PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG PERPINDAHAN ENERGI LISTRIK MELALUI METODE SCRAMBELE PADA SISWA KELAS VI

SDN GEDANGAN REMBANG SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Munharmiyati

Guru Kelas VI di SDN Gedangan

Prestasi pembelajaran IPA tentang perpindahan energy listrik di kelas VI SDN Gedangan, Rembang masih rendah. Hal itu terlihat setelah penyajian materi  dan diteruskan evaluasi formatif diperoleh hasil dari 20 siswa yang mendapat nilai memenuhi KKM 70 hanya 6 siswa (30 %) yang belum memenuhi KKM 14 siswa 70 %). Rata- rata kelas 62,0. Hal ini yang mendorong diadakannya penelitian tindakan kelas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi siswa setelah diberi pembelajaran dengan menerapkan metode scrambele pada pembelajaran IPA tentang perpindahan energi listrik.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Gedangan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 20 terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Dalam penelitian ini ditempuh 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data tes diambil dari tes tulis. Data non tes diambil dengan lembar pengamatan dan jurnal refleksi. Tolok ukur keberhasilannya adalah bila rata-rata kelas tes hasil belajar mencapai 75,0 dan 75 % siswa mencapai ketuntasan klasikal.

Hasil penelitian yang dilaksanakan 2 siklus menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Siklus I rata-rata kelas 70,0 dan ketuntasan mencapai 60%. Siklus II rata-rata kelas 78,0 dan ketuntasan 85%. Semua siswa senang dan berminat dalam melaksakanan tugas.

Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode scrambele dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA tentang perpindahan energi listrik.

Kata Kunci: prestasi siswa, pembelajaran IPA, scrambele

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadikan wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi  agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Melihat kondisi tersebut, pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pengalaman belajar menggali informasi dan mengolah informasi secara mandiri dapat menanamkan kebiasaan siswa membaca atau mencari informasi dari berbagai sumber belajar, tidak tergantung pada guru dan tidak mengganggap guru sebagai satu-satunya sumber belajar, sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif demi sukses dan tercapainya prestasi belajar.

Pembelajaran IPA kelas VI di SDN Gedangan Kecamatan Rembang dirasa prestasinya masih rendah, pada Satndar Kompetensi (SK) 7. Mempraktikan pola penggunaan dan perpindahan energi, pada Kompetensi Dasar (KD) 7.2 Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik (Kurikulum SDN Gedangan tahun 2014/2015). Prestasi yang rendah ini ditandai dari hasil tes yang memperoleh rata-rata kelas 62,0. Dari 20 siswa hanya 6 siswa atau 30% yang mencapai tuntas belajar. Sedangkan sebagian besar siswa, yaitu 14 siswa (70%) belum tuntas.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan suatu masalah sebagai berikut 1) Prestasi belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA masih rendah, terutama tentang perpindahan dan perubahan energi listrik, 2) Penggunaan metode dan alat peraga  yang belum optimal menyebabkan rendahnya pemahaman terhadap materi, 3) Kurang adanya inovasi terhadap metode pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembelajaran tentang energi listrik melalui metode scrambele pada peserta didik kelas VI semester 2  SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?

2. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar IPA tentang perpindahan energy listrik melalui metode srambele pada peserta didik kelas VI SDN Gedangan kecamatan Rembang semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

1. Mendiskripsikan pembelajaran tentang energi listrik melalui scrambele pada siswa kelas VI SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar tentang energi listrik melalui metode scrambele pada siswa kelas VI SDN Gedangan Kecamatan Rembang semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamilik, 2007: 27). Menurut Budiningsih (2005: 30), belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Kemudian proses belajar itu didukung penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat timbulnya respons. Artinya bila penguatan (reinforcement) ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat.

Pada hakekatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk) dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut.

Pada dasarnya metode scramble lebih mengarah pada metode permainan kartu. Awalnya buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.

Metode ini memanfaatkan media kartu soal pada kelompok. Guru membuatkan kartu soal sesuai dengan materi yang di ajarkan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalm memahami materi yang diberikan. Selain itu siswa menjadi lebih tertarik dengan pembelajran karena metodenya lebih bervariari. Hasil yang dicapai menjadi lebih maksimal (Sanjaya, 2008: 147).

Di dalam pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode scrambele siswa dibuat sedikit kebingungan sebab di dalam metode scrambele, guru memberikan kartu soal yang harus diisi siswa yang mana akan membuat siswa menjadi lebih bingung dibandingkan di dalam pembelajaran yang biasa, akan tetapi metode scrambele akan membuat siswa menjadi lebih mudah memahami materi di dalam pembelajaran scrambele siswa ditekankan kepada pembelajaran yang mengedepankan kepada pemahaman siswa di dalam penguasaan materi pelajaran yang harus di kuasai oleh siswa.

Di dalam pembelajarannya siswa mencari sebuah jawaban dari soal yang telah disediakan oleh guru dalam bentuk kartu, kemudian siswa mencatat hasil yang didapat dari pembelajaran yang di lakukan. Di dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk dapat mencari salah satu jawaban yang paling tepat di dalam pembelajarannya. Setelah pembelajaran selesai siswa diberikan sebuah soal yang harus dikerjakan siswa secara individu.

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA tentang perpindahan dan perubahan energy listrik, dengan menggunakan metode scramble dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi siswa ikut aktif belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dibanding sebelum menggunakan metode scramble, prestasi rendah dan siswa kurang bersemangat mengikuti pembelajaran.

Penerapan metode scramble dalam pembelajaran IPA tentang perpindahan dan perubahan energy listrik dapat memotivasi siswa untuk antusias mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Kondisi ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Hipotesis

1. Penggunaan metode scramble dalam pembelajaran IPA tentang perpindahan energy listrik, diduga dapat meningkatkan keaktifan peserta didik.

2. Penggunaan metode scramble diduga dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang perpindahan energy listrik pada peserta didik kelas VI SDN Gedangan Kecamatan Rembang, semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Seting Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di kelas VI SDN Gedangan Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan Kompetensi Dasar Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik. Pemilihan tempat ini karena sebagian besar siswa belum tuntas, prestasi rata-rata kelas rendah, dan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA.

B. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini yaitu siswa kelas VI SD Negeri Gedangan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa 20 anak terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran IPA, motivasi siswa dalam  mengikuti pembelajaran dan dalam megerjakan tugas-tugas, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi 1) Informan, yaitu siswa kelas VI, sekolah, dan guru kelas VI, 2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran yaitu di ruang kelas VI, 3) Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa kurikulum, Rencapa Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil kerja siswa berupa lembar kerja siswa dan lembar tes, dan buku penilaian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah meliputi: pengamatan, wawancara, diskusi, kajian dokumen, dan tes hasil belajar.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Agar pelaksanaan penelitian dan perbaikan pembelajaran berlangsung dengan terarah maka setiap siklus selalu dilaksanakan dengan satu rangkaian langkah-langkah : 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pembelajaran Awal (prasiklus)

Yang mendapat nilai di bawah KKM (70,0) adalah 14 siswa dari 20 siswa jadi pelaksanaan pembelajaran belum berhasil. Dari nilai 20 siswa, sebanyak  6 siswa yang sudah tuntas (30%). Rata-rata kelas 62,0. Hasil ini masih jauh dari KKM yang ditentukan sekolah yaitu 70,0. Berdasarkan hasil ini penulis melakasanakan penelitian dengan melaksanakan pembelajaran siklus I.

2. Deskripsi Siklus I

60% siswa sudah mencapai ketuntasan. Rata-rata kelas menjadi 70,0 dibanding prasiklus yang hanya 62,0. Tuntas klasikal menjadi 60%. Masih ada 8 siswa (40%) yang masih di bawah KKM atau belum tuntas. Setelah melakukan refleksi dinyatakan bahwa keberhasilan pembelajaran siklus I belum memenuhi tujuan penelitian ini. Rata-rata kelas belum mencapai 75,0, demikian juga tuntas klasikal belum mencapai 75%. Oleh karena itu pembelajaran penulis lanjutkan pada pembelajaran siklus II.

3. Deskripsi Siklus II

85% siswa sudah mencapai ketuntasan. Rata-rata kelas menjadi 78,0 dibanding siklus I 70,0. Tuntas klasikal menjadi 85%.  Setelah melakukan refleksi dinyatakan bahwa keberhasilan pembelajaran siklus II telah memenuhi tujuan penelitian ini. Rata-rata kelas  mencapai 78,0, demikian juga tuntas klasikal belum mencapai 85%. Oleh karena itu pembelajaran penulis akhiri pada pembelajarn siklus II ini.

B. Pembahasan

Pembelajaran awal atau prasiklus merupakan kondisi yang menggambarkan awal prestasi belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA. Hasil evaluasi menggambarkan perolehan nilai siswa masih relatif rendah, dimana dari data statistik menunjukkan nilai rata-rata satu kelas sebesar 62,0. Minimnya nilai rata-rata kelas tersebut dimungkinkan, guru kurang bisa menerapkan metode pembelajaran dengan baik. Sehingga kurang bisa memacu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam suatu proses belajar banyak segi yang sepatutnya dicapi sebagai hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan konsep, menyenangi dan memberi respon yang positif terhadap sesuatu pelajaran dan di peroleh kecakapan melakukan sesuatu kegiatan tertentu.

Pada tahap siklus I, guru mulai menerapkan metode scramble pada mata pelajaran IPA di kelas VI. Keaktifan siswa mulai terlihat setelah guru menggunakan metode ini. Siswa bisa bertukar pengetahuan maupun pengalaman dalam kegiatan diskusi. Dengan adanya pemahaman materi, maka siswa bisa meningkatkan prestasi belajarnya. Dari data statistik juga terdapat peningkatan pada hasil evaluasi pembelajaran. Rata-rata kelas dari prasiklus ke siklus I yaitu dari 62,0 menjadi 70,0. Tetapi  karena hasil yang diperoleh belum memenuhi indikator kinerja dari penelitian init, maka dilanjutkan pada siklus II.

Keberhasilan pembelajaran pada siklus I ini karena pengguinaan metode scrambele yang lebih mengaktifkan siswa. Dengan permainan kartu scrambele pada siklus I ini, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan senang dan antusias sesuai dengan langkah-langkah penggunaan kartu. Hal ini sejalan dengan pendapat Zaini (2008: 56) bahwa pada dasarnya metode scramble lebih mengarah pada metode permainan kartu. Awalnya buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.

Pada pembelajaran siklus II guru lebih meningkatkan pemahaman materi agar diperoleh prestasi belajar yang maksimal dengan mengoptimalkan penggunaan kartu scrambele. Berdasarkan pengalaman pada siklus I, maka pada siklus II ini siswa lebih bersemangat menggunakan pernainan kartu.  Dari data statistik terdapat peningkatan pada hasil evaluasi pembelajaran. Rata-rata kelas pada siklus II menjadi 78,0. Tingkat tuntas klasikal juga mengalami peningkatan menjadi 85%.

Ketercapaian ini menjadi keberhasilan pembelajaran dalam penelitian ini yaang telah memenuhi tujuan penelitian sekaligus indikator kinerjanya. Keberhasilan ini karena penerapan metode scrambele yang memanfaatkan media kartu soal. Kartu soal yang dibuat guru menjadikan siswa tertarik untuk belajar dan sekaligus memudahkan siswa memhami materi ajar yang sedang didiskusikan, sehingga hasil belajar juga maksimal. Keberhasilan ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2008: 147) bahwa permainan kartu soal untuk memudahkan siswa dalm memahami materi yang diberikan, sehingga siswa menjadi lebih tertarik dengan pembelajaran karena metodenya lebih bervarias, hasil yang dicapai menjadi lebih maksimal.

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pembelajaran dengan menerapkan metode scramble dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam eksplorasi, dan elaborasi bersama teman, sehingga susana belajar adalah susasana yang menyenangkan, sehingga siswa berminat mengerjakan tugas-tugas secara baik dan maksimal. Dampak dari ini adalah meningkatnya prestasi siswa.

2. Metode scrambele dapat meningkatkan hasil belajar IPA, hal ini dapat diketahui dari hasil evaluasi. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal hanya mencapai 62,0 dengan tingkat ketuntasan 30%, pada siklus I nilai rata-rata kelas 70,0 dengan tingkat ketuntasan 60%. Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah mencapai 78,0 dengan tingkat ketuntasan 85%. Dengan demikian rata-rata nilai siswa mampu memenuhi standar KKM IPA yang ditetapkan.

B. Saran

1. Prestasi siswa kelas VI SD Negeri Gedangan pada pembelajaran IPA tentang perpindahan energy listrik perlu dipertahankan, oleh karena itu guru hendaknya melaksanakan tindakan-tindakan perbaikan tersebut di atas bahkan bila memungkinkan dicari alternatif lain yang yang dapat meningkatkan kemampuan siswa.

2. Penggunaan metode pembelajaran dan pengajaran yang konvensional dan monoton hendaknya segera diganti dengan metode pembelajaran yang lebih inovatif dan sesuai salah satunya dengan metode scramble sehingga bisa mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Maka dari itu guru harus memiliki banyak referensi dan mesti banyak belajar sebelum memutuskan dalam menggunakan suatu metode pembelajaran.

3. Sekolah hendaknya memfasilitasi para guru dalam mendokumentasikan karya guru termasuk hasil penelitian tindakan kelas, agar dapat dijadikan referensi guru lain.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Guru. Bandung: Yrama Widya.

Depdiknas. 2008. Pedoman Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas.

Dwi Suhartanti, dkk, 2008. Ilmu Pengetahuan Alam, Untuk Kelas VI SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas.

Kurikulum SDN Gedangan Kecamatan Rembang tahun Pelajaran 2014/2015

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sulistyorini, Sri, 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

 

Zaini Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Siswa Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.