PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

DI KELAS III SD INPRES BISTIO

 

Martinus Manggo

Guru di SD Inpres Bistio, Paga, Sikka, NTT

 

ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi sejarah uang dan penggunaan uang setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada Siswa kelas III SD Inpres Bistio. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas III Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi sejarah uang dan penggunaan uang. Hal ini disebabkan karena siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Penggunaan metode ceramah yang dilakukan guru, belum mampu menumbuhkan keaktifan siswa sehingga mereka kurang tertarik dan merasa bosan. Penelitian yang dilaksanakan di SD Inpres Bistio adalah penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2012). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari rancangan penelitian yang telah disusun dan dilaksanakan peneliti, maka peneliti telah mendapatkan data hasil penelitian dari masing-masing siklus yang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik. Pada siklus I diperoleh nilai hasil belajar siswa dengan rata-rata nilainya adalah 68,18% dengan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 63,63%. Dari data di atas menujukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi sejarah uang dan penggunaan uang setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Untuk mempertahankan hasil tersebut maka dilaksanakan siklus II dengan mengembangkan indikator pembelajarannya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Hasil belajar peserta didik yang diperoleh pada siklus II yaitu persentase nilai rata-ratanya adalah 93,93% dengan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 100%. Maka dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Nimbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran IPS materi sejarah uang dan penggunaan uang. Hasil belajar siswa meningkat karena mereka antusias dan berpartisipasi aktif dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbeed Head Together (NHT).

Kata Kunci:    Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

 

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke generasi. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial – kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Hingga kini pendidikan masih diyakini sebagai wadah dalam pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman melalui proses belajar.

Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku merupakan gambaran terjadinya rangkaian perubahan dalam kemampuan peserta didik. Belajar merupakan suatu proses yang terarah kepada pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.

Seiring dengan perubahan kurikulum dalam tahun ke tahun mulai dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK), lalu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar dikelas. Guru yang profesional pada hakekatnya adalah mampu menyampaikan materi pembelajaran secara cepat sesuai dengan kebutuhan belajar perserta didik. Namun demikian, untuk mencapaikan tujuan tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran, termasuk salah satunya menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat. Penggunaan model dan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi apa yang diajarkan. Disini lebih ditekankan pada mata pelajaran IPS.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial. Seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan perserta didik menggunakan penalaran dan mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan pengalaman peneliti di kelas III SD Inpres Bistio pada pembelajaran IPS materi sejarah uang dan penggunaan uang, hasil belajar siswa masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang belum mencapai rata- rata atau belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75. Hal ini dapat dilihat dari 33 siswa yang mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan yang mencapai KKM hanya 15 orang dengan persentase ketuntasan klasikalnya adalah 45,45%, sedangkan 18 orang lainnya tidak tuntas dengan persentasenya adalah 54,54%.

Hasil belajar IPS yang dicapai siswa yang tergolong rendah dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu karakteristik siswa, kurangnya motivasi belajar, minat, kehadiran siswa, selain itu dapat dilihat saat guru mengajar di kelas. Guru hanya mengandalkan metode ceramah tanpa ada bantuan metode lain yang dapat menguatkan materi yang di sampaikan. Akibatnya keaktifan, partisipasi, dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Pada pembelajaran seperti ini siswa menjadi pasif sering kali tidak memperhatikan ketika guru menyampaikan materi dalam proses pembelajaran.

Dengan memperhatikan permasalahan dalam pembelajaran di kelas III tersebut, peneliti tertarik untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT di gunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran IPS materi sejarah uang dan penggunaan uang pada siswa kelas III SD Inpres Bistio? (2) Bagaimana hasil belajar siswa kelas III SD Inpres Bistio setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered head Together (NHT)?

PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu model pembelajaran di mana siswa di organisasikan untuk bekerja dan belajar dalam kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu (Jufri, 2013:112). Pembelajaran kooperatif di kenal dengan pembelajaran secara berkelompok.

Ada pun beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan diantaranya adalah: (a) Slavin (dalam Jufri, 2013:113) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas di jadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang memahami konsep yang difasilitasi oleh guru; (b) Watson (dalam Datelio, 2014:10) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah lingkungan belajar kelas yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk mengerjakan tugas-tugas akademiknya dalam kelompok-kelompok kecil; (c) Johnson dikutip oleh Rebecca Brent (dalam Datelio 2014:11) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam suatu kondisi.

Model pembelajaran ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Keberhasilan belajar menurut model pembelajaran ini bukan semata-mata di tentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersamaan dalam kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut: (1) Langkah pertama, yang dilakukan oleh guru adalah merancang rencana program pembelajaran; (2) Langkah kedua, dalam aplikasi pembalajaran di kelas guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil; (3) Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan peserta didik, guru mengarahkan dan membimbing peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung; (4) Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil belajar pada saat diskusi kelas ini, guru bertindak sebagai moderator.

 

 

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

Pada umumnya, pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (dalam Jufri, 2013:128). NHT digunakan untuk melibatkan siswa terhadap materi pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Ibrahim dengan melibatkan siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai berikut: (a) Fase 1: Penomoran: Dalam fase ini, guru membagi siswa dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 samapi 5; (b) Fase 2: mengajukan pertanyaan: Guru mengajukann pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya; (c) Fase 3: berpikir bersama: Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang diberikan dan meyakinkan tiap anggota memberikan pendapatnya untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang ada; (d) Fase 4: menjawab:Guru membacakan satu nomor tertentu, kemudian siswa yang mendapatkan nomor soal yang sesuai yang dibacakan oleh guru mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

METODE PENELITIAN

Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di SD Inpres Bistio, yang terletak di Desa Masebewa Kecamatan Paga Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2015/ 2016 yaitu tanggal 17 sampai 31 Mei 2016 dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan skripsi. Tahapan waktu pelaksanaan secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Inpres Bistio Tahun Ajaran 2015/2016. Jumlah siswa kelas III seluruh adalah 33 orang siswa, dengan rincian 20 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti mengumpulkan data saat perbaikan berlangsung (Jalil, 2014: 43). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tes

Dalam penelitian ini direncanakan dilakukan post test yang harus dikerjakan oleh setiap individu pada akhir pertemuan di setiap siklus. Untuk mengukur hasil belajar siswa, peneliti menggunakan soal post test. Soal post test diberikan pada pertemuan terakhir di akhir siklus. Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan untuk mengetahui tentang kemajuan hasil belajar siswa. Selain itu, tes juga diberikan dalam bentuk LKS dan dikerjakan secara berkelompok.

Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal yang akan diamati atau diteliti. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi untuk mengamati perilaku siswa dan guru pada saat pelajaran berlangsung. Hasil observasi dikumpulkan berupa data nilai siswa, foto kegiatan belajar-mengajar dan sumber-sumber dari media massa yang berhubungan dengan topik penelitian yang diangkat.

Adapun format observasi berupa Lembar Observasi. Lembar Observasi adalah sebuah format isian yang digunakan selama observasi dilakukan. Instrumen observasi yang digunakan berupa check list yaitu observasi yang berisikan daftar semua aspek yang akan diobservasi sehingga pengamat tinggal memberi tanda centang (√) tentang aspek yang diobservasi. Check list digunakan untuk mengamati partisipasi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dan bagaimana guru melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis secara kualitatif yaitu data dari hasil observasi yang mengenai tindakan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dianalisis secara kualitatif, sedangkan data mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dianalisis secara kuantitatif yang meliputi: nilai rata-rata, skor persentase, dan persentase nilai terendah serta nilai tertinggi yang dicapai oleh siswa setiap siklus.

Data Observasi

Data observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keterangan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti apakah dilakukan berdasarkan rencana atau tidak, serta keaktifan belajar peserta didik.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator proses dan hasil. Indikator proses dapat diamati melalui observasi siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku dapat dilihat dari hasil observasi peserta didik. Indikator proses dikatakan berhasil apabila aspek yang diamati pada lembaran observasi sebagian besar telah memenuhi skala penilaian baik yaitu 75%.

Sedangkan indikator hasil belajar dilihat melalui nilai tes hasil belajar siswa kelas III SD Inpres Bistio. Ketuntasan belajar siswa dikatakan berhasil secara klasikal, jika terdapat 80% siswa yang mencapai nilai sama dengan dan atau lebih dari standar KKM yang ditetapkan yaitu 75.

Prosedur Penelitian

Secara umum, penelitian akan menggunakan pola kerja kolaboratif antara peneliti yang bertindak sebagai pengajar dan guru pamong yang bertindak sebagai observer. Prosedur kerja dalam penelitian mengikuti alur Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dirancang pada Jenis Penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini peneliti telah mengumpulkan data untuk dianalisis. Data yang dianalisis oleh peneliti dari masing-masing siklus adalah data observasi dan tes hasil belajar. Untuk data observasi, data yang diperoleh adalah data aktivitas guru, data aktivitas siswa. Di bawah ini akan dijelaskan analisis data dari masing-masing siklus.

Analisis Data Observasi

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II

Data ini diperoleh dari guru wali kelas dalam melakukan observasi terhadap peneliti sebagai guru selama kegiatan belajar mengajar di kelas.

Data Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus I dan Siklus II

No Kegiatan Jumlah skor Rata-rata Kategori
1 Siklus I 58 76,31 Baik
2 Siklus II 66,5 87,5 Sangat baik

 

Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Perbandingan Hasil Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II

No Kegiatan Skor Yang Dilaksanakan Persentase Kategori
1 Siklus I Pertemuan I 24 75 Baik
2 Siklus I Pertemuan II 26 81,25 Sangat baik
3 Siklus II Pertemuan I 28 87,5 Sangat baik
4 Siklus II Pertemuan II 29 90,62 Sangat baik

 

Analisis Data Hasil Penerapan Model Numbered Head Together (NHT)

Perbandingan Hasil Model Numbered Head Together (NHT) Siklus I Dan Siklus II

No Kegiatan Jumlah skor Rata-rata Kategori
1 Siklus I Pertemuan I 18 64,28 Baik
2 Siklus I Pertemuan II 20 71,42 Baik
3 Siklus II Pertemuan I 21 75  Baik
4 Siklus II Pertemuan II 25 89,28  Sangat baik

 

Analisis Data Hasil Belajar Siswa

Dalam penilaian ini, guru memperoleh hasil belajar siswa dari tes yang diberikan guru yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan siswa dari materi kegiatan jual beli yang telah diberikan guru. KKM yang ditentukan dari pembelajaran ini adalah 75, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah 80%. Hasil perolehan nilai dari setiap peserta didik dikonversikan berdasarkan penskoran untuk mengetahui seberapa banyak peserta didik yang mencapai KKM. Dari hasil setiap peserta didik tersebut, dapat diketahui persentase ketuntasan klasikal dari banyaknya peserta didik yang tuntas. Kemudian hasil perolehan seluruh peserta didik dirata-ratakan dan dijumlahkan yang didapat hasil rata-ratanya di bawah ini.

 

 

 

Data Tes Hasil Belajar Peserta Didik

Konversi Nilai Tindakan
Siklus I Siklus II
Jumlah seluruh peserta didik 33 33
Jumlah nilai peserta didik 2250 3100
Persentase nilai rata-rata 68,18% 93,93%
Jumlah peserta didik yang tuntas 21 33
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 12 0
Persentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal 63,63% 100%
Kategori Cukup Sangat Baik

 

Dari tabel di atas peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian pada penilaian tes hasil belajar siswa di kelas bahwa terjadinya peningkatan pada tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran di kelas yang menunjukan bahwa tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus I tergolong dalam kategori baik yang dapat dibuktikan dengan persentase rata-rata nilai siswa yaitu 68,18% dan siswa yang tuntas adalah 21 orang dengan persentase ketuntasan belajarnya adalah 63,63%. Dari nilai tes hasil belajar siswa dalam menguasai materi kegiatan sejarah uang dan penggunaan uang dengan menerapkan model Numbererd Head Together (NHT) pada siklus I tersebut, maka pada siklus II perlu dipertahankan hasil tersebut, sehingga pada hasil belajar siklus II dalam pembelajaran menerapkan model Numbererd Head Together (NHT) diperoleh hasil yang dapat dipertahankan dan tergolong dalam kategori sangat baik yaitu mendapatkan persentase nilai rata-rata 93,93% dan peserta didik yang tuntas adalah 20 orang dengan persentase ketuntasan belajarnya adalah 100%. Dari hasil tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa penilaian hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran setelah guru menerapkan model Numbererd Head Together (NHT) pada materi sejarah uang dan penggunaan uang di kelas mengalami peningkatan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas III SD Inpres Bistio untuk mata pelajaran IPS materi sejarah uang dan penggunaan uang yang telah peneliti laksanakan dalam beberapa siklus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPS materi sejarah uang dan penggunaan uang tergolong dalam kategori sangat baik dan mampu memicu keterlibatan peserta didik secara maksimal dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.
  2. Hasil belajar siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran IPS materi sejarah uang dan penggunaan uang. Hasil belajar siswa meningkat karena mereka sangat antusias dan berpartisipasi aktif dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

 

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, terdapat beberapa saran dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diantaranya yakni sebagai berikut:

Bagi Sekolah

  • Kepala Sekolah hendaknya melibatkan guru dalam kegiatan penataranatau pelatihan model pembelajaran yang dapat menunjang performansi
  • Kepala Sekolah hendaknya menyediakan berbagai buku panduan mengenai model-model pembelajaran terutama pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yang dapat menunjang performansi guru di kelas

Bagi Guru

  • Guru harus kreatif dalam memilih variasi model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
  • Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Head Together (NHT) agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Bagi Siswa

  • Hasil penelitian ini diharapkan agar siswa dapat termotivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar pada materi-materi selanjutnya.
  • Sebaiknya siswa mendengarkan penjelasan guru dengan serius saat guru memberikan pengarahan tentang pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Hal ini sangat diperlukan agar dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) tidak terjadi kebingungan sehingga peserta didik mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dalam pembagian kelompok dan meminimalkan kericuhan yang dapat mengganggu jalannya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Bagi Peneliti lanjutan

Kiranya hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe Numbered Head Together (NHT) ini dapat dijadikan referensi untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya pada materi yang berbeda atau pada mata pelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk., 2012, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Jufri, Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Muhaimin. 2012. Peningkatan Hasil Belajar IPS. http//muhaimin-to-tombolo-pao.blogspot.com/2012/04/peningkatan-hasil-belajar-ips.

Purwanto, 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Pustaka Belajar.

Ridwan, Abudallah Sani. (2014). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: mengembangkang profesionalis guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Santoso. 2011. Ilmu Pengetahuan Sosial. Tim Bina Karya Guru.