PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS IV SDN 01 JATIREJO
JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015.
W I J O, S.Pd.
Guru/KS SDN 01 Jatirejo Jumapolo Kabupaten Karanganyar
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar tentang materi globalisasi mata pelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran interaktif pada siswa kelas IV SDN 01 Jatirejo Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Ajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 01 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar yang berjumlah 20 orang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan nontes.Data di analisis dengan teknik deskriptif komparatif, yaitu data yang terkumpul pada setiap siklus disandingkan untuk dibandingkan sehingga akan diketahui peningkatan hasil belar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran interaktif dengan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi globalisasi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas IV SD Negeri 01 Jatirejo Jumapolo Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015 secara signifikan yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 60% dan pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat drastis menjadi 95% dan telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian.
Kata kunci: model pembelajaran interaktif, prestasi belajar, PKn.
PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pembelajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bekerja keras, disiplin, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan kesetiakawaan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembaangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999: 56).
Pada kebanyakan praktik guru selalu dihadapkan pada suatu kenyataan tentang keanekaragaman kemampuan siswa. Keanekaragaman kemampuan ini akan membuat tingkat penguasaan belajar yang berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lain, sehingga ada siswa yang mencapai prestasi belajar yang amat baik, dalam arti menguasai seluruh bahan pelajaran. Tetapi ada pula siswa yang tidak mampu mencapai prestasi bahan belajar secara tuntas, begitu pula ada siswa yang memang tergolong memiliki kemampuan akademik yang kurang. Jika siswa yang tidak mampu menguasai bahan belajar secara tuntas ini dibiarkan terus menerus, akan berdampak negatif terhadap penguasaan bahan pelajaran pada pembelajaran berikutnya,sehingga bahan belajar yang belum mampu dikuasai menjadikan siswa mengalami kesulitan untuk mengejarnya.
Guru yang berkompetensi dan profesional harus dapat mengorganisasikan kelasnya dalam berinteraksi kepada siswa, mampu untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan sehingga guru mampu menciptakan sumber daya manusia yang handal, berpotensi, mandiri bersikap kritis dalam menghadapi segala perkembangan IPTEK dimasa yang akan datang. Pembelajaran yang aktif dan efektif haruslah mampu mendorong siswa untuk mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan dengan teman belajarnya. Dalam pembelajaran yang aktif dan efektif yang paling penting bagi siswa adalah perilaku memecahkan masalah sendiri, memberi contoh-contoh, mencoba keterampilan dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang dimiliki atau yang harus dicapai (Melvin Silberman, 2009: 13).
Dalam melaksanakan tugas sebagai guru kelas Sekolah Dasar masih banyak menemui berbagai masalah, diantaranya banyak pokok bahasan dari setiap mata pelajaran yang belum sepenuhnya dikuasai siswa sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan. Kendala yang dihadapi tidak hanya mutu dan kualitas siswa, tetapi menyangkut kompenen secara umum sebagai salah satu lembaga pendidikan, sarana dan prasarana sekolah yang sangat minim. Kurikulum pelajaran yang selalu mengalami perubahan dan penyempurnaan, cukup menjadi suatu kendala bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Buku pelajaran yang harus sesuai dengan standar kompetensi, kurangnya minat siswa dalam belajar yang dipengaruhi oleh kemajuan media elektronik yang canggih, membuat siswa lebih asyik bermain dari pada belajar demi masa depannya.
Pembelajaran di SD Negeri 01 Jatirejo khususnya kelas IV pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Globalisasi, penguasaan materi masih sangat rendah atau belum berhasil dengan baik. Maka dari itu perlu segera mendapat penanganan dan perhatian peneliti. Selain rendahnya prestasi belajar siswa, siswa belum berani untuk bertanya hal yang belum jelas dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Pola pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selama ini, hanya mengandalkan salah satu macam metode yang dianggap sesuai dengan kondisi sekolah yaitu metode ceramah dan jarang menggunakan alat peraga sebagai media belajar. Sehingga pembelajaran yang diharapkan belum tercapai dan hasil prestasi belajar secara maksimal sulit untuk dicapai.
Kenyataannya yang ada pada saat ini bahwa dalam komunikasi sering terjadi penyimpangan sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan efisien. Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ketidaksiapan peserta didik, kurang minatnya peserta didik, kurang sarana dan prasarana pembelajaran. Selain itu proses belajar mengajar tidak efektif dikarenakan, sebagian guru belum sepenuhnya menerapkan model-model pembelajran misalnya model pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran, kegiatan mengajar yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan membosankan, serta interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif, sementara siswanya pasif dan sebagian siswa kelas IV SD Negeri 01 Jatirejo memiliki nilai Pendidikan Kewarganegaraan diabawah KKM yang ditetapkan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran penulis mengadakan diskusi dengan teman sejawat dan menyimpulkan pokok permasalahan sebagai berikut: rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, siswa belum berani bertanya untuk hal yang belum jelas kepada guru, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
Dari pengamatan guru selama proses pembelajaran berlangsung selama pra siklus tampak hanya sekitar 50% dari 24 siswa kelas IV yang mendapat nilai kurang dari 60 dengan perincian sebagai berikut: 9 siswa mendapat nilai 20-40, 3 siswa mendapat nilai 41-50, 6 siswa mendapat nilai 60, 4 siswa mendapat nilai 70, dan 2 siswa yang mendapat nilai 80. Prestasi belajar tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu 60. Rendahnya prestasi belajar tersebut diduga akibat motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah sehingga terlihat banyak siswa kurang siap dalam menerima materi pelajaran setiap pertemuan.
Model pembelajaran Interaktif merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagi ide-ide, mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan menjawab pertanyaan secara lisan sehingga menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan ide atau jawaban di depan kelas. Masalah yang dapat penulis tangani hanya yang berkaitan dengan teknik pembelajaran dan rendahnya prestasi siswa, atau kesalahan metode pembelajaran guru dalam kaitan langsung melaksanakan tugasnya. Dari analisis penguasaan butir soal test formatif pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas IV tentang Globalisasi masih banyak siswa yang memperoleh nilai belum tuntas. Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka dalam penelitian ini memilih judul “Penerapan Model Pembelajaran Interaktif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Globalisasi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas IV SDN 01 Jatirejo Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar tentang materi globalisasi mata pelajaran PKn pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II tahun ajaran 2014/2015”?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar tentang materi globalisasi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan apakah dengan menggunakan model pembelajaran interaktif pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Ajaran 2014/2015.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Dalam hal ini juga ditekankan pada pentingnya perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak (Dimyati Mahmud, 2000:83). Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja (Sagala, 2005:37).
Menurut pengertian secara psikologis, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto (2003: 2) mengemukakan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Morgan dalam Ngalim Purwanto (2002: 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Menurut W.S. Winkel (2002:4) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Menurut Kerton and Jare (1978:119) belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga banyak memberikan pengalaman pada kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan dan kemahiran berdasarkan alat indera atau pengalamannya. Oleh karena itu, apabila setelah belajar seseorang tidak ada perubahan tingkah laku yang positif, dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajar belum sempurna. Pembelajaran merupakan proses dua arah mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan subjek turut serta dalam tingkah laku tertentu, dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dalam pendidikan. Pembelajaran merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa, serta kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan atau pemahaman yang baik terhadap materi pelajaran.
Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. W.J.S.Purwadarminta (Hamdani, 2011:137) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan atau dikerjakan). Qohar dalam Jamarah mengatakan bahwa prestasi sebagai hasil yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan. Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Prestasi belajar menurut Winkel (1996: 226) merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan Dick dan Reiser dalam Djamaah Sopah (2000) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun kelompok. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Selain itu ia juga mengemukakan prestasi mempunyai beberapa fungsi utama antara lain:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasi siswa.
b. Prestasi belajar sebagai lambang hasrat ingin tahu.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstren dari suatu intitusi pendidikan.
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hasil apabila tidak ada kegiatan. Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai, oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar memungkinkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedangkan pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan disini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu. Setiap individu yang belajar tentu dengan usaha atau kerja keras agar dapat mendapatkan hasil yang memuaskan. Keberhasilan seseorang mendapat kriteria ketuntasan minimal. Berikut ini akan dipaparkan tentang alat evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran, indikator hasil belajar, dan batas minimal hasil belajar. Dalam setiap usaha atau kejadian yang dilakukan, manusia selalu mendambakan keberhasilan. Begitu juga di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar mengajar selalu mendapatkan keberhasilan belajar. Dalam dunia pendidikan keberhasilan itu disebut dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan wujud keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran yang menuntut ketekunan dan kesungguhan dalam pelaksanaan belajar.
Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan usaha membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Dengan pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan mampu membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik. Menurut Zamroni, pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis. Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipasif melalui suatu pendidikan yang dialogial.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, serta ikut berperan dalam percaturan global.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu wakil pembinaan totalitas dari anak didik hendaknya tidak menampilkan dan menanamkan Pancasila sebagai konsep dan pengetahuan belajar tetapi Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu membina serta isi pesan dan nilai-nilai moral Pancasila, standar isi Pendidikan Kewarganegaraan adalah pengembangan: a ) Nilai-nilai cinta tanah air, b) Kesadaraan berbangsa dan bernegara, c) Keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara, d) Nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup, e) Korelasi berkorban untuk masyarakat, bangsa dan negara serta, f) Kemampuan awal bela Negara.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan disekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa di kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945, dan norma yang berlaku.
Proses belajar mencakup aktivitas siswa mencari, menerima, dan mengelola informasi serta melibatkan diri dalam interaksi sosial bersikap, berbuat, mengatur, dan menetapkan perilaku akhir dari belajar adalah terjadinya perubahan sikap konsep dan perilaku siswa sehingga menjadi lebih jelas, lebih masuk akal dan lebih bermanfaat bagi dirinya. Dilihat dari karakteristik siswa Sekolah Dasar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, menyelidik, penemu, pembelajaran, dan penciptaan karena siswa hendaknya diberi kesempatan untuk berinteraksi aktif dengan objek dan sumber-sumber lainnya. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
Pengertian Globalisasi
Globalisasi berasal dari bahasa inggris yaitu “globe” yang berarti bulat. Dapat diartikan juga menyeluruh. Globalisasi berarti keadaan dimana seluruh manusia dimuka bumi dapat saling berhubungan (berinteraksi) dengan cepat. Keadaan ini seolah-olah dunia adalah satu kesatuan yang tidak ada jarak. Jarak tidak lagi menjadi masalah karena adanya alat transportasi dan komunikasi yang modern. Globalisasi tidak pernah lepas dari kemajuan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya ilmu pengetahuan dan teknologi mempermudah sekaligus mempercepat urusan dan pekerjaan manusia. Hal ini menyebabkan interaksi antar masyarakat makin luas dan makin cepat. globalisasi menurut Emanuel Riclter globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan yang menyatakan masyarakat yang sebenarnya terpencar-pencar dan terisolasi ke dalam saling ketergantungan dan persatuan dunia. Hal ini sesuai dengan pendapat Selo Sumarjan Bapak Sosiologi Indonesia, globalisasi adalah terbentuknya organisasi dan komunikasi antara masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah yang sama.
Globalisasi mempunyai sisi positif dan negatif tergantung bagaimana cara seseorang menyikapi atau memandang serta kemampuan untuk memilih hal-hal positif dari globalisasi. Berikut dampak positif dari pengaruh globalisasi:
1) Mudahnya masyarakat memperoleh informasi, maka masyarakat memiliki wawasan yang lebih luas.
2) Adanya alat transportasi, semua kegiatan di daerah menjadi berjalan lancar.
3) Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran di bidang ekonomi.
4) Komunikasi mudah dilakukan, baik melalui hubungan langsung atau dengan menggunakan alat komunikasi.
Selain dampak positif terdapat juga dampak negatif dari pengaruh globalisasi adalah sebagai berikut:
1) Masuknya informasi dengan mudah melalui berbagai media dan elektronik dari luar tidak dapat dibendung dengan mudah.
2) Kebiasaan negara barat yang tidak sesuai dengan kebiasaan bangsa timur dapat mempengaruhi kejiwaan generasi bangsa Indonesia.
3) Karena mudahnya mendapatkan barang yang diperlukan, maka masyarakat akan mudah membelanjakan uangnya dengan membeli barang yang tidak diperlukan.
4) Jika tidak dapat memanfaatkan alat informasi misalnya televisi, maka banyak orang malas belajar karena banyaknya acara televisi yang menarik.
5) Perbuatan negatif yang sering ditayangkan di televisi sering ditiru oleh anak-anak, misalnya gaya bebas smack down.
Model Pembelajaran Interaktif
Model pembelajaran interaktif mengacu pada falsafah pendidikan kontrukvisme bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa bukan ditransfer dari guru. Dalam proses pembentukan pengetahuan tersebut, guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa. Menurut Faire dan Cosgrove (dalamHarlen: 1992), Model Pembelajaran Interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengembangkan potensi rasa ingin tahu siswa terhadap objek/peristiwa melalui pertanyaan. Model pembelajaran interaktif ini disebut juga pendekatan pertanyaan siswa. Dengan kata lain, guru menggali pertanyaan siswa mengenai materi pembelajaran yang sedang dibahas, kemudian siswa mencari jawabannya. Jawaban atas pertanyaan siswa dijawab oleh siswa. Namun, perlu diperhatikan untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan proses, yaitu proses pencarian informasi. Artinya, bukan pertanyaan yang dengan segera dapat dijawab oleh siswa.
Menurut Huda, A. (2012) Model Pembelajaran Interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran yang menunjang tercapainya tujuan belajar.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Interaktif
a. Persiapan: guru kelas memilih topik dan menemukan informasi yang melatarbelakanginya.
b. Kegiatan penjelajahan: lebih melibatkan siswa pada topik yang sedang dibahas.
c. Pertanyaan anak: guru kelas mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang topik yang dibahas.
d. Penyelidikan: guru dan siswa memilih pertanyaan untuk diekplorasi.
e. Refleksi: melakukan evalusi untuk memantapkan hal-hal yang terbukti dan memisahkan hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Kebaikan dan Keterbatasan
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing diantara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan pada peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pedekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan. Salah satu dari kebaikan dari Model Pembelajaran Interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan (observasi, penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa menjadi kritis dan aktif dalam belajar. Selain itu, siswa mencoba aktif menjawab pertanyaan dari guru. Penggunaan alat peraga atau media yang mendukung juga dapat menjadikan siswa lebih tertarik dan antusias dalam proses belajar mengajar. Langkah-langkah terstruktur seperti di atas menjamin bahwa pertanyaan siswa dikumpulkan dan serius ditindak lanjuti. Kelamahan dari model pembelajaran ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 01 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar yang berjumlah 20 orang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki.
Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini yaitu di SD Negeri 01 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar yang beralamatkan di Dusun Sembuh Desa Jatirejo Kecamatan Jumapolo.
Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang globalisasi pra siklus dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 03 Maret 2015, siklus pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 Maret 2015 dan pada siklus kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 07 April 2015.
Rancangan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, penulis merancang desain penelitian untuk dijadikan acuan pelaksanaan penelitian. Fokus penelitian tindakan kelas ini adalah penggunaan model pembelajaran interaktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 pada materi globalisasi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Rancangan penelitian disajikan dalam skema dibawah ini:
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan nontes. Data tes dikumpulkan melalui tes individu setelah dilakukan pembelajaran melalui pembelajaran interaktif, sedangkan data nontes dikumpulkan melalui lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan aktivitas guru selama proses pembelajaran.
a. Teknik tes
Teknik tes dilakukan untuk memperoleh data prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa melalui model pembelajaran interaktif. Tes dilaksanakan dalam bentuk uraian.Tes dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada akhir pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Hasil tes digunakan untuk mengukur ketercapaian dan peningkatan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi globalisasi.
b. Teknik Nontes
Teknik nontes digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran interaktif materi globalisasi. Teknik nontes dalam penelitian ini diterapkan melalui lembar pengamatan.
c. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul segera diolah untuk diadakan analisis. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul peneliti menggunakan deskriptif komparatif, yaitu data yang terkumpul pada setiap siklus disandingkan untuk dibandingkan sehingga akan diketahui peningkatan hasil belar siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV pada prasiklus dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran, beberapa siswa tidak konsentrasi pada saat guru menjelaskan materi, selain itu siswa juga tidak aktif pada saat pelajaran berlangsung lebih banyak diam dan hanya mendengarkan. Sebanyak 12 siswa di bawah nilai KKM atau sekitar 60 %, sebanyak 4 siswa mendapat nilai pas KKM atau sekitar 20 %, dan sebanyak 4 siswa mendapat nilai diatas KKM atau sekitar 20 %.
Siklus Kesatu
Berdasarkan hasil proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV pada siklus 1 dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa sudah mulai bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, siswa mulai berkonsentrasi penuh pada saat guru menjelaskan materi, namun ada beberapa siswa yang masih belum aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Sebanyak 8 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM atau sekitar 40 %, sebanyak 5 siswa mendapatkan nilai pas KKM atau sekitar 25 %, dan sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai di atas KMM atau sekitar 35 %.
Siklus Kedua
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV pada siklus 2 dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran, siswa aktif dalam proses pembelajaran berlangsung dan aktif dalam bertanya dan juga dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Materi yang diberikan dapat dipahami dangan oleh para siswa. Sebanyak 1 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM atau sekitar 5 %, sebanyak 3 siswa mendapatkan nilai pas KKM atau sekitar 15%, dan sebanyak 16 siswa mendapatkan nilai di atas KMM atau sekitar 80 %.
Pembahasan dari Setiap Siklus
Berdasarkan hasil pengamatan dengan teman sejawat pada pelakasanaan pra siklus penggunaan metode ceramah dan penggunaan alat peraga yang dilakukan oleh guru ternyata kurang efektif dan maksimal karena masih ada siswa yang tidak berkonsentrasi pada saat guru menjelaskan materi dan siswa juga tidak diajak terjun langsung untuk menggunakan alat peraga. Sehingga prestasi yang diperoleh tidak memuaskan, banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu sebanyak 12 siswa mendapat nilai di bawah 60,00. Sehingga pada siklus ke 1 peneliti menggunakan Model Pembelajaran Interaktif.
Pada siklus ke 1 guru menggunakan Model Pembelajaran Interaktif ternyata siswa lebih tertarik dan dapat merangsang motivasi siswa untuk bertanya dan dalam memahami materi pembelajaran. Banyak sekali temuan yang diperoleh guru yaitu pada kegiatan awal guru kurang rinci dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan guru kurang maksimal dalam penggunaan alat atau media pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Prestasi yang diperoleh masih kurang memuaskan yaitu sebanyak 8 siswa dari 20 siswa masih mendapat nilai di bawah KKM.
Pada siklus 2 ini guru memberikan perhatian lebih pada siswa yang masih pasif pada saat pembelajaran berlangsung dan lebih memaksimalkan penggunaan alat peraga atau media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Perbaikan yang nampak pada proses pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penggunakan Model Pembelajaran Interaktif dapat memotivasi siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran dan proses pembelajaran lebih bermakna dan siswa kreatif selama pembelajaran berlangsung.
b. Penggunaan alat peraga atau media pembelajaran yang maksimal dan kongkrit menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran serta pemahaman terhadap materi pelajaran semakin meningkat. Pada siklus ke 2 ini hasil evaluasi sudah memuaskan dan nilai rata–rata siswa mencapai 78,5 atau di atas kriteria ketuntasan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan, penulis dapat menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran interaktif dengan alat peraga yang mendukung dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi globalisasi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas IV SD Negeri 01 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015 secara signifikan yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 60% dan pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat drastis menjadi 95% dan telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian.
Dari keseluruhan hasil penelitian di atas maka hipotesis yang berbunyi “Penerapan metode pembelajaran interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Globalisasi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas IV SD Negeri 01 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015” telah terbukti kebenarannya.
Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, maka penulis menyampaikan beberapa yang perlu disampaikan oleh seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah:
a. Membuat kebijakan serta dukungan dalam pengembangan proses belajar mengajar di seklolah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar yang aktif di sekolah.
2. Bagi Siswa:
a. Meningkatkan keaktifan pada proses pembelajaran
b. Meningkatkan pemahaman pada pelajaran bagi siswa sendiri.
3. Bagi Guru:
a. Dapat mengetahui kelemahan dan kekurangan siswa dalam pembelajaran.
b. Dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
c. Hendaknya menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya materi pengaruh globalisasi.
d. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penggunaan alat peraga yang maksimal yang sesuai dengan materi pembelajaran agar siswa lebih aktif dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Huda. 2012. Model Pembelajaran Interaktif. http://www.slideshare.net.AhmadH6. Update tgl 11 Februari 2013.
Asrori Mohammad. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.
Dimyati Mahmud. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Perguruan Tinggi.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Irsyadi. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Interaktif. http://karyailmiah.um.ac.id/indek.php/disertasi/article/view/13842. Update tgl 09 Februari 2015.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Susanto Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Subini Nini, dkk. 2000. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.