Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan

Metode Explicit Instruction pada Siswa Kelas IV SDN 02 Paseban

Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Sri Sundari, S.Pd.

Guru SDN 02 Paseban Jumapolo Kabupaten Karanganyar

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPS materi perkembangan teknologi melalui penerapan metode explicit instruction pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan setiap hasil tes persiklus. Hasil perbaikan pembelajaran dengan PTK ini adalah hasil perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran IPS selalu mengalami peningkatan dari sebelum tindakan dan setelah tindakan dalam tiap siklusnya. Hasil tersebut adalah nilai rata-rata sebelum tindakan adalah 65 meningkat menjadi 69 saat siklus I, meningkat menjadi 75 saat siklus 2, dan meningkat menjadi 82 saat siklus III.

Kata kunci : prestasi belajar, ilmu pengetahuan sosial, metode explicit instruction

PENDAHULUAN

Laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut perubahan dan peningkatan kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas. Kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas ini dapat dipenuhi melalui perubahan dan inovasi sistem pendidikan. Upaya pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan suatu proses yang panjang yang dimulai sejak anak belajar di Sekolah Dasar.

Pendidikan formal merupakan arah yang diharapkan untuk mencapai peningkatan kehidupan manusia yang lebih baik dan berkualitas. Pendidikan formal menekankan pendidikan akademik dan nonakademik. Penentuan keberhasilan siswa diawali adanya nilai hasil belajar yang dilaksanakan setelah menyelesaikan satu atau lebih dari kompetensi dasar sebagai penentu keberhasilan proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang langsung melibatkan guru dan siswa salah satunya adalah metode explicit instruction. Metode pembelajaran ini tepat dikembangakan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya; memanfaatkan sumber daya yang ada dipermukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.

Melalui pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan. Metode pembelajaran secara langsung atau explicit instruction terhadap siswa akan berpengaruh sekali terhadap keberhasilan pendidikan. Metode pembelajaran explicit instruction meskipun berpusat pada guru tetapi bukan suasana belajar bersifat otoriter. Dalam kenyataan dari pengamatan yang juga sebagai guru di kelas tersebut yang khususnya dilakukan dengan guru pengampu mata pelajaran IPS di kelas tersebut bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat melalui nilai hasil belajar IPS pada ulangan harian di kelas tersebut. Paling tidak, ada dua macam faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan siswa dalam ulangan IPS tersebut. yaitu faktor eksternal dan factor internal. Yang termasuk faktor eksternal, diantaranya pengaruh pergaulan, keluarga, lingkungan dan fisik. Dari faktor internal, faktor-faktor yang berpengaruh diantaranya pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat perkembangan dan pembentukan psikologi siswa.

Umumnya dalam pembelajaran IPS guru cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran yang konvensional, miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran IPS berlangsung monoton dan membosankan. Para peserta tidak diajak untuk belajar IPS , bersosialisasi, berpengalaman, komunikasi, tetapi cenderung diajak belajar tentang pengetahuan. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa menghafalkan, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang konsep dan penerapan. Akibatnya pelajaran IPS hanya sekadar melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum menyatunya secara emosional dan afektif. Ini artinya, rendahnya kemampuan aspek psikomotor bisa menjadi hambatan serius bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kritis, kreatif dan berbudaya. Jika kondisi pembelajaran semacam ini dibiarkan berlarut-larut,bukan tidak mungkin berdampak dikalangan siswa sekolah dasar akan terus berada pada tataran yang rendah. Para siswa akan terus menerus mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep IPS. Dalam konteks demikian diperlukan pendekatan pembelajaran Pakem yang benar-benar inovatif dan kreatif sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk belajar IPS secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar penerapan langsung. berlatih dalam konteks dan situasi yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik dan menyenangkan yaitu dengan Metode pembelajaran explicit instruction atau lasngsung. Dengan cara demikian, siswa tidak akan terpasang dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan. Dengan demikian maka peneliti mengangkat judul penelitian: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode Explicit Instruction pada Siswa Kelas IV SDN 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah melalui penerapan metode explicit instruction dapat meningkatkan prestasi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan teknologi pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan teknologi melalui penerapan metode explicit instruction pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

Metode Explicit Instruction

Metode explicit instruction yang dikembangkan oleh Rosenshina dan Stevens (dalam Rahmad Widodo 2007:17), yang mengatakan bahwa pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya prosedural, langkah demi langkah bertahap. Metode ini merupakan suatu metode pengajaran yang mempunyai landasan teoritik pe-metodean tingkah laku Bandura, di mana dampak intruksionalnya adalah mengembangkan pengetahuan sederhana dan kompleks, serta pengetahuan yang deklaratif yang dapat dirumuskan dengan jelas dan diajarkan setahap demi setahap.

Rahmad Widodo (2007:11) menjelaskan bahwa metode explicit instruction mempunyai istilah lain yaitu direct instruction mastery teaching yaitu pembelajaran langsung , pengajaran aktif, yang semua istilah itu sering dikenal dengan pembelajaran langsung”. Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.Langkah tersebut adalah: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan siswa, guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam pembelajaran, guru mengecek atau mengontrol pemahaaaaman dan memberikan umpan balik tentang sejauh mana meteri pelajaran dikuasai siswa, dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan lanjutan.

Langkah-langkah Metode Explicit Instruction

Metode pembelajaran explicit instruction atau pengajaran langsung dirancang dengan tujuan mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan yang prosedural dan pengetahuan deklaratif. Metode ini memfokuskan pada satu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari ketrampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah ( Indana , 2003 ;6). Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Pengajaran langsung adalah Metode pengajaran yang berpusat pada guru dan memiliki sintaks dari lima fase seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Sintaks Metode Pengajaran Langsung ( Kardi dan Nur, 2003: 8 )

No

Fase

Perilaku Guru

1

Menyampaikan tujuan dan memperisapkan siswa

Guru menyampaikan tujuan, informasi, latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar

2

Mendemonstrasikan pengetahuan, ketrampilan

Guru mendemonstrasikan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

4

Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik

Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberi umpan balik

5

Memberi kesempatan pelatihan langsung

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan langsung dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi, lebih kompleks dan kehidupan sehari hari

Hal-hal yang perlu direncanakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran menurut, Anita ( 2006 : 37) adalah :

a. Mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung yang akan digunakan pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

b. Membuat perangkat pembelajaran ( RPP) yang dirancang dengan menggunakan Metode metode explicit instruction.

c. Mempersiapkan alat perekamdata penelitian dan cara menganalisis data yang diperolsh selama proses pelaksanaan tindakan.

d. Meminta kesediaan teman sejawat yang berkompeten membantu pelaksanaan observasi selama penelitian.

e. Mempertimbangkan adanya dukungan dari kepala sekolah dan teman sejawat guru untuk memperbesar peluang keberhasilan penelitian tindakan kelas.

Metode yang yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar hendaknya mampu meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Karena motivasi atau dorongan adalah keseluruhan penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin berlangsungnya kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan yang diharapkan (Winkel dalam Abdul Rahman Abror, 2003 : 115). Siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi atau dorongan pada dirinya, karena motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha mencapai prestasi atau keberhasilan (Sardiman AM, 2002:116) untuk mencapai keberhasilan dalam prasarana yang digunakan sebagai media pembelajaran. Seandainya media pembelajarannya menarik dan menantang dengan sendirinya semangat tersebut akan timbul. Keberhasilan dalam pembelajaran juga dipengaruhi beberapa aspek yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik. Aspek psikomotorik inilah sebagai penggerak psikis timbulnya semangat belajar

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar-mengajar yang optimal adalah situasi, di mana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahan pengajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Situasi itu dapat dioptimalkan hasrus dievaluasi agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar-mengajar. Cara belajar mengajar yang tidak berdasarkan cara belajar siswa aktif pada dasarnya pemusatan aktivitasnya pada guru. Gurulah yang banyak mengambil inisiatif dalam menetapkan melakukan aktivitas dan menentukan cara memecahkan masalah. Segala sesuatu diinformasikan secara cermat sehingga siswa didik tinggal menerimanya. Strategi mengajar semacam ini memang mengasyikkan guru tetapi membosankan dan melelahkan siswa. Bahkan cara belajar mengajar semacam ini akan dapat menghasilkan manusia-manusia yang konsumtif, kurang kreatif dan kurang berkemampuan untuk menghadapi tantangan hidup di masa yang akan datang. Siswa dianggap sebagai suatu benda yang kosong yang tepat diisi dengan segala macam informasi. Guru tidak menyadari bahwa seorang siswa yang masuk sekolah pada dasarnya telah memiliki kemampuan-kemampuan yang diperoleh dari lingkungan alam dan budayanya yang dapat berkembang menjadi kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi dan lebih kompleks. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar yang baik harus mengkaitkan antara guru dengan siswa harus saling berinteraksi, guru memberikan arahan dan rangsangan, dan siswa harus kreatif dan mampu menerima dan mengembangkan arahan dari guru. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar ada keterlibatan tingkah laku antara siswa dan guru yang selalu tampak yang bersifat mental, (Ulman, 2007;69).

Pengertian Pembelajaran

Husen Rahman (1996: 3) “menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau cara menjadikan seorang untuk belajar” Hamalik (2003; 66) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu usaha untuk memberi stimulasi kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang diinginkan, dapat juga dikatakan sebagai suatu usaha yan dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar-mengajar. Gino (2000; 15) menjelaskan “bahwa pembelajaran memiliki tiga ciri utama, yaitu: (1) aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pembelajar baik secara langsung maupun tidak langsung, (2) perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan berlaku untuk waktu yang lama, (3) perubahan itu terjadi karena suatu usaha yang dilakukan secara sadar. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses atau cara yang dilakukan guru berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Prestasi Hasil Belajar

Prestasi hasil belajar berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu. Menurut Poerwodarminto “hasil adalah sesuatu yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan“ (1998:76). Menurut Ngalim Purwanto hasil belajar adalah “perubahan dalam pribadinya yang menyatakan diri sebagai pola baru daripada reaksi diri yang berupa kecakapan, sikap, atau kebiasaan, kepandaian atau suatu pengabdian” (1998: 86). Dari kedua pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dari suatu proses belajar mengajar yang dilakukan sehingga menimbulkan reaksi berupa kecakapan, sikap, kepandaian, kebiasaan, atau suatu pengabdian. Prestasi belajar secara konkret dilihat dari hasil nilainya. Namun dalam cakupan yang lebih luas, prestasi dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri siswa. Misalnya : siswa yang sebelumnya tidak bisa membaca dengan lancar dapat membaca lancar, siswa yang biasanya mendapatkan nilai cukup setelah belajar giat nilainya menjadi baik, siswa yang memiliki kebiasaan membolos berubah menjadi anak yang rajin. Contoh-contoh tersebut dikatakan sebagai prestasi karena terjadi perubahan dalam diri siswa.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau social studies. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social studies. Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies. Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat” (Marsudi,2007: 68) . Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari tahap persiapan sampai pelaporan hasil penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015. Adapun rincian jadwal sebagai berikut:

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan dan latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur ketrampilan intelektual, kemampuan bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa melalui Metode explicit instruction atau belajar langsung dengan tes tertulis.

2. Observasi

Teknik ini digunakan untuk mengamati peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode explicit instruction yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pengamatan yang dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan proses belajar mengajar IPS dengan menggunakan metode explicit instruction siklus I sampai dengan siklus berikutnya hingga mencapai hasil di atas rata-rata KKM 70. Observasi proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti untuk data kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran serta memperoleh kebaikan dan kelemahan dalam pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk refleksi.

  1. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang daftar nama siswa, silabus Ilmu Pengetahuan Sosial dan profil sekolah. Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui nama siswa, nilai hasil belajar siswa sebelumnya, RPP, Silabus dan Kurikulum.

Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul segera diolah untuk diadakan analisis. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul peneliti menggunakan deskriptif komparatif, yaitu data yang terkumpul pada setiap siklus disandingkan untuk dibandingkan sehingga akan diketahui peningkatan hasil belar siswa.

Prosedur Penelitian

Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini mencakup empat tahap yang meliputi kegiatan sebagai berikut ; perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui 3 siklus yang rincian kegiatannya setiap siklus akan dijabarkan pada bab IV. Berikut ini adalah bagan prosedur penelitian tindakan kelas sebagai berikut.


Rencana I Rencana II Rencana III

Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan

Siklus I Siklus II Siklus III

Observasi Observasi Observasi

Gambar : tindakan penelitian Metode Kemmis dan M.C Taggart

(Zaenal Aqib, 2006: 31)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi kondisi awal sebelum Tindakan

Kondisi awal sebelum dilakukan penelitian, adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Frekwensi Nilai IPS Sebelum Tindakan

No.

Nilai

Frekuensi

Frekuensi Relatif (%)

1.

90

1

1/18 x 100% = 5%

2.

80

3

3/18x 100% = 17%

3.

70

6

6/18x 100% = 33%

4.

60

3

3/18x 100% = 17%

5.

50

5

5/18x100% = 28%

Rata-rata = 65

18

100%

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa Kelas IV SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar masih diperlukan tindakan pembelajaran.

Siklus I

Tindakan siklus I ini dilaksanakan pada Rabu, 28-1-2015 di ruang kelas IV. Pertemuan dilaksanakan selama 70 menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah perkembangan teknologi.

Adapun hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dalam pembelajaran Melalui Penerapan Metode Explicit Instructions tercermin pada siklus I berikut ini.

Tabel 2. Frekwensi Nilai IPS pada Siklus I

No.

Nilai

Frekuensi

Frekuensi Relatif (%)

1.

90

2

2/18 x 100% = 12%

2.

80

5

5/18x 100% = 27%

3.

70

4

4/18x 100% = 22%

4.

60

4

4/18x 100% = 22%

5.

50

3

3/18x100% = 17%

Rata-rata = 69

18

100%

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus 1 dikatakan berhasil akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itulah, siklus II sebagai perbaikan proses pembelajaran pada siklus I perlu dilaksanakan.

Siklus II

Hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dalam pembelajaran Melalui Penerapan Metode Explicit Instructions tercermin pada siklus II berikut ini.

Tabel 3. Frekwensi Nilai IPS pada Siklus II

No.

Nilai

Frekuensi

Frekuensi Relatif (%)

1.

100

2

2/18 x 100% = 11%

2.

90

2

2/18x 100% = 11%

3.

80

5

5/18x 100% = 28%

4.

70

5

5/18x 100% = 28%

5.

60

4

4/18x100% = 22%

Rata-rata = 75

18

100%

Berdasarkan data di atas tindakan pada siklus II berhasil akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan prestasi memang terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas ketuntasan belajar minimal tersebut tetapi belum maksimal. Oleh karena itulah, siklus III sebagai perbaikan proses pembelajaran pada siklus II perlu dilaksanakan.

Siklus III

Hasil belajar IPS dengan penerapan metode Explicit Instructions tercermin pada siklus III berikut ini.

Tabel 4. Frekwensi Nilai IPS pada Siklus III

No.

Nilai

Frekuensi

Frekuensi Relatif (%)

1.

100

4

4/18 x 100% = 22%

2.

90

5

5/18x 100% = 27%

3.

80

3

3/18x 100% = 17%

4.

70

4

4/18x 100% = 22%

5.

60

2

2/18x100% = 12%

Rata-rata = 82

18

100%

Nilai rata-rata siswa adalah 82. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus III dikatakan berhasil dan mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan prestasi memang terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas ketuntasan belajar minimal dan sudah mencapai indikator yang sudah sitentukan, sehingga siklus sudah berhenti dan tidak dilanjutkan lagi.

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pembelajaran IPS dengan penerapan metode Explicit Instructions dalam pembelajaran sebelum dan sesudah tindakan hasilnya dapat dibandingkan pada tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5 Frekwensi Nilai IPS sebelum dan sesudah Tindakan

No

Nilai

Sebelum tindakan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1

100

2

4

2

90

1

2

2

5

3

80

3

5

5

3

4

70

6

4

5

4

5

60

3

4

4

2

6

50

5

3

Jumlah

18

18

18

18

rata-rata nilai

65

69

75

82

Dengan demikian dapat diketahui nilai dari kondisi awal dengan nilai sesudah tindakan setiap siklus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai rata-rata pada kondisi awal sebelum tindakan 65, siklus I 69, siklus II 75, dan siklus III 82. Dengan demikian dilihat dari keberhasilan perolehan nilai rata-rata pada kondisi awal dibanding dengan setiap siklus selalu mengalami peningkatan secara signifikan, sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan penerapan metode Explicit Instructions dalam pembelajaran dapat ditingkatkan.

PENUTUP

Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian adalah bahwa metode Explicit Instructions dapat meningkatkan prestasi hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar semester II tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditandai hasil perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang selalu mengalami peningkatan dari sebelum tindakan dan setelah tindakan dalam tiap siklusnya. Hasil tersebut adalah sebagai berikut :

a. Nilai rata-rata sebelum tindakan adalah 65

b. Nilai rata-rata siklus I adalah 69

c. Nilai rata-rata siklus II adalah 75

d. Nilai rata-rata siklus III adalah 82dan 92 persen siswa sudah mencapai batas ketuntasan minimal 76.

Saran

Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada Siswa

a. Siswa hendaknya gemar melakukan kegiatan pembelajaran dengan Metode explicit instructions untuk meningkatkan prestasi belajar.

b. Siswa hendaknya memiliki semangat untuk melakukan kegiatan bermain peran agar prestasi belajarnya meningkat.

2. Kepada Orang tua

a. Orang tua hendaknya memberikan motivasi kepada siswa agar gemar bermain peran sehingga prestasi dapat meningkat

b. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan kegiatan siswa dalam belajar agar prestasinya meningkat.

3. Kepada Guru

a. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode-metode dan strategi yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran.

b. Guru harus menggunakan fasilitas, khususnya alat peraga dan media yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar.

c. Guru yang belum menerapkan Metode explicit instructions dalam pembelajaran dapat mencoba menerapkan Metode pembelajaran tersebut agar prestasi siswa siswa meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Bimo Wa1gito. 1996. Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset

Depdikbud, 2006Petunjuk Pelaksanaan Penilaian di Sekolah Dasar, Jakarta.

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian di Sekolah Dasar, Jakarta: Depdikbud,.

Fadjeri, 2001. Metodologi Research. Unisri. Surakarta

Fadjeri, 2004. Statistik. Unisri. Surakarta

H. J. Waluyo, 2001. Metodologi Research. UNS Pres.

http://massofa.wordpress.com/2007/12/07/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/, Pengertian Ruang Lingkup dan Tujuan IPS

Kurikulum Pendidikan dasar, 2006. Program dan Pengembangan, Depdikbud.

M. Hasan dan Yusmar Basri, 1999. Petunjuk Guru IPS IV. Surakarta: PT. Balai Pustaka.

Nasution S, 2002. Teknik Penilaian. Depdikbud

Prayitno dan Erman Anti,1998. Psikologi Pendidikan . Rineka Cipta Jakarta.

Rochman Natawidjaja Muh Surya, 1999. Psikologi Perkembangan. Rajawali. Jakarta

Singgih Gunarso, 1998. Psikologi Remaja. Rineka Cipta. Jakarta.

Suharsimi Arikunto, 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktic. Jakarta Rineka Cipta.

Sumadi Suryobroto I, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

WJS Purwodarminto, 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta PN Balai Pustaka,