PENERAPAN SIKLUS BELAJAR (THE 5E LEARNING CYCLE MODEL) PADA PEMBELAJAR­AN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA SISWA KELAS VIII-D

MTS NEGERI 22 JAKARTA TIMUR TAHUN AJARAN 2014/2015

 

Ety Sumiasih

Guru MTs Negeri 22 Jakarta Timur

 

ABSTRAK

Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan yang dianjurkan dalam pembelajaran IPA. Keterampilan proses IPA dikembangkan bersama-sa­ma dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara guru fisika kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta, terungkap bahwa guru mengajar seringkali menggunakan metode ceramah, menjelaskan materi, dan melakukan demonstrasi. Pembela­jaran yang dilakukan oleh guru tersebut mengakibatkan siswa menjadi penerima informasi yang pasif, enggan bertanya dan kurang mampu mengaplikasikan kon­sep-konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini menye­babkan rendahnya keterampilan proses IPA yang dimiliki siswa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses IPA setelah diterapkan model siklus belajar serta mendeskripsikan teknis pelaksanaan pembelajaran model siklus belajar di kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta. Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keterampilan proses IPA,lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus belajar, angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran setelah tindkan dilakukan. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan dengan jenis penelitian kualitatif yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2014 menggunakan 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran siklus belajar (the 5E learning cycle model) dapat meningkatkan ketrampilan proses IPA siswa. Peningkatan ketrampilan proses IPA siswa dari siklus I ke siklus II, untuk aspek mengamati meningkat 71% menjadi 82% menafsirkan pengamatan meningkat dari 70% menjadi 80%, aspek meramalkan meningkat dari 73% menjadi 77%, aspek menggunakan alat dan bahan dari 70% menjadi 76%, aspek menerapkan konsep dari 68% menjadi 78%, aspek berkomunikasi meningkat dari 70% menjadi 77% dan aspek mengajukan pertanyaan meningkat dari 74% menjadi 78%. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa Mo­del pem­belajaran siklus belajar (the 5E learning cycle model) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta pada materi Hukum Newton dan Energi. Berdasarkan hasil penelitian disarankan: (1) Bagi guru bidang studi fisika kelas VIII dapat mengguna­kan pembelajaran model siklus belajar (The 5E Learning Cycle Model) untuk meningkatkan keterampilan proses IPA siswa, (2) Siswa dapat mempelajari fisika melalui kegiatan yang menarik, sehingga sis­wa termotivasi untuk belajar.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Siklus Belajar (The 5 E Learning Cycle Model), Keterampilan Proses, Pembelajaran Fisika.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara guru fisika kelas VIII-D di MTs Negeri 22 Jakarta, terungkap bahwa guru mengajar seringkali menggunakan metode ceramah, menjelaskan materi, dan melakukan demonstrasi. Demonstrasi yang dilakukan hanya sebagai pelengkap metode ceramah dan tidak menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Pembelajaran IPA yang baik adalah bila dilakukan sebagaimana IPA itu ditemukan. IPA adalah karya manusia yang dihasilkan/ditemukan lewat metode ilmiah dan menggunakan keterampilan proses IPA (Depdiknas, 2005:4).

Berdasarkan uraian di atas permasalahan rendahnya keterampilan proses IPA akan diatasi dengan menggunakan model siklus belajar (The 5 E LCM). Oleh karena itu, judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Penerapan Siklus Belajar (The 5E Learning Cycle Model) pada Pembelajar­an Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan Proses IPA Siswa Kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta Tahun Ajaran 2013/2014”

Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta dengan model siklus belajar (The 5 E LCM)?
  2. Bagaimanakah teknis pelaksanaan model siklus belajar (The 5 E LCM) di kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta yang dapat meningkatkan keterampilan proses IPA?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengukur peningkatan keterampilan proses IPA siswa kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta setelah diterapkan model siklus belajar (The 5 E LCM).
  2. Mendeskripsikan teknis pelaksanaan pembelajaran model siklus belajar The 5 E LCM) di kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta yang dapat meningkatkan keterampilan proses IPA.

Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak terkait berikut. Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses IPA yang terlibat dalam kegiatan penelitian.

Bagi Guru

Memberikan pengalaman dan wawasan baru dalam proses pembelajaran model siklus belajar dan penelitian tindakan kelas.

Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif bagi pengembangan sekolah, utamanya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Fisika

Fisika merupakan bagian dari IPA. IPA merupakan hasil serangkaian pro­ses ilmiah yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep dari interaksi manusia dengan lingkungannya. Proses yang dimaksud meliputi penyelidikan, penyusunan, dan pengajuan gagasan-gagasan. Pelajaran IPA berkaitan dengan kegiatan mengum­pulkan data, mengamati, mengukur, menghitung, menganalisis, mencari hubungan antara dua kejadian, dan menghubungkan konsep-konsep. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman yang konseptual untuk mempelajarinya. Hal ini karena IPA berkaitan langsung dengan fakta-fakta, konsep-konsep, teori-teori, prinsip, dan hukum alam, sehingga kemampuan menalar sangat diperlukan untuk mempelajari IPA.

Pembelajaran fisika di MTs Negeri 22 Jakarta selama ini masih didominasi metode ceramah dan jarang sekali melakukan percobaan, sehingga proses ilmiah tidak terkondisi secara optimal. Akibatnya, keterampilan proses IPA yang dimi-liki siswa menjadi sangat rendah. Masalah ini akan diatasi dengan menerapkan model pembelajaran yang selaras dengan hakekat pembelajaran fisika. Adapun salah satu model pembelajaran yang selaras dengan hakekat pembelajaran fisika sebagaimana telah diuraikan di atas adalah model siklus belajar(the 5 E LCM).

Pendekatan Keterampilan Proses

Mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian peristiwa yang diran-cang oleh guru dalam memberikan dorongan kepada siswa belajar. Belajar ber­sifat individu dan untuk memperoleh informasi dalam proses belajar mempunyai kadar yang berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh kare­na itu hasil belajarnyapun berbeda-beda.

Keterampilan proses IPA merupakan pendekatan pembelajaran IPA yang beranggapan bahwa IPA terbentuk dan berkembang melalui proses ilmiah yang harus dikembangkan oleh siswa, sehingga pengalaman bermakna dapat digunakan sebagai bekal perkembangan diri selanjutnya (Purwaningsih, 2002).

 

Peningkatan Keterampilan Proses IPA Melalui Model Siklus Belajar (the 5 E LCM)

Melalui pembelajaran model siklus belajar (the 5 E LCM), siswa mendapatkan kesempatan untuk melakukan langkah-langkah berpikir kritis, ilmiah dan menguji kebenaran hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil praktikum kemudian menafsirkan, menganalisis dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan. Selain itu, dalam siklus belajar(the 5 E LCM) belajar siswa juga terlibat secara aktif berinteraksi dengan benda-benda konkrit, ide-ide dan teman sebayanya

Selain itu, pada model siklus belajar (the 5 E LCM) topik bahasannya senantiasa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual), di mana bangun-an konsepsinya sudah ada di dalam struktur kognitif siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dari kegiatan pengkonstruksian konsep yang mereka temukan sendiri serta perolehan pengalaman belajar secara langsung, siswa akan mempunyai pemahaman konsep yang lebih baik dan kuat. Dengan demikian pembelajaran model siklus belajar (the 5 E LCM) dapat meningkatkan keterampilan proses IPA.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena memenuhi ka-rakteristik penelitian kualitatif. Menurut Rochiati (2006:6), karakteristik peneli­tian kualitatif, yaitu (1) penelitian kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, tem­­­pat kejadian dan perilaku manusia berlangsung, (2) data yang dihasilkan ber­sifat diskriptif, dalam bentuk kata-kata, (3) proses sama pentingnya dengan hasil, perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya ke­jadian (4) analisis data secara mendalam (5) merupakan hal yang esensial, karena perhatian terpusat pada siswa (6) peneliti sebagai pengamat dan pengumpul data.

Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah suatu usaha untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Menurut Hopkins (dalam Noviyanti, 2006). penelitian tindakan kelas diartikan sebagai penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan perbaikan-perbaikan yang ingin dicapai melalui tahap re-fleksi. pendahuluan pada guru bidang studi fisika yang bersangkutan.

Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai perancang kegiatan, pe­lak­­­sana kegiatan, pengumpul data, dan penganalisa data, sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukan ditempat penelitian selain observer dan guru mitra.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta yang bera-lamat di Jl. Bumi 81 Cilangkap Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan pada semester gasal 2013/2014 tepatnya bulan Juli sampai September 2014.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta dengan jumlah siswa 41 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan 26 perem­puan.

Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru fisika dan siswa kelas VIII-D yang mengikuti proses belajar mengajar. Pada penelitian ini ada 2 variabel yang diamati, yaitu keterampilan poses IPA dan pelaksanaan pembelajaran model sik-lus belajar (The 5 E LCM). Sumber data keterampilan proses IPA adalah siswa. Sedangkan sumber data tentang pelaksanaan pembelajaran model siklus belajar (The 5 E LCM) adalah guru dan siswa.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: 1) lembar ob-servasi keterampilan proses IPA, 2) lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus belajar (The 5 E LCM), dan 3) angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran setelah tindakan dilakukan.

 

 

Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Mole-ong (2002:173) mengemukakan ada 4 kriteria keabsahan data, yaitu derajat ke­per­cayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (depend­ability), dan kepastian (confirmability). Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan yang berbeda-beda pula.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan Pembelajaran Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

Pembelajaran model siklus belajar (The 5E Learning CycleModel) terdiri dari lima fase, yaitu fase pendahuluan (engagement), fase eksplorasi (explora­tion), fase eksplanasi (explanation), fase elaborasi (elaboration) dan fase evaluasi (evaluation). Selama proses pembelajaran, peneliti mengamati pelaksanaan pem­belajaran di kelas dengan menggunakan lembar observasi tahapan pembelajaran.

Selama observasi siklus I, ditemukan bahwa semua aspek yang tercantum dalam lembar observasi tahapan pembelajaran teramati selama proses pembelajar­an. Beberapa aspek dalam tahapan pembelajaran masih kurang optimal dilakukan oleh guru, seperti pada fase pendahuluan, guru kurang optimal membimbing siswa untuk aktif bertanya. Guru kurang memberi penghargaan pada siswa yang menjawab dengan benar, sehingga siswa kurang termoti­vasi untuk mengemuka-kan pendapatnya. Pada fase eksplorasi, penggunaan LKS kurang jelas terbukti pada siklus I pertemuan pertama saat melakukan percobaan masih banyak siswa yang salah dalam menggunakan neraca pegas. Pembagian ke­lompok tidak dipersiapkan sebelumnya sehingga pada fase tersebut waktunya banyak tersita untuk pembentukan kelompok. Pada fase eksplanasi, tidak ada sis­wa yang meng-ajukan pertanyaan, sehingga dalam hal ini hendaknya guru mencari cara agar siswa mau bertanya.

Secara keseluruhan, keterlaksanaan pembelajaran pada siklus II lebih baik daripa­da siklus I. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran semua fase siklus I dan sik­lus II dapat dilihat pada Grafik 5.1.

Grafik 5.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Fisika dengan model siklus belajar (The 5E Learning Cycle Model) siklus I dan Siklus II di MTs Negeri 22 Jakarta

Pada siklus II, ditemukan bahwa aspek-aspek yang tercantum dalam lem­bar observasi pembelajaran teramati semua. Namun beberapa aspek dalam tahap­an pembelajaran masih belum optimal dilaksanakan guru. Pada fase eksplorasi, sis­wa bekerja dalam kelompok kecil. Pembentukan kelompok, membantu siswa membentuk rasa kebersamaan yang tinggi dan menumbuhkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Siswa melakukan kegiatan untuk menjawab pertanyaan da­lam LKS, berdiskusi dan menyimpulkan tujuan pembelajaran dengan benar dan se­suai dengan tujuan pembelajaran. Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, menyusun alat maupun berlatih menggunakan objek konkret sebagai bagian dari pelajaran (Handayanto, 2003:3). Pada fase ini, siswa aktif melakukan percobaan. Keaktifan siswa ini disebabkan bimbingan guru membantu siswa memahami tu­juan dan prosedur percobaan. Sedangkan pada fase evaluasi, untuk melatih siswa bertanya dan menjawab, guru meminta setiap kelompok untuk menuliskan 3 per­tanyaan di kertas. Dengan ketentuan apabila pertanyaan itu tidak bisa dijawab oleh kelompok lain dan kelompok pembuat pertanyaan bisa menjawab maka ke­lompok pembuat soal mendapat dua bintang. Tetapi apabila pertanyaan bisa dija­wab oleh kelompok lain, maka kelompok yang menjawab yang mendapat dua bin­tang.Pemberian penghargaan berupa bintang kepada kelompok dapat memotivasi siswa untuk bertanya. Sehingga keterampilan proses bertanya siswa meningkat.

Keterampilan Proses IPA Siswa

Keterampilan proses IPA yang dikembangkan pada siswa setingkat MTs merupakan modifikasi dari keterampilan proses IPA yang dimiliki para ilmuwan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan materi yang diajarkan. Perlunya pengembangan pendekatan belajar mengajar keterampilan proses dalam pengajaran IPA ini diarahkan pada pertumbuhan dan perkembangan sejumlah ke­terampilan tertentu pada diri peserta didik atau siswa agar mereka mampu mem­pro­ses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baruyang bermanfaat naik be-rupa fakta,konsep maupun pengembangan sikap dan nilai. Sebagai konsekwensi dari pendekatan keterampilan proses IPA ini, maka siswa berperan sebagai subyek dalam belajar. Ia bukan hanya penerima informasi, tetapi sebaliknya penerima in­formasi.

Dalam penelitian ini, keterampilan proses yang dilatihkan pada materi Hukum Newton dan Energi. Keterampilan proses yang dilatihkan adalah menga­mati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan mene­rapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi dan mengajukan perta­nyaan. Untuk aspek merencanakan penelitian pada penelitian ini tidak dilatihkan karena keterbatasan waktu yang disediakan untuk melakukan penelitian. Peningkatan aspek keterampilan proses siklus I dan sik­lus II dapat dilihat pada Grafik 5.2.

Keterangan:

A: Mengamati

B: Menafsirkan

C: Meramalkan

D: Menggunakan Alat

E: Menerapkan Konsep

F: Berkomunikasi

G: Bertanya

Grafik 5.2 Ketercapaian Keterampilan Proses IPA Siswa dengan model siklus belajar (The 5E Learning Cycle Model) siklus I dan Siklus II di MTs Negeri 22 Jakarta

Secara keseluruhan, keterampilan proses tiap aspek pada siklus II lebih baik daripa­da siklus I

  1. Keterampilan mengamati merupakan keterampilan yang sangat dasar. Kete­rampilan ini merupakan keterampilan dalam menggunakan indera, mengum­pulkan fakta-fakta yang relevan.Keterampilan mengamati meningkat dari 74% pada siklus I menjadi 82% pada siklus II. Hal ini, dikarenakan kelemahan untuk mengamati pada siklus I dibenahi pada siklus II. Pada siklus I petunjuk penggunaan LKS kurang jelas, sehingga siswa banyak melakukan kesalahan pada aspek mengamati.
  2. Kemampuan menafsirkan pengamatan yang paling penting adalah dalam hal menarik kesimpulan. Pada siklus I diperoleh hasil persentase sebesar 70%, se­dangkan pada siklus II diperoleh hasil persentase 80%. Hal ini dikarenakan pada siklus I, tidak ada satupun siswa yang mempunyai buku penunjang, dan guru belum menyiapkan handout materi essensial.
  3. Kemampuan meramalkan, pada siklus I diperoleh 73%, analisa hasil ini dini­lai masih kurang, artinya keterampilan meramalkan masih harus dilatih lebih lanjut pada siklus berikutnya. Keterampilan meramalkan pada siklus I tersebut meningkat dari 73% pada siklus I menjadi 77% pada siklus II. Hal ini disebabkan, siswa belum begitu mengenal materi yang diajarkan pada sik­lus I, sedang materi pada siklus II adalah materi yang sudah tidak asing lagi ba­gi siswa. Selain itu materi pada siklus II ini sangat banyak contoh penera­pannya dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Keterampilan menggunakan alat dinilai sedikit ada peningkatan dari siklus I ke siklus II. Keterampilan menggunakan alat IPA memperoleh hasil persen­tase sebesar 70% sedangkan pada siklus II sebesar 76%, hal ini dikarenakan dalam melakukan aktivitas hand-out tidak sepenuhnya dilakukan sendiri da­lam kelompok. Alat- alat laboratorium yang tidak cukup dan kondisi laborato­rium fisika sedang dalam renovasi menjadi alasan keterampilan proses meng­gunakan alat tidak dapat dilatihkan dengan lebih optimal.
  5. Untuk keterampilan menerapkan konsep IPA, pada siklus I diperoleh nilai per­sentase sebesar 68%. Pada siklus II, kemampuan siswa dalam mengguna­kan istilah IPA meningkat pesat menjadi 78%. Hal ini terlihat bahwa kete­ram­pilan siswa menerapkan konsep berkembang pesat dari siklus I ke siklus II.
  6. Keterampilan berkomunikasi adalah kemampuan siswa menyampaikan hasil belajarnya pada orang lain, baik dalam bentuk lisan, tindakan, maupun secara tulisan. Keterampilan berkomunikasi juga mengalami peningkatan dilihat dari hasil persentase pada sik­lus I sebesar 70% meningkat pada siklus II sebesar 77%. Hal ini menun­juk­kan bahwa siswa sudah cukup dalam menyampaikan pendapatnya, teruta­ma pada saat fase eksplanasi pada siklus II siswa terlihat aktif dalam melaku­kan kegiatan diskusi kelas.
  7. Keterampilan bertanya, adalah kemampuan siswa mengemukakan apa yang tidak ia mengerti atau yang ingin ia tanyakan pada orang lain.Keterampilan bertanya meningkat pesat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I keterampilan ber­tanya memperoleh persentase 61%, pada siklus II meningkat sangat pesat men­jadi 78%. Hal ini karena kelemahan pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Perbaikan pada siklus II untuk keterampilan bertanya yaitu dengan mem­be­ri penghargaaan berupa bintang pada kelompok yang bertanya dan menja­wab.

Secara keseluruhan keterampilan proses IPA siswa mengalami peningkat­an pada setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat bahwa semua aspek pada keteram­pilan proses IPA mengalami peningkatan yang cukup baik, terutama kemampuan dalam mengamati, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, keterampilan proses IPA siswa kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta dapat ditingkatkan melalui penerapan pembelajaran model siklus belajar (Learning Cycle).

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa.

Penerapan pembelajaran dengan model siklus belajar (The 5 E Learning Cycle Model) dapat meningkatkan seluruh aspek keterampilan proses IPA siswa kelas VIII-D MTs Negeri 22 Jakarta. Aspek- aspek keterampilan proses yang diteliti adalah: mengamati, menafsirkan, meramalkan, menggunakan alat, menerapkan konsep, berkomunikasi, dan bertanya.

Pelaksanaan model siklus belajar yang dapat meningkatkan keterampilan proses IPA adalah;

Fase Pendahuluan, untuk membangkitkan motivasi dan memulai pembelajaran dengan baik, guru melakukan demonstrasi yang dapat menarik perhatian siswa. Setelah melakukan demonstrasi guru memberi pertanyaan untuk memotivasi siswa.

Fase Eksplorasi, untuk mengeksplor pengetahuan dan keterampilan siswa dilakukan aktifitas hand-on secara kelompok. Pada fase eksplorasi keterampilan proses IPA yang dapat dilatihkan adalah; aspek mengamati,

Fase Eksplanasi, dilakukan diskusi kelas dengan bimbingan guru. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator siswa untuk menjelaskan konsep.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

  1. Bagi guru bidang studi fisika kelas VIII dapat mengguna­kan pembelajaran model siklus belajar (The 5E Learning Cycle Model) untuk meningkatkan keterampilan proses IPA siswa.
  2. Siswa dapat mempelajari fisika melalui kegiatan yang menarik, sehingga sis­wa termotivasi untuk belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Budiasih, E., Widarti, H.R. 2004. Penerapan Pendekatan Daur Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Matakuliah Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 10 (1) hal 70-78

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Jakarta

Fajaroh, F., Dasna, I.W. 2003. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam Bahan Makanan Pada Siswa Kelas Ii SMU Negeri 1 Tumpang- Malang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 11(2) oktober 2004,hal 112-122

Iskandar, S.M.2005. Perkembangan dan Penelitian Daur Belajar. Makalah Semlok Pembelajaran Berbasis Konstruktivis. Jurusan Kimia UM. Juni 2005

Moleong, J Lexi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja       Rosda Karya.

Noviyanti, Baiq A. 2006. Penerapan Pembelajan Contextual Teaching and Learning (CTL) Model Inkuiri Dalam Upaya Peningkatan Aspek Afektif dan Aspek Psikomotorik Siswa Kelas XI-2 SMA Laboratorium UM. Skripsi tidak diterbitkan.

Rochiati,W. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT. Remaja Rosda Karya

Soebagio.2000. Penggunaaan Siklus belajar dan Peta Konsep untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Konsep Larutan Asam- Basa. PPGSM

Susilo. Chotimah. Dwitasari. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. PT Remaja Rosdakarya Offset: Bandung.

Wijayanti, Nurul Hikmah. 2007. Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri dengan The 5 E Learning Cycle Model untuk Meningkatkan Kemampuan Bekerja Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-E SMPN 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Sarjana UM

Yuliati, Lia.2005. Pengembangan Program Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Awal Mengajar Calon Guru Fisika. Disertasi tidak diterbitkan. PPS Universitas Pendidikan Indonesia.