Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
PADA SISWA KELAS VC SD KATOLIK BHAKTYARSA
Katarina Wiwik Suhartiningsih
SD Katolik Bhaktyarsa Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil ulangan harian siswa secara klasikal masih di bawah standar KKM pada mata pelajaran IPS pada topik pembahasan kenampakan alam dan buatan. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kecenderungan siswa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran Problem Based Instruction sebagai alternatif dalam memecahkan suatu masalah. Dalam penelitian ini di gunakan metode Penelitian Tindakan Kelas, dengan alat yang digunakan lembar evaluasi, lembar observasi penilaian RPP, lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran, lembar penilaian motivasi siswa dan lembar keusioner. Berdasarkan hasil penelitian bahwa hasil motivasi siklus I siswa yang tuntas mencapai KKM berjumlah 20 orang atau 76,92%, sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas mencapai KMM berjumlah 26 atau 100%. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dengan Model Pembelajan Problem Based Instruction (PBI) dapat meningkat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar.
Kata Kunci: Pembelajaran Problem Based Instruction, Hasil Belajar, Siswa.
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki penerapan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagi potensi yang dimiliki manusia secara optimal, yaitu mengembangkan potensi yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosiobudaya dimana dia hidup.
Menurut Driyakara (Mikarsa,2007: 1.2) pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Menurut Kurniasih (2010: 1) pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia, bersifat normatif, dan karena itu mesti dapat dipertanggung jawabkan. Praktek pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, tetapi harus dilaksanakan secara disadari dan terencana.
Praktek pendidikan harus memiliki suatu landasan yang koko agar jelas dan benar konsepnya, tetap tujuan dan saranaannya, relevan isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-cara pelaksanaannya. Implikasi dari hal tersebut maka dalam rangkan pendidikan mesti terdapat momen berpikir dan momen bertindak, mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan.
Dalam kehidupan modern lembaga pendidikan sekolah mempunyai peran penting dalam mengembangkan sumber daya manusia. Sekolah sering juga dIPSndang sebagai lingkunngan pendidikan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga, diserahi tanggungjawab pendidikan yang dipikul oleh orang tua dalam kelurga. Hal ini terjadi karena orang tua sudah kecil kemungkinan untuk mendidik anaknya untuk menguasai berbagai kemampua yang diperlukan dalam kehidupan.
Sekolah merupakan suatu lembaga khusus, suatu wahana, suatu tempat untuk menyelenggarakan pendidikan, yang di dalamnya terdapat suatu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan dari diselenggarakan disekolah dasar adalah untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan serta mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan menengah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan pendidikan dan pengajaran berbagai disiplin ilmu salah satunya adalah ilmu pengetahuan Sosial (IPS).
Ilmu Pengetuan Sosial merupakan ilmu yang sangat berkaitan erat dengan kehidupan sosial bermasyarakat. Globalisasi yang terus berkembang, mempengaruhi gaya kehidup sosial bermasyarakat. Untuk menyeimbangkan kehidupan sosial bermasyarakat agar tradisi kehidupan sosial di Indonesia tidak aterkikis dengan budaya luar, perlu ditanamkan kesadaran akan nilai-nilai sosial di lingkungannya. Untuk itu, perlu ditanamkan pembelajaran IPS sejak dini.
Permasalahan yang muncul dari kondisi pembelajaran IPS tersebut, sebagian siswa menganggap mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami sehingga siswa cenderung merasa bosan, jenuh dan malas untuk belajar, siswa kurang termotivasi karena menganggap mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep yang luas. Sehingga aktivitas siswa yang rendah ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Berlandaskan kesadaran akan tugas dan tujuan, guru IPS harus mampu menghayati segala gejala dan masalah yang timbul dan terjadi dalam kehidupan perkembangan dan penerapan ilmu dan teknologi harus menjadi perhatiannya. Materi dan konsep pelajaran IPS harus digali dari kenyataan-kenyataan yang ada dan terjadi di masyarakat.
Setelah ditelusuri dalam pembelajaran tersebut guru menggunakan metode ceramah, sehingga pada umumnya siswa mengikuti pembelajaran secara pasif sehingga dalam pembelajaran tersebut keaktifan siswa sangatlah kurang, karena siswa hanya duduk terdiam mendengarkan apa yang di bicarakan. Sehingga siswa kurang aktif dan hasil belajar pun kurang maksimal.
Oleh karena itu peneliti berusaha untuk melakukan perubahan proses belajar mengajar untuk berhasilnya tujuan pembelajaran dengan menerapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada siswa, yaitu salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction.
Berdasarkan Uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Instuction untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V C SD Katolik Bhaktyarsa? (2) Bagaimana pelaksana pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Instuction untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V C SD Katolik Bhaktyarsa?
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Aqib, dkk (2010: 3) mendefinisikan PTK sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Selanjutnya, Arikunto, dkk (2009: 140) menerangkan bahwa dalam pelaksanaan PTK terdapat empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi atau pantulan.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V C SD Katolik Bhaktyarsa, yang terletak di Jln. Ahmad Yani, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka. Adapun jumlah siswa yang diteliti adalah 26 orang, terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Tes.
Tes yang akan dilakukan adalah tes tertulis yang akan dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
Teknik Non Tes terdiri atas:
- Teknik Observasi
Dalam penelitian tindakan kelas, observasi terutama ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan Model PBI. Lembar observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana kualitas pembelajaran yang dilaksanakan didalam kelas. Alat penilaiannya adalah menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa. Observasi juga dilakukuan terhadap guru yang sedang mengajar dengan lembar pengamatan keterampilan guru.
- Teknik Dokumentasi
Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematik, padu dan utuh. Jadi metode dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.
- Wawancara
Wawancara yaitu salah satu alat penilaian nontes yang digunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden dengan cara tanya jawab sepihak (Hamdani, 2011: 318). Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pendapat guru dan siswa kelas V C SD Katolik Bhaktyarsa tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara dilakukan pada setiap akhir pembelajaran pada masing- masing pertemuan dalam tiap siklus I dan siklus II.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah:
- Kuantitatif
Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean atau rerata. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentase.
Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Ketuntasan Minimal Belajar Sswa
Kriteria Ketuntasan | Kualifikasi | |
Klasikal | Individual | |
≥ 75% | ≥ 70 | Tuntas |
< 75% | < 70 | Tidak Tuntas |
- Kualitatif
Data kualitatif berupa data hasil observasi keterampilan guru dan aktifitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model Problem Based Instruction, serta hasil catatan lapangan dan wawancara dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah – pisahkan menurut kriteria untuk memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap aktifitas guru dan siswa serta hasil wawancara siswa sebagi bentuk respon terhadap pembelajaran yang dilakukan guru.
Indikator Keberhasilan
Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model PBI (Problem Based Instruction) di kelas V C SD Katolik Bhaktyarsa dapat dikatakan meningkat dengan indikator keberhasilan sebagai berikut: (a) Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui Model PBI meningkat, dengan kriteria minimal baik; (b) Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui Model PBI meningkat, dengan kriteria minimal baik; (c) 85% siswa kelas V C SD Katolik Bhaktyarsa mengalami ketuntasan belajar individual sebesar ≥ 60 dalam pembelajaran IPS menggunakan model PBI.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan I
- Hasil Observasi Keterampilan Guru
Hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction pada siklus I pertemuan 1 diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan I
No | Indikator | skor | kriteria |
1 | Mempersiapkan siswa untuk belajar | 3 | B |
2 | Melakukan apersepsi | 3 | B |
3 | Menyampaikan tujuan pembelajaran | 2 | C |
4 | Memunculkan permasalahan kepada siswa melalui demonstrasi atau cerita | 3 | B |
5 | Membimbing siswa dalam melaksanakan eksperimen | 2 | C |
6 | Membimbing siswa dalam merencanakan karya. | 2 | C |
7 | Membimbing siswa dalam mempresentasikan karya | 2 | C |
8 | Melakukan Tanya jawab | 3 | B |
9 | Memberi penguatan | 4 | A |
10 | Menutup pelajaran | 3 | B |
Jumlah Skor Total | 27 | baik |
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah skor keterampilan mengajar yang dicapai guru dalam penelitian menggunakan model Problem Based Instruction pada siklus I pertemuan 1, diperoleh skor 27, rerata 2,7 dengan kategori B (baik). Hal ini ditunjukkan dengan guru melakukan presensi untuk mengecek kehadiran siswa, selain itu guru juga menyiapkan peralatan media yang akan digunakan selama pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu naik delman untuk memunculkan materi kepada siswa dengan cara yang kongkrit, menyenangkan bagi siswa. Gambar delman ditampilkan di depan kelas untuk menarik perhatian siswa. Tingkat keterlihatan gambar sudah baik, terbukti siswa yang paling belakang bisa melihat gambar delman dengan jelas. Gambar yang disajikan juga sesuai dengan materi. Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memunculkan masalah melalui lisan dan bantuan media gambar yang dibawa oleh guru. Guru sudah membimbing dan mengawasi jalan nya eksperimen siswa.
- Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction pada siklus I pertemuan 1 diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I
No |
Indikator |
Jumlah siswa yang mendapat skor | Total
Skor |
Rata- rata Skor |
Kriteria |
|||
1 | 2 | 3 | 4 | |||||
1 | Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS | 2 | 3 | 1 | 4 | 27 | 2.70 | B |
2 | Merespon permasalahan yang disampaikan oleh guru | 2 | 3 | 3 | 2 | 25 | 2.50 | B |
3 | Mengidentifikasi masalah yang disampaikan oleh guru | 2 | 5 | 3 | 0 | 21 | 2.10 | C |
4 | Melakukan kegiatan penyelidikan kelompok | 1 | 5 | 3 | 1 | 24 | 2.40 | C |
5 | Merencanakan karya | 1 | 3 | 3 | 3 | 28 | 2.80 | B |
6 | Mempresentasikan karya | 2 | 7 | 1 | 0 | 19 | 1.90 | C |
7 | Menganalisis proses pemecahan masalah | 3 | 1 | 4 | 2 | 25 | 2.50 | B |
8 | Menyimpulkan materi (kegiatan refleksi) | 0 | 4 | 4 | 2 | 28 | 2.80 | B |
Jumlah | 19.70 | cukup | ||||||
Kriteria | 2.46 |
Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction pada siklus I pertemuan ke-1 di atas, diperoleh jumlah rata-rata skor yaitu 19,50. Sehingga diperoleh rata-rata 2,44. Hasil observasi aktivitas siswa untuk siklus I pertemuan 1 masuk dalam kriteria cukup (C).). Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang masih sering ramai dan tidak tertib, saat guru masuk kedalam kelas untuk memulai pelajaran masih ada siswa yang berada di luar ruangan, dan sebagian besar siswa masih sibuk bermain di dalam kelas.
- Hasil Belajar Siklus I Pertemuan I
Hasil tes pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction pada siklus I pertemuan 1, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Tes Pembelajaran IPS Siklus I Pertemuan I
Nilai | Frekuensi | Persentase | Kualifikasi |
80 – 100 | 5 | 17,85% | Tuntas |
75 – 80 | 10 | 35,71% | Tuntas |
42 – 74 | 8 | 28,57% | Tidak Tuntas |
24 – 41 | 3 | 11,53% | Tidak Tuntas |
6 – 23 | 0 | 0% | Tidak Tuntas |
Jumlah | 26 | 100% |
Tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa tes pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction pada siklus I pertemuan 1 diperoleh hasil bahwa 57,69% atau sebanyak 15 siswa dari 26 siswa mengalami ketuntasan belajar sedangkan 42,30% atau 11 siswa lainnya belum tuntas. Rata-rata nilai yang diperoleh dalam hasil tes pembelajaran IPS adalah sebesar 60 dengan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 85. Nilai yang paling sering muncul pada siklus I pertemuan 1 ini adalah nilai antara 42-74 dan nilai antara 75-80.
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan II
- Hasil Observasi Keterampilan Guru
Hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction pada siklus I Pertemuan II diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5. Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan II
No | Indikator | skor | kriteria |
1 | Mempersiapkan siswa untuk belajar | 3 | B |
2 | Melakukan apersepsi | 3 | B |
3 | Menyampaikan tujuan pembelajaran | 3 | B |
4 | Memunculkan permasalahan kepada siswa melalui demonstrasi atau cerita | 3 | B |
5 | Membimbing siswa dalam melaksanakan eksperimen | 3 | B |
6 | Membimbing siswa dalam merencanakan karya. | 3 | B |
7 | Membimbing siswa dalam mempresentasikan karya | 2 | C |
8 | Melakukan Tanya jawab | 3 | B |
9 | Memberi penguatan | 4 | A |
10 | Menutup pelajaran | 4 | A |
Jumlah Skor Total | 31 | baik | |
Rerata | 3.1 |
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah skor keterampilan mengajar yang dicapai guru dalam penelitian menggunakan model Problem Based Instruction pada siklus I pertemuan II, diperoleh skor 31, rerata 3,1 dengan kategori B (baik).
- Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction pada siklus I pertemuan 2 diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II
No | Indikator | Jumlah siswa
yang mendapat skor |
Jumlah Total Skor | Rata- rata Skor |
Kriteria |
|||
1 | 2 | 3 | 4 | |||||
1 | Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS |
0 |
3 |
2 |
5 |
32 |
3.20 |
B |
2 | Merespon permasalahan yang disampaikan oleh guru |
0 |
4 |
3 |
3 |
29 |
2.90 |
B |
3 | Mengidentifikasi masalah yang disampaikan oleh guru |
1 |
4 |
3 |
2 |
26 |
2.60 |
B |
4 | Melakukan kegiatan penyelidikan kelompok | 1 | 3 | 3 | 3 | 28 | 2.80 | B |
5 | Merencanakan karya | 0 | 5 | 1 | 4 | 29 | 2.90 | B |
6 | Mempresentasikan karya | 1 | 4 | 5 | 0 | 24 | 2.40 | C |
7 | Menganalisis proses pemecahan masalah | 1 | 3 | 1 | 5 | 30 | 3.00 | B |
8 | Menyimpulkan materi (kegiatan refleksi) | 0 | 5 | 1 | 4 | 29 | 2.90 | B |
Jumlah | 22.70 |
baik |
||||||
Kriteria | 2.84 |
Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Prboblem Based Instruction pada siklus I pertemuan ke-2 di atas, diperoleh jumlah keseluruhan yaitu 22,70. Sehingga diperoleh rata-rata 2,84. Hasil observasi aktivitas siswa untuk siklus I pertemuan 1 masuk dalam kriteria baik (B). Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang sudah cukup tertib dalam mengikuti pembelajaran, saat guru masuk kedalam kelas untuk memulai pelajaran sudah tidak ada siswa yang berkeliaran di luar kelas, namu ada beberapa siswa yang masih sibuk bermain di dalam kelas, ketika guru melakukan apersepsi dengan cara menanyakan materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, siswa menjawab pertanyaan guru dengan mudah.
- Hasil Belajar Siklus I Pertemuan II
Hasil tes pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction pada siklus I pertemuan II, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Tes Pembelajaran IPS Siklus I Pertemuan II
Nilai |
Frekuensi |
Persentase |
Kualifikasi |
80 – 100 | 10 | 9,54% | Tuntas |
75 – 80 | 16 | 47,61% | Tuntas |
42 – 74 | 0 | 0% | Tidak Tuntas |
24 – 41 | 0 | 0% | Tidak Tuntas |
6 – 23 | 0 | 0% | – |
Jumlah | 28 | 100% |
Tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa tes pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction pada siklus I pertemuan ke-2 diperoleh hasil bahwa 100% atau sebanyak 26 siswa siswa mengalami ketuntasan belajar. Rata-rata nilai yang diperoleh dalam hasil tes pembelajaran IPS adalah sebesar 60,48 dengan nilai terendah 77 dan nilai tertinggi 90.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada siswa kelas V C SD Katolik Bhaktyarsa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kualitas pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada siswa kelas V C SD Katolik Bhaktyarsa terjadi peningkatan ditunjukkan dengan keterampilan guru mengalami peningkatan, pada siklus I keterampilan guru baik (B) dengan skor 29, meningkat menjadi baik sekali (A) dengan skor 35 pada siklus II; (2) Aktivitas siswa mengalami peningkatan, pada siklus I aktivitas siswa mendapat skor 19,64 dengan kategori cukup (C) meningkat menjadi baik (B) pada pada siklus II dengan skor 25,19; (3) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 60,24 meningkat menjadi 70,71 pada siklus II. Persentase ketuntasan belajar klasikal siswa juga meningkat. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal adalah 52,37%, kemudian meningkat menjadi 80,94% pada siklus II mengalami ketuntasan belajar individual ≥ 70, maka penelitian ini dinyatakan berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Mohammad. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: Depdikbud
Anni, Catharina T dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arends, 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Aqib, Zainal dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Burhanuddin, Elita. 2009. Media. Jakarta: Depdiknas.