PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG

PADA SISWA KELAS IX-G SEMESTER GASAL

TAHUN AJARAN 2018/2019 SMP NEGERI 1 TAYU

 

Anggo Budi Suprayogo

Guru Matematika SMP Negeri 1 Tayu Kabupaten Pati

 

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Peluang Pada Siswa Kelas IX-G Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019 SMP Negeri 1 SMP Negeri 1 Tayu”. Latar belakang masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masih rendahnya minat siswa dan keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika sehingga siswa kurang bisa memahami. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan metode pembelajaran yang lebih tepat dengan mengaktifkan peran serta siswa dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan sebuah varian diskusi kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apakah hasil belajar siswa kelas IX-G SMP Negeri 1 Tayu pada pokok bahasan peluang dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT? Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX-G SMP Negeri 1 Tayu pada pokok bahasan peluang dan bagaimanakah tingkat keaktifan siswa bekerjasama dalam kelompok. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX-G SMP Negeri 1 Tayu tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 35 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan model siklus dimana dilaksanakan dengan sesuai dengan perubahan yang terjadi dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil dari siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: keaktifan siswa pada siklus I diperoleh persentase ketercapaian kelas 66,7% dengan kategori keaktifan siswa aktif. Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan yaitu diperoleh persentase ketercapaian kelas mencapai 76,62% dengan kategori keaktifan siswa aktif. Kerjasama siswa pada siklus I diperoleh persentase ketercapaian kelas 63% dengan kategori kerjasama siswa cukup baik, sedangkan pada siklus II kerjasama siswa mengalami peningkatan dengan persentase ketercapaian kelas 80% dengan kategori kerjasama siswa sangat baik. Untuk kinerja guru pada siklus I diperoleh persentase ketercapaian kelas 80% dengan kategori kinerja guru baik, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketercapaian kelas 85% dengan kategori kinerja guru baik. Pada siklus I nilai rata-rata kelas baru mencapai 70,25 dan persentase ketuntasan belajar klasikal baru mencapai 67,5%. Sedangkan pada siklus II sudah mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas 82,3 dan persentase ketuntasan belajar klasikal 90%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada pokok bahasan peluang kelas IX-G semester gasal SMP Negeri 1 Tayu tahun pelajaran 2018/2019.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Tipe NHT (Numbered Heads Together)

 

PENDAHULUAN

Dalam proses pembelajaran matematika, model pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru. Dimana guru tidak menuntut adanya syarat tertentu dari siswa kecuali mereka harus mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga siswa menjadi pasif, siap menerima segala sesuatu yang diberikan, dipindahkan oleh guru tanpa adanya unsur timbal balik.

Menurut pandangan penulis dan guru matematika lainnya, minat sebagian besar siswa terhadap pembelajaran matematika masih rendah, siswa masih beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, keterlibatan siswa dalam aktivitas juga rendah, sehingga siswa kurang bisa memahami pelajaran matematika terutama materi peluang. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang cocok, salah satu alternatifnya adalah menerapakan model pembelajran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) sehingga dalam penyampaian materi peluang menjadi menyenangkan dan dapat menumbuhkan minat serta meningkatkan hasil belajar matematika.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model yang cocok dalam pembelajaran matematika. Pada dasarnya, model pembelajaran NHT merupakan sebuah varian diskusi kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Langkah-langkah dalam model pembelajaran adalah penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab pertanyaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Peluang Pada Siswa Kelas IX-G Semester Gasal SMP Negeri 1 Tayu Tahun Ajaran 2018/2019”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan peluang pada siswa kelas IX-G semester gasal SMP Negeri 1 Tayu Tahun Ajaran 2018/2019.

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa berupa memudahkan siswa dalam memahami materi, dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar, menumbuhkan kerjasama dan interaksi dengan teman dalam satu kelompok. Bagi guru manfaatnya adalah dapat membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat memahami materi melalui aktivitas kelompok, meringankan kerja guru dalam proses belajar mengajar dan menambah alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi peluang. Sementara bagi sekolah dengan memberikan sumbangan yang baik dalam rangka meningkatkan hasil belajar khususnya pelajaran matematika dan bagi peneliti yaitu dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT serta dapat menambah wawasan tentang penelitian tindakan kelas (PTK).

LANDASAN TEORI

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh pakar psikologi. Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya dari hasil pengalaman. Morganetal dalam Catharina (2004: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman. Pengertian belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang belajar karena pengalaman.

Beberapa ciri belajar, yaitu (1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar; (2) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti bahwa perubahan perilaku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-rubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup; (3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial; (4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; dan (5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.(Baharuddin, 2007: 15)

Tujuan belajar adalah untuk mencapai perubahan tingkah laku dalam orang yang belajar. Perubahan yang terjadi ada tiga domain yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu dan dari luar individu. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri individu hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktifitas belajar yang telah dilakukan.

Kegiatan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Mengajar adalah suatu proses dimana pengajar dan murid menciptakan lingkungan yang baik, agar terjadi kegiatan belajar yang berdaya guna (Dahlan, 1990: 21). Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga terjadi perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik (Max Darsono, 2000: 24).

Secara behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru untuk membentuk tingkah laku yang dapat diukur dan diobservasi dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan antara stimulus dengan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu adanya latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberikan hadiah atau penguatan (reinforcement). Secara kognitif, pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami: apa yang sedang dipelajari, sehingga menimbulkan respon berupa tindakan. Secara gestalt, pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah memahami dan mengorganisasikan menjadi suatu pola yang bermakna dan secara humanistic, pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuan. (Max Darsono, 2000: 24).

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota bekerjasama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran, artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi mampu memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu kemampuan akademik. penerimaan perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan, anggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajarnya; (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. (3) Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya dan jenis kelamin yang berbeda. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain: menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati perbedaan individu.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan pengusaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh kagan dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pengajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. NHT pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu.

Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang dan mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide, belajar dalam kelompok dan sebagainya. (http://Syair79.files. wordpress.com).

Ada beberapa manfaat model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang berhasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren yaitu rasa harga tinggi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerapan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antar pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi dan hasil belajar lebih tinggi. (http://Syair79.files.wordpress.com)

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep kagen dengan tiga langkah, yaitu pembentukan kelompok, diskusi masalah, dan tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah yaitu persiapan. pembentukan kelompok dan penomoran, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan, diskusi masalah, memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban, memberi kesimpulan. (http://Syair79.files.wordpress.com)

Pengajaran matematika masih berorientasi pada guru dengan kata lain guru hanya menggunakan metode ceramah, sehingga siswa mengalami kesulitan dan hasilnya tidak optimal seperti yang diharapkan. Peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tercapai ketuntasan belajar.

Hipotesis tindakan yang diajukan adalah “Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan peluang di kelas IX-G semester gasalSMP Negeri 1 Tayu tahun pelajaran 2018/2019”.

METODE PENELITIAN

SubJek penelitian adalah siswa kelas IX-G semester gasal mata pelajaran matematikaSMP Negeri 1 Tayu tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak siswa 35 orang yang terdiri dari 17 putra dan 18 putri. Desain penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas yang dirancang dalam dua siklus, yaitu siklus I dan II yang masing-masing siklus terdiri dari tahap merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi.

Daur ulang aktivitas dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation) dan melakukan refleksi (reflection) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).(Soewarno, 2005: 3)         Sumber datanya adalah siswa, guru dan dokumen siswa. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang terdiri atas keterampilan siswa, hasil pengamatan, observasi, data kualitatif berupa hasil evaluasi dan hasil observasi.

Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes yang berbentuk uraian. Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi pokok bahasan tersebut selesai. Prosedur yang akan ditempuh peneliti dalam pengadaan instrumen adalah perencanaan, pembuatan kisi-kisi soal, penulisan butir soal, melengkapi instrumen dengan petunjuk dan kunci jawaban, serta penganalisaan hasil, yaitu menganalisa item.

HASIL PENELITIAN

Tahap penelitian tindakan kelas ini meliputi dua siklus. Dalam satu siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan kelas, observasi dan refleksi. Hasil masing-masing tahap disajikan sebagai berikut:

Pelaksanaan Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2018 dengan materi peluang. Tahap pada siklus I diuraikan sebagai berikut:

a.     Perencanaan

1)    Peneliti merencanakan pembelajaran Numbered Head Together pada materi peluang dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I.

2)    Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) siklus I yang akan dijadikan bahan diskusi siswa.

3)    Menyiapkan soal uji kompetensi siklus I sebagai alat evaluasi bagi siswa.

4)    Peneliti dan guru membagi siswa menjadi 8 kelompok.

5)    Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

6)    Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kerjasama siswa dalam proses pembelajaran.

7)    Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dalam proses pembelajaran.

b.     Pelaksanaan

1)    Guru menjelaskan uraian singkat sub materi peluang suatu kejadian dengan pengembalian.

2)    Guru memberikan informasi tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan dilaksanakan oleh siswa secara berkelompok.

3)    Dengan metode tanya jawab, guru mengamati pemahaman siswa tentang konsep yang telah dikuasai siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum jelas.

4)    Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk didiskusikan dalam tiap kelompok. Sebelum LKS dikerjakan, terlebih dahulu guru menjelaskan cara penyelesaian LKS.

5)    Siswa berdiskusi mengerjakan LKS dan guru mengamati serta memberi bimbingan pada kelompok yang mengalami kesulitan.

6)    Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan jarinya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Siswa yang lain memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi yang dipaparkan.

7)    Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan.

8)    Guru membahas hasil jawaban yang telah dipresentasikan.

9)    Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan terhadap materi yang disampaikan.

10)  Guru memberi tes uji kompetensi I secara individu untuk melihat keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas.

c.     Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan bantuan dari guru dari SMP Negeri 1 Tayu untuk pengamatan terhadap siswa dalam kerjasama kelompok dan keaktifan. Sedangkan untuk pengamatan terhadap guru, pengamat mengamati kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT.

1)    Pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran

a)    Pengamatan terhadap aktifitas siswa pada sikus I menunjukkan aktivitas siswa sudah baik.

b)    Siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan dilaksanakan dengan cukup baik dan teratur.

c)     Siswa masih takut bertanya pada guru bila menemui kesulitan dan kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi.

d)    Banyak siswa yang kurang memperhatikan teman yang sedang presentasi di depan kelas. Dalam hal ini siswa tidak memberikan pendapat, pertanyaan, kritik, saran antar kelompok atas hasil yang dipresentasikan.

2)    Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok.

a)    Ada beberapa siswa yang tidak membantu temannya yang mengalami kesulitan.

b)    Ada beberapa siswa yang hanya diam, tidak mengutarakan pendapat dan mengajukan pertanyaan.

c)     Ada beberapa siswa yang tidak melakukan diskusi, mereka berbicara dan ramai sendiri tidak memperhatikan temannya.

d)    Ada beberapa siswa yang kurang mampu menyelesaikan soal.

3)    Pengamatan terhadap kinerja guru.

a)    Guru menyampaikan apersepsi dan pemberian motivasi sudah baik.

b)    Guru mengkomunikasikan tujuan dan pembelajaran sudah baik.

c)     Guru dalam menyampakan materi sangat baik dan dalam mengelompokkan siswa sangat baik.

d)    Guru dalam memotivasi menyelesaikan lembar diskusi sudah baik.

e)    Guru sebagai fasilitator cukup baik.

f)     Guru dalam mengawasi dan membimbing kerjasama siswa serta membantu siswa yang mengalami kesulitan sudah baik.

g)    Guru dalam memimpin diskusi dan memberikan penilaian sudah baik, tetapi cukup baik untuk memberikan kegiatan perbaikan.

h)    Guru dalam membimbing siswa untuk menyimpulkan materi dan memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya sudah baik.

i)      Kemampuan guru dalam pengusaan materi, pengelolaan kelas dan pengelolaan waktu sudah baik.

j)     Guru dalam berkomunikasi dan menciptakan komunikasi balik sudah baik.

k)    Hubungan guru terhadap murid sangat baik.

l)      Penggunaan metode dan alat bantu peraga dalam belajar cukup baik.

d.     Refleksi

Setelah melakukan pengamatan atas tindakan pembelajaran, selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan pada siklus I didapat hasil refleksi sebagai berikut:

1)    Berdasarkan hasil observasi peneliti pada lembar pengamatan aktivitas siswa diperoleh skor 533 dari skor maksimal 800 dengan persentase 66,6%. Dari kriteria penilaian, aktivitas siswa pada siklus I tergolong baik, namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki antara lain: a. Sebagian siswa masih takut bertanya kepada guru bila menemui kesulitan. Untuk mengatasi hal itu guru dianjurkan memotivasi para siswa untuk berani mengajukan pertanyaan dan memberikan waktu bertanya. b. Siswa masih enggan dan malu untuk presentasi, sehingga masing-masing saling melempar tanggung jawab.

2)    Berdasarkan hasil observasi peneliti pada lembar pengamatan kerjasama siswa diperoleh skor 304 dari skor maksimal 480 dengan persentase 63%. Dari kriteria penilaian, kerjasama siswa pada siklus I tergolong cukup baik. Agar terjadi interaksi dan kerjasama dengan baik antara satu sama lain baik siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, dalam hal ini agar siswa memperhatikan saat guru menyajikan materi dan masalah serta memberikan respon atas hal tersebut, maka guru dianjurkan untuk menyajikan materi secara menarik dan menggunakan bahasa yang sederhana serta mudah dimengerti oleh siswa.

3)    Berdasarkan hasil observasi peneliti pada lembar pengamatan guru diperoleh skor 80 dari skor maksimal 100 dengan persentase 80%. Dari kriteria penilaian, kinerja guru dalam pembelajaran pada siklus I tergolong baik. Namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, antara lain: a. Pada saat pendahuluan guru tidak menyampaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Penyampaian pendekatan yang akan dilaksanakan membuat siswa lebih siap dan tanggap terhadap tindakan yang harus mereka lakukan pada saat pembelajaran. Jadi seharusnya guru menyampaikan pendekatan pembelajaran; b. Bimbingan yang diberikan kepada siswa oleh guru merata. Tetapi bimbingan individu masih kurang, sehingga masih ada siswa yang mengalami kesulitan dan tidak terlibat dalam diskusi. Dalam siklus berikutnya diharapkan bimbingan guru dapat lebih baik; c. Kesimpulan materi pembelajaran diambil guru. Seharusnya guru membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan materi pembelajaran.

4)    Hasil uji kompetensi siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 70,25%. Siswa yang dianggap tuntas belajar yang mendapat nilai >65. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 27 siswa dan yang tidak tuntas belajar sebanyak 13 siswa, sehingga diperoleh ketuntasan belajar klasikal 67,5%.

Secara garis besar pelaksanaan siklus I kurang berhasil, hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh dan hasil uji kompetensi siklus I yang menunjukkan ketuntasan klasikal 67,5% (kurang dari 85% yang merupakan indikator keberhasilan). Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan pada siklus II agar hasil belajar dapat ditingkatikan.

 

 

Pelaksanaan Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2011 dengan materi peluang. Tahap pada siklus II sama dengan siklus I yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dalam kegiatan pada siklus II didapat hasil refleksi sebagai berikut:

1)    Berdasarkan hasil observasi peneliti pada lembar pengamatan aktivitas siswa diperoleh skor 613 dari skor maksimal 800 dengan persentase 76,62%. Dari kriteria penilaian, aktivitas siswa pada siklus II tergolong sangat. Aktivitas siswa pada siklus II lebih baik dari siklus I.

2)    Berdasarkan hasil observasi peneliti pada lembar pengamatan kerjasama siswa diperoleh skor 383 dari skor maksimal 480 dengan persentase 80%. Dari kriteria penilaian, kerjasama siswa pada siklus II tergolong sangat baik. Kerjasama siswa pada siklus II lebih baik dari siklus I.

3)    Berdasarkan hasil observasi peneliti pada lembar pengamatan guru diperoleh skor 85 dari skor maksimal 100 dengan persentase 85%. Dari kriteria penilaian, kinerja guru dalam pembelajaran pada siklus II tergolong sangat baik. Kinerja guru pada siklus II lebih baik dari siklus I.

4)     Hasil uji kompetensi siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 82,3%. Siswa yang dianggap tuntas belajar yang mendapat nilai >65. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 36 siswa dan yang tidak tuntas belajar sebanyak 4 siswa, sehingga diperoleh ketuntasan belajar klasikal 90%.

Secara garis besar pelaksanaan siklus II berhasil, hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh dari hasil uji kompetensi siklus II yang menunjukkan ketuntasan klasikal sebesar 85% yang sudah memenuhi indikator keberhasilan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat tabel untuk keaktifan siswa, kinerja guru, hasil belajar dan tanggapan siswa siklus I dan siklus II sebagai berikut:

No.

Faktor

Indikator

Siklus I

Ket

Siklus II

Ket

1.

2.

3.

4.

Keaktifan Siswa

Kerjasama Siswa

Kinerja Guru

Hasil Belajar:

Rata-rata kelas

Ketuntasan

75%

>=75%

75%

 

>75

>85%

67%

63%

80%

 

70,25

67,5%

Belum

Belum

Tercapai

 

Belum

Belum

76,62%

80%

85%

 

82,3

90%

Tercapai

Tercapai

Tercapai

 

Tercapai

Tercapai

 

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa berupa kemampuan kognitif dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya keaktifan siswa selama proses belajar mengajar pada siklus I yang semula yaitu 67% meningkat menjadi 76,62% pada siklus II.

Dari hasil evaluasi siklus I diketahui siswa yang tuntas belajar ada 27 siswa dengan persentase ketuntasan belajar yaitu 67,5% dan rata-rata kelas yaitu 70,25. Sedangkan dari hasil tes siklus II diketahui siswa yang tuntas belajar ada 36 dengan persentase ketuntasan belajar yaitu 90% dan rata-rata kelas yaitu 82,3.

Pembahasan mengenai kinerja guru pada siklus I ini menunjukkan guru baik dengan persentase sebesar 80%. Sedangkan pada siklus II dengan persentase 85% yang artinya sangat baik.

Hasil pengamatan terhadap kerjasama pada siklus I menunjukkan persentase 63%. Sedangkan pada siklus II menunjukkan adanya kerjasama yang lebih baik yaitu 80%. Hal ini dapat dilihat dari analisis pengamatan terhadap kerjasama siswa bahwa siswa saling bekerjasama dalam kelompoknya.

Melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama dalam pembelajaran serta meningkatkan ketuntasan dalam belajar siswa, karena model pembelajaran yang relatif baru dapat menjadikan guru lebih kreatif dan siswa tidak jenuh serta termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Hasil ini relevan dengan penelitian yang menyimpulkan bahwa melalui penggunaan model kooperatif tipe NHT, dapat meningkatkan hasil belajar matematika serta aktivitas siswa semakin meningkat kearah yang lebih baik. Hasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nidia Sahara yang menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat mengajar pokok bahasan sistem persamaan linier dua peubah pada siswa kelas VIII1 SMP Negeri 1 Batuatas prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Secara keseluruhan rata-rata kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang menekankan model kooperatif tipe NHT sudah baik.

2.     Keterampilan kerja sama siswa dalam kegiatan belajar mengajar ditunjukkan oleh tingginya tingkat persentase tiap kategori di mana keterampilan kerja sama siswa tergolong baik.

3.     Aktifitas guru dan siswa telah mencerminkan kegiatan belajar mengajar yang menerapkan pembelajaran tipe NHT, dan dilihat dari aktifitas guru dan siswa menunjukkan bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa.

4.     Rata-rata ketuntasan belajar individu maupun klasikal pada tes hasil belajar tercapai dengan baik.

Dari kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan aspek kognitif, meningkatkan efektivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan peluang pada siswa kelas IX semester gasal SMP Negeri 1 Tayu Tahun Pelajaran 2018/2019.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan semester gasal kelas IX G SMP Negeri 1 Tayu Tahun Pelajaran 2018/2019, maka peneliti perlu menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1.     Hendaknya guru selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang kreatif dalam memilih model pembelajaran yang tepat.

2.     Sebaiknya model pembelajaran tipe NHT digunaka noleh guru sebagai sebuah model alternative dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sebab model NHT dapat meningkatkan pemahaman siswa, dapat meningkatkan keaktifan siswa, dapat meningkatkan kerjasama siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan kinerja guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.

3.     Pembelajaran kooperatif tipe NHT perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan mengambil pokok bahasan lain sehingga diperoleh hasil yang lebih meyakinkan tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Toha. 2008. Metode Penelitian.Jakarta:Universitas Terbuka.

Ani, Chatarina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPTK MKK UNNES.

Anita, Lie. 2002. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-RuangKelas). Jakarta: PT. Grasindo

Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: RemajaRosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2002. PenelitianTindakanKelas. Jakarta: BumiAksara.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasarEvaluasiPendidikan (EdisiRevisi). Jakarta: BumiAksara.

Dahlan, M.D. 1990. Model-Model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar). Bandung: C.V. Diponegoro.

Darsono, Max dkk. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belaja rMatematika. Malang: IKIP Malang Press.

Kagan, Spencer. 1992. Pembelajara nKooperatif Tipe NHT.www.google.com, diakses pada 8 April 2011.

Nur, Mohammad. 2005.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika UNESA.

Purwadarminto. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.

Soewarno. 2005. Bahan Pelatihan (Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas).Makalah yang disajikan dalam Pelatihan Metodologi Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas bagi Dosen-Dosen LPTK se Indonesia yang diselenggarakan oleh Dit. PPTK dan KPT, Dirjen Dikti, Depdiknas, di Denpasar: 1-4 Agustus 2005.

Sutrisni. 2007. STAD dalam Matematika. www.google.com, diaksespada 8 April 2011.

Wihardit, Wardani Kuswaya. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.