Penerapan Pembelajaran Kontekstual
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
MODEL PENGAJARAN BERBASIS MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS V (LIMA)
SD NEGERI TASIKHARJO KALIORI REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Ambar Setyawati
Guru Mata Pelajaran PKn di Kelas V SD Negeri Tasikharjo
ABSTRAK
Pendekatan kontektual model pengajaran berbasis masalah merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: “Apakah penerapan pembelajaran konstektual model pengajaran berbasis masalah dapat meningkatkanprestasi belajar pada siswa kelas V SD Tasikharjo Kaliori Rembang tahun pelajaran 2013/2014?”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: mengetahui penerapan penerapan pembelajaran konstektual model pengajaran berbasis masalah dapat meningkatkanprestasi belajar pada siswa kelas V SD Tasikharjo Kaliori Rembang tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (class action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Tasikharjo Kaliori Rembang Tahun Pelajaran 2013/2014 semester genap. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu , siklus I (66,67%), siklus II (76,19%), siklus III (90,48%). Simpulan dari penelitian ini adalah model pengajaran berbasis masalah dapat berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Tasikharjo Kaliori Rembang dan mampu mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Kata Kunci: Pembelajaran Kontekstual, Model Pengajaran Berbasis Masalah, Prestasi Belajar
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan Pancasila dan Kewarga–negaraan adalah wahana untuk mengem–bangkan dan melestarikan nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa.
PKn sebagai salah satu bidang studi yang diberikan di sekolah-sekolah umum maupun madrasah-madrasah mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tingi memiliki nilai-nilai histories yang tidak terdapat pada bidang studi lainnya. Karena PKn sebagai suatu bidang studi memiliki dasar konstitusional yaitu UUD 1945 dan ketetapan MPR No.II/MPR/1993.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih ber–makna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pem–belajaran yang berorientasi pada pengu–asaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek teta–pi gagal dalam membekali anak meme–cahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya de–ngan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlan–sung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentrans–fer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan–nya. Maksudnya, guru lebih banyak berur–usan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Penerapan Pembelajaran Konteks–tual Model Pengajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajararan PKn di Kelas VI SD Negeri Tasikharjo Kaliori Rembang Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Rumusan Masalah
Apakah penerapan pembelajaran konstektual model pengajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi bela–jar pada siswa kelas V SD Tasikharjo Kaliori Rembang tahun pelajaran 2013/2014?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn setelah diterapkannya pembelajaran konstektual model pengajaran berbasis masalah pada siswa kelas V SD Negeri Tasikharjo Kaliori Rembang tahun pelajaran 2013/2014.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Con–textual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan–nya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya de–ngan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Cons–tructivism), bertanya (Questioning), mene–mukan (Inquiri), masyarakat belajar (Le–arning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic As–sessment).
Pembelajaran kontekstual bertuju–an membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari konteks ke konteks lainnya(Santoso, 2007:163).
Karakteriktik pembelajaran kon–tekstual adalah: 1) Menekankan adanya pemecahan masalah (problem solving), 2) Pembelajaran terjadi di berbagai konteks (multiple contexts), 3) Membimbing anak untuk memonitor hasil belajarnya sehingga ia mampu belajar secara mandiri, 4) Pembelajaran menggunakan berbagai ragam kehidupan anak didik sebagai titik pijak, 5) Mendorong anak untuk saling belajar dengan temannya, 6) Menerapkan otentik assement.
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pengajaran berbasis masalah (Pro–blem–Based Learning) adalah suatu pan–dekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh penge–tahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Pengajaran masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, terma–suk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar pengajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Cirri-ciri pengajaran berbasis masalah adalah: 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah, 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, 3) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, 4) Menghasilkan produk/kar–ya dan memamerkannya.
Prestasi Belajar
Belajar yaitu perbuatan murid da–lam bidang material, formal serta fung–sional pada umumnya dan bidang inte–lektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pe–kerjaan/aktivitas tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu (kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi) dan Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial (keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial).
Kerangka Berpikir
Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Tasikharjo Kaliori Rembang tahun pelajaran 2013/2014 khususnya mata pela–jaran Pendidikan Kewarganegaraan masih rendah. Hal ini disebabkan karena siswa hanya sekedar menghafalkan dan mema–hami materi saja tetapi akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Faktor guru juga mempengaruhi prestasi belajar siswa, hal itu disebabkan karena guru dalam menyajikan dan menjelaskan pelajaran kurang menarik perhatian siswa, hal ini disebabkan karena pendekatan yang dilakukan guru kurang optimal, dan guru kurang memberikan motivasi pada siswa terutama pada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Guru kurang memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.
Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan perbaikan tindakan pembelajaran agar prestasi belajar Pendidikan Kewarga–negaraan (PKn) dapat meningkat. Perbaik–an tindakan dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pembela–jaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Melalui penerapan pembelajaran kontekstual model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) siswa terlibat dalam penyelidikan.
Pendekatan kontektual model pem–belajaran berbasis masalah membantu gu–ru mengaitkan antara materi yang diajar–kannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya de–ngan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Untuk memecahkan masalah-ma–salah tersebut, siswa harus mengiden–tifikasi masalah, mengidentifikasi kemung–kinan pemecahan untuk pemecahan masa–lah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Dengan begitu, siswa akan belajar menerapkan keterampilan akademik seperti pengumpulan informasi, menghi–tung, menulis dan berbicara di dalam konteks kehidupan nyata.
Hipotesis Tindakan
Penerapan pembelajaran konteks–tual model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V SD Negeri Tasikharjo Kaliori Rembang akan mampu meningkat–kan prestasi belajar siswa.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan peneli–tian dalam memperoleh data yang diingin–kan. Penelitian ini bertempat di kelas V SD Negeri Tasikharjo Kaliori Rembang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
Subyek penelitian adalah siswa kelas V (lima) SD Negeri Tasikharjo tahun pelajaran 2013/2014. Siswa kelas V sebanyak 21 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 11 orang dan perempuan seba–nyak 10 orang.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Peneli–tian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tin–dakan Kelas (Classroom Action Research) adalah sebagai upaya guru melakukan pencermatan atau pengamatan terhadap tindakan dalam kegiatan pembelajaran, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan siswa (Arifin, 2012: 142).
Penelitian ini menggunakan bentuk kolaborasi. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti., tetapi peneliti harus berkolaborasi dengan guru lain. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Peneliti sebagai guru pelaksana, pengamat dan penang–gung jawab penuh dalam penelitian ini. Peneliti dibantu oleh seorang kolaborator, seorang guru lain (teman sejawat) menjadi pihak kolaborator yang mengamati tindak–an yang dilakukan oleh guru pelaksana.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas dari kemmis dan Taggert dalam Arikunto, Suharsimi, (2002: 83) yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan reflek–si. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalah.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Silabus, 2) Rencana Pelajaran (RP), 3) Tes formatif, 4) Lembar observasi siswa, 5) Lembar observasi guru.
Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui: 1) Obser–vasi, 2) Tes.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS–AN
Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran konstekstual model pengajaran berbasis masalah dan lembar obsevarsi aktiviatas guru dan siswa.
Pelaksanaan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2014. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberha–silan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Dengan menerapkan model pem–belajaran berbasis masalah diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,43 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau ada 14 siswa dari 21 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.
Dalam pelaksanaan kegiatan bela–jar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: a) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembe–lajaran, b) Guru kurang maksimal dalam pengolahan waktu, c) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya, yaitu: a) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, b) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan membri catatan, c) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa, sehingga siswa bisa lebih antusias.
2. Siklus II
Pada tahap ini peneliti mempersi–apkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendu–kung. Selain itu, juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kon–tekstual model pengajaran berbasis masalah dan lembar observasi guru dan siswa.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2014. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada sikus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pada akhir proses belajar meng–ajar, siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberha–silan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 81,14 dan ketuntasan belajar mencapai 76,19% atau ada 16 siswa dari 21 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bah–wa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami pening–katan sedikit lebih baik dari siklus I.
Dalam pelaksanaan kegiatan bela–jar diperoleh informasi dari hasil peng–amatan sebagai berikut: a) Memotivasi siswa, b) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, c) Penge–lolaan waktu.
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III, antara lain: a) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya bisa membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung, b) Guru harus lebih dekat dengan siswa, sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya, c) Guru harus lebih sabar dalam membim–bing siswa merumuskan kesimpulan/mene–mukan konsep, d) Guru harus men–distribusikan waktu secara baik, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan de–ngan yang diharapkan, e) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus III
Pada tahap ini peneliti memper–siapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengjaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observsi penge–lolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Pelaksanan kegiatan belajar meng–ajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 20014. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Nilai rata-rata tes formatif sebesar 88 dan dari 21 siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 90,48% (termasuk kategori tuntas).
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah. Dari data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: a) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik, b) Berdasarkan data hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung, c) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan, sehingga menjadi lebih baik, d) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menun–jukkan bahwa pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah me–miliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 66,67%, 76,16%, dan 90,48%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model peng–ajaran berbasis masalah dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru dengan nilai rata-rata siswa dari siklus I sebesar 75,43, siklus II sebesar 81,14 sedangkan siklus III sebanyak 88.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam pembelajaran
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PKn pada pokok bahasan keputusan bersama dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Aktivitas guru selama pembela–jaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan mene–rapkan pengajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul, diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya ja–wab.
PENUTUP
Simpulan
1. Pembelajaran kontekstual model peng–ajaran berbasis masalah dapat me–ningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
2. Pembelajaran kontekstual model peng–ajaran berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (76,16%), siklus III (90,48%).
3. Pembelajaran kontekstual model peng–ajaran berbasis masalah dapat men–jadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk me–nyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.
4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tu–gas individu maupun kelompok.
5. Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Saran
1. Untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bias diterapkan dengan pembelajaran kontekstual mo–del pengajaran berbasis masalah dalam proses belajar mengajar, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nanti–nya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lan–jut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas V SD Negeri Tasik–harjo Kaliori Rembang Tahun pelajaran 2013/2014.
4. Untuk penelitian yang serupa hendak–nya dilakukan perbaikan-perbaikan, agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Arifin, Zaenal. 2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Lentera
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusuawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsismi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP.Fak. Psikologi UGM.
Hamid, Sholeh. 2012. Metode Edutainment. Yogyakarta: Diva Press
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Hasibuan. J.J. dan Murdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Muh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Surakhmad, Winarto. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Suyadi. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wasolo. Model Pembelajaran Kontekstual dalam http://wasolo.blogspot.com/2011/07/pembelajaran-kontekstual-model.html (diakses tanggal 23 Mei 2014)