PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V

PADA MATERI DAUR AIR DI SD INPRES BELANG

 

Marianus Yufrinalis

Maria Astina Seri

Program Studi PGSD Universitas Nusa Nipa Maumere

 

ABSTRAK

Penelitian ini didasari oleh hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas V SD Inpres Belang pada proses pembelajaran IPA, peneliti menemukan masalah, di antaranya adalah rendahnya daya serap siswa, kurangnya perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung, dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan metode ceramah tanpa diimbangi dengan penggunaan media yang sesuai dengan materi dan pembelajarannya lebih berpusat pada guru, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik dan membuat siswa bosan. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah karena nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah atau belum mencapai KKM. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70 dari standar KKM yang telah ditetapkan yaitu 68. Hal ini dapat dilihat dari 30 siswa yang mengikuti KBM dan mencapai KKM hanya 13 siswa dengan presentase ketuntasan klasikalnya adalah 43,3% sedangkan 17 siswa lainnya belum tuntas dengan presentasenya adalah 56,6%. KKM yang harus dicapai dari proses pembelajaran IPA adalah sekurang-kurangnya 75%. Hal tersebut berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari wali kelas V SD Inpres Belang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa kelas V SD Inpres Belang untuk mata pelajaran IPA materi daur air dengan menggunakan media puzzle yang telah peneliti laksanakan dalam 2 siklus, maka dapat ditarik kesimpulan berikut: (a) Penggunaan media puzzle pada mata pelajaran IPA materi daur air di kelas V tergolong dalam kategori sangat baik yaitu dengan presentase 95% dan mampu memicu keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa; (b) Hasil belajar siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dengan persentase ketuntasan yaitu 84,67% setelah digunakan media puzzle pada mata pelajaran IPA materi daur air. Hasil belajar siswa meningkat karena siswa sangat antusias dan berpartisipasi aktif dengan penggunaan media puzzle.

Kata Kunci: Media Puzzle, Hasil Belajar, Siswa

 

PENDAHULUAN

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian dari sistem pendidikan dasar. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa. Tujuan pendidikan di sekolah dasar adalah memberi bekal kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Tanpa pendidikan dasar, tentunya sulit bagi siswa untuk memahami konsep-konsep baru pada tingkatan lebih tinggi.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Sekolah menyediakan layanan pendidikan dengan serangkaian kegiatan pembelajaran yang tersusun secara sistematis. Sekolah memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menuntut ilmu pengetahuan serta pembinaan karakter demi meningkatkan sumber daya manusia. Di sini, peran guru menjadi sangat penting dalam menerapkan dan mentransfer ilmu, yang dilakukan dalam setiap kegiatan pembelajaran sehari-hari.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran tentang alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mencari tahu dan berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Dalam menyampaikan ilmu pengetahuan tentang pelajaran IPA seorang guru akan lebih mudah dalam menyampaikan tujuan yang diharapkan dan mampu membangkitkan aktivitas siswa apabila seorang guru menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi dan kreatif. Pemanfaatan media seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Pada kenyataan penggunaan media masih jarang digunakan oleh guru pada saat pembelajaran. Faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar yaitu dengan menggunakan dan memilih media pmbelajaran yang menarik. Dalam proses belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya ikut aktif dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggali sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Situasi yang diharapkan di sini adalah siswa lebih banyak berperan aktif.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas V SD Inpres Belang pada proses pembelajaran IPA, peneliti menemukan masalah, di antaranya adalah rendahnya daya serap siswa, kurangnya perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung, dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan metode ceramah tanpa diimbangi dengan penggunaan media yang sesuai dengan materi dan pembelajarannya lebih berpusat pada guru, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik dan membuat siswa bosan. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah karena nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah atau belum mencapai KKM. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70 dari standar KKM yang telah ditetapkan yaitu 68. Hal ini dapat dilihat dari 30 siswa yang mengikuti KBM dan mencapai KKM hanya 13 siswa dengan presentase ketuntasan klasikalnya adalah 43,3% sedangkan 17 siswa lainnya belum tuntas dengan presentasenya adalah 56,6%. KKM yang harus dicapai dari proses pembelajaran IPA adalah sekurang-kurangnya 75%. Hal tersebut berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari wali kelas V SD Inpres Belang.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mencoba merancang sebuah model pembelajaran yang memadukan penerapan metode dan penggunaan media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang diterapakan dalam penelitian yaitu media pembelajaran berbentuk puzzle. Media puzzle merupakan suatu media pembelajaran berupa potongan-potongan gambar yang disusun hingga terbentuk menjadi suatu bentuk gambar yang utuh. Pemilihan media puzzle selain menarik dan dapat memusatkan perhatian siswa. Media puzzle juga merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dengan cara menyambungkan bagian satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu gambar yang utuh.

MEDIA PUZZLE

Media Puzzle merupakan suatu gambar yang dibagi menjadi potongan-potongan gambar yang bertujuan untuk mengasah daya pikir, melatih kesabaran, dan membiasakan kemampuan berbagi. Selain itu media puzzle juga dapat disebut permainan edukasi karena tidak hanya untuk bermain tetapi juga mengasah otak dan melatih antara kecepatan pikiran dan tangan. Adapun manfaat penggunaan media puzzle, di antaranya: (a) Mengasah Otak: Puzzle adalah cara yang bagus untuk mengasah otak siswa, melatih sel-sel saraf, dan memecahkan masalah; (b) Melatih koordinasi mata dan tangan. Puzzle dapat melatih koordinasi tangan dan mata peserta didik. Mereka harus mencocokan kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar; (c) Melatih nalar: Puzzle dapat melatih nalar karena peserta didik harus menentukan letak bagian puzzle dengan benar; (d) Melatih kesabaran: Puzzle juga dapat melatih kesabaran siswa dalam menyelesaikan suatu tantangan; (e) Pengetahuan: Dari puzzle, peserta didik akan belajar, misalnya puzzle tentang warna dan bentuk maka peserta didik dapat belajar tentang warna-warna bentuk yang ada. Pengetahuan yang diperoleh dari cara ini biasanya lebih mengesankan bagi peserta didik dibanding dengan pengetahuan yang dihafalkan. Siswa juga akan belajar konsep dasar, binatang, alam sekitar, jenis buah dan sebagainya.

Media pembelajaran Puzzle juga mempunyai kelebihan antara lain: (a) Melatih konsentrasi siswa, ketelitian, dan kesabaran; (b) Melatih berimajinasi dan menyimpulkan; (c) Melatih daya ingat siswa; (d) Meningkatkan semangat belajar siswa; (e) Dengan memilih gambar atau bentuk, dapat melatih anak untuk berpikir matematis (menggunakan otak kiri); (f) Menumbuhkan interaksi dan kerjasama antar siswa; (g) Mengembangkan kapasitas anak dalam mengamati dan melakukan percobaan; (h) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Media pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan memasang potongan-potongan gambar menjadi satu gambar yang utuh.

Sedangkan beberapa kekurangan dari media pembelajaran Puzzle yaitu: (a) Membutuhkan waktu yang lama; (b) Media membuat siswa hanya ingin bermain-main karena asyik dengan susun menyusun puzzle; (c) Media Puzzle lebih menekankan pada indera penglihatan (visual); (d) Gambar yang terlalu kompleks kurang efektif untuk pembelajaran; (e) Gambar kurang maksimal bila diterapkan dalam kompleks besar; (f) Menuntut kreativitas pengajar; (g) Kelas menjadi kurang terkendali.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Jaiyaroh, 2014: 3). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus peneliti di kelas atau bersama-sama dengan orang lain dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan kelas kolaboratif dan partisiatif. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti, apabila penelitian tindakan kelas tidak dilakukan sendiri oleh guru) menentukan rancangan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apabila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk meyakinkan/menguatkan hasil. Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka guru dapat melanjutkan dengan tahap-tahap kegiatan seperti pada siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus sebelumnya.

Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian

Kegiatan penelitian in dilaksanakan pada siswa kelas V SD Inpres Belang Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka Tahun Ajaran 2018/2019. Waktu penelitian terjadi pada tanggal 07 Mei – 23 Mei 2019. Yang menjadi subjek dalam peneliti ini adalah siswa-siswi kelas V berjumlah 30 orang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Alasan peneliti melakukan penelitian di sekolah ini karena, bagi peneliti I dan peneliti II, SD Inpres Belang merupakan sekolah mitra kegiatan PPL, sehingga seluruh data penelitian dapat diperoleh selama proses pelaksanaan PPL.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Widodo (2017: 72) adalah cara yang digunakan untuk pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain dokumen/portofolio, lembar penilaian hasil belajar, tes, pengamatan/observasi.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini melalui beberapa cara antara lain:

  1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran IPA untuk peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung untuk setiap kali pertemuan.

  1. Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur keterampilan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini tes dilaksanakan pada akhir siklus pembelajaran, tes diberikan sesuai dengan materi yang telah dipelajari selama pembelajaran. Tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik pada materi dengan menggunakan media puzzle.

  1. Dokumentasi

Dokumentasi memuat tentang data-data yang diambil di sekolah tersebut berupa bukti-bukti fisik yang dibutuhkan selama penelitian seperti gambar-gambar kegiatan selama melakukan penelitian di kelas.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis secara kualitatif yaitu data dari hasil observasi yang mengenai tindakan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dianalisis secara kualitatif, sedangkan data mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dianalisis secara kuantitatif untuk menemukan nilai skor persentase, dan nilai rata-rata, (Igak & Kuswaya, 2014: 5-4).

Indikator Kinerja

Dalam penelitian tindakan kelas ini indikator yang harus dicapai oleh siswa adalah peningkatan hasil belajar siswa dengan melihat keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 68. Jadi sekurang-kurangnya 70% siswa kelas V SD Inpres Belang berpartisipasi dalam belajar yaitu aktif mengajukan pertanyaan, aktif menjawab pertanyaan dan nilai hasil ulangan meningkat atau nilai >68 dalam pembelajaran IPA.

Sedangkan indikator hasil dapat dilihat melalui keberhasilan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dari siklus I ke siklus berikutnya. Apabila sudah terdapat 70% siswa-siswi yang mencapai nilai sesuai standar KKM yang ditetapkan oleh sekolah, maka siswa-siswi yang di kelas tersebut dianggap tuntas secara klasikal.

Jadi penggunaan media puzzle dikatakan berhasil apabila 70% siswa mendapat nilai 68 ke atas.

Prosedur dan Rencana Penelitian

Prosedur PTK terhadap pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan media puzzle dilakukan sampai 2 siklus. Dalam siklus terdapat empat fase yaitu merencanakan pembelajaran, pelaksanaan atau tindakan pembelajaran, observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan melakukan refleksi.

Kegiatan penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus. Uraian kegiatan penelitian selengkapnya sebagai berikut:

Siklus 1

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pembelajaran siklus satu adalah sebagai berikut:

  • Tahap Perencanaan

Pada dasarnya rencana ataupun perencanaan itu adalah sederetan petunjuk yang telah disusun secara logis dan juga secara sistematis. Apabila kita mengingat suatu rencana, maka yang rencana tersebut merupakan sebuah gambaran mengenai sesuatu tujuan maupun cara-cara untuk mencapainya. Jadi setidaknya dalam rencana penelitian itu dapat disimpulkan harus memuat penetapan atau perumusan mengenai latar belakang suatu penelitian, oleh kerena itu mengacu pada hasil observasi, maka pada tahap perencaan ini peneliti menyusun Silabus, sumber belajar berupa buku-buku, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, LKS, soal evaluasi, lembaran observasi, (lembar Observasi Proses aktivitas Guru, lembar observasi aktivitas siswa).

  • Tahap Pelaksanaan

Setelah tahap perencanaan selesai peneliti melanjutkan tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media puzzle yang mana pembelajarannya telah disusun oleh peneliti sebagai guru yang akan diberikan dasar dalam melaksanakan pembelajaran.

  • Observasi siklus 1

Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung juga dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa, observasi tentang tes akhir siklus serta observasi penggunaan media pembelajaran berbentuk puzzle. Untuk observasi guru dan penggunaan media puzzle dalam hal ini peneliti bersama kolaborator dengan guru mata pelajaran IPA kelas V sebagai observer.

  • Refleksi tindakan pembelajaran siklus 1

Kegiatan refleksi penelitian siklus I diadakan setelah kegiatan penelitian pembelajaran siklus I berlangsung. Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi, dikumpulkan dan dianalisis pada tahap ini sehingga dapat disimpulkan dari tindakan yang dilakukan dari hasil tes siswa. Hasil refleksi ini, digunakan sebagi dasar untuk tahap perencanaan siklus II.

Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian dan refleksi pada siklus I maka peneliti harus memperbaiki dengan melaksanakan siklus II. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II sama dengan siklus I, yang terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Adapun prosedur kegiatan penelitian siklus II adalah sebagai berikut:

  • Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan, peneliti mendesain kembali Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan berbagai sumber belajar berupa buku-buku, bahan ajar dan metode pembelajaran yang mendukung kegiatan perbaikan pembelajaran, LKS, soal evaluasi, serta lembaran observasi.

  • Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan kegiatan penelitian pembelajaran siklus II dilaksanakan mengikuti tahapan tindakan siklus I.

 

 

  • Observasi

Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung juga dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung, observasi tentang tes akhir siklus serta observasi penggunaan media puzzle. Untuk observasi guru dan penggunaan media puzzle, dalam hal ini peneliti melakukan kolaborator dengan guru mata pelajaran IPA kelas V.

  • Refleksi

Kegiatan refleksi penelitian siklus II diadakan setelah kegiatan penelitian pembelajaran siklus II berlangsung.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan media puzzle materi daur air yang telah dirancang oleh peneliti dalam II siklus yang diawali dengan siklus I yang dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dan siklus II yang dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Setiap akhir siklus diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan. Penelitian ini mengacu pada model PTK yang dikemukakan oleh (Kurt Lewin dalam Arikunto 2017: 42). Peneliti yang dilaksanakan pada tanggal 07 Mei 2019 sampai dengan tanggal 23 Mei 2019 di SD Inpres Belang ini diawali dengan melakukan diskusi antara peneliti, wali kelas V dan kepala sekolah untuk membahas kegiatan penelitian dan membagi jadwal penelitian.

Deskripsi Data Penelitian

Pada penelitian ini peneliti telah mengumpulkan data dari hasil tindakan untuk dianalisis sehingga dapat mengetahui perbandingan hasil tindakan dari masing-masing siklus. Data yang telah dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti dari masing-masing siklus yaitu data observasi dan data hasil belajar siswa. Untuk data observasi, data yang diperoleh adalah data aktivitas guru dan data aktivitas siswa secara klasikal. Sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh dari data tes hasil belajar atau nilai kognitif siswa. Di bawah ini akan dijelaskan data dari setiap tindakan yang telah dianalisis untuk melihat perbandingan hasil tindakan dari masing-masing siklus.

Analisis Data Observasi Guru

Data ini diperoleh dari guru wali kelas dalam melakukan observasi terhadap peneliti sebagai guru selama kegiatan belajar mengajar di kelas.

Dari table di atas peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian pada pengamatan aktiviitas peneliti sebagai guru di kelas bahwa terjadinya peningkatan pada aktivitas guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media puzzle yang menunjukan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I tergolong dalam kategori baik yaitu 85,11%. Dari hasil siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus II dan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 94,63%. Maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran meningkat.

 

Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa

Peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian pada pengamatan aktivitas siswa di kelas bahwa terjadinya peningkatan pada aktivitas siswa dalam melakukan proses pembelajaran di kelas yang menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus I tergolong kategori baik yaitu 78,75%. Dari hasil siklus I tersebuat, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus II dan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 95%. Maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas meningkat.

Analisis data hasil belajar siswa

Dalam penelitian ini, guru memperoleh hasil belajar siswa dari tes yang diberikan guru pada setiap akhir siklus dengan tujuan untuk mengukur kemampuan siswa dari materi daur air yang diberikan oleh guru. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan 68, sedangkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini yakni 70%. Hasil perolehan nilai dari setiap siswa dikonversikan berdasarkan penskoran untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang mencapai KKM. Dari hasil setiap siswa tersebut, dapat diketahui presentase ketuntasan klasikal dari banyaknya siswa yang tuntas. Kemudian hasil perolehan seluruh siswa dirata-ratakan dan dijumlahkan yang didapat hasil rata-rata di bawah ini.

Tabel 6. Data Tes Hasil Belajar Siswa

Konversensi Nilai Tindakan
Siklus I Siklus II
Jumlah Seluruh Siswa 30 30
Jumlah Nilai Siswa 2260,00 2540,00
Presentase Nilai Rata-rata 75,33 84,67
Jumlah Siswa yang Tuntas 24 30
Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 6 0
Presentase Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal 80% 100%
Kategori Baik Sangat Baik

 

Dari tabel di atas peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian pada penilaian tes hasil belajar siswa di kelas bahwa terjadinya peningkatan pada tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran di kelas yang menunjukan bahwa tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus I tergolong kategori baik dalam menguasai materi daur air dengan pembelajaran menggunakan media puzzle sehingga hasil belajar tergolong dalam kategori baik dan dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa yaitu 75,33 dan siswa yang tuntas yakni 24 orang dan yang belum tuntas 6 orang dengan presentase ketuntasan belajar yakni 80%. Dari nilai tes hasil belajar siswa dalam menguasai materi daur air dengan menggunakan media puzzle pada siklus I tersebut, maka pada siklus II perlu dipertahankan hasil tersebut, sehingga pada hasil belajar siklus II dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran yaitu media puzzle diperoleh hasil yang dapat dipertahankan dan tergolong dalam kategori sangat baik yaitu mendapatkan nilai rata-rata 84,67 dan siswa yang tuntas yakni 30 orang dengan presentase ketuntasan belajar yakni 100%. Dari hasil tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa penilaian hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yakni media puzzle di kelas mengalami peningkatan.

Pembahasan

Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan media puzzle pada mata pelajaran IPA materi daur air di kelas V SD Inpres Belang diperoleh dari data tes hasil belajar dan hasil pengamatan selama proses pembelajaran disetiap siklusnya. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini menunjukan bahwa adanya peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi daur air. Untuk lebih jelas, di bawah ini akan dijelaskan perkembangan hasil yang diperoleh dari setiap siklus.

Hasil Penelitian Aktivitas Guru

Hasil observasi pada aktivitas guru selama pembelajaran menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan pada aktivitas guru di kelas pada setiap siklus. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan (Isjoni 2016: 62-64) salah satu peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai pelaksana, yang harus dapat menciptakan situasi memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran, dalam hal ini adalah ilmu yang dimilikinya karena sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.” Dari pernyataan di atas peneliti telah membuktikan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan pada aktivitas guru dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas guru pada siklus I dalam pembelajaran dengan menggunakan media puzzle tergolong kategori baik yaitu 85,11%.

Dari hasil siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran dan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 94,63%. Dari hasil aktivitas guru yang telah dicapai menunjukan bahwa adanya peningkatan. Ini dikarenakan guru menggunakan media puzzle dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga terlihat bahwa adanya peranan guru sebagai motivator dan fasilitator. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh (Moh. Uzer Usman, 2015: 9), peran guru adalah sebagai pengelola kelas, fasilitator, demonstrator, mediator, dan evaluator. Sebagai pengelola kelas guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang dapat memabngkitkan motivasi siswa agar aktivitas dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Maka peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan aktivitas guru dalam proses pembelajaran meningkat.

Hasil Penelitian Aktivitas Siswa

Hasil observasi pada aktivitas siswa secara umum selama pembelajaran menunjukan bahwa terjadinya peningkatan pada aktivitas siswa secara umum di kelas pada setiap siklus. Hal ini dapat dilihat proses pembelajaran siklus I dengan menggunakan media puzzle sehingga hasil dari aktivitas siswa meningkat dan tergolong dalam kategori baik dengan rata-rata yakni 78,75%. Dari hasil siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 90%. Maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dikelas meningkat. Peningkatan pada aktivitas siswa tersebut nampak terlihat dalam pembelajaran dengan menggunakan media puzzle karena dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih aktif dan antusias dengan isi materi daur air, disamping itu siswa lebih bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas dan menyusun gambar serta saling menghargai perbedaan dan pendapat.

Hasil Penelitian Belajar Siswa

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan media puzzle pada mata pelajaran IPA materi daur air pada siswa kelas V SD Inpres Belang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa di setiap siklus. Hal ini dapat dilihat pada siklus I hasil belajar siswa tergolong dalam kategori baik. Hal ini karena adanya rancangan model pembelajaran yang tepat oleh guru yaitu penggunaan media dalam pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu dengan nilai rata-rata 75,33 dan persentase ketuntasan belajar siswa yakni 80%. Hasil yang diperoleh pada siklus I telah menunjukan bahwa penggunaan media puzzle dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang hampir sama terjadi pada siklus II melalui penggunaan media puzzle dengan mengembangkan indikator pembelajaran, dari pembelajaran tersebut diperoleh hasil yang lebih baik dari siklus sebelumnya dengan dengan nilai rata-rata yakni 84,67 dan persentase ketuntasan belajar siswa yakni 100%. Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa siswa kelas V SD Inpres Belang telah belajar dengan baik dan meningkatkan hasil belajarnya pada materi daur air melalui pembelajaran dengan menggunakan media puzzle.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas V SD Inpres Belang untuk mata pelajaran IPA materi daur air dengan menggunakan media puzzle yang telah peneliti laksanakan dalam 2 siklus, maka dapat ditarik kesimpulan berikut: (a) Penggunaan media puzzle pada mata pelajaran IPA materi daur air di kelas V tergolong dalam kategori sangat baik yaitu dengan presentase 95% dan mampu memicu keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa; (b) Hasil belajar siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dengan persentase ketuntasan yaitu 84,67% setelah digunakan media puzzle pada mata pelajaran IPA materi daur air. Hasil belajar siswa meningkat karena siswa sangat antusias dan berpartisipasi aktif dengan penggunaan media puzzle.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, terdapat beberapa saran dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diantaranya yakni sebagai berikut: (a) Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai bahan refleksi bagi sekolah dan sebagai sumber belajar dalam penerapan permainan dalam proses pembelajaran yang tepat; (b) Hasil penelitian ini kiranya dapat memotivasi guru dalam penggunaan media pada proses pembelajaran sehingga situasi pembelajaran menjadi lebih menarik dan kualitas pembelajaran yang lebih bermutu; (c) Guru menggunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga konsep yang diajarkan menjadi lebih jelas dan mudah dipahami oleh siswa; (d) Hasil penelitian ini diharapkan agar siswa dapat termotivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar pada materi-materi selanjutnya; (e) Kiranya hasil penelitian dengan menggunakan media gambar berbentuk puzzle ini dapat dijadikan refrensi untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya pada materi yang berbeda atau pada mata pelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. Dkk. (2017). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Afrianti Kurniasari. (2015). Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Model QT Berbantuan Media Puzzle pada Siswa Kelas IVB SD Negri Ngayalin 01 Semarang. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Semarang.

Aqib Zainal. (2015). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Chamidah. (2014). Penerapan Media Puzzle Untuk Meningkatakan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran IPA Kelas 1 di SDN Sidotopo. Jurnal Penelitian Pendidikan.Vol. 1 No. 2, (Diakses pada tanggal 15 maret 2019).

Dimyati, Mudjiono. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Dominika Yanti. (2014). Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik Menggunakan Media Puzzle IPS Kelas IV di SD. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 11 No. 1. (Diakses pada tanggal 15 Maret 2019).

Dyah Widya, dkk. (2015). Penggunaan Crossword Puzzle untuk Meningkatakan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SD Negri Jember Lor 02 pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol 1 No. 1, (Diakses pada tanggal 15 maret 2019).

Gealach dan Ely dalam Arsyad Azhar. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Igak & Kuswaya. (2014). Teknik Analisis Data. Jakarta: Universitas Terbuka.

Isjoni. (2016). Guru Sebagai Motifator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jaiyaroh, S. Dkk. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Kurniawan, D. (2014). Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Puskur dalam Trianto. (2013). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Rohman M., Amri S. (2014). Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Rosiana Khomsoh. (2017). Penggunaan Media Puzzle untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. PGSD FKIP Universitas Negri Surabaya.

Sapriati, A. (2014). Pembelajaran IPA di SD. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Sumantri dalam Rohman dan Amri. (2014). Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Sudjana dan Rivai dalam Rohman dan Amri. (2014). Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Taufiq, dkk. (2015). Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Trianto. (2013). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

We’u, Gregorius. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Ende: Penerbit Nusa Indah.

Widodo. (2017). Metodologi Penelitian Populer dan Praktis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.