapat tongkat kemudian menerima pertanyaan dari guru dan harus menjawabnya. Demikian seterusnya , sampai semua siswa mendapat tongkat dan menerima pertanyaan dari guru serta menjawab pertanyaan guru.

Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Oemar Hamalik, 1992:173). Menurut H. Mulyadi (Mulyadi, Psikologi Pendidikan, Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, Malang, 1991:87) menyatakan bahwa definisi atau pengertian motivasi belajar adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar. Menurut Tadjab, (Tadjab MA Ilmu Pendidikan. Karya Abditama Surabaya 1990:102) pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Menurut McCombs (1991) pengertian motivasi belajar adalah kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang dapat ditingkatkan atau dipelihara melalui kegiatan yang memberikan dukungan, memberikan kesempatan untuk memilih kegiatan, memberikan tanggung jawab untuk mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas belajar yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pribadi. Dari macam-macam motivasi terdapat dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut “motivasi ekstrinsik”.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.

Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1) Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.

Kerangka Berpikir

Adapun alur berpikir Penelitian Tindakan Kelas dapat dideskripsikan sebagai berikut: pada penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan pada kondisi awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas, aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah. Guru belum menggunakan model pembelajaran talking stick dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru melakukan tindakan perbaikan yaitu dalam proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran talking stick.

Selanjutnya pada kondisi akhir setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran diharapkan melalui penggunaan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran talking stick mampu meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Hipotesis Tindakan    

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut tindakan:

1.   Penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019.

2.   Penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 3 Pati Jl. Kol. R. Sugiyono No.17 Pati Jawa Tengah 59112. Dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pati tahun ajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa yang terdiri dari 22 perempuan dan 8 laki-laki.

Indikator Kinerja Penelitian

Berdasarkan pengalaman sebelumnya perihal ketuntasan belajar peserta didik, maka ditetapkan indikator keberhasilan penelitian sebagai berikut.

Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika:

1.     Sekurang-kurangnya 85% peserta didik telah melampaui standar ketuntasan klasikal.

2.     Sekurang-kurangnya rata-rata nilai peserta didik adalah sama dengan KKM yaitu 80,00.

3.     Terjadinya peningkatan motivasi siswa (keaktifan bertanya, hasil karya siswa dan presentasi) yang signifikan.

Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari:

1.   Hasil belajar siswa melalui tes hasil belajar (pre test dan post test) dan nilai yang diperoleh berupa peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari hasil pre test dan pos test.

2.   Hasil evaluasi pada siswa pada setiap kali pertemuan.

3.   Lembar observasi aktivitas dan respon dari siswa serta guru dalam kegiatan pembelajaran.

Teknik Pembahasan dan Analisis Data

Analisis data terhadap hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil belajar (pre test dan post test) dengan cara persentase. Data kualitatif diperoleh dari penggunaan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskriptif.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Prosedur penelitian dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) Observasi dan 4) refleksi. Kempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Konsisi Awal

Kegiatan pembelajaran pada kondisi awal yang dilaksanakan masih di dominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya sebagai obyek yang menerima informasi dari guru. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered). Selain itu guru kurang kreatif dan inovatif dalam menciptakan proses pembelajaran yang hidup dan menyenangkan siswa. Kondisi ini menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang efektif , siswa kurang termotivasi dalam belajar sehingga pencapaian hasil belajar tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 80

Motivasi peserta didik terhadap pelajaran pada pra siklus pada kondisi pra siklus menunjukan hanya 3 peserta didik atau 10,00 % katagori motivasi sangat tinggi, 7 peseta didik atau 23,33 % motivasi tinggi, yang sedang 9 peserta didik atau 30,00 % sedangkan masih terdapat 11 peserta didik atau 36,67 % dengan motivasi yang kurang, jadi hampir sebagian besar peserta didik tidak percaya diri, kurang perhatian, relevansi dan kepuasannya masih kurang baik.

Prestasi belajar siswa kelas IX A masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes ulangan sebelum tindakan kelas IX A belum memenuhi KKM nilai rata-rata kelas = 76,67. Kriteria ketuntasan minimum (KKM) Matapelajaran Bahasa Inggris 80 pada pelaksanaan tindakan kelas ini. Siswa yang telah memenuhi kreteria ketuntasan minimum baru 56,67 % atau 17 siswa, sedang yang belum tuntas 43,33 % atau 13 siswa

 

Diskripsi Hasil Siklus I

Hasil belajar siswa dari hasil tes ulangan harian pada siklus I dapat dilihat bahwa perolehan siswa cukup bagus, walaupun masih ada 7 siswa atau 23,33 % yang belum tuntas atau masih dibawah nilai KKM. Dan siswa yang memenuhi KKM berjumlah 23 siswa atau 76,67 %. Ketuntasan naik 20 % dari pra siklus. Untuk rata-rata kelas juga mengalami kepingkatan 81,67 pada siklus I meningkat sebesar 5,00 dari pra siklus.

Hasil belajar siswa dari hasil tes ulangan harian pada siklus I dapat dilihat bahwa perolehan siswa cukup bagus, walaupun masih ada 7 siswa atau 23,33 % yang belum tuntas atau masih dibawah nilai KKM. Dan siswa yang memenuhi KKM berjumlah 23 siswa atau 76,67 %. Ketuntasan naik 20 % dari pra siklus. Untuk rata-rata kelas juga mengalami kepingkatan 81,67 pada siklus I meningkat sebesar 5,00 dari pra siklus

Berdasarkan hasil kegiatan pada siklus I, maka disusun rencana untuk melaksanakan proses perbaikan pembelajaran pada siklus II. Hal ini dimaksudkan agar kekurangan atau kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terulang kembali.

Dari hasil Refleksi pada Siklus I walaupun hasil ketuntasan individual sebesar 81,67 bebarti telah memenuhi criteria ketuntasan 80,00. Tetapi untuk criteria ketuntasan klasikal belum memenuhi criteria ketuntasan. Untuk itu masih diperlukan untuk dilakukan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus II.

Berikut kegiatan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran talking stick.

Deskripsi Hasil Siklus II

Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus I sebesar 86,17. Jumlah siswa yang belum tuntas KKM hanya berjumlah 3 orang atau 10,00 % , sedang siswa yang telah tuntas KKM sebanyak 27 orang atau 90,00 %. Ketuntasan individual juga meningkat sebesar 86,17 setelah menggunakan metode pembelajaran talking stick.

Dari hasil observasi tentang motivasi siswa setelah penerapan metode talking stick pada siklus II tampak pada tabel 3 tentang motivasi siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran talking stick ada perubahan yang signufikan.

Pada siklus II motivasi sangat tinggi meningkat menjadi 15 peserta didik atau 37,50%, katagori tinggi 9 siswa atau 30,00, katagori sedang 4 peserta didik atau 13,33% sedangkan peserta didik yang masih kurang berjumlah 2 peserta didik atau 6,67 %. Hal ini menunjukkan pada kondisi perhatian, relevansi sudah menunjukkan nilai rata-rata 3,75, percaya diri menunjukkan nilai 3,60 dan kepuasan menunjukkan nilai 3,65 maka termasuk kategori amat baik.

Pada refleksi siklus II, setelah dilakukan observasi perbaikan siklus II didiskusikan bersama observer disepakati bahwa penggunaan model pembelajaran talking stick berhasil dan dapat diberhentikan kegiatan perbaikan pembelajarannya karena pada akhir siklus II siswa sudah memenuhi nilaii KKM, baik ketuntasan klasikal, ketuntasan individual maupun motivasi belajar siswa. Berikut ini kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan menerapkan metode pembelajaran talking stick.

 

 

Deskripsi Hasil Antar Siklus

Hasil perbandingan motivasi peserta didik terhadap pelajaran pada pra siklus dan setelah siklus II atau setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick tampak pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4 Perubahan Tingkat Motivasi Siswa pada Pra Siklus dan Siklus II

No

Kriteria

Pra Siklus

Siklus II

Perubahan

1

Sangat Tinggi

10.00

50.00

 

40,00

2

Tinggi

23.33

30.00

6,67

3

Sedang

30.00

13.33

-16,67

4

Kurang

36.67

6.67

-30,00

 

Dari tabel 4 diatas terlihat bahwa kriteria motivasi siswa dengan katagori sangat tinggi dan tinggi meningkat, untuk katagori sangat tinggi pada pra siklus 10,00 dan setelah menggunakan tindakan menjadi 50,00 jadi ada perubahan meningkat sebesar 40,00. Juga untuk katagori tinggi pada pra siklus sebesar 23,33 meningkat menjadi 30,00 jadi terdapat perubahan peningkantan sebesar 6,67. Untuk motivasi pada kriteria sedang pada pra siklus sebesar 30,00 turun menjadi 13,33 setelah siklus II jadi terdapat penurunan sebesar 16,67. Pada kriteria kurang pada pra siklus sebesar 36,67 turun menjadi 6,67 jadi terdapat penurunan sebesar 30,00.

Dari tabel 5 dan Diagram 2 diatas tampak perubahan yang signifikan dari data ketuntasan belajar klasikal siswa pada prasiklus sebesar 56,67 meningkat menjadi 76,67 naik sebesar 20,00 dan meningkat lagi sebesar 13,33 pada siklus II. Menjadi 90,00. Pada ketuntasan individual juga terdapat peningkatan juga pada sebelum dilakukan tindakan kelas sebesar 76,67 dan pada siklus I menjadi 81,67 jadi terdapat peningkatan sebesar 5,00 dan meningkat pula pada siklus II sebesar 4,50. Sehingga dapat disimpulkan dengan adanya peningkatan motivasi belajar siswa dapat meningkatkan hasil belajar juga dengan demikian ketuntasan belajar dapat tercapai sesuai dengan tujuan penelitian.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian serta pembahasan dalam penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.       Sebelum dilakukan tindakan, berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa motivasi belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teks interaksi transaksional masih rendah. Ketuntasan personal yang dicapai adalah 76,76. Skor rata-rata tersebut masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Inggris dan kriteria keberhasilan penelitian, yaitu 80. Siswa yang mencapai KKM 56,67% dan 43,33% belum tuntas KKM. Hasil tes tersebut menunjukkan hasil yang kurang optimal, artinya tingkat ketuntasan secara klasikal belum tercapai.

2.       Setelah diadakan tindakan dengan model pembelajaran Talking Stick terdapat peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019. Peningkatan ini dapat dibuktikan dengan peningkatan baik secara proses maupun secara produk.

a.       Peningkatan proses menunjukkan konsistensi aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, hal ini bisa dilihat dari beberapa aspek observasi yang peneliti lakukan seperti perhatian siswa, gairah belajar, keaktifan dan peran siswa, dan suasana pembelajaran di kelas menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

b.       Peningkatan hasil belajar siswa dapat ditunjukkan dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat tampak perubahan yang signifikan dari data ketuntasan belajar klasikal siswa pada prasiklus sebesar 56,67 meningkat menjadi 76,67 naik sebesar 20,00 dan meningkat lagi sebesar 13,33 pada siklus II. Menjadi 90,00. Pada ketuntasan individual juga terdapat peningkatan juga pada sebelum dilakukan tindakan kelas sebesar 76,67 dan pada siklus I menjadi 81,67 jadi terdapat peningkatan sebesar 5,00 dan meningkat pula pada siklus II sebesar 4,50.

Saran

a.    Kepala Lembaga Pendidikan/ Kepala Sekolah

Menjadi lebih baik apabila hasil penelitian ini dijadikan pedoman oleh kepala sekolah dalam memimpin institusi pendidikan yang berorientasi pada peningkatan keterampilan belajar siswa.

b.    Bagi Guru

Guru dapat melaksanakan pembelajaran melalui berbagai strategi dan metode agar kompetensi dasar yang ditargetkan dapat tercapai dengan baik. Disamping itu melalui berbagai strategi dan metode maka pembelajaran yang disampaikan akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga akan membuat siswa lebih aktif dan senang untuk belajar.

c.  Bagi Siswa

Siswa harus lebih berani mengungkapkan ide/gagasan, dan membiasakan aktif dalam pembelajaran, karena hal tersebut merupakan alternatif yang paling jitu untuk meningkatkan keterampilan dalam menguasai bahan ajar.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT, A Rifa’i RC, E Purwanto & D Purnomo. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djamarah, Syaifu Bahri & Zain Aswan. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Banjarmasin.

Harminingsih. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar. On line at

http://harminingsih.blogspot.com/2008/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html [accessed 17 maret 2009].

Muid, Fatimah.2007. Inspirasi Sains Pelajaran BAHASA INGGRIS Terpadu untuk SMP Keas VII. Ganeca Exact, Jakarta.