PENERAPAN MODEL THINK TALK WRITE
PENERAPAN MODEL THINK TALK WRITE
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS V SDN NGIYONO KECAMATAN JAPAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Muadin Amin
SDN Ngiyono Kecamatan Japah Kabupaten Blora
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Ngiyono. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa V SDN Ngiyono Tahun Pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 22 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan tes. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Ngiyono. Keaktifan belajar siswa meningkat dari pembelajaran pra siklus dengan skor keaktifan 48,5% menjadi 67,6% pada siklusI dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 83,7%. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan meningkatnya ketuntasan belajar dan nilai rata-rata ulangan harian siswa. Pada pembelajaran pra siklus ketuntasan belajar siswanya 40,9% (9 siswa) dan nilai rata-ratanya 61,8. Pada siklus I hasil belajar meningkat dengan ketuntasan belajar 59,1% (13 siswa) dan nilai rata-ratanya 69,1. Siklus II kembali terjadi peningkatan ketuntasan belajar menjadi 81,8% (18 siswa) dan nilai rata-ratanya 76,8. Dengan demikian dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata Kunci: Â Â Model Think Talk Write, keaktifan belajar, hasil belajar, pembelajaran bahasa Indonesia
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan merupakan penunjang keberhasilan siswa dalam mempelajari semua bidang studi. Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia di SD/MI adalah agar siswa mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulisan dalam konteks sekolah dan supaya siswa memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Indonesia (BNSP, 2006:142). Memperhatikan tujuan yang terkandung pada mata pelajaran bahasa Indonesia di atas, maka seharusnya pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan suatu kegiatan yang disenangi, menantang, dan bermakna bagi siswa.
Berdasarkan dokumen pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Ngiyono dan dokumentasi nilai ulangan harian, diketahui bahwa penyebab rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di antaranya sebagai berikut: (1) siswa kurang memperhatikan penjelasan guru; (2) siswa belum memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat; (3) siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran; (4) siswa belum aktif bertanya; dan (5) siswa belum berani mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Dari kondisi pembelajaran seperti di atas, ketika dilakukan ulangan harian pada materi unsur-unsur karya sastra, hasil ulangan harian masih jauh dari yang diharapkan. Tingkat ketuntasan belajar menunjukkan 40,9% (9 siswa dari 22 siswa) tuntas belajar. Rata-rata ulangan harian siswa adalah 61,8.
Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Cara yang dapat dilakukan adalah memperbaiki proses pembelajaran. Dalam perbaikan proses pembelajaran, guru harus menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Charlote Buhler (Sobur, 2003: 132) mengungkapkan bahwa karakteristik siswa kelas V (usia 9-11 tahun) adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar, senang berlatih dan senang bereksplorasi. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat merancang pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembela-jaran Think Talk Write (TTW).
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Think Talk Write Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah Tahun Pelajaran 2015/2016â€.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penerapan model Think Talk Write dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah Tahun Pelajaran 2015/2016?
2. Bagaimanakah penerapan model Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah Tahun Pelajaran 2015/2016?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan keaktifan belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran Think Talk Write.
2. Meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran Think Talk Write.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa: meningkatnya keterampilan dan hasil belajar siswa pada mata pelajara bahasa Indonesia khususnya pada materi unsur-unsur karya sastra.
2. Bagi Guru: meningkatnya keterampilan guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas.
3. Bagi Sekolah: meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah sebagai dampak dari meningkatnya kualitas pembelajaran di kelas.
KAJIAN PUSTAKA
Mdel Pembelajaran Think Talk Write
Menurut Shoimin (2014: 212) diungkapkan bahwa Think Talk Write (TTW) merupakan suatu model pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta didik untuk menulis dan menekankan perlunya peserta didik mengkomunikasikan hasil pemikirannya. Langkah-langkah model Think Talk Write (TTW) yang diterapkan sesuai dengan pendapat Shoimin (2014: 214) yaitu guru menjelaskan materi dan membagikan LKS, peserta didik membuat catatan kecil sehingga terjadi proses berpikir (think), siswa berinteraksi dengan teman satu grup membahas isi catatan dari hasil catatan (talk), peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan dalam bentuk tulisan (write), perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok.
Keaktifan Belajar
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Rousseau dalam (Sardiman, 2006: 95) menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses pembelajaran tidak akan terjadi. Thorndike mengemukakan keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan hukum “law of exerciseâ€-nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan dan Mc Keachie menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu†(Dimyati,2002:45).
Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknik. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2001: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini haruslah kita sadari benar-benar, apalagi bagi para guru bahasa pada khususnya dan bagi para guru bidang studi pada umumnya. Dalam tugasnya sehari-hari para guru bahasa harus memahami benar-benar bahwa tujuan akhir pembelajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa; yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan perkataan lain, agar para siswa mempunyai kompetensi bahasa (language competence) yang baik.
Apabila seseorang mempunyai kompetensi bahasa yang baik, maka siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan lancar, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa juga diharapkan menjadi penyimak dan pembicara yang baik, menjadi pembaca yang komprehensif serta penulis yang terampil dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan ini, maka para guru berupaya sekuat daya harus menggunakan bahasa dengan baik dan benar, agar siswa dapat meneladaninya (Henry Guntur Tarigan, 2009: 2).
Suatu kenyataan bahwa manusia menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita sebagai umat manusia dengan makhluk hidup lainnya di dunia ini. Setiap anggota masyarakat terlibat dalam komunikasi linguistik; di satu pihak dia bertindak sebagai pembicara dan di pihak lain sebagai penyimak. Dalam komunikasi yang lancar, proses perubahan dari pembicara menjadi penyimak maupun dari penyimak menjadi pembicara terjadi begitu cepat, terasa sebagai suatu peristiwa biasa dan wajar.
Dari pemaparan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah suatu proses perjalanan panjang yang dilalui oleh setiap siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia atau bahasa kedua setelah bahasa Ibu. Adapun kompetensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Kerangka Berpikir
Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Ngiyono menunjuukkan keaktifan siswa masih rendah. Dari keaktifan belajar yang rendah, tingkat pemahaman siswa terhadap materi juga rendah. Hal ini ditunjukkan ketika dilakukan ulangan harian, hasil belajar yang dicapai siswa masih jauh dari yang diharapkan.
Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dianggap akan mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada pembelajaran siklus I dan siklus II mamapu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah Tahun Pelajaran 2015/2016.
2. Diduga penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah Kabupaten Blora. Jumlah subjek penelitian 22 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua tahun pelajaran 2015/2016, tepatnya pada bulan Maret sampai April 2016. Sumber data dari penelitian ini adalah dokumen pembelajaran, daftar nilai, hasil observasi, dan hasil ulangan harian.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan teknik tes untuk data peningkata hasil belajar dan teknik nontes untuk data peningkatan keaktifan siswa. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu instrumen tes berupa lembar soal evaluasi hasil belajar siswa dan instrumen nontes yang terdiri dari lembar pengamatan, lembar wawancara dan lembar penilaian keaktifan siswa.
Peneliti merencanakan tindakan sesuai dengan kondisi siswa kelas V, sedangkan pelaksana tindakan dalam penelitian ini adalah guru kelas V, sehingga merupakan penelitian tindakan kelas. Terdapat dua observer dalam penelitian ini yaitu peneliti dan teman sejawat. Data hasil penelitian berupa hasil pengamatan terhadap peningkatan keaktifan siswa dan hasil tes evaluasi.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa angka-angka yang disajikan dalam bentuk grafik atau tabel dan diuraikan menggunakan kata-kata deskripsi. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data berupa informasi berbentuk kalimat yang berupa hasil pengamatan, hasil wawancara dan peningkatan keaktifan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif meliputi 3 alur kegiatan yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas. Mengacu pendapat dari Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 246) yang mengatakan ada tiga komponen pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Prosedur kerja dalam penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang akan dilaksanakan selama dua siklus, setiap siklus dilaksanakan tiga pertemuan. Menurut Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2008: 16-19), empat tahapan yang lazim dilalui pada setiap siklus, yaitu perencanaan, pelaksanaan, penga-matan, dan refleksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pra Siklus
Pada pembelajaran pra siklus terdapat dua data yaitu data keaktifan belajar dan data hasil belajar siswa. Dari data dokumen pembelajaran, keaktifan belajar siswa setelah diperhitungkan berdasar indikator-indikator keaktifan belajar diperoleh skor sebesar 48,5%. Skor ini masuk dalam kategori rendah. Data hasil belajar menunjukkan dari 22 siswa kelas V yang tuntas belajar adalah 9 siswa atau 40,9%. Sisanya, sebanyak 13 siswa atau 59,1% masih belum tuntas belajar. Dari perolehan nilai ulangan harian setelah dihitung rata-ratanya adaalah 61,8
Hasil Siklus I
Penerapan model Think Talk Write (TTW) pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Ngiyono tahun pelajaran 2015/2016 dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut: a) penyajian materi, b) pengembangan keterampilan berpikir (think), c) pengembangan keterampilan mengemukakan pendapat/berbicara (talk), d) pengembangan keterampilan menulis (write), e) presentasi hasil diskusi.
Data keaktifan belajar yang dikumpulkan melalui pengamatan menggunakan lembar observasi diperoleh skor 67,6%. Skor ini masuk kategori sedang. Data hasil belajar menunjukkan tingkat ketuntasan belajar pada siklus I adalah 13 siswa atau 59,1% tuntas belajar dan 9 siswa atau 40,9% belum tuntas belajar. Nilai rata-rata pada siklus I adalah 69,1.
Hasil Siklus II
Data keaktifan belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus II menunjukkan skor keaktifan belajar sebesar 83,7% atau masuk kategori aktif. Hasil belajar pada siklus II menunjukkan tingkat ketuntasan belajar 18 siswa atau 81,8% tuntas belajar dan 4 siswa atau 18,2% belum tuntas belajar. Nilai rata-rata pada pembelajaran siklus II adalah 76,8.
Pembahasan
Data perbandingan hasil pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa
Tindakan |
Persentase |
Pra Siklus |
48,5% |
Siklus I |
67,6% |
Siklus II |
83,7% |
Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan yaitu dari pembelajaran pra siklus dengan persentase 48,5% menjadi 67,6% pada siklus I. Pada pembelajaran siklus II kembali terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa menjadi 83,7%.
Selain melakukan perbandingan pada keaktifan belajar siswa, juga dilakukan perbandingan hasil belajar siswa. Berikut ini tabel perbandingan hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II.
Tabel 2. Perbandingan Hasil Belajar Siswa
Tindakan |
Ketuntasan |
Nilai Rata-rata |
Nilai Terendah |
Nilai Tertinggi |
Pra Siklus |
40,9% |
61,8 |
40 |
80 |
Siklus I |
59,1% |
69,1 |
50 |
90 |
Siklus II |
81,8% |
76,8 |
60 |
100 |
Berdasarkan Tabel 2. dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) ddapat meningkatkan khasil belajar siswa, terbukti dengan meningkatnya persentase tingkat ketuntasan belajar setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 40,9% meningkat menjadi 59,1% pada siklus I. Pembelajaran siklus II kembali menerapkan model pembelajaran Think Talk Write (TTW). Tingkat ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran siklus II meningkat menjadi 81,8%.
Peningkatan juga terjadi pada nilai rata-rata ulangan harian. Pada pembelajaran pra siklus, nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah 61,8. Pada pembelajaran siklus I meningkat menjadi 69,1 dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 76,8.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan maka diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah tahun pelajaran 2015/2016 dari skor keaktifan belajar 48,5% pada kondisi awal menjadi 83,7% pada kondisi akhir.
2. Penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN Ngiyono Kecamatan Japah tahun pelajaran 2015/2016 dari tingkat ketuntasan belajar 40,9% pada kondisi awal menjadi 81,8% pada kondisi akhir.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang kiranya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan peningkatan pembelajaran di SDN Ngiyono pada khususnya yakni sebagai berikut:
1. Guru dapat menjadikan penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) sebagai alternatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
2. Siswa hendaknya lebih bersemangat saat mengikuti pembelajaran terutama saat kegiatan diskusi, mau menyampaikan pendapat, dan memanfaatkan kesempatan bertanya yang diberikan guru dengan baik.
3. Pihak sekolah dapat menyarankan kepada guru untuk menerapkan berbagai model pembelajaran di kelas.
4. Peneliti lain yang akan melaksanakan PTK untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa hendaknya melakukan inovasi penerapan model pembelajaran yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, Suharjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Henry Guntur Tarigan. 2009. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa
Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Aruzz Media.
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Â