UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR OPERASI HITUNG AWAL

MELALUI PEMANFAATAN ALAT PERAGA KARTU BILANGAN PADA SISWA KELAS I SDN 01 LEMAHBANG

JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR SEMESTER I TAHUNPELAJARAN 2015/2016

K. SUYATI, S.Pd

Guru SDN 01 Lemahbang Jumapolo Kabupaten Karanganyar

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi hasil belajar berhitung materi operasi hitung bilangan melalui alat peraga kartu bilangan pada siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukakan di Sekolah Dasar Negeri 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester I tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo yang berjumlah 12 siswa. Penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Agustus-Oktober 2015. Sumber data dan data dalam penelitian ini adalah hasil tes siswa dan dokumen. Metode pengumpulan data dalam penelitian observasi, dan analisis dokumen dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif komparatif. Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut: hasil perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran berhitung materi operasi hitung bilangan melalui alat peraga kartu bilangan selalu mengalami peningkatan dari sebelum siklus dan setelah siklus I, II, III. Hasil tersebut adalah: Nilai rata-rata berhitung sebelum siklus 64, siklus I 70, siklus II, 74, dan siklus III 82 Dengan demikian dalam penelitian ini setiap siklus selalu mengalami peningkatan prestasi secara signifikan, sehingga penelitian ini dapat diterima.

Kata kunci : Alat peraga kartu bilangan, Prestasi belajar, Hitung Bilangan

PENDAHULUAN

Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk perubahan. Kegiatan belajar merupakan aktivitas yang ditempuh siswa dengan tujuan untuk membentuk sikap perilaku dalam kehidupan sehari-hari untuk itu di dalam proses belajar mengajar seorang guru memiliki peran yang sangat penting. Seorang guru di tuntut agar hasil dari proses belajar dapat maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Untuk meraih harapan tersebut maka berbagai usaha guru selalu dicoba dan dilakukan. Salah satu upaya tersebut adalah penerapan pemanfaatan alat peraga dalam pembalajaran yang tepat. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, aktif dan efisien, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar dapat mengembangkan bahan pelajaran dan tujuan yang hendak dicapai. Di dalam proses belajar mengajar seorang guru memiliki peran yang sangat penting. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, aktif dan efisien, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar dapat mengembangkan bahan pelajaran dan tujuan yang hendak dicapai.

Belajar merupakan aktivitas untuk mengadakan perubahan tingkah laku dengan tujuan untuk membentuk sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi hal tersebut, maka guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan respon kepada anak, sehingga mau belajar, mau berpikir, sebab anak sebagai subjek utama. Pembelajaran di Sekolah Dasar perlu disediakan berbagai jenis alat peraga yang sesuai dengan karakter dan perkembangan peserta didik.

Langkah yang tepat apabila dipersiapkan sarana dan prasarana yang setepat‑tepatnya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas tinggi untuk menghadapi perkembangan dan persaingan yang diwarnai oleh perubahan yang serba cepat. Banyak benda atau objek yang dapat di jadikan sarana belajar mengajar bagi anak Sekolah Dasar yaitu mulai dari diri sendiri, guru, alam sekitar yang terdapat di lingkungan anak, alat permainan, sampai dengan sarana belajar mengajar, sarana yang telah ada di Sekolah Dasar harus digunakan secara optimal.

Pemilihan jenis sarana dapat ditentukan oleh guru sesuai dengan bidang‑bidang yang hendak dikembangkan dan juga disesuaikan dengan kebutuhan, minat serta kebutuhan, minat serta kemampuan anak dalam kegiatan belajar mengajar diusahakan agar pemanfaatan alat peraga tersebut dilakukan secara kreatif dan berfungsi ganda.

Sarana yang disajikan di Sekolah Dasar hendaknya dapat membantu guru untuk melaksanakan berbagai metode/teknik mengajar dalam proses belajar mengajar, serta membantu anak untuk melakukan kegiatan sesuai dengan minat, taraf perkembangan dan kemampuannya. Alat bantu peraga atau alat peraga merupakan bagian teknologi pengajaran, wujudnya dari yang sangat sederhana dan murah sampai yang sangat rumit dan mahal. Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran dapat berfungai untuk mengurangi verbalisme suatu pokok masalah dan dapat menvisualisasikan sesuatu yang abstrak menjadi konkrit, sehingga. memperjelas dan mempermudah berkomunikasi mengetahui sesuatu. Dengan berbagai fasilitas yang disediakan seperti lingkungan, peralatan, guru, metode Sekolah Dasar menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang teratur dan sistematis sifatnya. Kebutuhan yang diperlukan bagi anak Sekolah Dasar adalah meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan emosional.

Permasalahan tersebut muncul di SDN 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar yaitu kurangnya kreatifitas pada siswa disebabkan beberapa factor antara lain siswa belum mampu berhitung yang disebabkan karena kurangnya guru dalam memberikan bimbingan. Untuk itu maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian yang berjudul: Upaya Meningkatkan prestasi belajar operasi hitung awal melalui pemanfaatan alat perga kartu bilangan pada siswa kelas I SDN 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016.”

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah peningkatkan prestasi belajar operasi hitung awal dapat dicapai melalui pemanfaatan alat perga kartu bilangan pada siswa kelas I SDN 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan perbaikan

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar operasi hitung awal Melalui pemanfaatan alat perga kartu bilangan pada siswa kelas I SDN 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016.

KAJIAN TEORI

Pemanfaatan Alat peraga

Pemanfaatan alat peraga dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih melakukan suatu proses secara mandiri, sehingga siswa sepenuhnya terlibat untuk menemukan fakta untuk mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata. Melalui kegiatan pemanfaatan alat peraga siswa tidak menelan begitu saja sejumlah informasi yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengolah perolehannya dengan membandingkan terhadap fakta yang ditemui selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal itu sesuai dengan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dan reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan atau suatu pengertian (Uzer Usman dan Lilis S, 2003 : 99).

Pengertian Alat Peraga/Media dalam Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Sesuai dengan pendapat Sadiman “Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”, (Sadiman, 1998:6). Dari pendapat tersebut di atas pengirim pesan adalah guru sedangkan penerima pesan adalah anak. Pada dasarnya banyak sekali batasan yang diberikan orang tentang media. Seperti pendapat dua orang tokoh yang dikemukakan oleh Sadiman, (1998:28) tentang media adalah sebagai berikut: Gagne menyatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat mendukung untuk belajar. Sedangkan Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak untuk belajar, (Sumantri, 2004:6).

Dalam dunia pendidikan kita mengenal berbagai istilah yang digunakan untuk media; ada yang menggunakan istilah media dengan gambar dan tulisan, bahkan dalam kepustakaan asing ada sementara ahli yang menggunakan istilah media pendidikan atau keperagaan itu dengan istilah media visual. Dengan melihat penjelasan-penjelasan seperti tersebut di atas mereka dapat kita ambil kesimpulan bahwa media visual atau media gambar adalah Media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan, jenis media ini yang sering digunakan oleh guru-guru untuk membantu isi atau materi pelajaran yang terdiri dari gambar diam atau mati. Manfaatnya: (a) Dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih realistis, (b) Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender, buletin, dan sebagainya, (c) Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain, (d) Tidak mahal bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya, dan (e) Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua pelajaran

Prestasi Hasil Belajar

Prestasi itu berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu. Menurut Poerwodarminto prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan (1998:76). Menurut Ngalim Purwanto belajar adalah perubahan dalam pribadinya yang menyatakan diri sebagai pola baru daripada reaksi diri yang berupa kecakapan, sikap, atau kebiasaan, kepandaian atau suatu pengabdian (1998: 86).

Dari kedua pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dari suatu proses belajar mengajar yang dilakukan sehingga menimbulkan reaksi berupa kecakapan, sikap, kepandaian, kebiasaan, atau suatu pengabdian. Prestasi belajar secara konkret dilihat dari hasil nilainya. Namun dalam cakupan yang lebih luas, prestasi dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri siswa. Misalnya : siswa yang sebelumnya tidak bisa membaca dengan lancar dapat membaca lancar, siswa yang biasanya mendapatkan nilai cukup setelah belajar giat nilainya menjadi baik, siswa yang memiliki kebiasaan membolos berubah menjadi anak yang rajin. Contoh-contoh tersebut dikatakan sebagai prestasi karena terjadi perubahan dalam diri siswa. Prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor sebagai berikut:

1. Faktor individual, merupakan faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri seperti keadaan panca indera, minat, motivasi, kecerdasan.

2. Faktor sosial, merupakan faktor yang ada di luar individu tersebut seperti lingkungan sekolah sebagai sistem sosial dan lembaga pendidikan formal, dan lingkungan keluarga, lingkungan alam dan masyarakat (Ngalim Purwanto, 2003:102).

Operasi Hitung

Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yaitu berasal dari pihak guru maupun anak. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, serta teknik yang digunakan oleh guru sebagai sarana untukmenyampaikan materi. Sedangkan faktor dari anak yaitu minat belajar atau motivasi anak dalam mengikuti proses pembelajaran. Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan anak dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan mengelola kelas serta didukung oleh teknik yang sesuai dan sarana dan prasarana yang menunjang, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan dapat diterima oleh anak dengan baik apabaila anak juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif, dan efisien.

Kemampuan berhitung awal merupakan salah satu indikator dari pengembangan kemapuan siswa sekolah dasar kelas I. Kemampuan berhitung sangat diperlukan sebagai dasar dari mata pelajaran matematika dasar yang harus dikembangkan dan dikuasi oleh peserta didik kelas I dengan menggunakan metode permainan media realita alat peraga kartu bilangan . Pada permainan hitung ini dapat dimainkan di mana pun dan kapanpun oleh siswa kelas I Sekolah Dasar sesuai pengembangan yang ditentukan. Untuk mencapai standar kompetensi maupun kompetensi dasar berhitung ini digunakan dengan media realita alat peraga kartu bilangan yang ada disekitarnya. Dengan memperhatikan benda-benda di sekeliling anak, kemudian anak diajak memperhitungnya. Kemampuan berhitung ini merupakan salah satu ciri dari kecerdasan logika-matematika. Cara bermain melalui media realita alat peraga kartu bilangan adalah sebagai berikut::

a. Ajak anak menghitung jendela di ruangan, lalu pintu, lubang angin, benda-benda besar di rungan.

b. Ajak mereka keluar ruangan dan bersama-sama mereka hitunglah sepeda motor (atau mobil, jika ada) yang parkir di halaman sekolah.

c. Lepaskan mereka berpasangan, dan beri kesempatan mereka untuk menghitung suatu benda yang mereka pilih sendiri dan melaporkannya pada guru.

d. Ajaklah mereka berjalan-jalan. Bagi anak menjadi dua bagian, depan dan belakang. Barisan depan menghitung benda yang berada di sebelah kanan, dan barisan belakang menghitung benda-benda yang ada di sebelah kiri. Satu guru membimbing 1 barisan.

Realita artinya sesuatu yang nyata atau kenyataan. Jadi media realita adalah suatu sarana atau alat yang nyata makksudnya bukan abstras. Pemanfaatan bentuk-bentuk permainan melalui media realita dalam pembelajaran akan memberi iklim yang menyenangkan dalam proses belajar, sehingga siswa akan belajar seolah-olah proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar dengan rasa keharmonisan. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat agak santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang menyerap informasi, dan memperoleh kesan yang mendalam terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka panjang (Rubin, 1993 dalam Rofi’uddin, 2003).. Untuk itu perlu, diperhatikan struktur dan isi kuriklulum sehingga guru dapat membangun kerangka pedagogis bagi permainan. Struktur kurikulum terdiri atas (1) perencanaan yang mencakup penetapan sasaran dan tujuan, (2) pengorganisasian, dengan mempertimbangkan ruang, sumber, waktu dan peran orang dewasa, (3) pelaksanaan, yang mencakup aktivitas dan perencanaan, pembelajaran, dan (4) assesmen dan evaluasi yang meliputi alur umpan balik pada perencanaan (Wood, 1996:87). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu bilangan berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu bilangan yang berisi lambang bilangan 1-10. Dalam pembelajaran berhitung permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu bilangan. Kartu-kartu bilangan tersebut digunakan sebagai media realita dalam menentukan hitungan nyata. Siswa diajak bermain dengan menyusun angka menjadi sebuah bilangan yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun angka ini adalah ketrampilan menghitung suatu bilangan (Rose dan Roe, 1990)

Dalam pembelajaran operasi hitung awal menurut Mackey (dalam Rofi’uddin, 2003:44) guru dalam menggunakan strategi permainan kartu bilangan, misalnya cocokkan kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kalimat itu, baca , buat dan sebagainya. Kartu-kartu bilangan maupun kalimat digunakan sebagai media dalam permainan kontes ucapan. Para siswa diajak bermain dengan mengucapkan dan melafalkan kata-kata yang tertulis pada kartu bilangan. Pelafalan angka angka tersebut dapat diperluas dalam bentuk pelafalan kalimat bahasa Indonesia. yang dipentingkan dalam bentuk pelafalan kalimat bahasa Indonesia. Yang dipentingkan dalam latihan ini adalah melatih siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa (vocal, konsonan, dialog, dan cluster) sesuai dengan daerah artikulasinya (Hidayat dkk, 1980).

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Tempat Pelaksanaan penelitian adalah di Sekolah Dasar Negeri 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester I tahun pelajaran 2015/2016.

Subyek penlitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo tahun pelajaran 2015/2016 dengan subjek sejumlah 12 siswa.

Desain Penelitian

Tindakan yang akan dilakukkan dalam penelitian ini mencakup empat tahap yang meliputi kegiatan sebagai berikut ; Tahap Perencanaan , pelaksanaan, observasi dan refleksi. Langkah ini diwujudkan dengan penyusunan skenario pembelajaran kemampuan berhitung awal berdasarkan pengalaman dengan menggunakan alat peraga realita kartu huruf perencanaan dilakukan dengan memperhatikan hasil identifikasi permasalahan yang dilakukan serta mempersiapkan perangkat yang diperlukan.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukkan dalam penelitian ini mencakup empat tahap yang meliputi kegiatan seperti pada gambar tersebut di bawah ini: Berikut ini adalah bagan prosedur penelitian tindakan kelas sebagai berikut.


Rencana I Rencana II Rencana III

Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan

Siklus I Siklus II Siklus III

Observasi Observasi Observasi

Gambar : tindakan penelitian Model Kemmis dan M.C Taggart

(Zaenal Aqib, 2006: 31)

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini :

1. Observasi

Teknik ini digunakan untuk mengamati perkembangan pembelajaran berhitung awal melalui media realita yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pengamatan yang dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan dalam siklus I sampai dengan siklus III. Observasi proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

2. Analisis Dokumen

Analisis dokumen dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam berhitung awal melalui media realita kartu bilangan dalam meningkatkan nilai hasil belajar atau prestasi siswa dalam berhitung awal pada daftar nilai sebelum penelitian.

3. Tes.

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan untuk mengukur ketrampilan intelektual, kemampuan bakat yang dimiliki individu atau kelompok melalui media realita kartu huruf untuk meningkatkan prestasi hasil belajar berhitung awal.

Teknik Analisis Data

Data merupakan fakta yang terkumpul dari hasil pengumpulan. Setelah data yang diperlukan terkumpul segera diolah untuk diadakan analisis. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul peneliti menggunakan analisis non statistik. Teknik ini meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau ferifikasi. Teknik analisis yang dimaksud untuk diambil kesimpulan terakhir dalam melaksanakan penelitian. Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis mengalir mengingat karakteristik data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat dokumen sejak penulisan proposal. Kemudian proses reduksi data dilanjutkan pada saat pengumpulan data. Selain itu juga dilakukan penyajian data dan penarikan simpulan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan dilakukan dalam 3 siklus dengan 4 tahap dalam tiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta dan refleksi. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan survai awal. Survai awal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran berhitung awal serta kemampuan awal siswa dalam berhitung.

Kondisi awal ini menjadi acuan untuk menentukan tindakan apa saja yang akan dilakukan pada pembelajaran dalam siklus selanjutnya. Survai awal dilakukan pada hari Senin, 318-2015 dengan hasil kemampuan berhitung awal secara realita nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 50. Dari 12 siswa, 5 siswa atau 41% mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai 70 keatas). Nilai yang diperoleh siswa berkisar antara 50-80 dengan nilai rata-rata 65.

Berdasarkan pada analisis di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran operasi hitung awal yang konvensional serta operasi hitung awal siswa yang rendah.

Siklus I

Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu 318-2015 di ruang Kelas I SDN 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo. Pertemuan berlangsung 2 x 35 menit dengan menampilkan materi menghitung bilangan dengan kartu bilangan dari jumlah meja dan kursi di kelas.

Proses pembelajaran kurang berhasil karena hasil rata-rata baru mencapai 70 dan belum mencapai batas ketuntasan minimal 70.

Tabel 2. Perolehan Nilai berhitung pada Siklus I

No.

Nilai

Frekuensi

Frekuensi Relatif (%)

1

80

4

4/12 x 100% = 33%

2

70

4

4/12 x 100% = 34%

3

60

4

4/12 x 100% = 33%

rata-rata = 70

12

100%

Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (mendapat nilai ≥ 70) sebanyak 8 siswa. Jadi presentase siswa yang mendapat ketuntasan belajar adalah 67 %. Nilai rata-rata siswa adalah 70. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus 1 dikatakan berhasil akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan pada survey awal. Akan tetapi, nilai rata-rata berhitung siswa sudah lebih dari batas minimal ketuntasan hasil belajar (70). Oleh karena itulah, siklus II sebagai perbaikan proses pembelajaran pada siklus I perlu dilaksanakan. Pelaksanakan siklus II ini peneliti mengajukan hasil analisis dan refleksi siklus I pada 31-8-2015.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu tanggal, 7-9-2015 di ruang Kelas I SDN 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Pertemuan selama 2 x 35 menit.

Nilai yang menonjol dalam operasi hitung awal dengan nilai rata-rata 74. Dari hasil proses pembelajaran operasi hitung awal ada peningkatan meskipun belum 100 persen. Hasil pembelajaran kesimpulan 10 siswa yang memperoleh nilai 70 dalam mengerjakan berhitung permulaan atau 75 persen. Dibanding dengan nilai tes operasi hitung awal pada siklus I, nilai rata-rata meningkat dari 70 menjadi 74.

Tabel 3. Perolehan Nilai berhitung awal pada Siklus II

No.

Nilai

Frekuensi

Frekuensi Relatif (%)

1

90

2

2/12x 100% = 17%

2

80

3

3/12x100%= 24%

3

70

5

5/12 x 100% = 42%

3

60

2

2/12 x 100% = 17%

Jumlah/ rata-rata= 74

12

100%

Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (mendapat nilai ≥ 70) sebanyak 10 siswa. Jadi presentase siswa yang mendapat ketuntasan belajar adalah 83%. Nilai rata-rata siswa adalah 74. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II dikatakan berhasil tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas belum mencapai indikator pencapaian yang ditentukan 75. Oleh karena itu siklus III sebagai perbaikan proses pembelajaran untuk mencapai indikator pencapaian tersebut..

Siklus III

Siklus III dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu 14-9-2015 di ruang Kelas I SDN 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran operasi hitung awal pada tindakan siklus III ini adalah sebagai berikut: (1) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam; (2) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi; (3) guru memberikan apersepsi tentang berhitung ; (4) guru membagikan soaal berhitung (5) guru bertanya jawab dengan siswa dalam mencari jawaban dalam tugas (7) guru menugaskan siswa untuk mengerjakan tes berhitung; (9) guru mengumpulkan pekerjaan siswa dan menutup pelajaran.

Nilai yang menonjol dalam mengerjakan berhitung dengan rata-rata 80. Proses pembelajaran telah berhasil. 12 siswa sudah menuntaskan hasil berhitung awal dengan nilai ketuntasan belajar 100% rata-ratanya 80.

Tabel 4. Perolehan Nilai berhitung pada Siklus III

No.

Nilai

Frekuensi

Frekuensi Relatif (%)

1

100

2

2/12 x 100% = 17%

2

90

2

2/12 x 100% = 17%

3

80

4

4/12 x 100% = 33%

4

70

4

4/12 x 100% = 33%

Rata-rata= 82

12

100%

Berdasarkan refleksi di atas, tindakan pada siklus III dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas ketuntasan minimal 70 mencapai 100 persen. Dengan demikian, penelitian dipandang cukup untuk dilaksanakan dan selalu mengalami peningkatan setiap siklus. Sehingga media realita kartu bilangan ini cukup baik digunakan dalam meningkatkan hasil belajar operasi hitung awal

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian meningkatkan hasil belajar operasi hitung awal dengan alat peraga media realita kartu bilangan sebelum dan sesudah tindakan dapat dilihat pada tabel 5:

Tabel 5 Nilai berhitung awal sebelum dan sesudah Tindakan

No

Nilai

Sebelum tindakan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1

100

2

2

90

2

2

3

80

2

4

3

4

4

70

3

4

5

4

5

60

5

4

2

6

50

2

Jumlah

12

12

12

12

Rata-rata

64

70

74

82

Dengan demikian bahwa nilai dari kondisi awal dengan Nilai sesudah tindakan setiap siklus mengalami peningkatan. Deksripsi hasil penelitian dari siklus I sampai III dapat dijelaskan secara singkat pada tabel berikut ini. Adapun pembahasan peningkatan hasil belajar berhitung awal adalah sebagai berikut. Keberhasilan pemanfaatan media realita kartu bilangan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran berhitung awal ini dapat dilihat dari Indikator-indikator sebagai berikut: (1) semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran berhitung awal. Selama pelaksanaan penelitian sejak siklus I hingga III, terjadi peningkatan dalam hal antusias siswa mengikuti kegiatan apersepsi dengan semangat dan termotivasi.. Sedangkan hasil rata-rata nilai berhitung awal adalah sebagai berikut: rata-rata nilai sebelum tindakan adalah 64, siklus I 70, siklus II 74, dan siklus III 82. Dengan demikian dilihat dari keberhasilan indikator pada kondisi awal dibanding dengan setiap siklus selalu mengalami peningkatan secara signifikan, sehingga keberhasilan prestasi operasi hitung awal dapat dilakukan melalui alat peraga media realita kartu bilangan dapat diterima kebenarannya..

PENUTUP

Simpulan

Penelitian ini setelah data terkumpul dan diolah dan dianalisis maka kemudian ditarik kesimpulan. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian meningkatkan hasilbelajar operasi hitung awal dapat dilakukan melalui alat peraga media realita kartu bilangan pada siswa kelas I SDN 01 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester I tahun 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran operasi hitung awal yang selalu mengalami peningkatan dari sebelum siklus dan setelah siklus I, II, III. Hasil tersebut adalah: Nilai rata-rata sebelum siklus 64 siklus I 70, siklus II, 774, dan siklus III 82.

Saran

Berkaitan dengan simpulan penelitian di atas, peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Siswa hendaknya suka belajar berhitung dengan menggunakan alat peraga kartu bilangan , dan mencermati pelajaran matematika yang diberikan oleh guru, agar prestasinya meningkat serta dalam pembelajaran yang lain. Di samping itu, siswa hendaknya lebih banyak lagi berlatih menghitung melalui kartu bilangan agar prestasi semakin meningkat dan suka mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

2. Bagi Guru

Guru dalam pembelajaran harus menyusun perencanaan dan evaluasi terhadap tindakan apa saja yang akan ditempuh dalam mengajarkan suatu materi. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar dalam pelaksanaannya, guru yang bersangkutan dapat memperkecil bahkan menghilangkan kemungkinan munculnya berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran yang terjadi. Selain itu, guru harus mampu memilih metode dan alat peraga atau media yang sesuai untuk digunakan dalam mengajar agar dapat menarik minat siswa. Guru hendaknya mau secara terus menerus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat. Selain itu, guru hendaknya membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas dirinya.

3. Bagi Kepala Sekolah

Agar guru dapat meningkatkan profesionalisme maupun kualitas pembelajaran yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas ini, disarankan kepada kepala sekolah untuk: (a) mencukupi sarana dan prasarana pendukung pembelajaran; (b) memotivasi guru untuk senantiasa melakukan peningkatan kinerjanya dengan jalan melakukan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran (misalnya dengan melakukan PTK sejenis ini); (c) mengirim guru ke beberapa forum ilmiah seperti seminar, lokakarya, workshop, diskusi ilmiah, penataran-penataran supaya wawasan guru bertambah luas dan mendalam intensifnya tentang pendidikan dan pengajaran yang menjadi tugas pokoknya.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiyah, 2005. Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Burhan, 1998. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Depdikbud, 1994. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

,1996. Pengelolaan Sekolah. Jakarta : Balai Pustaka.

Gino, 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung : Remaja.

Keraf, 2004. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Grafindo.

Hamalik, 2003 Media Pendidikan. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Hasan, 1999. Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.

Hernowo. 2003. Manfaat Membaca. Bandung : Remaja Karya.

Rahman, 1996. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya.

Kemis & Taggart, 2006 ; Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara

Slametto, 2003. Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiyanto, 2007. Pembelajaran Berbasis Kontelektual. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, PT Rineka Cipta.

Hadi, 2005 Metode Riseearch III. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Suyatmi, 1996. Pengetahuan Sekilas Tentang Bahasa Indonesia. Surakarta : UNS

Guntur. 1997. Pengajaran Sintaksis. Bandung : Angkasa

Ullman, 2007. Metode Penilaian. Bandung : Tarsito.

Usman, 2005. Profesionalisme Guru. Kencana Media.

Wiryodijoyo, 1999. Kreatif Mengarang. Yogyakarta Kanisius.