Penerapan Model Mindmapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MELALUI MINDMAPPING UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR IPA SISWA SD
Didik Kurniawan
Krisma Widi Wardani
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar-FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan penerapan model kooperatif melalui mind mapping pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Jumo. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan model dari Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklusnya 3 pertemuan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan tes, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Indikator kinerja penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran melalui mind mapping mampu meningkatkan ketuntasan belajar siswa 90% dengan KKM 75. Hasilnya menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif melaluimind mapping mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD. Ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang tuntas,padapra siklus sebesar 61%, siklus Isebesar 80.7%, pada siklus II meningkat menjadi 93.5%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif melalui model mind maping dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas 5 SD Negeri 1 Jumo semester I tahun pelajaran 2017/2018.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif, Model Mind Mapping, Hasil Belajar IPA
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, maka IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, namun merupakan suatu proses penemuan dan memiliki sifat ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui tipemind mapping adalah suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar siswa secara visual dengan mengutamakan kerja sama kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan. Dengan melibatkan kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak siswa untuk menyerap informasi yang disampaikan guru dan sekitarnya. Mind mapping yang dibentuk oleh siswa akan berbeda macam bentuknya, hal ini disebabkan perbedaan emosi dan perasaan yang dialami oleh tiap-tiap siswa. peran guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan akan mempengaruhi hasil dari peta piiran yang dibentuk oleh siswa. dengan demikian guru diharuskan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk mendukung kondisi belajar siswa dalam pembuatan mind mapping.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada kelas 5 SD Negeri 1 Jumo kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan mata pelajaran IPA. Dilihat hasil masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, dimana KKM yang ditentukan adalah 75. Dari 31 siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 12 siswa, dan yang sudah mencapai KKM ada 19 siswa. rendahnya jumlah siswa yang tuntas KKM karena pemilihan model belajar ayang kurang tepat, sehingg masih nampak bahwa siswa masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajara, terlihat pada saat pembelajaran siswa masih kurang aktif untuk mencatat hasil pembelajaran, cepat merasa bosan dan kurang kesempatan mengembangan pemikiranya. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, perlu inovasi dalam pemilihan model belajar yang mendukung proses belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif melalui tipemind mapping merupan pembelajaran yang membuat siswa mampu menggali ide-ide kreatif dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif melalui tipemind mapping dipercaya dapat membantu guru untuk mengembangkan pemikiran siswa sehingga dapat menggali ide-ide kreatif dan aktif dalam kegiata pembelajaran serta dapat menguasi materi pembelajaran lebih cepat dan akurat.
Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah penerapan model belajar kooperatif melalui tipemind mapping dapat meningkatkan hasil belaja IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Jumo kecamatan Kedungjati kabupaten Grobogan semester I tahun pelajaran 2017/2018 ?
Berdasarkan rumusan masalah diatasmaka tujuan penelitian ini adalah unutk mengupayakan peningkatan hasil belajar IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif melalui tipemind mapping.
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat IPA
Menurut Laksmi Prihantoro dkk, 1986 (dalam Trianto, 2010: 137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.Hakekat IPA meliputi IPA sebagai proses yaitu proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, berupa pengetahuan yang sebelumnya belum didapatkan, bisa berupa pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan diri sendiri atau membaca referensi dari penemuan-penemuan terdahulu yang tertulis. IPA sebagai prosedur yaitu metodologi yang dipakai untuk mengetahui sesuatu atau penelitian, adanya menghubungkan pengetahuan yang terdahulu dengan pengetahuan yang baru, sehingga membentuk kesimpulan berupa pemahaman atau sebuah konsep. IPA sebagai produk maksudnya adalah hasil dari proses berupa pengetahuan, sekumpulan konsep-konsep dan fakta hasil dari proses dan prosedur yang telah ditempuh yang dapat dirangkai dan saling terkait berdasarkan kebenaran pengetahuan yang didapatkan.
Model Kooperatif
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok, terdapat unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Seperti yang dikatakan Suprijono (2014:73) pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Menurut Slavin dalam Etin (2007:4) model pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 sampai 6 orang. Tidak jauh berbeda pendapat Agus (2010:61) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan kemammpuan sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pelajaran yang dilakukan oleh suatu siswa secara berkelompok terdiri dari 4-6 orang.
Mind Mapping
Konsep Mind Mapping diperkenalkan oleh Tony Busan pada tahun 1970-an, sangat efektif untuk memunculkan ide terpendam yang dimiliki. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Herdian (2009:80) menyebutkan bahwa Mind Mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Mind Mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar siswa siswa secara visual. Dengan melibatkan kobinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak siswa untuk menyerap informasi yang diasmpaikan oleh seorang guru dan sekitarnya. Mind Mapping yang dibentuk oleh siswa akan berbeda macam bentuknya, hal ini disebabkan perbedaan emosi dan perasaan yang dialami oleh tiap-tiap siswa. peran guru dalam menciptakan suasana belajar yang yang menyenagkan akan mempengaruhi hasil dari peta pikiran yang dibentuk oleh siswa. dengan demikian guru diharusakan menciptakan susana yang menyenangkan yang mendukung kondisi belajar siswa dalam pembuatan Mind Mapping.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perkembangan mental siswa yang lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi siswa sebelum belajar. Poerwanti (2008:137) mengungkapkan bahwa, hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhap materi pembelajaran, untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru diharuskan memberikuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu gejala yang bersifat abstrak. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. semakin tinggi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa, Sudjana (2010:22).
Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan mebelajaran. Tidak jauh berbeda menurut Hamalik (2008:114) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru pada akhir kegiatan pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, hasil belajar diharapkan agar dapat membentuk pribadi yang mau belajar dan mendapatkan nilai lebih baik lagi.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas 5 semester I. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 3 tahapan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan dan Observasi, Refleksi. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dalam penelitian ini adalah model kooperatif dan model mind mapping sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar. Penelitian di laksanakan di SD Negeri 1 Jum pada 25-28 Juli 2017. Dengan subjek yang diteliti adalah siswa kelas 5 semester I mata pelajaran IPA.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain: 1. Teknik Tes, tes yang digunakan adalah untuk mengukur hasil belajar kognitif dalam bentuk tes soal pilihan ganda dan uraian. 2. Teknik Observasi, dengan menggunakan lembar observasi untuk mendapatkan data tentang pencapaian pengajar dalam pemberian perlakuan di dalam kelas. 3. Teknik Dokumentasi, dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dokumen-dokumen baik tertulis, gambar, maupun elektronik. Dalam penelitian ini yang paling utama adalah dokumen berupa gambar kegiatan siswa saat proses pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Perbandingan Hasil Belajar
Data kondisi awal dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan observasi, wawancara terhadap guru kelas dan dokumentasi daftar nilai hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 1 Jumo Kecamatan kedungjatiKabupatenGrobogan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 75. Nilai prasiklus diperoleh dari daftar nilai ulangan semester II. Selanjutnya pada Siklus I dan Siklus II dalam proses pembelajaran telah dilakukan tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif melalui mind mapping pada mata pelajaran IPA. Adapun hasil belajar siswa dapat dilihat perbandingannya pada tabel 1 Analisis Ketuntasan hasil belajar IPA.
Tabel 1 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No |
Ketuntasan |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
1 |
Tuntas |
19 |
61% |
25 |
80.7% |
29 |
93.5% |
2 |
Tidak Tuntas |
12 |
39% |
6 |
19.3% |
2 |
6.5% |
Jumlah |
31 |
100% |
31 |
100% |
31 |
100% |
|
Nilai rata-rata |
76.9 |
82.9 |
86.2 |
||||
Nilai tertinggi |
90 |
100 |
100 |
||||
Nilai terendah |
60 |
60 |
65 |
Sumber: Berdasarkan data hasil penelitian (2017)
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Dari tabel di atas nampak bahwa bukan hanya peningkatan jumlah Siswa Tuntas saja yang mengalami peningkatan, namun juga nilai rata-rata siswa juga meningkat, diikuti dengan peningkatan nilai pada nilai terendah baik di siklus I dan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif melaluimind mapping pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar.
Semakin meningkatnya persentase Tuntas dan menurunnya persentase Tidak tuntas membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif melalui mind mapping dalam mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar.
Pembahasan
Penerapan model pembelajaran kooperatif melaluimind mapping dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Peserta didik diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang peserta didik. (2) Guru menyampaikan materi dan tujuan yang akan dicapai. (3) setelah tebentuk kedalam kelompok, siswa membuat mind mapping dengan tahapan seperti, a) mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kunci dari ceramah tersebut, b) menunjukan jaring-jaring dan relasi-relasi anara berbagai poin/gagasan/kata kunci yang terkait dengan materi pelajaran, c) menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa diakses dalam satu lembar saja. (4) Tiap kelompok diminta untuk memaparkan hasil diskusi didepan kelas secara serentak (Mapping). (5) Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif melalui mind mapping oleh Rahayu Ratri, dkk (2012: 48) dan Miftahul (2013:307).
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok untuk melatih aktivitas kreatif dengan menciptakan suatu produk berupa mind mapping yang bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar.Hal ini sejalan denga penelitian Silverius Novie Paranso (2013), dan Yoga Dwi Prasojo (2012) telah membuktikan bahwa penerapan model pemebelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA, selain itu mind mapping mampu meningkatkan minat belajar dan hasil belajar IPS siswa yang telah dibuktikan oleh Yudy Guspriyanto (2012).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif melaluimind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
Saran
Penerapan model pembelajaran kooperatif melalui model mind mapping dapat menjadi salah satu pilihan pendekatan pembelajaran guna membantu menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta mutu pembelajaran di sekolah dengan menekankan pembelajar secara berkelompok untuk mencapai tujuaan pembelajaran melaluimind mapping sehingga mempercepat arus pemikiran suatu topik/materi sekaligus menjadi strategi ampun dalam menjalankan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2010Cooperative Learning. Surabaya. Pustaka Pelajar.
Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning
Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta
Buzan. 2004 memahami peta pikiran. Bandung. Interaksara.
Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika.
Huda. 2013. Model-Model PengajarandanPembelajaran. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Poerwanti. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.
Rahayu, Ratri. dkk. 2009.“Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Model Mind
Mapping Berbantuan CD Pembelajaran Terhadap Hasil Belajarâ€, dapat
diakses http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme.
Sudjana 2010. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar, bandung PT. Remaja
Rosdakarya.
Susanto. 2013. Teori Belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kharisma Putra Utama.
Etin. 2007. Cooperative Learning Analisi Model PembelajaranIPS. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
PT.Kencana.