Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
PADA MATA PELAJARAN IPS MATERI PENINGGALAN BERSEJARAH
DI KELAS IV SDK GELITING KECAMATAN KEWAPANTE
KABUPATEN SIKKA TAHUN AJARAN 2016/2017
Marianus Yufrinalis
Sapriani
Program Studi PGSD Universitas Nusa Nipa Maumere-Flores-NTT
ABSTRAK
Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar manusia untuk menunjukkan eksistensinya sebagai makhluk berakal di antara ciptaan Tuhan yang lain. Dengan pendidikan setiap orang mengenal kehidupannya dan mengaktualisasikan jati dirinya. Untuk mencapai tujuan dimaksud, sekolah sebagai basis pendidikan formal perlu menyelenggarakan proses pembelajaran yang berkualitas dan berkarakter, baik dari sisi teori, model, dan pendekatan pembelajaran yang aplikatif bagi peserta didiknya. Dengan menerapkan hal-hal tersebut, sebuah lembaga pendidikan tentu akan menciptakan generasi baru yang cerdas dan berkarakter sesuai bidang keahliannya. Oleh karena itu, berbagai permasalahan yang mucul dalam pendidikan pada jenjang manapun, terutama berkaitan dengan masalah metode, pendekatan, dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran perlu dihindari dengan solusi kreatif dan aplikatif. Adapun masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS materi peninggalan bersejarah bagi peserta didik kelas IV di SDK Geliting? dan (2) Bagaimana hasil belajar peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS materi peninggalan bersejarah pada peserta didik kelas IV di SDK Geliting? Tujuan penelitiannya adalah (1) untuk mendeksripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS materi peninggalan bersejarah bagi peserta didik kelas IV di SDK Geliting;dan (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas, yang menekankan peneliti memantau proses dan hasil penelitian dalam beberapa siklus pertemuan yang terjadi di kelas. Sedangkan teknik pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara kuatitatif dan kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDK Geliting yang berjumlah 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik di kelas IV pada mata pelajaran IPS materi peninggalan bersejarah di SDK Geliting pada Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan belajar peserta didik yang terus meningkat, dari prasiklus sebesar 53%, siklus I sebesar 72,5%, dan pada siklus II menjadi 100%.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Hasil Belajar, Peserta Didik
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan berkarakter. Menurut Irham Muhammad dan Novan, 2013:19), pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik untuk mengubah tingkah laku manusia, baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia tersebut melalui proses pengajaran dan pelatihan.Sedangkan menurut Sri Rumini, dkk (dalam Irham Muhammad dan Novan, 2013:19), pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar, sengaja, dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya untuk mencapai tujuan ke arah yang lebih maju. Dengan demikian, pada dasarnya pendidikan merupakan usaha mendewasakan dan memandirikan manusia melalui kegiatan yang terencana dan disadari melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang melibatkan peserta didik dan guru.
Sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menekankan pada keterampilan peserta didik dalam memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS, guru dituntut untuk lebih kreatif mengembangkan model pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik sehingga kualitas belajar dapat ditingkatkan. Apabila pembelajaran tetap memposisikan guru sebagai pusat pembelajaran, maka keaktifan belajar siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah menjadi hilang.
Dalam sebuah kesempatan observasi yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa sebagian besar peserta didik menganggap mata pelajaran IPS sebagai pelajaran yang membosankan. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru sehingga membuat peserta didik menjadi malas dan tidak aktif dalam pembelajaran. Fakta tersebut diperkuat oleh hasil observasi peneliti di lapangan yang menunjukkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS masih rendah. Dengan memberikan soal pre-test, peneliti dapat mengetahui rata-rata ketuntasan belajar dari 20 orang peserta didik sebesar 15% karena hanya 3 orang yang lulus, sedangkan 17 orang lainnya belum lulus dengan rata-rata 85% dari target KKM adalah 75 (Hasil observasi, 24 Agustus 2016).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPS. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif pada peserta didik untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai serta keterampilan sosial yang bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat. Melalui model pembelajaran kooperatif ini, peserta didik bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru, tetapi juga belajar dari peserta didik lain dan sekaligus bisa membelajarkan peserta didik lainnya.
Model pembelajaran jigsaw adalah model yang menghendaki peserta didik belajar melalui kelompok. Model ini mendorong kerjasama dalam kelompok. Setiap anggota kelompok memahami dan mendalami sesuatu, kemudian digabung menjadi satu dengan anggota-anggota kelompok lain untuk memperoleh suatu pemahaman yang utuh (Hamzah dan Nurdin Muhammad, 2013: 98).
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk peserta didik yang beranggotakan peserta didik dengan kemampuaan asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Adapun kelompok ahli, yaitu kelompok peserta didik yang terdiri atas anggota kelompok asal yang berbeda, yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya, kemudian menjelaskan pada anggota kelompok asal.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS materi peninggalan bersejarah bagi peserta didik kelas IV di SDK Geliting? dan (2) Bagaimana hasil belajar peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS materi peninggalan bersejarah pada peserta didik kelas IV di SDK Geliting?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2012: 15), Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Mekanisme penelitian tindakan kelas ini mengadaptasi model yang dikembangkan oleh Kemis dan Mc Taggart dengan merancang pelaksanaan penelitian sebanyak dua siklus. Setiap siklus dilakukan dalam dua pertemuan / tatap muka dengan melewati empat tahapan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Penelitian ini terjadi di SDK Geliting, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT. Penelitian ini terjadi pada rentang waktu bulan Juli sampai bulan September, yang dimulai dari tahap penyusunan proposal sampai penyusunan laporan penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas IV yang berjumlah 20 orang, dengan jumlah laki-laki 11 orang dan perempuan 9 orang. Teknik pengumpulan data berupa pedoman pengamatan atau lembar observasi aktivitas mengajar guru dan lembar observasi aktivitas belajar siswa, pedoman wawancara, dokumentasi dan tes hasil belajar.
Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu suatu model penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta didik juga untuk memperoleh respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran dan data kuantitatif sebagai data pendukung pada penelitian kualitatif (Margono, 2010:191-192).
Analisis data tersebut dihitung menggunakan statistik sederhana dengan rumus sebagai berikut:
1. Untuk menilai tes unjuk kerja peserta didik digunakan rumus:
Nilai = jumlah skor perolehan peserta didik × 100
Jumlah skor ideal
2. Untuk menilai ulangan atau tes formatif dengan rumus:
Keterangan: = Nilai rata-rata
ΣX = Jumlah semua nilai peserta didik
ΣN = Jumlah peserta didik
3. Untuk menilai ketuntasan belajar
Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut
P = ∑ peserta didik yang tuntas belajar x 100%
∑ Peserta didik
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator proses dan hasil. Indikator proses dapat diamati melalui observasi yang dilaksanakan oleh peneliti dalam mengamati langsung seluruh proses pembelajaran. Indikator proses dianggap berhasil apabila aspek yang diamati pada lembar observasi sebagian besar telah memenuhi skala penilaian baik yaitu 75%.
Peningkatan aktivitas proses pembelajar IPS peserta didik mengacu pada standar berikut:
Tabel. 3.1 Persentase Pencapaian Aktivitas Pembelajaran
No |
Aktivitas (%) |
Kategori |
1. |
75%-100% |
B (Baik) |
2. |
40%-64% |
C (Cukup) |
3. |
0%-34% |
K(Kurang) |
Sumber: Guru Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDK Geliting
Sedangkan indikator hasil dapat dilihat melalui peningkatan prestasi belajar peserta didik setelah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dari siklus I ke siklus II. Apabila terdapat 75% peserta didik yang memperoleh skor minimal KKM yaitu 75 maka kelas dianggap tuntas secara klasikal.
Berikut ini tabel yang menggambarkan tingkat ketuntasan belajar peserta didik sesuai dengan KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPS:
Tabel 3.2 KKM SDK Geliting
No |
Nilai |
Kategori |
1. |
75-100 |
Tuntas |
2. |
0-74 |
Tidak tuntas |
Sumber: Guru Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDK Geliting
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada kegiatan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dipaparkan beberapa hal berikut sebagai berikut:
Dalam proses pembelajaran Prasiklus yang dilakukan di kelas IV dengan model ceramah aktivitas guru memperoleh skor 36 dengan mencapai rata-rata yaitu 42 (kurang), sedangkan proses pembelajaran pada Siklus I yang ditetapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memperoleh skor 125 dengan rata-rata 62,5 (cukup) serta Siklus II memperoleh skor 187 dengan rata-rata 93,5 (baik). Peningkatan ini terjadi karena dipengaruhi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Dalam kegiatan Prasiklus ditemukan beberapa kendala di kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi terlalu cepat, kalimat yang digunakan guru kurang dimengerti oleh peserta didik, penggunaan variasi intonasi suara masih kurang, sehingga pada kegiatan Siklus I dan II guru melakukan perbaikan dengan melakukan variasi intonasi suara dalam mengajar. Guru juga menjelaskan materi pokok dengan menggunakan kalimat yang mudah dimengerti peserta didik.
Guru memberikan motivasi pada kegiatan Prasiklus dan Siklus I secara verbal saja, sehingga pada Siklus II guru memotivasi tidak hanya dengan kata-kata tetapi dengan gerakan badan seperti dengan acungan ibu jari dan memberikan tepuk tangan. Selain itu guru dapat memberikan penghargaan berupa benda kecil (contohnya: pensil, buku tulis, pulpen dll) sebagai penguatan kepada peserta didik, namun benda ini jarang digunakan agar peserta didik tidak meamandang benda tersebut sebagai tujuan merespon guru.
Hasil belajar peserta didik pada kegiatan Prasiklus dengan menggunakan metode ceramah diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 15% dengan peserta didik yang lulus 3 orang dan tidak lulus 17 orang. Sedangkan pada kegiatan Siklus I dan II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memperoleh ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 60% dengan peserta didik yang lulus 12 orang dan yang tidak lulus 8 orang, dan siklus II sebesar 92% dengan yang lulus 20 orang. Peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal terjadi karena pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dalam kegiatan pembelajaran peserta didik mencari tahu sendiri dan sangat aktif dalam pembelajaran. Selain itu peserta didik juga dilatih untuk memahami materi secara cermat dan melatih peserta didik berani mengemukakan pendapat serta menghargai pendapat teman. Sedangkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melatih peserta didik agar teliti dan termotivasi untuk berpikir untuk menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamdani (2011: 137) mengemukakan bahwa prestasi dapat diukur berdasarkan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, baik secara individual maupun kelompok.
Berdasarkan hasil pengolahan data, menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi peninggalan bersejarah dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, baik dilihat dari tes prestasi maupun aktivitas peserta didik dan guru.
KESIMPULAN DAN SARAN
Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru saat ini, sering kali belum memberikan pengalaman pembelajaran langsung kepada peserta didik. Guru kurang melibatkan peserta didik secara aktif, sehingga membuat peserta didik menjadi malas dan tidak aktif dalam pembelajaran. Hal ini tentu saja berpengaruh pada pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan sehingga mengakibatkan hasil belajar peserta didik menurun. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan sebuah alternatif yang tepat untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Berdasarkan hasil penelitian di kelas IV SDK Geliting, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Materi Peninggalan Bersejarah. Hal ini dilihat dari nilai hasil belajar peserta didik pada saat pretest dengan nilai rata-rata kelas 53 dan jumlah yang belum tuntas sebanyak 17 peserta didik dengan persentase 85% sedangkan jumlah yang tuntas 3 peserta didik dengan persentase 15%.
Pada pembelajaran Siklus I dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh dapat meningkat menjadi 72,5 dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 12 orang dengan persentase 60% sedangkan peserta didik yang belum tuntas sebanyak 8 orang dengan persentase 40%. Pada pembelajaran siklus II, hasil yang diperoleh meningkat secara signifikan yaitu persentase ketuntasan mencapai 100% atau semua peserta didik tuntas dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 92,5. Ini menunjukan adanya peningkatan dari prestasi yang diperoleh dari pembelajaran tiap siklus.
Sehubungan dengan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Bagi guru
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat diterapkan sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar IPS di sekolah. Guru dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tetap memperhatikan prinsip pembelajaran yang menarik dan dapat memotivasi belajar peserta didik.
b. Bagi peserta didik
Peserta didik disarankan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran model pembelajaran ini dengan baik karena sangat membantu untuk melatih diri dalam berbagai kemampuan, khusus kemampuan kerjasama dan meningkatkan prestasi belajarnya.
c. Bagi sekolah
Sekolah diharapkan dapat memberikan fasilitas pembelajaran guna mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, mengingat penerapan model pembelajaran ini memerlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai agar proses pembelajaran mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Bagi peneliti
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jaigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Dalam hal ini masih menutup kemungkinan dilakukan penelitian lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Hamzah dan Nurdin. Belajar Dengan Pendekatan. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Irham, Muhamad dan Novan. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Margono. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.