Penggunaan Model Pembelajaran Paikem
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN TEKNOLOGI SEDERHANA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS V DI SD NEGERI BABAGAN, REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Heir Sumaryanto
Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V di SD Negeri Babagan
Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengetahui kemampuan prestasi belajar siswa dengan KD membuat suatu karya atau model misalnya spektrum cahaya atau cakram warna dari bahan-bahan sederhana yang merupakan sifat-sifat cahaya (2) mengetahui kemampuan guru dalam menyajikan model pembelajaran Paikem (3) meningkatkan ketrampilan teknologi sederhana siswa dalam membuat cakram warna.
Penelitian ini merupakan Penelitian tindakan Kelas yang dilaksanakan pada 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, pemantauan atau pengamatan dan penilaian atau refleksi. Pada kegiatan pra siklus sebelum diadakan tindakan nilai rata-rata 58,20 , ada 25 anak (78,13 %) yang belum tuntas dan 7 anak (37,5 %) yang sudah tuntas. Pada tindakan kegiatan siklus I hasilnya lebih baik dari pra siklus nilai rata-rata 68,16 ini berarti ada 20 anak (62,5 %) yang belum tuntas, dan 12 anak (37,5 %) yang sudah tuntas. Setelah diadakan tindakan pada siklus ke II, hasil belajar siswa memenuhi KKM sebesar 93,75 % atau 30 siswa dari jumlah siswa seluruhnya 32. Sedangkan yang belum tuntas ada 2 anak atau 6,25 %. Adapun KKM yang kita tentukan 75. Dari hasil tersebut maka dapat kita simpulkan sebagai berikut : (1) meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan praktisi (2) kemampuan guru dalam mengetrapkan pembelajaran paikem semakin lebih baik (3) meningkatkan ketrampilan teknologi sederhana siswa dalam membuat cakram warna semakin lebih baik.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Paikem, Ketrampilan Teknologi Sederhana
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka melakukan profesionalisme guru untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (Action Research Class Room) yang sudah mulai digalakkan oleh lembaga pendidika, PTK tampaknya merupakan suatu yang menjanjikan dalam usaha pemberdayaan guru dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas untuk memperbaiki praktik pembelajaran serta peningkatan pemahaman guru terhadap peraktik tersebut.
PTK mendorong guru mengenal atau menyadari masalah yang dihadapinya, kemudian merencanakan upaya untuk mengatasi upaya tersebut dilakukan secara eksplisit dan sistematis yang mengacu pada kaidah-kaidah penelitian.
Raka Joni (1998) menarik kesimpulan:
Yang mencirikan Penelitian Tindakan Kelas sebagai “Systematic Inguiry Made Public”. Jika Penelitian Tindakan Kelas diarahkan dan dikerjakan dengan benar, ini akan mampu mendorong guru untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang dikelolanya, disamping mampu mendorong guru menempatkan diri sebagai peneliti di kelasnya sendiri.
Salah satu permasalahan yang muncul yang dihadapi guru adalah bagaimana memilih strategi, pendekatan dan metode pembelajaran yang cocok untuk menyampaikan materi pelajaran sesuai karakteristik dan kompetensi mata pelajaran yang diajarkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar dengan Kompetensi Dasar membuat suatu karya atau model misalnya spectrum cahaya atau cakram warna dengan bahan-bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, pada siswa kelas V semester 2 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Negeri Babagan Rembang.
Dari hasil pengumpulan data belajar siswa serta mengidentifikasi masalah berdasarkan temuan bahwa kelas V tingkat pemahaman tentang Kompetensi Dasar membuat suatu karya atau model misalnya spectrum cahaya atau cakram warna dengan bahan-bahan sederhana sangat rendah, terutama dalam menyimpulkan materi pembelajaran yang disajikan saat itu, adapun Kriteria Ketuntasan Minimumnya adalah 75. Disini peneliti melakukan refleksi diri, terhadap permasalahan yang ada di kelas. Kemudian menganalisis terhadap proses kegiatan belajar mengajar dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pemantauan dan refleksi atau penilaian.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah dengan pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan kompetensi dasar membuat suatu karya atau model misalnya spectrum cahaya atau cakram warna dari bahan-bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya?
2. Bagaimana meningkatkan kemampuan guru dalam menyajikan model pembelajaran paikem dengan kompetensi dasar membuat suatu karya atau model misalnya spectrum cahaya atau cakram warna dari bahan-bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya?
3. Sejauh mana ketrampilan teknologi sederhana siswa dalam membuat cakram warna?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kemampuan prestasi belajar siswa dengan kompetensi dasar membuat suatu karya atau model misalnya spectrum cahaya atau cakram warna dari bahan-bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.
2. Mengetahui kemampuan guru dalam menyajikan model pembelajaran PAIKEM dengan kompetensi dasar mendiskripsikan sifat-sifat cahaya.
3. Meningkatkan ketrampilan teknologi sederhana siswa dalam membuat cakram warna.
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Model Pembelajaran
Menyajikan model pembelajaran, baik bagi calon guru maupun bagi para guru model merupakan cara yang sangat efektif, untuk menanamkan ketrampilan serta nilai dan sikap, baik bagi anak-anak maupun bagi orang dewasa.
De Porter dan Hernachi (1999) juga menyebutkan bahwa model memegang peran penting dalam pembentukan perilaku dan kepribadian seseorang.
Dalam mengelola pembelajaran seorang guru dituntut berbagai ketrampilan yang harus dilampirkan guru ketika mengajar. Namun sering kali guru tidak menguasai ketrampilan karena ketika di bangku pendidikan guru, mereka tidak mendapatkan latihan yang memadai, disamping mungkin tidak pernah menyaksikan pemodelan ketrampilan tersebut. Oleh karena itu, berbagi strategi mengajar yang mampu membuat siswa belajar aktif dan menumbuhkan dampak positif bagi peserta didik.
2. Pengertian PAIKEM
PAIKEM merupakan model pembelajaran dimana paikem menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAIKEM diharapkan berkembang berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
Dalam model PAIKEM ini, guru dituntut untuk cepat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang pada akhirnya siswa dapat menciptakan sebuah karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
a. Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran, bukan pada dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran.
b. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu pembelajaran aktif memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran aktif memiliki persamaan dengan model pembelajaran self discovery learning, yakni pembelajaran yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif merupakan proses pembelajaran dimana anak harus berani untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya (Drucker, 1985).
d. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dari strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreatifitas siswa, baik dalam pengembangan kecakapan berfikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.
Berfikir kreatif selalu dimulai dengan berfikir kritis, yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.
Berfikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa untuk mengembangkan kreatifitasnya. Pada umumnya berfikir kreatif memiliki 4 tahapan sebagai berikut (Mulyana, 2006: 192)
1) Tahap pertama: persiapan yaitu proses pengumpulan informasi untuk diuji.
2) Tahap kedua: inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional.
3) Tahap ketiga: iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
4) Tahap keempat: vertifikasi yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendasi konsep, atau atau teori.
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.
e. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakn efektif jika mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi siswa serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif, dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.
Menciptakan kelas yang efektif dengan meningkatkan efektifitas proses pembelajarantidak bisa dilakukan secara persial, melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Kenneth D. More, ada enam langkah dalam mengimplementasikan pembelajaran efektif, yaitu (1) perencanaan, (2) perencanaan tujuan kompetensi, (3) pemaparan perencanaan pembelajaran kepada siswa, (4) proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi (multi strategi), (5) evaluasi, (6) menutup proses pembelajaran.
f. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (Joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (Mulyana, 2006: 194).
Dengan kata lain, pembelajaran menyenagkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memiliki materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.
Terdapat 4 (empat) aspek model paikem yaitu pengalaman komunikasi, interaksi, dan refleksi. Apabila dalam sebuah pembelajaran terdapat keempat aspek tersebut, maka terpenuhi kriteria PAIKEM.
3. Pembelajaran tentang Teknologi Sederhana
Teknologi erat kaitannya dengan kegiatan sehari-hari manusia dan ada di sekitar manusia. Oleh karena itu akan banyak manfaatnya apabila sejak dini sudah dapat diperkenalkan dengan produk-produk teknologi dan juga melakukan aktivitas yang menghasilkan produk teknologi secara sederhana sekalipun.
4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD
Dari segi istilah, maka Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempunyai pengertian ilmu tentang pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan yang benar yaitu dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yang obyektif (sesuai dengan obyeknya/kenyataannya) dan rasional (diterima oleh akal sehat atau logis). Sedangkan hakikat IPA adalah sebagai proses dan produk. IPA sebagai proses adalah proses mendapatkan ilmu pengetahuan alam yang didapatkan melalui penelitian dengan mengikuti serta menggunakan langkah-langkah tertentu yang sering disebut metode ilmiah.
B. Kerangka Berfikir
KONDISI AWAL
|
TINDAKAN
|
KONDISI AKHIR
|
Pra Siklus: Guru belum menerapkan model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan ketrampilan teknologi sederhana materi IPA kelas V
|
Siklus I: Guru sudah menggunakan pendekatan PAIKEM dalam meningkatkan ketrampilan teknologi sederhana Materi IPA kelas V
|
Siklus II: Guru dengan kreatif dan inovatif menggunakan pendekatan PAIKEM dalam meningkatkan ketrampilan teknologi sederhana materi IPA kelas V
|
Diduga dengan penggunaan model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan ketrampilan teknologi sederhana siswa pada mapel IPA kelas V meningkat secara meyakinkan
|
Hasil belajar siswa dan tugas yang diberikan guru sangat rendah
|
Hasil belajar siswa dan tugas yang diberikan guru ada peningkatan dibanding dengan pra siklus
|
Hasil belajar siswa dan tugas yang diberikan guru meningkat secara signifikan
|
C. Hipotesis
Dugaan sementara dalam hasil penelitian tindakan kelas yang kita lakukan adalah sebagai berikut:
1. Semakin besar kemampuan guru dalam menyajikan model pembelajaran PAIKEM dengan KD membuat suatu karya atau model misalnya spectrum cahaya atau cakram warna dari bahan-bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya akan semakin besar pengalaman anak.
2. Semakin sering guru mendemonstrasikan pendekatan paikem dapat meningkatkan ketrampilan teknologi sederhana siswa kelas V pada mata pelajaran IPA akan semakin luas pengetahuan anak.
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri Babagan, Kabupaten Rembang dengan fokus kegiatan “Penggunaan Model Pembelajaran PAIKEM untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknologi Sederhana Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas V di SD Negeri Babagan, Rembang sebanyak 32 Siswa pada Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Prosedur Pembelajaran
Pembelajaran ini dilakukan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan penilaian atau refleksi.
Menurut Kemmis dan MC. Tanggart penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Perencanaan, yaitu rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki meningkatkan atau perubahan sebagai solusi.
Kegiatan awal yang dilakukan adalah a) Menyusun RPP tindakan siklus 1 dan siklus 2 sesuai dengan rencana tindakan dengan menggunakan pendekatan PAIKEM dengan mengacu Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 yaitu meliputi pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) dan penutup, b) Menyiapkan alat, bahan, dan sarana pembelajaran, c) Menyusun kisi-kisi dan naskah soal tes hasil belajar siswa untuk siklus 1 dan siklus 2, d) Melakukan koordinasi dengan observator tentang pelaksanaan pengamatan siklus 1 dan siklus 2 untuk dicatat kelebihan dan kekurangannya kemudian didiskusikan dengan peneliti.
2. Tindakan, yaitu tindakan apa yang akan kita lakukan sebagai peneliti yang sekaligus sebagai guru pengajar.
Kegiatan pembelajaran pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 masing-masing 2 (dua) kali pertemuan tiap pertemuan (2 x 35). Satu kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan menyimpulkan hasil materi pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti. Dan satu kali pertemuan berikutnya untuk mempraktekkan ketrampilan teknologi membuat alat sederhana tentang spektrum cahaya. Hal ini peneliti lakukan pada kegiatan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2
3. Observasi atau pengamatan, yaitu mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan dengan melibatkan teman sebaya sebagai kolaborator. Dari hasil pengamatan itu kita jadikan pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Observasi dilaksanakan pada saat tindakan dilakukan dan ditunjukkan pada siswa dan guru baik pada siklus 1 maupun siklus 2. Lembar observasi berupa instrument yang digunakan untuk menilai kegiatan siswa dan kegiatan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAIKEM. Observator berada dalam ruangan kelas untuk memantau pelaksanaan pembelajaran sekaligus sebagai kolaborator.
4. Refleksi adalah penelitian mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Penelitian dengan teman sejawat sebagai kolaborator untuk melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal untuk siklus berikutnya.
Refleksi dilakukan terhadap hasil observasi yang dilaksanakan oleh observator, kemudian untuk mencatat kelemahan dan kekurangan yang ditemukan yang selanjutnya digunakan pedoman untuk menyusun perbaikan, sedangkan kelebihan dan kekuatan akan dipertahankan dan ditingkatkan intensitasnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Per Siklus
1. Pembelajaran Awal (Pra Siklus)
Dari hasil penilaian lembar kerja siswa yang terdiri dari pengetahuan, praktek, sikap maupun produk di kelas V Mata Pelajaran IPA Semester 2 SD Negeri Babagan, Kabupaten Rembang dengan KD membuat suatu karya atau nmodel misalnya spektrum cahaya atau cakram warna dengan bahan-bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya hasilnya sebagai berikut :
Tabel A. Nilai Lembar Kerja Siswa Kelas V SD Negeri Babagan Rembang.
No |
Rentang Nilai |
Banyaknya siswa Yang Mendapat Nilai |
Banyaknya Siswa |
|
Tuntas |
Belum Tuntas |
|||
1 |
41 – 50 |
4 |
– |
4 |
2 |
51 – 60 |
10 |
– |
10 |
3 |
61 – 70 |
11 |
– |
11 |
4 |
71 – 80 |
7 |
7 |
– |
5 |
81 – 90 |
– |
– |
– |
6 |
91 – 100 |
– |
– |
– |
Jumlah |
32 |
7 |
25 |
2. Pembelajaran Siklus 1
Setelah diadakan pengamatan dan penyajian pembelajaran dengan metode PAIKEM dengan alat peraga spektrum cahaya, hasil belajar siswa yang terdiri dari pengetahuan, praktek, sikap maupun penilaian produk dengan KD membuat suatu karya atau model misalnya spektrum cahaya atau cakram warna dari bahan-bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V semester 2 mata pelajaran IPA di SD Negeri Babagan, Rembang hasil belajar pada siklus 1 sebagai berikut :
Tabel B. Nilai Lembar Kerja Siswa Kelas V SD Negeri Babagan Rembang
pada Siklus 1.
No |
Rentang Nilai |
Banyaknya siswa Yang Mendapat Nilai |
Banyaknya Siswa |
|
Tuntas |
Belum Tuntas |
|||
1 |
41 – 50 |
– |
– |
– |
2 |
51 – 60 |
1 |
– |
1 |
3 |
61 – 70 |
19 |
– |
19 |
4 |
71 – 80 |
6 |
6 |
– |
5 |
81 – 90 |
6 |
6 |
– |
6 |
91 – 100 |
– |
– |
– |
Jumlah |
32 |
12 |
20 |
3. Pembelajaran Siklus 2
Setelah diadakan pengamatan dan penyajian pembelajaran dengan metode atau pendekatan PAIKEM dengan alat peraga spektrum cahaya hasil belajar siswa yang terdiri dari pengetahuan, praktek, sikap maupun penilaian produk dengan KD membuat suatu karya atau model misalnya spektrum cahaya atau cakram warna dari bahan-bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V semester 2 mata pelajaran IPA di SD Negeri Babagan, Rembang hasil belajar pada siklus 2 sebagai berikut:
Tabel C. Nilai Lembar Kerja Siswa Kelas V SD Negeri Babagan Rembang
pada Siklus 2.
No |
Rentang Nilai |
Banyaknya siswa Yang Mendapat Nilai |
Banyaknya Siswa |
|
Tuntas |
Belum Tuntas |
|||
1 |
41 – 50 |
– |
– |
– |
2 |
51 – 60 |
– |
– |
– |
3 |
61 – 70 |
2 |
– |
2 |
4 |
71 – 80 |
9 |
9 |
– |
5 |
81 – 90 |
18 |
18 |
– |
6 |
91 – 100 |
3 |
3 |
– |
Jumlah |
32 |
30 |
2 |
B. Pembahasan
Dalam kegiatan pembelajaran dengan KD membuat suatu karya atau model misalnya spektrum cahaya atau cakram warna dari bahan-bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, dimana guru telah melaksanakan kegiatan baik pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 seperti yang tertera pada tabel-tabel di atas.
Kemudian langkah selanjutnya guru atau peneliti dengan melibatkan teman sebaya sebagai kolaborator untuk mengadakan kegiatan tahap selanjutnya yaitu menganalisis hasil evaluasi dan program perbaikan serta pengayaan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2.
Hasil akhir yang kita peroleh setelah mengadakan perbaikan pengayaan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 adalah sebagai berikut:
Tabel D. Perbandingan Antarsiklus.
No |
Hasil Akhir Program Perbaikan danPengayan |
Pra Siklus |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
1 |
Rata – rata |
65,29 |
72,34 |
80,41 |
2 |
N ≤ 75 |
25 |
20 |
2 |
3 |
N ≥ 75 |
7 |
12 |
30 |
Jumlah |
32 |
32 |
32 |
Data yang kita peroleh dari tindakan perbaikan dan pengayaan hasil tugas rata-ratanya semakin baik dan meningkat secara signifikan. Program perbaikan dan pengayaan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 rata-ratanya adalah (65,29 + 72,34 + 80,41) : 3 = 72,68. Dengan hasil yang signifikan ini diharapkan situasi tempat praktik dilaksanakan akan meningkat. PTK melibatkan guru dan siswa berinteraksi dalam proses belajar mengajar dengan segala kemampuan guru dalam model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan paikem kemampuan siswa dapat diukur.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil kegiatan yang terdiri dari penilaian pengetahuan, produk, sikap, dan praktek rata-rata pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 hasilnya semakin meningkat. Adapun rata-rata nilainya adalah 58,20 ; 68,16 dan 78,51. Hal ini membuktikan bahwa dalam proses PBM dengan KKM 75 berhasil dengan memuaskan, sehingga prestasi belajar siswa meningkat dengan signifikan.
2. Hasil setelah diadakan perbaikan dan pengayaan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 rata-rata nilai adalah 62,29 ; 72,34 dan 80,41. Hal ini menunjukkan ada perubahan yang signifikan prestasi belajar siswa.
3. Hasil belajar siswa pada siklus ke 2 memenuhi KKM sebesar 93,75 % berarti ada 2 anak (6,25 %) yang belum tuntas dari jumlah siswa seluruhnya 32 anak.
4. Dengan diterapkannya model pembelajaran paikem ketrampilan teknologi siswa meningkat secara meyakinkan.
5. Melalui pendekatan PAIKEM, guru dan siswa semakin berkreatif, aktif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam kegiatan PBM yang dilaksanakan.
B. Saran
1. Memperdayakan guru untuk ikut aktif membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
2. Mendorong guru terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang dikelolanya.
3. Untuk membuat guru mampu menghadapi tantangan abad 21 pelatihan guru harus difokuskan pada kebutuhan guru, yang berdasarkan hasil-hasil penelitian, dan pengamatan secara optimal berkisar pada dua aspek yaitu penguasaan materi ajaran dan mengelola interaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Bintartik, Lilik 2001. Meningkatkan Peran Guru SD sebagai Peneliti di Kelasnya. Malang: University of Malang.
Brundy, Kemmis, 1990. Buku Materi Pokok dari Penelitian Tindakan.
Etty Sisdiana, 2002. Pembelajaran Siswa Mengenai Teknologi.
E. Mulyana, 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hariyanto, 2012. Sains untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Erlangga.
Konsorsium Ilmu Pendidikan, 1993. Profesionalisme Jabatan Guru Tawanan dan Tantangan. Jakarta: Konsorsium Ilmu Pendidikan.
Peraturan Menpan RB No 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit.
Raka Joni, Prof, Dr, I. 1989. Menyongsong Masa Depan, Sekarang Tantangan Pendidikan dalam Menyongsong Abad Informasi. Ceramah Ilmiah: Disampaikan dalam Upacara Dies Natalis XXXX, Lustrum VII IKIP Malang, 18 Oktober 1989.
Depdikbud. 1995. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sunarto, Hapsoyo, 2001. Pembinaan Profesional Guru SD melalui Tindakan Kelas. Malang: University of Malang.
Sutrisno Hadi, M. 1978. Metodologi Reasearch. Yogyakarta: UGM Yogyakarta.