PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VI

SDN SUGIHAN 01 SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Eny Setyowati

SDN Sugihan 01, Kec. Tengaran, Kab. Semarang

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana ketepatgunaan metode problem solving dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan disain  penelitian tindakan. Uraian hasil belajar sesuai dengan yang dilakukan peneliti saat menyampaikan pembelajaran PKn tentang Pemilu kepada siswa kelas VI SD Negeri Sugihan 01 semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016, melalui penerapan model pembelajaran Problem Solving yang mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar melalui penerapan metode Problem Solving dapat dilihat dari hasil pelaksanaan penelitian yaitu persentase ketuntasan pada pembelajaran pra siklus hanya 5 (23%) siswa, dengan capaian rata-rata klasikal hanya 54. Pada siklus 1 pertemuan 1 meningkat dimana capaian rata-rata klasikal mencapai 58 dengan tingkat ketuntasan 36%. Pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dimana rata-rata klasikal mencapai 62,7 dengan tingkat ketuntasan 41%, pada siklus 2 pertemuan 1 rata-rata klasikal mencapai 63 dengan tingkat ketuntasan 50%. Sedangkan pada siklus 2 pertemuan 2 rata-rata klasikal mencapai 81 dengan tingkat ketuntasan klasikal 91%, dimana dari 22 siswa, sebanyak 20 siswa diantaranya mampu mendapatkan nilai melebihi KKM yang telah ditetapkan yaitu 69. Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Solving mampu meningkatkan hasil belajar PKn tentang Pemilu kepada siswa kelas VI SD Negeri Sugihan 01 semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Pembelajaran PKn, Problem Solving, Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia, pemerintah berupaya dengan mengadakan pembaharuan sistem pendidikan nasional, diantaranya pembaharuan dan penghapusan desentralisasi pendidikan oleh pemerintah. Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2006 juga ditegaskan bahwa “tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang  bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan  menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk itu guru perlu mengadakan PTK untuk memperbaiki kinerjanya.

Permasalahan timbul berdasarkan analisis terhadap capaian hasil tes formatif siswa kelas VI SDN Sugihan 04 menunjukkan hasil yang rendah. Dari 22 siswa yang mengikuti  tes, hanya 5 (23%) siswa yang dapat mencapai nilai di atas ketuntasan minimal yang diharapkan yaitu 69. Dengan capaian rata-rata klasikal hanya 54. Beberapa temuan yang  diperolah adalah sebagian besar siswa belum dapat menyerap materi pembelajaran yang disampaikan guru. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran belum optimal, Guru kurang mampu membangkitkan semangat bertanya siswa, metode pembelajaran yang digunakan belum bervariasi.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas masalah yang diangkat dapam penelitian tindakan kelas ini adalah ”Apakah metode Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Sugihan 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Pemilu?”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Mengetahui sejauh mana ketepatgunaan metode problem solving dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

KAJIAN TEORI

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar berisi bahan pelajaran yang ditekankan kepada pengalaman dan pembiasaan. Tujuan pendidkan kewarganegaraan yaitu partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prisip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Fungsi mata pelajaran Kewarganegaraan di SD adalah membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter, serta setia kepada bangsa dan negara Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Melalui pembelajaran PKn diharapkan siswa mampu: Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isi kewarganegaraan, berpartisipasi aktif secara bebas dan bertanggung jawab serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pembentukan diri yang didasarkan pada karakter positif masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia yang demokratis.

 Metode Problem Solving

Problem solving adalah salah satu dari kegiatan metode inkuiri yang paling sering di gunakan, metode inkuiri juga disebut metode penyelesaiaan masalah atau discovery. Inkuiri lebih memberi tekanan pada keyakinan atas dirinya sendiri terhadap apa yang ditemukan,  metode problem solving lebih menekankan pada terselesaikannya masalah itu sendiri. Penyelesaian masalah (problem solving) adalah proses memikirkan dan mencari jalan keluar bagi masalah tersebut. Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau. Biasanya cara ini digunakan pada masalah-masalah yang muncul secara berkala yang hanya berbeda dalam bentuk penampilannya. Penyelesaian masalah dengan intuitif. Dalam hal ini, masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi berdasarkan intuitif dan firasat. Penyelesaian masalah dengan cara trik dan eror Penyelesaian masalah dilakukan dengan cara coba-coba sehingga akhirnya  ditemukan penyelesaian yang tepat. Penyelesaian masalah secara otomatis. Penyelesaian masalah dilakukan berdasarkan kewenangan seseorang. Penyelesaian masalah secara ilmiah.

Problem solving memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode problem solving antara lain: (1)Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan; (2)Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil; dan (3)Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajar siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan mencari pemecahan masalah.

Adapun Kekurangan metode problem solving antara lain sebagai berikut: (1)Menentukan suatu masalah yang tingkat kualitasnya sesuai dengan tingkat berfikir siswa dan memerlukan kemampuan dan keterampilan guru; (2)Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain; dan (3)Mengubah kebiasaan siawa belajar dengan mendengar dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan  banyak berfikir memecahkan permasalahan, kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

Langkah-langkah pelaksanaan metode problem solving:

1.   Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok kecil;

2.   Mendefinisikan masalah;

3.   Mendiagnosis masalah;

4.   Merumuskan alternatif strategi dan tindakan;

5.   Menentukan dan menerapkan strategi;

6.   Evaluasi / Tindak lanjut.

Hasil Belajar

Belajar mencakup semua aspek tingkah laku dan dapat dilihat dengan nyata, proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif. Dalam interaksi pembelajaran unsur guru dan siswa harus aktif, karena tidak mungkin terjadi roses interaksi bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam sikap, mental, dan perbuatan. Hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak pernah melakukan sesuatu. Untuk mengahasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar, Hanya dengan keuletan, sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme inilah yang mampu untuk mencapainya.

 METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan disain penelitian tindakan yang dirancang melalui dua siklus melalui prosedur: (1)Perencanaan, (2)Pelaksanaan tindakan, (3)Pengamatan, (4)Refleksi dalam tiap-tiap siklus. Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2015/2016. Siklus I dilaksanakan pada 7 dan 14 September 2015, sedangkan siklus II dilaksanakan pada 21 dan 28 September 2015. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri Sugihan 01 tahun pelajaran 2015/2016. Data yang digunakan peneliti dalam penelitian berasal dari instrumen kinerja, antara lain data hasil belajar siswa. Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yang dilaksanakan dengan dua siklus adalah seperti diuraikan berikut ini:

1.   Perencanaan. Dalam tahap perencanaan disiapkan hal-hal sebagai berikut: (a)Menyiapkan bahan, inventarisasi kebutuhan dan inventarisasi masalah/kesulitan guru dalam mengelola pembelajaran, (b)Berdiskusi dengan guru tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran PKn, (c)Menyiapkan jadwal pelaksanaan pendampingan pada setiap guru disesuaikan dengan kesiapan setiap guru, dan (d)Menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pendampingan.

2.   Pelaksanaan Tindakan. Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, yaitu: (a)Perencanaan pembelajaran: mulai dari menyusun rencana pengajaran: menyiapkan metode, membuat media belajar, menyiapkan sumber belajar, dan menyiapkan alat evaluasi. (b)Melaksanakan kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sesuai dengan pokok bahasan dan materi yang akan diajarkan. (c)Mengevaluasi hasil belajar terhadap siswa.

3.   Pengamatan (Observation). Pengamatan dilakukan pada setiap tahap penelitian, mulai dari tahap perencaaan dan pelaksanaan tindakan, kejadian dan hal-hal yang terjadi direkam dalam bentuk catatan-catatan hasil observasi, dan didokumentasikan sebagai data-data penelitian.

4.   Refleksi (Reflection): Pada akhir tiap siklus diadakan refleksi berdasarkan data observasi, dengan Refleksi ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kinerja guru dan hasil belajar siswa, kendala-kendala apa yang menghambat, faktor apa saja yang menjadi pendorong, dan alternatif apa sebagai solusinya.

Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data dilakukan dalam dua cara,  yaitu teknik tes dan teknik non tes. Alat pengumpul data penelitian difokuskan pada perangkat pengumpulan data yang berdasarkan kriteria keberhasilan pendidikan, yaitu; rekam jejak pelaksanaan pembelajaran melalui lembar observasi pembelajaran masing-masing siklus. Analisis data penelitian dilakukan dengan cara trianggulasi data, yaitu dengan menggunakan berbagai data perolehan baik melalui angket, hasil tes, hasil rekaman, dan hasil pengamatan. Berbagai data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan statistik deskriptif. Indikator keberhasilan dalam penelitian yang ditetapkan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sekurang-kurangnya 75% subjek penelitian memperoleh nilai hasil   tes formatif sesuai atau melebihi nilai KKM yang telah ditentukan. Terjadinya perubahan perilaku dalam proses pembelajaran yang mengedepankan aktifitas siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pra-Siklus

 Permasalahan dalam penelitian ini dimulai dari hasil tes formatif yang menunjukkan bahwa dari 22 siswa yang mengikuti tes formatif dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, terdapat 17 siswa atau sebesar 73% belum tuntas. Sementara itu, hanya ada 5 siswa atau sebesar 27% siswa telah tuntas atau mencapai KKM yang telah ditetapkan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dilakukan tindakan terhadap para siswa tersebut dengan menggunakan metode problem solving dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan topik pemilu. Tindakan yang dilakukan terdiri dari dua siklus dengan masing-masing siklus mengikuti tahapan-tahapan pelaksanaan yang harus dilakukan sesuai dengan metode penelitian tindakan.

Hasil Pembelajaran Siklus 1

Berdasarkan prosedur penelitian yang telah ditentukan, pelaksanaan perbaikan pembelajaran masing-masing siklus dilakukan melalui 4 tahapan kegiatan yang meliputi tahap perencanaan, tindakan/pelaksanaa, observasi, dan refleksi.

Berdasarkan hasil pada siklus 1, kelihatan ada peningkatan hasil belajar pada siswa.  Hasil belajar Siklus 1 menunjukkan 6 anak tuntas (27%), sedangkan siswa yang belum tuntas 16 anak (73%). Pada pertemuan kedua, siswa yang tuntas 9 anak (41%) dan yang belum tuntas 13 anak (59%). Pada pertemuan kedua, terjadi kenaikan ketuntasan belajar sebesar 14% yaitu dari 6 anak (27%) menjadi 9 anak (41%). Sedang belum tuntas mengalami penurunan sebesar 14% dari 16 anak (73%) menjadi 13 anak (59%).

Hasil refleksi guru pada siklus 1 pertemuan 2 menemukan hal-hal berikut ini: Siswa masih kurang aktif dan kreatif dalam pembelajaran, Guru kurang dalam memberikan motivasi pada siswa, Hasil belajar siswa mengalami perubahan menjadi lebih meningkat. Dari 22 siswa, ada 9 siswa (41%) dengan rata-rata klasikal 62,7

 Hasil Pembelajaran Siklus 2

Hasil pembelajaran Siklus 1 selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk pernyusunan kegiatan Siklus 2 yang meliputi perencanaan, pembimbingan terhadap siswa, evaluasi, tindak lanjut dan refleksi.

Berdasarkan hasil Siklus 2, dapat diuraikan bahwa pada pertemuan 1, siswa yang mengalami ketuntasan belajar 11 anak (50%) sedang yang belum tuntas 11 anak (50%). Pada pertemuan kedua, siswa yang tuntas mengalami kenaikan cukup signifikan yairu 20 anak (91%), sedang yang belum tuntas 2 anak (9%). Dari data di atas terdapat kenaikan ketuntasan belajar dari 11 anak menjadi 20 anak atau naik 41%, sedan ketidak ketuntasan mengalami penurunan sebesar 41% atau 11 anak menjadi 2 anak.

Dari hasil refleksi perbaikan pembelajaran siklus 2 pertemuan 2 menunjukkan ada peningkatan yang sangat signifikan. Siswa tidak malu-malu lagi dalam mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan dari guru. Kesungguhan siswa dalam belajar juga mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran Problem Solving melalui diskusi kelompok dengan anggota kelompok yang hiterogen kemampuan berpikirnya. Siswa lebih bersemangat dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Konsentrasi siswa lebih terpusat pada pembelajaran. Apalagi pada saat kerja kelompok yang membutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi untuk mencari pasangan dari kartu soal yang dibawa oleh masing- masing siswa.

SIMPULAN

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Pemilu dengan menerapkan metode Problem Solving dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa kelas VI semester 1 di SD Negeri Sugihan 01Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Peningkatan hasil belajar melalui penerapan metode Problem Solving dapat dilihat dari hasil pelaksanaan penelitian yaitu persentase ketuntasan  pada pembelajaran pra siklus hanya 5 (23%) siswa, dengan capaian rata-rata klasikal hanya 54. Pada siklus 1 pertemuan 1 meningkat dimana capaian rata-rata klasikal mencapai 58 dengan tingkat ketuntasan 36%. Pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dimana rata-rata klasikal mencapai 62,7 dengan tingkat ketuntasan 41%, pada siklus 2 pertemuan 1 rata-rata klasikal mencapai 63 dengan tingkat ketuntasan 50%. Sedangkan pada siklus 2 pertemuan 2  rata-rata klasikal mencapai 81 dengan tingkat ketuntasan klasikal 91%, dimana dari 22 siswa, sebanyak 20 siswa diantaranya mampu mendapatkan nilai melebihi KKM yang telah  ditetapkan yaitu 69.

 DAFTAR PUSTAKA

 Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Depdiknas, (2006). Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan. Online http://farhanzen.wordpress.com

 Itihat Zainul Amin, (2005) Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan 1- 6, Jakarta Universitas Terbuka

Itihat Zainul, (2003) Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta Universitas Terbuka

Mastur, Zaenuri. (2004). Model Pembelajaran Lingkungan. Online http://www.suaramerdeka.com.

 Syamsuddin Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

 Sudrajat Akhmat Pendekatan, strategi, metode Pembelajaran http://www.psb.org/content/blog

Wardani, I Gak (2007). Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Cet 20. Jakarta: Universitas Terbuka

 Winataputra Udin (2004). Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka