PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS BAGI SISWA KELAS III SD NEGERI 1 KUTOHARJO PADA SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Pujiati

Guru Kelas III di SD Negeri 1 Kutoharjo

Permasalahan dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. Guru dalam menyampaikan materi pada siswa masih konvensional sehingga siswa kurang merasa tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan karena materi yang disampaikan guru sama dengan materi di buku, sehingga siswa bosan di dalam kelas. Guru kurang memaksimalkan penggunaan media, sehingga siswa pasif dalam pembelajaran. Adanya siswa yang belum aktif seperti tidak berani maju ke depan kelas, takut ditertawakan, kurang interaktif dengan guru dan teman sekelas. Hal ini menunjukkan belum ada keaktivan saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini mengakibatkan rata – rata hasil belajar IPS pada siswa kelas III SD Negeri 1 Kutoharjo sebelum penelitian sangat rendah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah  melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah kinerja guru menjadi semakin kreatif dan inovatif, meningkatkan aktivitas siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Kutoharjo?. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas III SD Negeri 1 Kutoharjo.

Subyek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Kutoharjo yang banyaknya 21 siswa, terdiri dari siswa laki-laki 9 anak dan siswa perempuan 12 anak. Variabel yang diselidiki pada penelitian ini adalah aktivitas siswa, kemampuan guru dan hasil belajar. Alat pengumpul data yang digunakan adalah soal tes, lembar observasi dan foto kegiatan pembelajaran dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, aktivitas siswa, aktivitas guru dan hasil belajar dalam proses pembelajaran meningkat. Terbukti hasil aktivitas siswa pada siklus 1 adalah 52%  masuk dalam kategori kurang, pada siklus 2 menjadi 80% masuk dalam kategori baik, dan pada siklus 3 meningkat menjadi 89% masuk pada kategori baik sekali. Aktivitas guru pada siklus I adalah 59% dengan kategori cukup, pada siklus II  menjadi 81% dengan kategori baik dan pada siklus III meningkat menjadi 88% dengan kategori baik sekali. Hasil belajar pada siklus I diperoleh rata – rata 60 dengan ketuntasan belajar 29%, siklus II rata – rata 67 dengan ketuntasan 62% dan pada siklus III menjadi 80 dengan ketuntasan belajar 100%.

Saran bagi guru adalah model pembelajaran STAD dapat digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan  pembelajaran yang lainnya. Sebaiknya guru melaksanakan refleksi diri tentang kelemahan dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inovatif, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran dibutuhkan pendekatan atau model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Model  pembelajaran STAD

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada materi Kenampakan Alam dan Buatan masih didominasi dengan ceramah oleh guru, sehingga aktivitas siswa sangat minim/rendah dan hasil belajar IPS juga rendah.

Menghadapi kondisi di atas peneliti sebagai guru kelas berkeinginan mempelajari penggunaan pembelajaran kooperatif tipe yang dipilih adalah model pembelajaran tipe STAD. Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini, para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (tinggi, sedang, rendah). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja siswa dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim (Nurhadi, 2004: 64). Dengan adanya tugas kelompok diharapkan dapat memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.

Hubungan antar teman sebaya di dalam kelas tidaklah dapat dipandang remeh. Pembelajaran STAD yang dibentuk di dalam kelas dapat memanfaatkan pengaruh teman sebaya itu untuk tujuan-tujuan positif dalam pembelajaran IPS. Dalam kenyataannya, anak belajar dari anak-anak lain yang memiliki status dan umur yang sama, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda. Anak bebas mencari hubungan yang bersifat pribadi dan bebas pula menguji dirinya dengan teman-teman yang lain.

B. Rumusan Masalah

Apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah kinerja guru menjadi semakin kreatif dan inovatif, meningkatkan aktivitas siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Kutoharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas III SD Negeri 1 Kutoharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang.

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

Morgan et.al menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanent yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar menurut pandangan Skinner, seperti dikutip Dimyati dan Mudjiono (2002: 9) bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila tidak belajar maka responnya menurun.

Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Brings dalam Sugandi, 2000: 10). Senada dengan pengertian pembelajaran tersebut (Darsono, 2002: 24) menegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.

Student Teams Achievment Division (STAD) merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menugaskan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa yang beranggotakan 4-5 siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu (Slavin, 2009: 11).

Menurut Slavin (2009: 143), STAD terdiri dari lima (5) komponen utama, yaitu Presentasi kelas, Kerja Tim, Kuis, Skor Perbaikan Individual dan Penghargaan Tim.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berhubungan dengan perilaku individu dalam suatu sistem sosial atau hubungan antara manusia yang dapat mempengaruhi interaksi sosial. Contoh pengetahuan tentang aturan, hukum, moral, nilai, bahasa dan lain sebagainya. Pengetahuan tentang hal di atas muncul dalam budaya tertentu sehingga dapat berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain. Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk dari interaksi seseorang dengan orang lain. Ketika anak melakukan interaksi dengan temannya, maka kesempatan untuk membangun pengetahuan sosial dapat berkembang (Wadsworth, 1989: 12).

B. Kerangka Berpikir

Tindakan yang dilakukan peneliti adalah  menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk memperbaiki proses pembelajaran. Terjadilah komunikasi antar siswa sehingga siswa aktif maka aktivitas dan respon siswa meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas dan respon siswa dalam proses pembelajaran maka hasil belajar siswa meningkat dan kualitas pembelajaran pun meningkat.

C. Hipotesis

Dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS di Kelas III SD Negeri 1 Kutoharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Kutoharjo yang beralamatkan di Jalan K. H. Mansyur No. 2a, Kelurahan Kutoharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang.

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Kutoharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, terdiri dari 12 siswa perempuan dan 9 siswa laki – laki.

C. Sumber Data

Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi pelaksanaan penelitian aktivitas siswa di kelas III yang menggunakan model pembelajaran STAD.

Sumber data guru diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru saat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD.

Sumber data dokumen berupa data awal siswa kelas III mata pelajaran IPS dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data Observasi diperoleh dari lembar pengamatan guru sehingga dapat diketahui apakah proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas siswa.

Data Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dilanjutkan dengan pembentukan kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 – 6 orang siswa yang dipilih secara heterogen. Kegiatan selanjutnya menyampaikan materi. Guru memperlihatkan suatu gambar yang ditempelkan pada papan tulis. Gambar yang ditempel guru pada papan tulis ada 2, yaitu gambar gunung dan gambar rumah. Guru meminta siswa mengamati gambar tersebut dari tempat duduk masing-masing. Kemudian guru menawarkan kepada siswa untuk menunjukkan gambar manakah yang termasuk lingkungan alam.

Kemudian guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kepada tiap kelompok. LKS tersebut berisi ringkasan materi dan soal untuk kelompok. Masing-masing kelompok diminta mempelajari materi tersebut. Saat membaca materi, masih ada saja siswa yang diam atau bahkan berpindah ke kelompok lain. Melihat hal ini guru memberikan arahan kepada siswa agar ikut aktif dalam kelompok masing-masing supaya dapat memahami materi yang ada. Setelah membaca ringkasan materi, masing-masing kelompok diminta berdiskusi untuk mencari jawaban dari soal yang diberikan. Banyak diantara siswa yang mencoba mengintip jawaban dari kelompok lain. Banyak diantara siswa yang mencoba mengintip jawaban dari kelompok lain. Kelompok yang tidak terima jawabannya di contek mengadukan kepada guru. Kemudian guru memberikan motivasi. Selama proses pembelajaran, guru berkeliling untuk mengontrol aktivitas siswa dalam kelompok. Setelah diskusi selesai, guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasilnya.

Berdasarkan penelitian aktivitas siswa diperoleh hasil persentase tiap aspek sebagai berikut: mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman (56%), membaca (LKS/Buku) (56%), bertanya (50%), mempresentasikan hasil kerja kelompok (50%), berpendapat (50%). Sehingga diperoleh rata-rata persentase sebesar 52%, dan masuk pada kategori kurang.

Berdasarkan penelitian aktivitas guru diperoleh hasil tiap aspek sebagai berikut: menginformasikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan tipe STAD memperoleh nilai 2 (cukup), penjelasan tentang materi dan kerja kelompok yang akan dilakukan memperoleh nilai 2 (cukup), pengorganisasian siswa dalam kelompok memperoleh nilai 2 (cukup), berkeliling memberi bimbingan pada kelompok memperoleh nilai 2 (cukup), memberi rangsangan berfikir pada kelompok dalam memecahkan masalah memperoleh nilai 2 (cukup), memberi motivasi pada kelompok untuk mengeluarkan pendapat memperoleh nilai 2 (cukup), memberi penilaian baik individu maupun kelompok memperoleh nilai 3 (baik), memberi penghargaan kelompok memperoleh skor 4 (baik sekali). Sehingga diperoleh jumlah nilai 19 dengan persentase yang dicapai sebesar 59%, dan masuk pada kategori cukup.

Pada awalnya rata-rata nilai yang diperoleh masih kurang. Siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar hanya 9,5%. Tetapi setelah dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata pada siklus 1 sebesar 60 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40. siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebesar 29% (6 siswa) dan yang belum tuntas sebesar 71% (15 siswa).

Berdasarkan deskripsi data siklus 1, maka dalam pembelajaran diperoleh permasalahan sebagai berikut: 1) Hasil belajar siswa menunjukkan masih ada 71% siswa yang belum mencapai KKM. Siswa yang sudah mencapai KKM sebesar 29%. Sehingga ketuntasan belajar belum tercapai, 2) Siswa belum berani untuk mengemukakan pendapatnya, 3) Siswa belum sepenuhnya bekerjasama dalam kelompok, 4) Masih banyak siswa yang bermain-main sendiri, sehingga waktu mengerjakan soal tidak cukup, 5) Motivasi guru masih kurang, sehingga siswa lebih asyik dengan kegiatannya sendiri, 6) Guru belum memberikan perhatian pada kelompok dengan merata, masih sebagian saja.

2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang lingkungan buatan dan contohnya. Kemudian guru menginformasikan kepada siswa bahwa setelah ini siswa akan diajak berjalan-jalan di sekitar sekolah dan kampung, untuk belajar dan mengetahui secara langsung contoh dari lingkungan buatan. Siswa agak ramai mendengar informasi tersebut dan sangat berantusias untuk segera keluar kelas. Selanjutnya guru mengajak siswa berbaris di depan kelas agar perjalanan nantinya tertib.

Sambil berjalan siswa mengamati lingkungan buatan yang dilihat, siswa berjalan-jalan dengan tertib, karena sebelumnya guru sudah memberikan peringatan dan akan memberikan sanksi bagi yang melanggar. Lingkungan buatan yang dilihat dan diamati diantaranya: lapangan, masjid, sekolah, pos kamling, kantor kelurahan, rumah, selokan, alun-alun, kolam ikan, taman, dan lain sebagainya. Setelah dirasa cukup, guru mengajak siswa kembali ke sekolah. Selanjutnya siswa duduk berdasarkan kelompoknya dengan anggota 5 – 6 orang. Guru membagikan LKS pada tiap kelompok. Isi LKS berupa ringkasan materi dan juga soal untuk kelompok. Dalam melaksanakan tugas kelompok ini, siswa sudah mulai melakukan kerjasama dengan baik. Beberapa siswa sudah terlihat membantu menjelaskan materi kepada teman yang belum menguasai. Namun waktu pengerjaan tugas masih melampaui waktu yang ditentukan.

Setelah diskusi selesai, guru meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasilnya ke depan kelas. Ada beberapa kelompok yang langsung mau, tanpa ditunjuk oleh guru. Kemudian guru memberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan dan pertanyaan. Ada beberapa siswa sudah berani memberikan tanggapan dan pertanyaan. Guru memberikan senyuman dan tepukan tangan kepada siswa tersebut. Kemudian guru memberikan penjelasan lagi agar siswa lebih dapat memahami materi yang diajarkan. Selanjutnya siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan penelitian aktivitas siswa diperoleh hasil persentase tiap aspek sebagai berikut: mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman (81%), membaca (LKS/Buku) (88%), bertanya (81%), mempresentasikan hasil kerja kelompok (69%), berpendapat (81%). Sehingga diperoleh rata-rata persentase sebesar 80%, dan masuk pada kategori baik.

Berdasarkan penelitian aktivitas guru diperoleh hasil tiap aspek sebagai berikut: menginformasikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan tipe STAD memperoleh nilai 3 (baik), penjelasan tentang materi dan kerja kelompok yang akan dilakukan memperoleh nilai 3 (baik), pengorganisasian siswa dalam kelompok memperoleh nilai 3 (baik), berkeliling memberi bimbingan pada kelompok memperoleh nilai 3 (baik), memberi rangsangan berfikir pada kelompok dalam memecahkan masalah memperoleh nilai 3 (baik), memberi motivasi pada kelompok untuk mengeluarkan pendapat memperoleh nilai 3 (baik), memberi penilaian baik kelompok memperoleh nilai 4 (baik sekali). Memberi penghargaan kelompok memperoleh nilai 4 (baik sekali) Sehingga diperoleh jumlah nilai 26 dengan persentase yang dicapai sebesar 81%, dan masuk pada kategori baik.

Pada awalnya pada siklus 1 rata-rata nilai yang diperoleh masih kurang. Siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar hanya 29%. Tetapi setelah dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata pada siklus 2 sebesar 67 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebesar 62% dan yang belum sebesar 38%.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilaksanakan pada siklus 2, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana pada tindakan pada siklus berikutnya. Guru sudah berusaha untuk tampil lebih baik dan melaksanakan aspek pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari pelaksanaan observasi, maka hal-hal yang perlu ditingkatkan adalah 1) Aktivitas siswa dalam kelompok sudah meningkat, namun belum mencapai indikator keberhasilan. Siswa masih ada yang malu untuk berpendapat dan bertanya serta dalam hal berbagi tugas siswa belum membaginya dengan adil, 2) Hasil belajar siswa masih ada yang menunjukkan 38% belum tuntas. Ketuntasan belajar kelas hanya 62%. Sehingga belum tercapai indikator keberhasilan.

3. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Guru menempelkan gambar manfaat lingkungan alam dan buatan pada papan tulis. Siswa mulai ramai bertanya kepada guru tentang gambar tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara bergantian tiap kelompok maju ke depan mengamati gambar tersebut. Setelah semua kelompok selesai melihat, guru meminta siswa untuk menyebutkan manfaat dari gambar yang terpasang itu. Siswa berebut untuk menjawab dengan mengacungkan jari tangan. Mereka berebut sambil berjalan maju mendekati guru. Karena situasi kelas menjadi ramai, guru kemudian menginformasikan bahwa yang duduknya paling diam akan ditunjuk untuk menjawab. Akhirnya semua siswa diam dan duduk tenang.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya karena apabila materi tadi belum jelas. Siswa mulai aktif untuk bertanya karena sudah mulai sadar dan tahu pentingnya bertanya.

Setelah selesai menjelaskan tentang contoh manfaat lingkungan alam dan buatan, guru kemudian membagikan LKS kepada tiap kelompok. LKS yang diberikan berisi ringkasan materi dan soal latihan untuk kelompok. Siswa sudah mulai tenang dan aktif dalam kelompoknya. Materi yang diberikan dipelajari bersama-sama, dengan pembagian tugas yang adil. Siswa yang merasa belum jelas bertanya kepada temannya. Temannyapun membantu untuk menjelaskan dengan harapan teman satu kelompok dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Saat diskusi berlangsung, guru berkeliling mengamati kerjasama yang terjadi. Guru memberikan bimbingan kepada siswa yang bertanya saja, tidak secara klasikal karena akan mengganggu kelompok lain. Sambil berkeliling, guru memberikan motivasi dan rangsangan terhadap kelompok. Pada siklus ini siswa sudah mampu menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Setelah diskusi kelompok selesai guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Tiap kelompok sudah maju dengan sendirinya. Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasilnya, guru kemudian membahas hasil-hasil tersebut. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila belum jelas dan paham tentang materi tersebut. Karena semua siswa menjawab sudah jelas, maka siswa diminta membuat kesimpulan dari materi tersebut.

Berdasarkan penelitian aktivitas siswa diperoleh hasil persentase tiap aspek sebagai berikut: mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru/teman (88%), membaca (LKS/Buku) (94%), bertanya (88%), mempresentasikan hasil kerja kelompok (88%), berpendapat (81%). Sehingga diperoleh rata-rata persentase sebesar 89%, dan masuk pada kategori baik sekali.

Berdasarkan penelitian aktivitas guru diperoleh hasil tiap aspek sebagai berikut: menginformasikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan tipe STAD memperoleh nilai 4 (baik sekali), penjelasan tentang materi dan kerja kelompok yang akan dilakukan memperoleh nilai 4 (baik sekali), pengorganisasian siswa dalam kelompok memperoleh nilai 3 (baik), berkeliling memberi bimbingan pada kelompok memperoleh nilai 3 (baik), memberi rangsangan berfikir pada kelompok dalam memecahkan masalah memperoleh nilai 3 (baik), memberi motivasi pada kelompok untuk mengeluarkan pendapat memperoleh nilai 3 (baik), memberi penilaian baik kelompok memperoleh nilai 4 (baik sekali). Memberi penghargaan kelompok memperoleh nilai 4 (baik sekali) Sehingga diperoleh jumlah nilai 28 dengan persentase yang dicapai sebesar 88%, dan masuk pada kategori baik sekali.

Pada awalnya pada siklus 2 rata-rata nilai yang diperoleh masih kurang. Siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar hanya 62%. Tetapi setelah dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata pada siklus 3 sebesar 80 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65. Semua siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebesar 100% dan yang belum sebesar 0%.

B. Pembahasan

1. Siklus I

Sebagian siswa kurang memperhatikan penjelasan guru atau teman. Hal ini disebabkan karena penjelasan guru terlalu cepat akibatnya sukar dipahami siswa. Sehingga siswa lebih senang bercerita dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan guru.

Sebagian siswa masih ada yang bermain-main. Siswa masih belum terbiasa dengan proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD. Apalagi minat baca siswa juga relative rendah. Sehingga LKS dan Buku panduan hanya dibaca oleh sebagian siswa saja. Aspek membaca (LKS/Buku) memperoleh hasil 56%.

Hanya beberapa siswa yang berani bertanya pada guru maupun pada anggota kelompoknya tentang hal-hal yang belum dimengerti dengan persentase yang dicapai 50%.

Siswa sebagian besar bahkan hampir seluruhnya belum dapat mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan baik. Siswa masih takut untuk mempresentasikan. Dan hasil presentasinya juga belum tepat. Sehingga hanya memperoleh hasil persentase sebesar 50%.

Sebagian besar siswa masih malu-malu dan takut untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dikarenakan siswa dalam berbicara belum dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Siswa juga takut salah dalam menyampaikan pendapatnya. Sehingga hanya memperoleh hasil persentase sebesar 50%.

Guru sebelum memulai proses pembelajaran sudah menginformasikan tujuan pembelajaran dengan jelas namun terlalu cepat, sehingga masih ada siswa yang belum jelas atau belum menangkap informasi tersebut.

Pada saat memberikan penjelasan tentang materi dan kerja kelompok yang akan dilakukan, guru belum menjelaskan dengan rinci. Sehingga siswa masih kebingungan dalam pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan apalagi pembelajaran kooperatif, belum pernah dilakukan siswa sama sekali.

Dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok belum maksimal. Guru sudah membentuk kelompok secara heterogen, namun dalam pengaturan tempat duduk belum terkondisi dengan baik. Dalam pembentukan kelompok, siswa juga ramai karena berebut memilih tempat duduk kelompok yang lebih dekat dengan papan tulis.

Guru sudah berkeliling memberikan bimbingan dalam diskusi kelompok dan mepresentasikan hasil, namun belum terlalu sering atau masih kurang merata.

Guru jarang memberikan rangsangan berfikir dengan kata-kata yang menarik dan mudah dimengerti sehingga siswa menjadi malas berfikir dalam memecahkan masalah.

Guru sudah memberikan motivasi agar siswa dapat menyampaikan pendapatnya dan bertanya. Tetapi siswa masih banyak yang takut untuk mengeluarkan pendapat dan bertanya.

Berdasarkan observasi siklus 1 agar siswa tidak takut lagi dalam berpendapat dan bertanya, guru hendaknya membangkitkan kepercayaan diri siswa dan berikan reward bagi siswa yang berani bertanya dan berpendapat.

Guru sudah memberikan penilaian baik penilaian aktivitas siswa dalam kelompok maupun individu. Guru dalam membangkitkan motivasi anak terhadap perilaku yang diinginkan berada pada kategori baik sekali.

Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus 1 rata-rata mencapai 60 dengan ketuntasan belajar 29% masuk dalam kategori sangat kurang

2. Siklus II

Siswa sebagian besar sudah dapat mendengarkan materi yang disampaikan guru maupun temannya dalam kelompok. Mereka mendengarkan dengan serius. Aktivitas bermain-main sudah agak hilang atau hanya sedikit siswa yang bermain. Karena mereka sadar, dengan mendengarkan penjelasan maka mereka akan lebih mudah dalam mengerjakan tes individu. Aspek ini mengalami peningkatan hasil yang dicapai yaitu sebesar 81%.

Siswa sudah mulai sadar akan arti membaca. Sehingga sudah lebih banyak siswa yang membaca LKS dan buku panduan. Pada siklus 2 ini memperoleh hasil 88%.

Aktivitas bertanya siswa sudah jauh lebih baik. Pada siklus 1 siswa masih malu dan takut untuk bertanya baik kepada guru ataupun temannya. Namun pada siklus 2 ini meningkat. Siswa saling berlomba menyampaikan pertanyaan tentang apa saja yang belum dipahami. Sehingga terjalin interaksi yang baik dalam diskusi. Aspek bertanya ini mencapai hasil 81%.

Aktivitas mempresentasikan hasil kerja kelompok sudah mengalami peningkatan. Siswa sudah mulai berani maju kedepan kelas tanpa diminta, meskipun belum dari keseluruhan kelompok. Hasil dari presentasi tersebut juga lebih baik dari siklus sebelumnya. Aspek ini memperoleh hasil persentase sebesar 69%.

Siswa sudah mulai berani untuk menyampaikan pendapat, meskipun dengan kalimat yang terbata-bata. Siswa mengemukakan pendapatnya meskipun ragu dengan jawabannya. Pada aspek berpendapat ini memperoleh hasil 81%.

Guru dalam menyampaikan informasi dan tujuan pembelajaran sudah lebih baik dan jelas. Pada saat guru menjelaskan materi dan langkah-langkah pembelajaran kooperatif sudah ada peningkatan. Guru dalam pembentukan kelompok sudah baik dan heterogen. Pembentukan kelompok berdasarkan prestasi, jenis kelamin dan agama. Pengaturan tempat duduk juga sudah lebih baik. Siswa yang ramai masih ada, namun dalam jumlah sedikit.

Dalam memberikan bimbingan, guru sudah melaksanakan dengan baik meskipun belum maksimal. Namun secara keseluruhan jauh lebih baik. Guru sudah sering memberikan rangsangan berupa kata-kata yang mudah dimengerti, jelas. Tetapi masih ada siswa yang pasif, belum mau bergabung dengan kelompoknya untuk mengerjakan tugas kelompok.

Guru dalam memberikan motivasi agar siswa berani mengeluarkan pendapat dan bertanya sudah cukup bagus. Namun perlu dimaksimalkan lagi agar semua siswa dapat berperan aktif dalam diskusi, dan pada siklus berikutnya menjadi lebih baik.

Guru sudah memberikan penilaian baik individu maupun kelompok dengan baik. Guru sudah memberikan informasi kriteria penilaian kepada siswa sehingg siswa dapat lebih baik lagi dalam mengerjakan tugas dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat poin tertinggi yaitu dengan memberikan hadiah berupa sertifikat dan tepuk tangan. Pemberian hadiah ini belah memunculkan efek positif pada siswa.

Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus 2 rata-rata mencapai 67 dengan ketuntasan belajar 62% masuk dalam kategori cukup.

3. Siklus III

Sebagian besar siswa sudah mendengarkan materi ataupun penjelasan guru dan temannya dengan baik. Siswa sudah jarang yang bermain-main sendiri. Mereka sudah aktif dalam melaksanakan tugas, karena paham dengan penjelasan yang diberikan. Siswa sadar bahwa dengan mendengarkan materi, mereka akan lebih mudah mengerjakan tes individu yang diberikan guru. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman mencapai peningkatan yaitu memperoleh hasil 88%.

Aktivitas siswa meningkat cukup pesat. Siswa sudah aktif membaca LKS dan Buku Panduan tanpa diminta. Aktivitas bermain siswa juga sudah jarang. Siswa sudah paham tentang arti membaca, yaitu dengan membaca, kita jadi tahu banyak pengetahuan. Aspek ini memperoleh hasil 94%.

Aktivitas bertanya siswa cukup pesat kenaikannya. Siswa yang awalnya malu-malu, pada siklus ini sebagian besar siswa sudah aktif bertanya. Mereka bertanya karena merasa butuh untuk memperjelas materi ataupun menambah pengetahuan. Aktivitas bertanya ini tidak hanya dilakukan dengan guru saja, tetapi juga dengan teman sekelompoknya, bahkan teman antar kelompok. Aspek bertanya pada sillus 3 ini mencapai 88%.

Pada siklus 3 ini hasil yang dicapai sudah mengalami peningkatan yaitu memperoleh hasil sebesar 88%. Siswa dalam mempresnetasikan hasil kelompok sudah tampak berani, dan hasil presentasinya juga sudah tepat.

Siswa sudah aktif dalam menyampaikan pendapat pada diskusi yang terjalin. Hal ini jauh lebih baik dari siklus sebelumnya. Siswa sudah termotivasi untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Aspek berpendapat pada siklus 3 ini memperoleh hasil 81%.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 3 ini mengalami peningkatan. Pada siklus sebelumnya (siklus 1 dan 2) siswa masih malu-malu dan takut dalam menyampaikan ide-idenya. Namun pada siklus 3 ini siswa sudah bernai dan tanpa ragu menyampaikan ide dan gagasan.

Guru dalam menginformasikan tujuan pembelajaran sudah jelas dan tidak terlalu cepat. Sehingga siswa dapat menangkap informasi tersebut dengan jelas dan dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik.

Guru dalam memberikan penjelasan tentang materi sudah baik, jelas dan tidak terlalu cepat. Bahkan menggunakan bahasa dan kata yang menarik, serta diselingi dengan humor, agar siswa lebih antusias dalam pembelajaran.

Tidak ada perubahan yang ditunjukkan guru pada siklus ini. Dalam pembentukan kelompok, guru sudah melakukannya secara heterogen berdasarkan prestasi akademik, agama, jenis kelamin. Siswa yang ramai masih ada namun dalam jumlah sedikit. Guru sudah dapat mengelola kelas dengan baik walaupun belum maksimal.

Hanya sebagian kecil siswa yang  pasif dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi guru sudah mampu mengatasi hal-hal yang menghambat kegiatan belajar mengajar. Bimbingan guru sudah merata namun belum maksimal.

Hasil yang dicapai masih tetap sama dengan siklus sebelumnya (siklus 2). Guru sudah sering memberikan rangsangan berupa kata-kata yang mudah dimengerti dan jelas. Bahkan memberikan sedikit humor agar siswa tertarik. Tetapi masih ada sedikit siswa yang pasif, belum mau menyesuaikan diri dengan temannya.

Sebagian besar siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya dan berperan aktif dalam diskusi. Namun guru perlu memaksimalkan lagi agar semua siswa bisa ikut aktif berpendapat.

Guru sudah memberikan penilaian baik individu maupun kelompok dengan baik. Guru sudah memberikan informasi kriteria penilaian kepada siswa sehingga siswa dapat lebih baik lagi dalam mengerjakan tugas dan mendapat hasil yang maksimal.

Yang diperoleh tidak jauh beda dengan siklus sebelumnya (siklus 2). Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat poin tertinggi yaitu dengan memberikan hadiah berupa sertifikat dan tepuk tangan. Pemberian hadiah ini telah memunculkan semangat siswa untuk saling bersaing antar kelompok agar mendapat hasil yang terbaik.

Berdasarkan hasil observasi siklus 3 dalam memberikan penghargaan kelompok dalam kategori baik sekali. Hal ini dapat dilihat dari kelompok yang antusias bertanya, bekerjasama mengumpulkan poin untuk kemajuan kelompok.

Berdasarkan  nilai hasil belajar pada siklus 3 rata-rata mencapai 80 dengan ketuntasan belajar 100% yang sudah masuk dalam kategori baik sekali. Berdasarkan pertimbangan tersebut ditentukan ketuntasan belajar individu atau indikator keberhasilan adalah 65 dan indikator keberhasilan klasikal adalah 75%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus 3 ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan sudah tercapai sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

PENUTUP

A. Simpulan

1. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran meningkat. Terbukti hasil aktivitas siswa pada siklus 1 adalah (52%) masuk dalam kategori kurang, pada siklus 2 (80%) masuk dalam kategori baik, dan pada siklus 3 (89%) masuk pada kategori baik sekali.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dapat meningkatkan aktivitas guru. Hal ini dapat dilihat pada siklus 1 adalah (59%) yang masuk dalam kategori cukup, pada siklus 2 (81%) masuk dalam kategori baik, dan pada siklus 3 (88%) masuk dalam kategori baik sekali.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh nilai rata-rata 60 dengan ketuntasan belajar 29%, pada siklus 2 diperoleh nilai rata-rata 67 dengan ketuntasan belajar 62%, pada siklus 3 diperoleh nilai rata-rata 80 dengan ketuntasan belajar 100%

B. Saran

1. Persiapan dan perencanaan yang matang disesuaikan dengan kondisi sekolah untuk menyajikan kegiatan pembelajaran. Persiapan dan perencanaan meliputi pemilihan materi, bahan tertulis, sarana kerja kooperatif, strategi dan metode yang akan digunakan.

2. Kondisi-kondisi tertentu dalam kelompok belajar yang meliputi adanya saling kerja sama, saling berkomunikasi promotif (saling mendorong), dan adanya tanggung jawab individu dan tanggung jawab kelompok.

3. Perlu diadakannya pelatihan yang efektif  bagi guru untuk dapat mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Siswapun perlu dilatih terlebih dahulu sebelum penerapan pembelajaran kooperatif di sekolah.

4. Penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian lanjutan pada mata pelajaran lain yang ada di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah Siti. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif sebagai Uaya Peningkatan Kualitas Pemelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SDN Pedurungan Tengah 02. Semarang, UNNES.

Anwar, Khoirul. 2006. Mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Turnamen Belajar untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Matematika pada Siswa SMA. Tesis. Program Pascasarjuna (PPs), UNNES Semarang.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqip, Zaenal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Asma N. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 2006. Model-model Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dimyati, Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Darsono, Max. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Lundgren, Linda. 1994. Cooperative Learning in the Science Clasroom. GLENCOE. Macmillan/Mc Graw-Hill.

Koestantoniah. 2003. Penerapan Model Pembelajaran Terpadu IPA dan Matematika dalam Kelompok Kooperatif Tipe STAD. Semarang: Sari Hasil Penelitian UNNES

Kurniawati, N. 2009. Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SDN Kedalon 02, Kec. Batangan, Kab. Pati. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang : FIP UNNES.

Ibrahim, M. & Nur. Mohamad. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

—————.2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Mundilarto, Rustam. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagakerjaan Perguruan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert. E. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Soeparwoto. 2004. Psikologi Perkembangan. Semarang: UNNES Press.

Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang : Unnes Press.

Suherman, Erman. 2003. Stategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI Press.

Sulistyorini, 1998. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Edukasi. FIP IKIP Semarang edisi Desember 1998 halaman 8 – 14.

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Pesada.

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Sutikno, M. Sobry. 2007. Menganggar Pembelajaran Efektif dan Bermakna. Mataram: NTP Press.

Tri Anni, C,dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK UNNES.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka: Jakarta

Utami Sri. Digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.php?d_id=4717

Winataputra, Udin. S.,dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.