Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas V SDN 03 Kwangsan
Jumapalo Kab. Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2015-2016
Warno, S.Pd., M.Pd.
Guru SDN 03 Kwangsan Jumapalo Kab. Karanganyar
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran cooperative learning dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SDN 03 Kwangsan Jumapalo Kab. Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2015-2016. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 22. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan setiap hasil tes persiklus. Hasil perbaikan pembelajaran dengan PTK ini adalah hasil perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran PAI selalu mengalami peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu 59,09 % ( siklus I ) ; 70 % ( siklus II ) ; 81,82 % ( siklus III ).
Kata kunci: Model pembelajaran cooperative learning, Kualitas pembelajaran, Pendidikan Agama Islam
PENDAHULUAN
Pendekatan pembelajaran cooperative learning merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hal ini mengakibatkan kualitas pendidikan Pendidikan Agama Islam harus ditingkatkan terutama bagi para siswa sekolah dasar sampai sekolah menengah. Penanaman konsep-konsep Pendidikan Agama Islam secara benar dan sistematis akan dapat membantu membentuk pola berfikir anak didik sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan siswa.
Soedjadi (2001 :1) menyatakan bahwa penyebab kesulitan memahami Pendidikan Agama Islam dapat bersumber dalam diri siswa dan di luar diri siswa. Dalam diri siswa dapat berupa rendahnya motivasi, dan sikap terhadap Pendidikan Agama Islam. Sedangkan dari luar diri siswa salah satunya dapat berupa metode pembelajaran yang kurang tepat dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibutuhkan pembelajaran yang merangsang siswa untuk melakukan pengamatan, penyelidikan serta mengolah informasi sehingga pada akhirnya siswa dapat memahami konsep secara bermakna. Pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dan berpusat pada siswa merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menekankan keaktifan siswa ini didasarkan oleh teori belajar kontruktivis. Slavin (2010 : 256) menyatakan:
“The essence of constructivist theory is the idea that learners must individually discover and transform complex information if they are to make it their own. Constructivist theory sees learners as constantly checking new information against old rules and then revising rules when they no longer work. This view has profound implications for teaching, as it suggests a far more active role for student in their own learning than is typical in many of classrooms. Because of the emphasis on student as active learners, constructivist strategics are often called student centered instructions”.
Kutipan di atas mengandung makna bahwa esensi teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransfrom informasi kompleks. Teori konstruktivis memandang siswa secara konstan mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai. Pandangan ini berimplikasi pada pengajaran, yang menyarankan siswa harus jauh lebih aktif. Karena penekanan keaktifan siswa, strategi konstrukivis sering disebut sebagai “pengajaran berpusat pada siswa”. Salah satu proses pembelajaran yang sesuai dengan teori konstruktivis adalah pembelajaran cooperative learning.
Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul : “ Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning dalam upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas V SDN 03 Kwangsan Jumapalo Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2015-2016 ”
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana model pembelajaran cooperative learning dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SDN 03 Kwangsan Kec. Jumapalo Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2015-2016”?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran cooperative learning dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SDN 03 Kwangsan Kec. Jumapalo Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2015-2016.
KAJIAN TEORI
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif yang dimaksud dalam penelitian mi adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan interaksi atau bekerja sama dalam mencapai tujuan berbagi informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah.
Menurut Slavin (1997) pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademik dan keterampilan antar pribadi. Setiap anggota-anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan tugas-tugas kelompok untuk mempelajari materi yang menjadi tugasnya.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana guru mengajarkan kepada siswa untuk bekerjasama dalam suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Sehingga dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Ciri ciri khusus pembelajaran kooperatif yaitu siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampun tinggi,sedang dan rendah, bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari kedudukan sosial dan jenis kelamin yang berbeda beda. Penghargan lebih berorientasi pada individu ( M.Nur:1999 ).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan agar siswa atau individu memperoleh pengalaman dan kecakapan hidup antara lain: memiliki rasa tanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada kelompoknya, pembagian tugas, kepemimpinan dan tanggung jawab yang sama dengan anggota di dalam kelompoknya, memiliki tujuan yang sama di dalam kelompoknya, keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, pertanggungjawaban secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.
Selain kecakapan hidup yang diperoleh oleh siswa,pembelajaran kooperatif juga dikembangkan untuk mencapai setidak tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial ( M.Nur : 2000 ).
Para ahli teori dan peneliti memberikan pandangan teoritis terhadap pembelajaran kooperatif tentang bagaimana individu belajar dari pengalaman. Pengalaman memberi wawasan, pemahaman dan teknik teknik yang sulit untuk dipaparkan kepada seseorang yang tidak memiliki pengalaman serupa. Tingkah laku kooperatif dipandang sebagai dasar demokrasi dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi. Kelas seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata, guru menciptakan di dalam lingkungan belajarnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan berpartisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar ketrampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan ketrampilan berpikir logis.
Belajar secara kooperatif menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dan pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa, menurut Johnson dan Johnson (dalam Lie, 1999:7). Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam Dimyati dan Mudjiono, (1999:166) tujuan pembelajaran kelompok adalah:
a) Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional.
b) Mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong-royong dalam kehidupan.
c) Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap anggota merasa dirinya sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab.
d) Mengembangkan kemampuan kepemimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Menurut Arends (1997), pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajarnya
b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
c) Bila memungkinkan, anggota berasal dari suku, ras budaya, jenis kelamin yang berbeda
d) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti langkah-langkah seperti pada tabel 2.1
Fase |
Tahap |
Prilaku guru |
1 |
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa |
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar |
2 |
Menyajikan informasi |
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan |
3 |
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar |
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien serta kerjasama |
4 |
Membimbing kelompok bekerja dan belajar |
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka |
5 |
Evaluasi |
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya |
6 |
Memberikan penghargaan |
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok |
Kualitas Pembelajaran
Kualitas diartikan sebagai mutu, tingkat atau nilai sedangkan pembelajaran menurut konsep komunikasi adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola piker yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikan, dan materi dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan. Dalam komunikasi banyak arah dalam pembelajaran, peran-peran tersebut bias berubah, yaitu antara guru dengan siswa dan sebaliknya, serta antara siswa dengan siswa “(Suherman, 2003: 8).
Menurut Mulyasa (2002: 101) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.
Menurut Mulyasa (2002: 105) dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK), terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan peningkatan motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan kata lain seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi). Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Qur’an dan hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.(Ramayulis 2005: 21)
Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di SD berfungsi sebagai berikut:
a) Pengembanan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dpat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk diri sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.
c) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
d) Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negative dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
e) Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
f) Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat.
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam bertujuan meingkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT seta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimangan antara: a) Hubungan manusia dengan Allah SWT, b) Hubungan manusia dengan sesame manusia, c) Hubungan manusia degan dirinya sendiri, d) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi lima unsur pokok: a) Al Qur’an, b) Ibadah, c) Aqidah, d) Akhlak, e) Syari’ah, f) Tarikh.
Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam
Pembinaan Pendidikan Agama Islam dikembangkan dengan menekankan keterpaduan ketiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Untuk itu guru agama perlu mendorong dan memantau kegiatan Pendidikan Agama Islam yang dialami oleh peserta didiknya di dua lingkungan pendidikan lainnya (keluargan dan masyarakat), sehingga terwujud keselarasan dan kesatuan tindak dalam pembinaannya.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 03 Kwangsan Kec. Jumapalo Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 22 orang dengan 9 perempuan dan 13 laki-laki.
Rancangan Penelitian
Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus yang meliputi: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) menurut Arikunto Suharsimi,2007 adalah seperti gambar berikut :
Plan
Reflective
Action / Observation
Siklus I
Recived Plan
Reflective
Action / Obesrvation
Siklus II
Recived Plan
Reflective
Action / Observation
Siklus III
Recived Plan
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
- Rencana (Plan) : adalah rencana tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki ,meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
- Tindakan ( Action ) : adalah apa yang dilakukan oleh peneliti / guru sebagai upaya perbaikan,peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
- Observasi ( Observation ) : adalah mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
- Refleksi ( reflection ) : adalah peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai keriteria.
- Revisi ( recived plan ) : adalah berdasarkan dari hasil refleksi ini, peneliti melakukan revisi terhadap rencana awal.
Teknik Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan tes.
Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul segera diolah untuk diadakan analisis. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul peneliti menggunakan deskriptif komparatif, yaitu data yang terkumpul pada setiap siklus disandingkan untuk dibandingkan sehingga akan diketahui peningkatan hasil belar siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Paparan Data dan Temuan Penelitian
SIKLUS 1
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 05 Juli s.d 12 Juli 2015 di SDN 03 Kwangsan Kec. Jumapalo Kab. Karanganyar, tahun pelajaran 2015-2016 dengan jumlah siswa 22 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Nilai tes Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Menerapkan Cooperative Learning Siklus I
No |
Nama |
Skor |
Keterangan |
|
Tuntas |
Tidak Tuntas |
|||
1 |
A |
55 |
|
√ |
2 |
B |
65 |
√ |
|
3 |
C |
65 |
√ |
|
4 |
D |
45 |
|
√ |
5 |
E |
45 |
|
√ |
6 |
F |
50 |
|
√ |
7 |
G |
50 |
|
√ |
8 |
H |
65 |
√ |
|
9 |
I |
65 |
√ |
|
10 |
J |
75 |
√ |
|
11 |
K |
55 |
|
√ |
12 |
L |
55 |
|
√ |
13 |
M |
65 |
√ |
|
14 |
N |
65 |
√ |
|
15 |
O |
60 |
|
√ |
16 |
P |
60 |
|
√ |
17 |
Q |
55 |
|
√ |
18 |
R |
55 |
|
√ |
19 |
S |
55 |
|
√ |
20 |
T |
75 |
√ |
|
21 |
U |
60 |
|
√ |
22 |
V |
60 |
|
√ |
Jumlah Total |
1300 |
|
|
|
Skor Maksimum Individu |
100 |
|
|
|
Skor Maksimum Kelas |
2200 |
|
|
Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas |
8 |
Jumlah siswa yang belum tuntas |
14 |
Klasikal |
Belum Tuntas |
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran cooperative learning diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 59,09 % atau ada 8 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 47,06 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran cooperative learning.
SIKLUS II
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 Juli s.d 26 Juli 2015 di SDN 03 Kwangsan Kec. Jumapalo Kab. Karanganyar tahun pelajaran 2014-2016. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut;
Tabel 4. 2 Distribusi Nilai tes Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Menerapkan Cooperative Learning Pada Siklus II
No |
Nama |
Skor |
Keterangan |
|
Tuntas |
Tidak Tuntas |
|||
1 |
A |
65 |
√ |
|
2 |
B |
75 |
√ |
|
3 |
C |
75 |
√ |
|
4 |
D |
60 |
|
√ |
5 |
E |
60 |
|
√ |
6 |
F |
60 |
|
√ |
7 |
G |
60 |
|
√ |
8 |
H |
75 |
√ |
|
9 |
I |
75 |
√ |
|
10 |
J |
85 |
√ |
|
11 |
K |
75 |
√ |
|
12 |
L |
75 |
√ |
|
13 |
M |
75 |
√ |
|
14 |
N |
75 |
√ |
|
15 |
O |
70 |
√ |
|
16 |
P |
70 |
√ |
|
17 |
Q |
65 |
√ |
|
18 |
R |
65 |
√ |
|
19 |
S |
65 |
√ |
|
20 |
T |
85 |
√ |
|
21 |
U |
65 |
√ |
|
22 |
V |
65 |
√ |
|
Jumlah Total |
1540 |
|
|
|
Skor Maksimum Individu |
100 |
|
|
|
Skor Maksimum Kelas |
2200 |
|
|
Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas |
18 |
Jumlah siswa yang belum tuntas |
4 |
Klasikal |
Belum Tuntas |
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70 % atau ada 18 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning.
SIKLUS III
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 20 Juli s.d 27 Juli 2015 di SDN 03 Kwangsan Kec. Jumapalo Kab. Karanganyar tahun pelajaran 2014-2016 dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Nilai tes Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Menerapkan Cooperative Learning Pada Siklus III
No |
Nama |
Skor |
Keterangan |
|
Tuntas |
Tidak Tuntas |
|||
1 |
A |
75 |
√ |
|
2 |
B |
85 |
√ |
|
3 |
C |
85 |
√ |
|
4 |
D |
75 |
√ |
|
5 |
E |
75 |
√ |
|
6 |
F |
75 |
√ |
|
7 |
G |
75 |
√ |
|
8 |
H |
85 |
√ |
|
9 |
I |
85 |
√ |
|
10 |
J |
95 |
√ |
|
11 |
K |
85 |
√ |
|
12 |
L |
85 |
√ |
|
13 |
M |
85 |
√ |
|
14 |
N |
85 |
√ |
|
15 |
O |
85 |
√ |
|
16 |
P |
85 |
√ |
|
17 |
Q |
75 |
√ |
|
18 |
R |
75 |
√ |
|
19 |
S |
75 |
√ |
|
20 |
T |
85 |
√ |
|
21 |
U |
85 |
√ |
|
22 |
V |
85 |
√ |
|
Jumlah Total |
1800 |
|
|
|
Skor Maksimum Individu |
100 |
|
|
|
Skor Maksimum Kelas |
2200 |
|
|
Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas |
22 |
Jumlah siswa yang belum tuntas |
– |
Klasikal |
Belum Tuntas |
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 % dari 22 siswa telah tuntas secara keseluruhan. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 100 % (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran melalui model pembelajaran Cooperative Learning sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai.
Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.4 Analisis Hasil Tes Tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Pembelajaran Cooperative Learning Sebelum dan Sesudah Tindakan.
No |
Nama |
Skor sebelum Tindakan Siklus 1 |
Skor setelah Tindakan 1 Siklus 2 |
Skor setelah Tindakan 2 Siklus 3 |
1 |
Rizki Sona Pratama |
55 |
65 |
75 |
2 |
Aduthia Arkhani Lutfiansah |
65 |
75 |
85 |
3 |
Amin Nurhuda |
65 |
75 |
85 |
4 |
Catur Adi Nugroho |
45 |
60 |
75 |
5 |
Dhiaz Bimantara |
45 |
60 |
75 |
6 |
Fuad Ahsan |
50 |
60 |
75 |
7 |
Hari Wijaya |
50 |
60 |
75 |
8 |
Jesi Okyta Dwi Sayrkti |
65 |
75 |
85 |
9 |
Khoirul Rahman Santoso |
65 |
75 |
85 |
10 |
Mahardika Fitra Ardana |
75 |
85 |
95 |
11 |
Mutia Nur Anisa |
55 |
75 |
85 |
12 |
Nadilha Sayekti |
55 |
75 |
85 |
13 |
Nur Fathan Algi Fahri |
65 |
75 |
85 |
14 |
Rasyid Eka Praditha |
65 |
75 |
85 |
15 |
Robbi |
60 |
70 |
85 |
16 |
Suci Novelia Nedianti |
60 |
70 |
85 |
17 |
Triva Sahroni Hidayat |
55 |
65 |
75 |
18 |
Usnul Khotimah |
55 |
65 |
75 |
19 |
Muh Triaji Utomo |
55 |
65 |
75 |
20 |
Rizki Pratama |
75 |
85 |
85 |
21 |
Danuri Tri Pamungkas |
60 |
65 |
85 |
22 |
Ari Hendra Pratama |
60 |
65 |
85 |
Jumlah Total |
1300 |
1540 |
1800 |
|
Skor Maksimum Individu |
100 |
100 |
100 |
|
Skor Maksimum Kelas |
2200 |
2200 |
2200 |
Dari hasil tabel tersebut dapat dilihat bahwa:
a. Terjadi peningkatan kualitas pembelajaran setelah diberi tindakan yaitu 59,09 % menjadi 70 % ada kenaikan sebesar = 10,91 %.
b. Dari sebelum tindakan untuk Bahasa Inggris ( siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan ( siklus 2 ) 59,09 % menjadi 70 %, dan dari (siklus 2) ke ( siklus 3 ) juga ada peningkatan sebanyak 81,82 % – 70 % = 11,82 %.
c. Rata – rata siswa sebelum diberi tindakan 47,06 % ( siklus I ) naik 82,35% siklus II, dan siklus III meningkat menjadi 100 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu masing-masing 62,06 % ; 70 % ; 81,82 %.
Dari analisis data di atas bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning diterapkan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V, yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada siswa di SDN 03 Kwangsan Kec. Jumapalo Kab. Karanganyar, oleh karena itu diharapkan kepada para guru SD dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning.
P E N U T U P
Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SDN 03 Kwangsan Kec. Jumapalo Kab. Karanganyar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu 59,09 % ( siklus I ) ; 70 % ( siklus II ) ; 81,82 % ( siklus III ).
Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar di sekolah dasar ( SD ) lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :
- Untuk melaksansakan metode pembelajaran Cooperative Learning memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pemberian model pembelajaran Cooperative Learning sehingga diperoleh hasil yang optimal.
- Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, di mana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
- Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN 03 Kwangsan Kec. Jumapalo Kab. Karanganyar tahun pelajaran 2015-2016.
DAFTAR PUSTAKA
Arends,Richard,1977.Classroom instruction and management.New York: Mc.Graw-Hill Companies,inc.
Arifin,Mulyati,1995.Pengembangan program pengajaran bidang studi IPS .Surabaya:Airlangga University Press.
Arikunto,Suharsimi,2007.Penelitian Tindakan Kelas .Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Barnett, A.R. 1980. Intermediate Algebra : Structure and Use. New York : Mc. Graw Hill Companies
Dahar,Ratna,Willis,1989.Teori teori belajar.Jakarta : Erlangga
_______________.2007.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : PT.Bumi Aksara
Depdikbud,1993.Kurikulum sekolah menengah umum dan garis garis besar program pengajaran ( GBPP ) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Depdikbud.
Depdiknas RI,2004.Undang Undang No 20 tentang sistem pendidikan nasional ( SISDIKNAS ) Jakarta : Depdiknas.
___________. 2006. Kurikulum 2006. Jakarta : Depdiknas
. Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta : Dirjen Dikti P2LPTK Depdikbud.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah dan Zein, (1994). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Dirjen Dikti P2LPTK Depdikbud.
Lickona,T. 1992. Educating for Character. New York: Bantam Books
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Rusyan.A. T. 1993.Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar. Bandung: Bina Budhaya
Sardiman, A. M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rajagrasindo Persada.
Sagala, Syaiful.2006.Konsep dan makna pembelajaran.Bandung: CV Alfabeta.
Slavin, S.E. 1997. Educational Psychology. Theory Into Practices. Fifth Edition. Boston : Allyn Bacon Publishers.
Sitorus.M 1995.Panduan Belajar Pendidikan Agama Islam SD .Jakarta : CV Erlangga.
Soedjadi,1991.Evaluasi hasil belajar dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan,Media pendidikan Pendidikan Agama Islam No 1 tahun 1 Surabaya: IKIP Surabaya.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Jakarta : Depdikbud.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Barn Algesindo. Bandung.
Syaiful, B.2002. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta
Winataputra, Udin S. 1990. Konsep dan Strategi Pendidikan Moral Pancasila (Suatu Penelitian Kepustakaan ). Jakarta: Universitas Terbuka.